Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DAN SENAM LANSIA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Komunitas


Pokok Bahasan : Olahraga
Sub Pokok Bahasan : Senam Lansia
Sasaran : Lansia Desa Talulobutu
Tempat :
Hari/ Tanggal : Rabu, 22 Desember 2021
Waktu : 30 Menit

I. LATAR BELAKANG
Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Keadaan ini menyebabkan munculnya penyakit
degeneratif yang merupakan penumpukan distorsi metabolik dan struktural
(Darmojo dan Martono, 2014).
Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat
memperparah kondisi tersebut. Penurunan kemampuan muskuloskeletal dapat
menurunkan aktivitas fisik, sehingga akan mempengaruhi lansia dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living atau ADL)
(Ulliya dkk., 2017).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak tahan terhadap
jejas, termasuk infeksi. Pada orang lanjut usia, terdapat kemunduran organ tubuh
seperti otot, tulang, jantung, dan pembuluh darah, serta sistem saraf yang
mengakibatkan orang tua mengalami penurunan keseimbangan. Senam lansia
dan senam otak merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut karena Senam lansia akan menambah
penguatan otot, daya tahan tubuh, kelenturan tulang dan sendi, sehingga sistem
muskuloskeletal yang menurun dapat diperbaiki. Selain itu senam lansia
bermanfaat untuk memelihara kebugaran jantung dan paru (Herawati dan
Wahyuni, 2015)

II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, lansia di Desa
Talulobutu dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang penyakit
hipertensi dan dapat melakukan senam hipertensi atau darah tinggi dengan
benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat :
a. Menjelaskan Pengertian Penyakit Hipertensi
b. Menjelaskan Penyebab Hipertensi
c. Menjelaskan Tanda dan Gejala Hipertensi
d. Menjelaskan Pengertian Senam Hipertensi
e. Menjelaskan Manfaat Senam Hipertensi
f. Mendemonstrasikan langkah-langkah olahraga bagi lansia dengan benar

III. PROSES PELAKSANAAN


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media Metode
1. 5 Menit Pembukaan :  Menjawab
 Membuka kegiatan dengan salam Ceramah
mengucapakan salam  Mendengarkan
 Memperkenalkan diri  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2. Pelaksanaan :
 Menjelaskan Pengertian  Mendengarkan Flipchart ceramah dan
Hipertensi
 Menjelaskan Penyebab  Mendengarkan leaflet demonstrasi
Hipertensi
 Menjelaskan Tanda dan  Mendengarkan
Gejala Hipertensi
 Menjelaskan Pengertian
20
Senam Hipertensi  Mendengarkan
Menit
 Menjelaskan Manfaat
Senam Hipertensi  Mendengarkan
 Mendemonstrasikan
Langkah-langkah senam  Mendengarkan
lansia
 Memberi kesempatan
kepada peserta untuk  Memperhatikan
bertanya
3. Terminasi :
 Melakukan Evaluasi  Tanya jawab Tanya jawab
5 Menit
 Mengucapkan salam
penutup

IV. PENGORGANISASIAN DAN URAIAN TUGAS


1. Peran petugas dan terapis
a.) Leader
1. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok
2. Merencanakan dan mengontrol therapy aktifitas kelompok
3. Membuka aktifitas kelompoik
4. Memimpin diskusi dan therapy aktifitas kelompiok
5. Membacakan tujuan therapy aktifitas kelompok
b.) Co-Leader
1. Membantu leader menjalankan therapy aktifitas kelompok
2. Apabila therapy aktivitas pasif diambil alih oleh co-leader
c.) Fasilitator bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok lain
agar dapat mengikuti jalannya kegiatan dalam kelompok.
d.) Observer bertugas mencatat serta mengamati respon klien, jalannya
aktivitas therapi, peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta yang
drop out (tidak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai).
2. Nama anggota dan peran
Leader : Uyon Laloda
Co Leader : Fernianti Bano
Fasilitator : Melki Niklas Untu
Meylinda Noho
Ayu Thirta Lestari
Ningsi Suleman
Mya P. Taliki
Eka Sintiawati
Adlia Dulanimo
Fathan Amay
Rahmi S. Gobel
Ariyati Pakaya
Hariyati Ismail
Sri Susanti Abdul Wahab
Devia Huntua
Cindrawati
Observer : Ferawaty Padu
3. Klien yang masih aktif dan pasif dalam melakukan personal hygiene
4. Setting tempat dan waktu

Keterangan :

: Observer

: Pasien

: Leader

: Co Leader

: Fasilitator

V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

VI. MEDIA DAN ALAT


1. Leptop
2. Leaflet
3. LCD
VII. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Klien hadir dalam kegiatan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Desa Talulobutu
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Klien antusias terhadap materi dan demonstrasi yang diberikan
b. Klien tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Klien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi hasil
a. Klien mengetahui tentang pengertian hipertensi
b. Klien mengetahui tentang penyebab hipertensi
c. Klien mengetahui tentang tanda dan gejala hipertensi
d. Klien mengetahui tentang pengertian senam hipertensi
e. Klien mengetahui tentang manfaat senam hipertensi
f. Klien mampu mendemonstrasikan senam hipertensi lansia yang di
praktikan atau didemonstrasikan.
Lampiran Materi
SENAM HIPERTENSI PADA LANSIA

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai darah dan oksigen yang di bawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh
akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memenuhi kebutuhan. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan
menetap, timbullah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi.
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena
termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut
seringkali di anggap sebagai gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat
menyadari akan datangnya penyakit.
Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg. Menurut WHO, batasan tekanan darah
yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara
normotensi dan hipertensi disebut sebagai borderline hypertension (Garis Batas
Hipertensi). Batasan WHO tidak membedakan usia dan jenis kelamin.
B. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah M.,
2012) :
1) Hipertensi primer (esensial) Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau
hiperetnsi yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c) Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya
penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang
diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan
pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit
utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara
langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada
pasien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous
dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta
fungsi ginjal.
c) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral
yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion.
Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa
bulan penghentian oral kontrasepsi.
d) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension
disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
e) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
f) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk
sementara waktu.
g) Kehamilan
h) Luka bakar
i) Peningkatan tekanan vaskuler.
C. Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah : Sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
 sakit kepala
 kelelahan
 mual
 muntah
 sesak nafas
 gelisah
 pandangan menjadi kabur
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
D. Pengertian Senam Hipertensi
Senam hipertensi merupakan olahraga yang salah satunya bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot-otot dan rangka
yang aktif khususnya terhadap otot jantung (Mahardani, 2010).
E. Manfaat Senam Hipertensi
Manfaat senam Hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru
2. Membakar lemak yang berlebihan di tubuh karena aktifitas gerak untuk
menguatkan dan membentuk otot dan beberapa bagian tubuh lainnya, seperti:
pinggang, paha, pinggul, perut dan lain-lain.
3. Meningkatkan kelentukan, keseimbangan koordinasi, kelincahan, daya tahan
dan sanggup melakukan kegiatan-kegiatan atau olah raga lainnya. Bila
seseorang mempunyai motivasi untuk berlatih rutin dapat merupakan suatu
program penurunan berat badan.
F. Langkah-Langkah
a. Latihan kepala dan leher 
1) Lihat keatas kemudian menunduk sampai dagu ke dada
2) Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri.

3) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.

b. Latihan bahu dan lengan


1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan
kembali perlahan-lahan
2) Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurus
dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk
kemudian angkat lengan keatas kepala.

3) Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah


punggung sejauhmungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangankanan
dan kiri.

4) Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.


c. Latihan tangan
1) Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan
kemeja.

2) Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak


tangan untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali.

3) Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian
setelah menyentuh tiap jari.
4) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus
mungkin.

d. Latihan punggung
1) Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisi
yang lain.

2) Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan
melihat bahu kekiridan kekanan.
e. Latihan pernafasan 
1) Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.

2) Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-
dalam maka terasadada mengambang.

3) Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan


menutup kembali
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, N., (2017), Hubungan Antara Senam Lansia Dengan


Kemandirian Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari di PTSW Unit Budhi
Luhur Kasongan Bantul, Yogyakarta (Abstrak)

Bandiyah, S., (2015), Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik , Nuha


Medika,Yogyakarta, 2-4

Budiharjo, S., Prakosa, D., Soebijanto, (2015), Pengaruh Senam Bugar


Lansiaterhadap Kekuatan Otot Wanita Lanjut Usia Tidak Terlatih di
Yogyakarta, Sains Kesehatan, 17 (1), 111-121

Darmojo, B. dan Martono, H., 2014, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universtitas Indonesia, Jakarta, 4-8, 25-
26,93-94, 106-108
AHA. 2017. Understanding Blood Pressure Readings. AHA : 1–22.

Amran Y et al. 2010. Pengaruh Tambahan Asupan Kalium dan Diet Terhadap
Penurunan Hipertensi Sistolik dan diastolik Tingkat Sedang Pada Lanjut
Usia. Penelitian Universitas Islam Syarif hasanudin. Jakarta.

Angraini, R.D. 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT), Aktivitas Fisik, Rokok,
Konsumsi Buah, Sayur dan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Pulau
Kalimantan. Skripsi. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Beigi, M.A., et al. 2014. The effect of educational program on hypertension
management.
International Cardiovascular Research Journal, 8(3) 94-98.
Bell, K., Twiggs, J., Olin, B.R. 2015. Hypertension: The Silent Killer: Updated
JNC-8 Guideline Recommendations. Alabama Pharmacy Association.
Bope E T., Rick D. K. 2017. Conn’s Current Therapy 2017. Philadelphia: Elsevier
Inc.
Darmawan, H., Tamrin, A., & Nadimin, N. 2018. Hubungan Asupan Natrium dan
Status Gizi Terhadap Tingkat Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD
Kota Makassar. Media Gizi Pangan, 25(1), 11-17.
Giriwoyo, S. dan D.Z Sidik. 2012. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Hernawan, Totok dan Nur Rosyid, Fahrun. 2017. Pengaruh Senam Hipertensi
Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di
Panti Werdha Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta. Jurnal
Kesehatan. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai