Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN ANSIETAS

PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA

INDRIE CHAIRINISYA AZANO PRIMA CAHYATI


IRA ANDIKA PUTRI RANI CHINTYA PUTRI
ISNY SHAFIRA AULIA RIZKI MURNI
MIRA PURTI MARISA SARIFATUL A’INI
M. FADHLI TISSA KURNIA ADHARIN
NIA DAMAYATRI VANECHIA SEPTI JOHANI

PEMBIMBING
RIKA SARFIKA, S.Kep.,Ns..M.Kep

PRAKTEK PROFESI NERS KEPERAWATAN JIWA


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
ANDALAS
2018
SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Bahasan : Penyuluhan tentang Efektivitas Kompres Bawang Merah terhadap


Nyeri Sendi pada Lansia
Hari/ Tanggal : Kamis / 23 Januari 2020
Pukul : 10.00 s.d 10.50 WIB
Sasaran : Lansia diwilayah kerja UPTD RSGS
Tempat : Aula RSGS

A. LATAR BELAKANG

Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan menimbulkan


permasalahan yang cukup komplek baik dari masalah fisik maupun psikososial yang
paling banyak terjadi pada lansia seperti, kesepian, perasaan sedih, depresi dan
kecemasan. Kecemasan atau ansietas termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa
yang paling sering muncul, ditambah bila lanjut usia tersebut mempunyai riwayat
penyakit salah satunya hipertensi. Menurut Efendi (2009) menua bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Sedangkan badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia.
Menurut Lukman dan Ningsih (2013), nyeri adalah suatu sensori yang
tidak menyenangkan dari suatu emosional disertai kerusakan jaringan secara aktual
maupun potensial atau kerusakan jaringan. Nyeri sendi terjadi akibat gangguan pada
daerah sendi seperti deformitas pada sendi, dislokasi sendi, sublokasi sendi atau
distrupsi struktur sekitar sendi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan tekanan
darah. Ketetapan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika
tekanan darahnya sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi sering
ditemukan pada lansia dan biasanya tekanan sistoliknya yang meningkat.
Sementara menurut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung pada lansia
dengan hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi
pada usia yang sama.
Kondisi tubuh lansia yang mengalami hipertensi dapat kembali membaik dan
stabil, akan tetapi faktor-faktor psikologis lansia sangat berpengaruh terhadap proses
penanganan masalah hipertensi. Keterbatasan fisik yang dialami oleh lansia,
terkadang lansia mengalami kecemasan karena berbagai penyakit yang diderita
tidak kunjung sembuh bahkan semakin memburuk, sehingga harapan untuk
sembuh menjadi sedikit. Hal seperti ini yang pada akhirnya menyebabkan lansia
mengalami gangguan psikis seperti kecemasan.
Penatalaksanaan nyeri sendi dapat dilakukan secara farmakologis
dan nonfarmakologis. Menurut hasil penelitian Fadlilah (2017), terapi kompres
air hangat juga berpengaruh pada penurunan nyeri sendidengan p-value 0,000.
Kompres hangat lain yang dapat dilakukan dengan menggunakan bawang merah.
Bawang merah mengandung beberapa zat aktif yaitu allisin alin, flavonoid, alil profil
disulfida, fitosterol, flavol, kalium, pectin, saponim dan tripropanal. Diantara
beberapa zat aktif tersebut yaitu senyawa aktif flavonoid yang bersifat anti inflamasi
atau anti radang. Senyawa aktif ini sangat berguna untuk membantu penyembuhan
radang akibat luka memar, luka bakar, atau radang pada organ tubuh bagian
dalam seperti radang sendi. Kuswardhani (2016), menyatakan dalam kandungan
senyawa aktif bawang merah yaitu kaemferol mempunyai efek farmakologi sebagai
analgesik. Menurut Rachmad, dkk (2012), bawang merah sering digunakan untuk
kompres bawang merah.
Berdasarkan hal diatas maka kami merasa perlu memberikan informasi
melalui penyuluhan kepada lansia Kompres Bawang Merah terhadap Nyeri
Sendi pada Lansia. Dengan adanya penyuluhan diharapkan lansia dapat mengatasi
dan termotivasi dalam mengatasi nyeri yang dirasakan, sehingga tidak menimbulkan
akibat atau masalah yang fatal dan memburuk kondisi atau kesehatan pada lansia.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan Kompres Bawang Merah terhadap Nyeri
Sendi pada Lansia, peserta mengetahui dan memahami tentang cara mengatasi
nyeri sebelum dilakukan tindakan farmakologi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang nyeri sendi pada lansia
diharapkan peserta :
a. Mengetahui nyeri sendi pada lansia
b. Mengetahui penyebab, tanda gejala, dan cara mencegah nyeri sendi.
c. Mengetahui tentang pengertian nyeri sendi.
d. Mengetahui tentang etiologi nyeri sendi.
e. Mengetahui tanda dan gejala nyeri
sendiri
g. Mengetahui cara mengatasi nyeri sendi

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Penyuluhan Kompres Bawang Merah terhadap Nyeri Sendi pada Lansia

2. Sasaran/Target
 Pengasuh dan lansia diwilayah kerja UPTD RSGS
 Bersedia menjadi peserta penyuluhan
 Kooperatif
3. Metoda
Demonstrasi / peragaan
4. Media dan Alat
 Laptop
 LCD
 Slide Power Point
 Leaflet

5. Waktu dan tempat


 Hari/Tanggal : Kamis, 23 Januari 2020
 Waktu : 10.00 s.d 10.50 WIB
 Tempat : Aula UPTD RSGS
D. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
Kegiatan TAK Kegiatan Peserta Waktu

Fase Orientasi
 Memberikan salam dan  Menjawab salam 5 menit
memperkenalkan semua  Mendengarkan
anggota kelompok dan
 Menjelaskan topik memperhatikan
penyuluhan  Mendengar dan
 Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan
Fase Kerja
Menjelaskan kepada  Mendengar dan 40 menit
lansia tentang memperhatikan
perubahan sistem tubuh
pada lansia, pengertian
nyeri sendi, penyebab,
tanda gejala, dan cara
mencegah nyeri sendi,
dan cara mengatasi nyeri
sendi dengan kompres
bawang merah

Penutup

 Mengevaluasi kembali  Menyampaikan


5 Menit
materi yang sudah respon selama
diberikan kegiatan

 Memberikan
 Menerima
reinforcement positif reinforcement
kepada pengasuh positif
 Menjawab salam
 Memberi kesempatan
kepada peserta
penyuluhan untuk
bertanya

 Menyimpulkan materi
penyuluhan

 Menutup pertemuan
dan memberi salam
E. SETTING TEMPAT TAK

Keterangan :

: Moderator
: Fasilitator & observer
: pengasuh dan lansia
: Presentator

F. PENGORGANISASIAN
a. Pembagian Tugas
1. Pembimbing Akademik : Ns. Iskandar, M. Kep
2. Pembimbing klinik : Rosnidar, Amd Kep
2. Presentator : Cut Asri Yosinta
3. Moderator : Mira Daslina
4. Fasilitator :
 Fitri yunizar
 Yulibar
 Zeilinnia suhendar
 Wahyu masrurah
 Erna dewi
 Ismail denan
 Oki atosanda
 Riza ulhamdi
 Rofan defentri
 muhammad

5. Observer : Muliza Safitri


Erni Silvia

6. Dokumentasi : Lismawita
Muazim

b. Rincian Tugas/Peran
1. Peran Moderator
a. Membuka dan menutup acara.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
d. Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
e. Menjaga kelancaran acara.
f. Memimpin praktek.
g. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan.
2. Peran Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
3. Peran Fasilitator
a. Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan.
b. Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan.
c. Menjadi contoh dalam kegiatan.
4. Peran Observer
a. Mengamati jalannya kegiatan.
b. Mengevaluasi kegiatan.
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.

G. EVALUASI PROSES
1. Evaluasi Struktur:
 Penggunaan media yang lengkap, kondisi tempat yang kondusif.
 Presentator menguasai langkah-langkah pelaksaanaan kegiatan
penyuluhan
 Peserta berperan aktif selama proses penyuluhan
2. Evaluasi Proses
 Proses penyuluhan dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan
 Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan
Lampiran Materi

1. Konsep Lansia dan Perubahan System Tubuh Pada Lansia


Lanjut usia (lansia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan. Seseorang dikatakan lanjut usia apabila
usianya lebih dari 65tahun ke atas (Efendi dan Mahfudin 2009).
Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daurkehidupan manusia
yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu. Perubahan-perubahan fisiologis maupun psikososial, akan berpotensi
pada masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa(Maryam dkk
2008).

Perubahan Sistem Tubuh Lansia (Nugroho, 2008)

a) Perubahan Fisik
 Perubahan pada kulit : kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih
kering dan keriput, kulit di bagian bawah mata membentuk seperti
kantung dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan
jelas, warna merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di tengah
tengkuk.
 Perubahan otot : pada umumnya otot orang berusia madya menjadi
lembek dan mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut
 Perubahan pada persendian : masalah pada persendian terutama pada
bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit
berjalan
 Perubahan pada gigi : gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga
kadang-kadang memakai gigi palsu
 Perubahan pada mata : mata terlihat kurang bersinar dan cenderung
mengeluarkan kotoran yang menumpuk di susdut mata, kebanyakan
menderita presbiop atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya
akomodasi karena menurunnya elastisitas mata
 Perubahan pada telinga : fungsi pendengaran sudah mulai menurun,
sehingga tidak sedikit yang mempergunakan alat bantu pendengaran.
mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara perlahan
bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada
masa usia muda.
 Perubahan pada sistem pernafasan : nafas menjadi lebih pendek dan sering
tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas total paru-
paru, residu volume paru dan konsumsi oksigen basal, ini akan
menurunkan fleksibilitas dan elastisitas dari paru. Selain ganggunan fisik
yang bisa terlihat secara langsung, dengan bertambahnya usia sering pula
disertai dengan perubahan-perubahan akibat penyakit kronis, obat-obat yang
diminum akibat operasi yang menyiksa kesusahan secara fisik dan
psikologis.
Beberapa gangguan fisik pada bagian dalam tersebut seperti :
 Perubahan pada sistem syaraf otak : umumnya mengalami penurunan
ukuran, berat, dan fungsi contohnya kortek serebri mangalami atropi.
 Perubahan pada sistem cardiovascular : terjadi penurunan elastisitas dari
pembuluh darah jantung dan menurunnya cardiac out put
b) Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:

1. Kenangan (Memory)
2. Intelligent Quention (IQ)
c) Perubahan Psikososial

1. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awarness of mortality)


2. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
3. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic depriviation)
13

4. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit


bertambahnya biaya pengobatan.
5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
7. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
8. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman- teman dan keluarga.
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.

3. Nyeri sendi

1. Pengertian
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
nyata atau yang berpotensial untuk menimbulkan kerusakan jaringan
(Dharmady, 2004). Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan
yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut
International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, sendi
memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan
memberikan kemungkinan variasi pergerakan diantara segmen-
segmen serta kemungkinan variasi pertumbuhan (Brunner &
Sudarth, 2002).
Nyeri sendi adalah suatu akibat yang diberikan tubuh karena
pengapuran atau akibat penyakit lain.
2. Etiologi
Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui
secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,
lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun
14

faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,


mikroplasma dan virus.

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai


penyebab nyeri sendi yaitu:
a. Mekanisme imunitas.di kaitkan dengan vaskulitis dan prognosis yang
buruk.
b. Faktor metabolik.

Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses


autoimun.
c. Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik.
Juga dengan masalah lingkungan, Persoalan perumahan dan
penataan yang buruk dan lembab juga memicu pennyebab nyeri
sendi.
d. Faktor usia.
Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan
terhadap penyakit baik yang bersifat akut maupun kronik
(Brunner & Sudarth, 2002).

3.Patofisiologi
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian
diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami
patofisiologi penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah
gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati
masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada
sendi-sendi yang dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal.
Kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan
menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran
sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan
cairan kedalam ruang antara-tulang.
Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock
absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak
secara bebas dalam arah yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang
15

sering terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit


nyeri sendi .
Meskipun memiliki keaneka ragaman mulai dari kelainan yang
terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang sistemik,
semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam
derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada
persendian yang mengalami pembengkakan. Pada penyakit reumatik
inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang
merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus
(proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari
respon imun.
Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi degeneratif dapat terjadi
proses inflamasi yang sekunder.pembengkakan ini biasanya lebih ringan
serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar
kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut.
Pembengkakan dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan
tulang rawan yang bebas dari karilago artikuler yang mengalami
degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Brunner
& Sudarth, 2002).

4. Manifestasi Klinis

Ada banyak sekali sebab mengapa persendian sakit, nyeri sendi


dapat merupakan gejala tunggal atau menjadi bagian banyak gejala lain
yang dialami. Manifestasi nyeri sendi dapat bervariasi, seperti
kelembutan atau tidak nyaman ketika di sentuh, pembengkakan,
peradangan, kekakuan, atau pembatasan gerakan.

5. Penatalaksanaan

Sendi yang meradang di istirahatkan selama eksaserbasi, periode-


periode istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian,
aspirin, obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya, atau steroid sistemik,
pembedahan untuk mengeluarkan membran sinovium (Corwin, 2001).
16

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.

Maryam,SR,dkk.2008. Mengenai Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta; Salemba


Medika.

Nugroho, W (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta:EGC

Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. 2007.Anxiety Disorder in :


Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences / Clinical
Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkin. Hal 580

Shives, L. R. (2005). Basic Concepts of Psychiatric-Mental Health Nursing.


Lippincott: William Wilkins.

Stuart, Gail W. (2013). Principles & Practice of Psychiatric Nursing (9th ed)
Philadelphia: Elsevier Mosby

Videbeck, Sheila L,. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai