Anda di halaman 1dari 73

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN

DI RUANGAN INSTALASI GAWAT DARURAT

LITERATUR REVIEW
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Profesi Ners

Oleh
INDRI A. HUSAIN, S.KEP
841720040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

i
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN
DI RUANGAN INSTALASI GAWAT DARURAT

LITERATUR REVIEW

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam


menyelesaikan Profesi Ners

Oleh
INDRI A. HUSAIN, S.KEP
841720040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

iii
Halaman Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa Literature Review ini benar-benar

disusun oleh penelaah untuk kelengkapan target Stase Peminatan Klinik Profesi

Ners Jurusan Keperawatan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri

Gorontalo tahun 2021.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari hasil

karya orang lain telah dituliskan sumbernya dengan jelas.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagaian bukan hasil

karya saya sendiri atau terdapat plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas

Negeri Gorontalo.

Gorontalo, September 2021

Indri A. Husain, S.Kep

iv
LEMBAR PENILAIAN

No Aspek yang dinilai Bobot Kriteria Penilaian

1 Pendahuluan 10% Menjelaskan topik, tujuan, dan alat


yang digunakan untuk mengkritisi
jurnal. Memberikan deksripsi singkat
makalah dan deskripsi singkat jurnal
yang ditelaah secara spesifik dan
relevan.

2 Kritik Artikel 80% Deskripsi dan kritik jurnal/artikel


menggunakan alat kritik (tool yang
tepat)

3 Kesimpulan 10% Menyimpulkan makalah dan


menuliskan refleksi atas kritik jurnal

Analisa tidak logis:


pemilihan tool yang tidak
sesuai ide
akansudahdipahami

Sangat koheren dan logis:


tool
Tepat ide bagus dan jelas

4 Pengurangan nilai 5% Nilai akan mendapatkan pengurangan


jika kriteria berikut tidak terpenuhi
1. Tidak mengikuti aturan
penulisan referensi dengan benar.
2. Penulisan bahasa Indonesia yang
tidak baik dan benar termasuk
tanda baca.

v
LEMBAR PERSETUJUAN SUPERVISOR

Literatur Review yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan


Pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Oleh :
INDRI A. HUSAIN, S.KEP
841 720 040

Telah di periksa dan di setujui untuk di uji

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Ramang Said Hasan, M.Kep Fycka Restiana Naue S.Kep., Ns


NIP. 197306071996031001 NIP. 198712122010012009

Mengetahui:
Ketua Program Studi Ners

Dr. Nasrun Pakaya, Ns., M.Kep


NIP. 197611181996021002

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Literatur Review yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan


Pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

OLEH
INDRI A. HUSAIN, S.KEP
841720040

Hari/Tanggal : Rabu, 7 September 2021


Waktu : 15.00 WITA
1. Ns. Ramang Said Hasan, M.Kep 1 ………………
NIP. 197306071996031001

2. Fycka Restiana Naue, S.Kep., Ns 2 ………………


NIP. 198712122010012009

3. Ns. Zulkifly Pomalango, M.Kep 3 ………………


NIP. 199307162020121018

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners

Dr. Nasrun Pakaya, Ns., M.Kep


NIP. 197611181996021002

vii
ABSTRAK

Indri A. Husain, S.Kep. 2021. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan


Pasien di Ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Literatur Review, Program
Studi Profesi Ners, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo. Supervisor Ns Ramang Said Hasan, M.Kep dan Preceptor Klinik Ns
Fycka Restiana Naue, S.Kep.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit pelayanan di rumah sakit, yang
memberikan penanganan awal bagi pasien menderita sakit dan cedera, yang
membutuhkan perawatan gawat darurat.Pelayanan kegawatdaruratan merupakan
tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien gawat darurat dalam waktu segera
untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan.Untuk itu diperlukan
peningkatan kualitas pelayanan agar dapat memberikan kepuasan pada pasien
yang datang di IGD.Adapun faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien antara
lain faktor (Keterampilan petugas, prosedur pelayanan, kenyamanan lingkungan
dan waktu tanggap), kemudian faktor (Tangiable, Emphaty, Responsiveness dan
assurance) dan juga faktor (pelayanan yang diberikan, lingkungan di sekitar
bangsal IGD, Staf (perawat dan dokter), privasiyang dijaga, waktu tanggap di IGD
dan kepuasan tentang waktu).Tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien di IGD. Pencarian artikel/jurnal menggunakan
database Science Direct, PubMed dan Google Schoolar. Hasil menunjukkan
bahwa terdapat 21.550 artikel yang diidentifikasi danditerbitkan dari tahun 2010-
2021.Setelah dilakukan penyaringan, terdapat 5 artikel yang memenuhi kriteria
inklusi.
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor yang mampu
memberikan pengaruh terhadap kepuasan pasien di IGD.

Kata Kunci: Instalasi Gawat Darurat, Kepuasan pasien


Daftar Pustaka: 20 (2016-2020)

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

literatur review dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Literatur review ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam

menempuh ujian Ujian Profesi Ners Fakultas Olahraga dan Kesehatan.

Penulis menyadari selama penyusunan literatur review ini penulis banyak

menghadapi berbagai hambatan dan rintangan namun atas Doa, dukungan,

perhatian, bimbingan, saran, serta kerja sama dari berbagai pihak secara langsung

maupun tidak langsung terutama kepada Bapak Ns Ramang Said Hasan, M.Kep

selaku supervisor dan Ns Fycka Restiana Naue, S.Kep selaku selaku perceptor

klinik yang yang telah meluangkan waktu dan pikiran ditengah kesibukan untuk

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi, sehingga penulis lebih mengerti,

memahami cara penyusunan literatur review ini dan dapat menyelesaikan setiap

kesulitan yang dihadapi.

ix
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................i


Halaman Logo ...................................................................................................................ii
Halaman Judul .................................................................................................................iii
Halaman Pernyataan .......................................................................................................iv
Lembar Penilaian ..............................................................................................................v
Persetujuan Pembimbing ................................................................................................vi
Lembar Pengesahan .......................................................................................................vii
Abstrak ...........................................................................................................................viii
Kata Pengantar ................................................................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................................x
Daftar Tabel ....................................................................................................................xii
Daftar Lampiran ........................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORITIS ............................................................................................6
2.1 Kajian Teori ..................................................................................................................6
2.1.1 Instalasi Gawat Darurat .......................................................................................6
2.1.1.1 Definisi ......................................................................................................6
2.1.1.2 Tujuan Pelayanan Gawat Darurat .............................................................7
2.1.1.3 Prinsip Pelayanan Gawat Darurat .............................................................9
2.1.1.4 Kriteria dan Pelayanan Kegawatdaruratan di IGD .................................10

x
2.1.1.5 Triase ......................................................................................................10
2.1.2 Kepuasan Pasien ...............................................................................................15
2.1.2.1 Pasien ......................................................................................................15
2.1.2.1 Kepuasan .................................................................................................17
2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien ...........................18
2.1.2.4 Dimensi Kepuasan Pasien .......................................................................23
2.1.2.5 Pengukuran Kepuasan Pasien .................................................................24
BAB III METODE TINJAUAN LITERATUR ............................................................25
3.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................................25
3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi .........................................................................................25
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................................25
BAB IV HASI DAN PEMBAHASAN ...........................................................................27
4.1 Deskripsi Hasil Tinjauan Literatur ..............................................................................27
4.2 Pembahasan .................................................................................................................32
BAB V PENUTUP ...........................................................................................................43
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................43
5.2 Conflict of Interest ......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................44

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tinjauan Literatur.................................................................... 27

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Hasil Pencarian Literature............................................54
Lampiran 2. Artikel 1...................................................................................55
Lampiran 3. Artikel 2...................................................................................56
Lampiran 4. Artikel 3...................................................................................57
Lampiran 5. Artikel 4...................................................................................58
Lampiran 6. Artikel 5...................................................................................59

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap Rumah Sakit wajib memiliki fasilitas pelayanan gawat darurat yang

melayani 24 jam. Insatalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit

pelayanan di rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama baik dengan

kondisi emergency maupun non emergency dan juga sebagai jalan pertama

masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat

merupakan suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan pertolongan medis

yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (Kemenkes

RI, 2009).

Gawat adalah kondisi pasien dengan ancaman jiwa atau ancaman kematian,

sedangkan darurat adalah kondisi penderita yang memerlukan pertolongan segera.

Gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera

untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI No.47

tahun 2018). Pelayanan kegawatdaruratan merupakan tindakan medis yang

dibutuhkan oleh pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan

nyawa dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI No.47 tahun 2018).Menurut

Sofyani & Handayani 2018 IGD yaitu bagian dari rumah sakit yang menyediakan

penanganan kegawatdaruratan bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang

dapat membahayakan kelangsungan hidupnya apabila tidak tertangani dengan

segera.

1
Tujuan dari IGD yaitu untuk menerima, melakukan triase, melakukan

stabilisasi, dan memberikan pelayanan kesehatan akut untuk pasien yang

membutuhkan resusitasi dengan kegawatan tertentu. Sebagai unit pertama

menangani pasien dalam keadaan gawat darurat, instalasi gawat darurat dituntut

untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding dengan unit-unit

lain. (Jenny Tampubolon. 2020). Pasien yang masuk ke unit gawat darurat

membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat, maka diperlukan standar dalam

pelayanan gawat darurat yang sesuai dengan kompetensi kemampuan, pelayanan

yang diberikan kepada pasien di unit gawat darurat diharapkan lebih baik dari

pada unit pelayanan yang lain baik dalam ketersediaan tenaga medis, maupun

ketersediaan pendukung lainnya dan ketersediaan obat-obatan, ketepatan,

kesopanan, dan keramah-tamahan dalam memberikan pelayanan di unit gawat

darurat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber

daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai (Gobel, Wahidi &

Mutaqqin, 2018).

Data kunjungan pasien ke IGD di seluruh Indonesia mencapai 14.402.250

jiwa (13,5% dari total seluruh kunjungan di Rumah Sakit Umum) dengan jumlah

kunjungan 12% dari kunjungan igd berasal dari rujukan dengan jumlah Rumah

Sakit Umum 1.033 Rumah Sakit Umum dari 1.319 Rumah Sakit yang ada

(Kementrian kesehatan, 2014). Sedangkan pada tahun 2017 jumlah kunjungan di

IGD sebanyak 18.250.250 jiwa (13,1% dari jumlah total kunjungan). Jumlah yang

signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup besar dengan

pelayanan pasien gawat darurat (Kementrian Kesehatan, 2014).

2
Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan mengharuskan

rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan dan keinginan

pasien dengan tetap mengacu pada kode etik profesi. Dalam perkembangan

teknologi dan persaingan yang semakin ketat, maka setiap rumah sakit dituntut

untuk terus melakukan peningkatan kualitas pelayanannya (Kepmenkes, 2009).

Kualitas pelayanan merupakan kepuasan yang didapatkan pelanggan sepenuhnya.

Suatu produk berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada

konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk

dan jasa (Gobel et al, 2018). Kualitas pelayanan kesehatan dipengaruhi pada saat

proses pemberian layanan. Salah satu upaya mengantisipasi keadaan tersebut

adalah dengan cara tetap menjaga bahkan meningkatkan kualitas pelayanan,

sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan

(Anggraini, 2019).

Pemberian pelayanan agar bisa memberikan kepuasan pasien khususnya

pelayanan gawat darurat dapat dinilai dari kemampuan perawat dalam hal

responsiveness (cepat tanggap), reliability (pelayanan tepat waktu), assurance

(sikap dalam memberikan pelayanan), emphaty (kepedulian dan perhatian dalam

memberikan pelayanan) dan tangiable (mutu jasa pelayanan) dari perawat keada

pasien (Apriani, 2019). Pada saat layanan kesehatan yang diberikan semaksimal

mungkin, maka layanan kesehatan itu sendiri akan di nilai oleh pasien, seberapa

puas pasien terhadap pelayanan yang diberikan.

3
Kepuasan pasien adalah perasaan senang yang muncul di dalam diri seorang

setelah mendapatkan pelayanan yang diterima secara langsung (Prasetyo, 2017).

Menurut Muhsilin (2016) kepuasan pasien dapat diartikan sebagai penilaian atau

persepsi pasien terhadap kesehatan dengan membandingkan apa yang diharapkan

sesuai dengan layanan kesehatan yang diterima di suatu rumah sakit. Secara

sederhana tingkat kepuasan pasien akan meningkat apabila mendapatkan

pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga membuat pasien

akan kembali lagi, dan memberitahukan informasi pelayanan yang pasien

dapatkan dirumah sakit ke keluarga, teman dan orang sekitar (Yuniar &

Handayani, 2016). Apabila pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang

diberikan maka mereka akan membentuk persepsi yang kurang baik kepada orang

lain tentang pengalaman buruknya, dan memberitahukan dua kali lebih hebat

kepada orang lain tentang pengalaman buruknya (Otani, dkk, 2015).

Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tentang kepuasan

pasien di IGD, menunjukan bahwa dari 10 pasien yang berkunjung ke IGD, 6

orang mengeluhkan tentang perawatan yang diberikan tidak sesuai dengan

harapan, waktu tunggu yang relative lama, dan fasilitas yang ada serta petugas

yang msih kurang, dan 4 orang lainnya mengatakan ketidakpuasannya mengenai

obat yang diberikan relative lama dan memiliki proses yang rumit (Rahma, dkk,

2019). Selain itu terdapat juga penelitian oleh Hefferman (2016) di Queens, Nasau

AS bahwa, ternyata 84,96% responden belum puas dengan pelayanan di IGD

yang dberikan, responden terbanyak mengomentari bahwa perawat yang tidak

4
ramah dan judes, ruang perawatan yang kurang bersih, jadwal kunjungan dokter

yang tidak tepat waktu dan sarana parker yang kurang memadai.

Data Kemenkes RI tahun 2018, masih ditemukan adanya keluhan

ketidakpuasan pasien terhadap terhadap pelayanan keperawatan di IGD. Rata-rat

hasil data yang didapatkan dari bebereapa Rumah Sakit di Indonesia menunjukan

67% klien yang mengeluh adanya ketidakpuasan dalam penerimaan pelayanan

kesehatan.

Langkah penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan di IGD yaitu salah

satunya dengan cara memahami hal-hal apa saja yang mempengaruhi kepuasan

pasien selama berada di ruangan instalasi gawat darurat, seperti keterampilan

petugas kesehatan, prosedur pelayanan, kenyamanan lingkungan dan waktu

tanggap.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukantinjauan studi literatur yang berjudul Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kepuasan Pasien di Ruangan Instalasi Gawat Darurat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dari studi

literature ini adalah apa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien di

instalasi gawat darurat (IGD)?

5
1.3 Tujuan Studi Literatur
Tujuan dari studi literatur ini untuk menganalisis dan mensintesis buktibukti/

literatur tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien di instalasi

gawat darurat (IGD).

1.4 Manfaat Studi Literatur

1.4.1 Manfaat Teoritis

Studi literatur ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pengembangan konsep teori khususnya dalam hal meningkatkan

pengetahuan tentang pelayanan di instalasi gawat darurat (IGD).

1.4.2 Manfaat Praktis

Studi literatur ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi

bagi penelitian selanjutnya tentang faktor yang mempengaruhi kepuasan

pasien di IGD.

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Instalasi Gawat Darurat

2.1.1.1 Definisi

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit pelayanan di rumah sakit,

yang memberikan penanganan awal bagi pasien menderita sakit dan cedera, yang

membutuhkan perawatan gawat darurat. (Queensland Health ED, 2018). Menurut

Australasian Collage for Emergency Medicine (2014) Instalasi gawat darurat

memiliki tujuan utama diantaranya adalah menerima, melakukan triase,

menstabilisasi, dan memberikan pelayanan kesehatan akut untuk pasien, termasuk

pasien yang membutuhkan resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan

tertentu.

Gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis

segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI No.

47 tahun2018). Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan salah satu unit pelayanan

di Rumah Sakit yang menyediakan penanganan awal (bagi pasien yang datang

langsung ke rumah sakit) atau lanjutan (bagi pasien rujukan dari fasilitas

pelayanan lain), yang menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam

kelangsungan hidupnya (Permenkes RI No. 47 tahun2018).

Kementrian kesehatan RI telah mengaturkebijakan mengenai standarisasi

pelayanan di instalasi gawat darurat rumah sakit.Peraturan ini ditunjukan untuk

memperbaiki kualitas instalasi gawat darurat di indonsesia. Peraturan ini harus ada

7
komitmen dari pemerintah pusat maupun daerah untuk berpartisipasi dalam

memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwasanya penanganan

kegawatdaruratan dan life saving tidak ditari uang muka dan penanganan gawat

darurat harus dilakukan kurang dari 5 menit setelah pasien sampai di instalasi

gawat darurat (Kemenkes, 2018).

IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang

membutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam kondisi sehari -

hari maupun bencana (Permenkes RI No. 47 tahun 2018). Secara garis besar

kegiatan di IGD rumah sakit dan menjadi tanggung jawab IGD secara umum

terdiri dari:

1. Menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan

menangani kondisi akut atau menyelamatkan nyawa dan/atau kecacatan

pasien.

2. Menerima pasien rujukan yang memerlukan penanganan lanjutan/definitif

dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

3. Merujuk kasus-kasus gawat darurat apabila rumah sakit tersebut tidak

mampu melakukan layanan lanjutan.

2.1.1.2 Tujuan Pelayanan gawat darurat

Tujuan pelayanan gawat darurat adalah untuk dapat mengurangi resiko

terjadianya kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat, menerima

rujukan pasien, menangani pasien korban bencana dan kecelakaan, pelayanan

berkualitas pada masyarakat dengan problem medis akut (Moeloek, 2019).

Menurut (Hutabarat & Putra, 2016). Kondisi gawat darurat dapat terjadi dimana

8
saja, baik pre hospital maupun in hospital ataupun post hospital, oleh karena itu

tujuan dari pertolongan gawat darurat ada tiga yaitu:

1. Pre Hospital

Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat dilakukan

orang awam khusus ataupun petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan

tindakan penanganan berupa :

a. Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat kejadian yang

berisiko menyebabkan jatuh korban lagi, misalnya pecahan kaca yang

masih menggantung dan lain-lain.

b. Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi gawat darurat

serta memberikan pertolongan pertama sebelum petugas kesehatan yang

lebih ahli datang untuk membantu

c. Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara

d. Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke tempat yang lebih

aman atau dikirim ke pelayanan kesehatan yang sesuai kondisi korban

e. Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas kesehatan

melalui pelatihan siaga terhadap bencana

2. . In Hospital

Kondisi gawat darurat in hospital dilakukan tindakan menolong

korban oleh petugas kesehatan. Tujuan pertolongan di rumah sakit adalah:

a. Memberikan pertolongan profesional kepada korban bencana sesuai

dengan kondisinya

9
b. Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut

(BHL)

c. Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinamika yang akurat

d. Melakukan rehabilitasi agar produktifitas korban setelah kembali ke

masyarakat setidaknya setara bila dibanding bencana menimpanya

e. Melakukan pendidikan kesehatan dan melatih korban mengenali

kondisinya dengan segala kelebihan yang dimiliki

3. Post Hospital

Kondisi gawat darurat post hospital hampir semua pihak menyatakan

sudah tidak ada lagi kondisi gawat darurat padahal kondisi gawat darurat

ada yang terjadi setelah diberikan pelayanan di rumah sakit, contohnya

korban perkosa. Korban perkosa mengalami gangguan trauma psikis yang

mendalam seperti, merasa tidak berharga, harga diri rendah, sehingga

mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Tujuan

diberikan pelayanan dalam rentang post hospital adalah :

a. Mengembalikan rasa percaya diri pada korban

b. Mengembalikan rasa harga diri yang hilang sehingga dapat tumbuh dan

berkembang

c. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada orang-orang terdekat dan

masyarakat yang lebih luas

d. Mengembalikan pada permanen sistem sebagai tempat kehidupan nyata

korban

10
e. Meningkatkan persepsi terhadap realitas kehidupannya pada masa yang

akan datang.

2.1.1.3 Prinsip Pelayanan di IGD

Prinsip umum pelayanan IGD Rumah Sakit menurut Kemenkes (2018)

a. Rumah sakit harus memiliki pelayanan emergency yang memiliki

kemampuan dan pengetahuan untuk melakukan pemeriksaan awal

kasus-kasus emergency dan resusitasi serta stabilisasi (live saving).

b. Instalasi Gawat Darurat rumah sakit diwajibkan untuk memberikan

pelayanan 24 jam dalam sehari selama satu minggu

c. nama untuk instalasi atau unit gawat darurat di Rumah Sakit harus sama

atau diseragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat.

d. Rumah sakit tidak diperkenankan meminta uang pembayaran awal pada

saat menangani kasus gawat darurat.

e. Pasien gawat darurat wajib ditangani maksimal dalam waktu 5 menit

setelah sampai di IGD.

f. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi fungsional, dimana terdapat

unsur pimpinan dan unsur pelaksanaan.

g. Semua Rumah sakit harus berusaha dalam penyesuaian pelayanan

gawat darurat minimal sesuai dengan standar yang ada.

2.1.1.4 Kriteria dan Penanganan kegawatdaruratan di IGD

1. Menurut Kemenkes (2018) Pelayanan kegawatdaruratan memiliki kriteria

sebagai berikut :

a. Mengancam nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan

11
b. Adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi

c. Adanya penurunan kesadaran

d. Adanya gangguan hemodinamik

e. Memerlukan tindakan segera

2. Penanganan pelayanan Kegawatdaruratan meliputi :

a. Prafasilitas pelayanan kesehatan : tindakan pertolongan dan evakuasi

medik.

b. Intrafasilitas pelayanan kesehatan

Penanganan kegawatdaruratan intrafasilitas pelayanan kesehatan

merupakan pelayanan gawat darurat yang diberikan kepada pasien di

dalam Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai standar.

c. Antar fasilitas pelayanan kesehatan

Penanganan antarfasilitas pelayanan kesehatan merupakan tindakan

rujukan terhadap pasien dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan ke

fasilitas pelayanan kesehatan lain yang lebih mampu sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.1.5 Triase

1) Definisi Triase

Triase yaitu untuk mengidentifikasi pasien yang berdasarkan prioritas.

Triase dalam Bahasa Perancis di sebut Trier yang artinya menyeleksi. Istilah triase

pada zaman dahulu digunakan untuk menyeleksi anggur yang baik dan yang

buruk sebelum di olah menjadi minuman anggur yang berkualitas, seiring waktu

berjalan, istilah triase kemudian digunakan pada bidang medis (Mardalena, 2016).

12
Menurut Wijaya (2010) triase adalah pemilihan korban sebelum ditangani,

pemilihan tersebut dilandasikan pada proses khusus pasien berdasarkan berat

tidaknya penyakit pasien. Ziammermann dan Herr dalam bukunya yang berjudul

Triage Nursing Scret (2006) mengidentifikasikan bahwa triase digolongkan

berdasarkan tipe tingkat kegawatan, keterbatasan alat, keterbatasan fasilitas

(Mardalena, 2016).

2) Triase dalam pelayanan gawat darurat

Triase dalam pelayanan gawat darurat adalah proses pengambilan

keputusan yang diterapkan untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan

penanganan segera untuk mencapai hasil yang optimal. Triase sistem adalah skala

yang dikembangkan terutama untuk melakukan pengkategorian tindakan segera

pada pasien dan mengoptimalkan sumber daya pada ruang pelayanan gawat

darurat (Kuriyama et al, 2017). Triase dibutuhkan karena jumlah pasien yang

datang ke unit gawat darurat terus meningkat dan tidak dapat diprediksi dengan

akurat, mulai dari yang memiliki masalah klinis tinggi ataupun ringan. Hal ini

dapat menyebabkan kepadatan di unit gawat darurat, sehingga sering terjadi

masalah organisasi sebagai contoh hanya sebagian pasien memiliki kondisi yang

membahayakan jiwa atau darurat medis dan tidak semua yang dirawat di ruang

gawat darurat dapat dirawat di rumah sakit yang sama. Dengan demikian, pasien

dengan cedera atau penyakit yang mengancam jiwa perlu diidentifikasi secara

tepat dalam beberapa menit setelah kedatangan (Duke, 2016).

Rumah Sakit harus dapat melaksanakan pelayanan triase, survey primer,

survey sekunder, tatalaksana definitif dan rujukan. Apabila diperlukan evakuasi,

13
rumah sakit yang menjadi bagian SPGDT dapat melaksanakan evakuasi

tersebut.Setiap rumah sakit harus memiliki standard triase yang ditetapkan oleh

kepala/direktur rumah sakit (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).

3) Prinsip Triase

Menurut Mardalena (2016) Prinsip triase merupakan penanganan pasien

yang dilakukan secara cepat dan tepat, prinsip tersebut meliputi:

a. Tindakan dilakukan cepat, singkat dan akurat.

b. Meiliki kemampuan merespons, menilai kondisi pasien yang sakit,

cedera atau sekarat.

c. Melakukan pengkajian secara adekuat dan akurat.

d. Membuat keputusan berdasarkan dengan kajian

e. Memberi kepuasan pada pasien, bisa berupa perawatan secara simultan,

cepat dan pasien tidak ada yang dikeluhkan

f. Perawatan memberikan dukungan emosional, baik kepada keluarga

maupun kepada pasien

g. Menentukan pasien berdasarkan tempat, waktu pelayanan yang tepat.

4) Klasifikasi Triase

a. Klasifikasi Kegawatan Triase

Kegawatan triase adalah suatu keadaan yang membutuhkan tindakan

serius, cepat, tepat dan benar. Berikut klasifikasi pasien dalam system

triage menurut Mardalena (2016):

a) Gawat Darurat (Prioritas 1:P1)

14
Dalam buku Wijaya (2010) berjudul konsep dasar keperawatan

gawat darurat, gawat darurat merupakan keadaan yang mengancam

nyawa, dimana pasien membutuhkan tindakan segera. Jika stidak

segera diberikan tindakan, pasien akan mengalami kecacatan.

Kemungkinan paling fatal dapat menyebabkan kematian.

Kondisi gawat darurat dapat disebabkan adanya gangguan ABC

dan mengalami beberapa gangguan lainnya.Gangguan ABC meliputi

gangguan jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi.Adapun gawat darurat

yang dapat berdampak fatal, seperti gangguan cardiacarrest, trauma

mayor dengan pendarahan, mengalami penurunan kesadaran.

b) Gawat Tidak Darurat (Prioritas 2:P2)

Pasien yang memiliki penyakit mengancam nyawa, namun

keadaan tidak memerlukan tindakan gawat darurat dikategorikan pada

prioritas 2.Penanganan bisa dilakukan dengan resusitasi.Selanjutnya,

tindakan dapat diteruskan dengan memberikan rekomendasi ke dokter

spesialis seuai penyakitnya.

Pasien yang termasuk di kategori P2 antara lain penderita kanker

tahap lanjut. Misalnya kanker serviks, sickle cell dan banyak penyakit

yang sifatnya mengancam nyawa namun masih ada waktu untuk

penanganan.

c) Darurat Tidak Gawat (Prioritas 3P3)

Ada situasi dimana pasien mengalami kondisi seperti P1 dan

P2.Namun ada juga kondisi pasien yang darurat tidak gawat.Pasien P3

15
memiliki penyakit yang tidak mengancam nyawa, namun memerlukan

tindakan darurat.Jika pasien P3 dalam kondisi sadar dan tidak

mengalami gangguan ABC, maka pasiend apat ditindak lanjuti ke poli

klinik.Pasien dapat diberi terapi definitive, laserasi, otitis media,

fraktur minor, atau tertutup.

d) Tidak Gawat Tidak Darurat (Prioritas 4:P4)

Klasifikasi triase ini adalah yang paling ringan diantara triase

lainnya.Pasien yang masuk dikategori P4 tidak memerlukan tindakan

keperawatan gawat darurat.Penyakit P4 adalah penyakit

ringan.Misalnya penyakit paru, flu, batuk pilek, dan demam ringan.

b. Klasifikasi Tingkat Prioritas

Tingkat prioritas adalah pemberian warna juga dilakukan untuk

memberikan peilaian terhadap penyelamatan nyawa. Berikut beberapa

warna yang sering digunakan untuk triase:

a) Merah

Warna merah merupakan penanda untuk pasien yang harus segera

ditangani atau tingkat prioritas pertama. Warna merah menandakan

bahwa pasien dalam keadaan mengancam jiwa yang menyerang

bagian vital. Pasien dengan triase merah memerlukan tindakan bedah

dan resusitasi sebagai langkah awal sebelum dilakukan tindakan lanjut

seperti operasi atau pembedahan.

Pasien bertanda merah ini jika tidak segera ditangani bisa

menyebabkan pasien hilang nyawanya. Berikut yang termasuk ke

16
prioritas pertama (warna merah) diantaranya henti jantung,

pendarahan besar, henti nafas, dan tidak sadarkan diri.

b) Kuning

Pasien yang diberikan tanda kuning juga berbahaya dan harus segera

ditangani. Hanya saja, tanda kuning menjadi tingkat prioritas kedua

setelah tanda merah. Dampak jika tidak segera ditangani, akan

mengancam fungsi vital organ tubuh bahkan menganca nyawa.

Misalnya pasien yang mengalami luka bakar tingkat II dan III kurang

dari 25% mengalami trauma thorak, trauma bola mata, dan laserasi

uterus.

c) Hijau

Warna hijau merupakan tingkat prioritas ketiga. Warna hijau

mengisyaratkan bahwa pasien hanya perlu penanganan dan pelayanan

biasa. Dalam arti pasien tidak dalam kondisi gawat darurat dan tidak

dalam kondisi terancam nyawa. Pasien yang diberikan prioritas hijau

menandakan bahwa pasien hanya mengalami luka ringan atau sakit

ringan. Misalnya luka superfisial.

d) Hitam

Warna hitam digunakan untuk pasien yang memiliki kemungkinan

hidup sangat kecil. Biasanya, pasien yang mengalami luka atau

penyakit parah akan diberikan tanda hitam. Tanda hitam juga

diberikan kepada pasien yang tidak nafas setelah dilakukan intervensi

live saving. Adapun yang termasuk kategori warna hitam antara lain,

17
pasien yang mengalami trauma kepala dengat otak keluar, spinal

injury, dan pasien multiple injury.

2.1.2 Kepuasan Pasien

2.1.2.1 Pasien

1. Definisi Pasien

Pasien adalah setiap orang yang yang melakukan konsultasi

masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah sakit

(Undang-Undang tentang Rumah Sakit No 44 tahun 2009 pasal 1).

2. Hak Pasien

Menurut (UU no.44 Tahun 2009: UU tentang Rumah Sakit pasal 31

dan 32 ). Setiap pasien mempunyai hak :

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang

berlaku di Rumah Sakit.

b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa

diskriminasi.

d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standart

profesi dan standart prosedur operasional.

e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien

terhindar dari kerugian fisik dan materi.

f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

18
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya

dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.

h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter

lain yang mempunyai Surat Izin Praktik ( SIP) baik di dalam

maupun di luar Rumah Sakit.

i. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita

termasuk data–data medisnya.

j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara

tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan

komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan

yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan

dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaannya yang

dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya

n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan Rumah Sakit.

o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit

terhadap dirinya.

p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan

agama dan kepercayaan yang dianutnya.

19
q. Menggugat atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart baik secara

perdata ataupun pidana, dan

r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan

standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang–undangan.

3. Kewajiban Pasien

Menurut UU RI No.38 Tahun 2014 dalam praktik keperawatan,

pasien berkewajiban :

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah

kesehatannya.

b. Memetuhi nasehat dan petunjuk perawat.

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

2.1.2.2 Kepuasan

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas, merasa senang,

perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan

dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang

dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan

suatu jasa. Menurut Pohan dalam Aggrianni, (2017) pengertian kepuasan pasien

adalah harapan pasien yang timbul atas tindakan tenaga kesehatan sebagai akibat

dari kinerja layanan kesehatan selama proses berinteraksi dalam upaya

memberikan pelayanan. Kepuasan pasien juga diartikan sebagai ukuran sejauh

20
mana pasien puas dengan perawatan kesehatan yang mereka terima dari penyedia

layanan kesehatan (Swastika et al., 2018). Kualitas pelayanan kesehatan

dipengaruhi pada saat proses pemberian layanan. Salah satu upaya mengantisipasi

keadan tersebut adalah dengan cara tetap menjaga bahkan meningkatkan kualitas

pelayanan, sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan

kesehatan. (Anggraeni, 2019). Pada saat layanan kesehatan yang diberikan

semaksimal mungkin, maka layanan kesehatan itu sendiri akan di nilai oleh

pasien, seberapa puas pasien terhadap layanan yang diberikan.

Secara sederhana tingkat kepuasan pasien akan meningkat apabila

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga

membuat pasien akan kembali lagi, dan memberitahukan informasi pelayan yang

pasien dapatkan dari rumah sakit ke keluarga, teman, dan orang sekitar yang ada

dilingkungan (Muhlisin et al., 2016). Sedangkan (Yuniar & Handayani, 2016)

mengatakan Kepuasan pasien merupakan perasaan senang yang muncul di dalam

diri seorang setelah mendapatkan pelayanan yang diterima atau dialami secara

langsung. Salah satu indikasi kepuasan konsumen terhadap pelayanan kesahatan

yang ada dirumah sakit adalah kepuasan terhadap komunikasi yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan, khusunya perawat kepada pasien yang sedang dirawat atau

yang baru saja masukkeruangan, terutama di Instalasi Gawat Darurat (Prasetyo

Kusumo,2017).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan

pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional (perasaan senang

21
dan puas) pada pasien karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam

menggunakan dan menerima pelayanan kesehatan.

2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan

Muhlisin et al., (2016) menuliskan bahwa kepuasan pasien adalah hasil

dari penilaian atau persepsi pasien terhadap kesehatan dengan membandingkan

apa yang diharapkan sesuai dengan layanan kesehatan yang diterima di suatu

rumah sakit. Dalam penelitian (Apriani, 2019) Kepuasan pasien merupakan

tingkat dimana seseorang menyetakan hasil perbandingan atas kinerja produk dan

jasa yang diterima dengan yang diharapkan.Kepuasan pasien merupakan salah

satu indicator penting yang harus diperhatikan dalam pelayanan kesehatan.

Astuti, Septo, & Fatmasari (2017) juga mengatakan bahwa kepuasan

pasien merupakan salah satu indikator dalammenilai mutu pelayanan yang

diberikan suatu rumah sakit. Jadi dapat diartikan bahwa kepuasan pelanggan atau

pasien adalah penilian yang mereka dapatkan dari pelayanan yang diberikan oleh

petugas, jika pelayanan yang mereka dapatkan sesuai dengan yang diharapkan

pasien, maka besar kemungkinan pasien akan datang kembali, namun jika harapan

yang diharapkan pasien tidak sesuai harapan, maka pasien tidak akan kembali lagi

untuk menerima layanan lagi, dan kemungkinan besar bisa memberikan nilai

negative ke orang-orang terdekat baik itu, keluarga, teman, dan tetangga.

Dan secara sederhana tingkat kepuasan pasien akan selalu meningkat khususnya

dirumah sakit apabila pelayanan yang diberikan khususnya di Istalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Advent sesuai dengan yang diharapkan pasien dan keluarga

(Apriani, 2019).

22
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien di Instalasi

Gawat Darurat menurut (Nurlina dkk, 2019)antara lain :

1. Faktor Keterampilan Petugas Kesehatan

Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap, mampu, dan

cekatan. Keterampilan membutuhkan pelatihan dan kemampuan dasar

yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu menghasikan sesuatu

yang lebih bernilai dengan lebih cepat. Keterampilan petugas kesehatan

mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya

dari petugas. Selain itu, bebas dari bahaya saat pelayanan merupakan

jaminan bagi pasien. Suatu organisasi kerja sangat memerlukan adanya

kepercayaan yang diyakini sesuai dengan kenyataan bahwa organisasi

tersebut dapat memberikan kualitas pelayanan yang dapat dijamin sesuai

dengan :

a. Mampu memberikan kepuasan dalam pelayanan yaitu memberikan

pelayanan yang cepat, tepat, mudah, lancar, dan berkualitas.

b. Mampu menunjukkan komitmen kerja yang tinggi sesuai dengan

bentuk-bentuk integritas kerja, etos kerja, dan budaya kerja yang

sesuai dengan visi, misi suatu organisasi dalam memberikan

pelayanan.

c. Mampu memberikan kepastian atas pelayanan sesuai dengan prilaku

yang ditunjukkan, agar orang yakin sesuai dengan prilaku yang

dilihatnya.

23
2. Faktor Prosedur Pelayanan

Tugas Pokok IGD adalah melakukan perekaman dan pencatatan

identitas, melakukan perekaman dan pencatatan identitas pasien, hasil

pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, dan tindakan yang dilakukan kepada

pasien, menentukan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan, apakah di rawat

inap, rujuk, kontrol, atau dinyatakan sembuh/ sehat, membuat surat

rujukan dan jawaban rujukan (Aplikasi P-Care), membuat dokumentasi

rekam medis di status rawat inap bila pasien dirawat inap, membuat

dokumentasi lengkap di status unit gawat darurat pasien yang

diperbolehkan pulang, dari mulai diagnosa hingga terapi yang didapat

termasuk jam pasien pulang, bersama dengan kasir melakukan kontrol

pendapatan jasa pelayanan rawat jalan. Dokumen dan catatan yang

digunakan di IGD : surat perintah rawat inap (Advice Dokter), surat

pemeriksaan penunjang/ Permintaan Pemeriksaan Laboratorium, surat

pengantar rujukan, surat keterangan kematian, surat sakit, inform concent

(Surat Persetujuan Tindakan Medis), Visum et repertum, buku register

pasien gawat darurat, SHGD (Sensus Harian Gawat Darurat), resep, buku

catatan pembayaran atau bukti tindakan, buku ekspedisi

Deskripsi kegiatan pokok IGD Setiap pergantian jaga mengontrol

ketersediaan Formulir dan catatan sebagai kelengkapan pelayanan Rekam

Medis di IGD, mewancarai pasien atau pengantarnya dan mencatat

identitas pasien di dokumen Rekam Medis/ Status UGD, dokter dan

perawat mencatat hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium,

24
radiologi, pengobatan, dan tindakan di dalam dokumen Rekam Medis GD/

Status UGD, bila ada tindakan, sebelumnya pasien dan kelurga diberi

cukup informasi, dan dimintakan inform Concent (Persetujuan Tindakan

Medis) dalam hal ini dapat tertulis atau tidak bergantung kasusnya,

menindak lanjuti hasil pemeriksaan dengan memutuskan perlu dirujuk,

dirawat inap atau tidak, bila dinyatakan rawat inap, buatkan Status Rawat

inap (Diisi Lengkap) Apabila diperlukan pemeriksaan penunjang, buat

surat permintaan pemeriksaan penunjang, apabila diperlukan buat surat

keterangan sakit atau keterangan sehat, mencatat kegiatan di register rawat

pasien GD, membuat pengantar pembayaran tindakan jasa IGD diserahkan

kepada pasien atau pengantarnya untuk dibayar ke bagian kasir.

3. Faktor Kenyamanan Lingkungan

Thermal comfort Zone adalah kombinasi dari temperatur udara,

kelembaban, radiant temperatur, arus udara, dan hal yang berpengaruh di

dalam comfort zone adalah temperatur udara dan kelembaban.Comfort

Zone tidak absolut tetapi tergantung dari kultur, musim, kesehatan, lapisan

lemak seseorang, tebalnya baju pakaian, kegiatan fisik. Kalau banyak

kegiatan fisik maka comfort zone turun kearah bawah(23).Tata laksana

penghawaan dan pengaturan suhu udara menurut KEPMENKES RI No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit.

Sebuah rumah sakit adalah jenis bangunan yang penghuninya

sangat dipengaruhi oleh bising.Karena itu pemilihan lokasi yang sesuai

25
harus dipertimbangkan agar dapat mengurangi bising outdoor. Sedangkan

bising interior dalam rumah sakit disebabkan oleh:Peralatan mekanik

(mesin diesel, kompresor, AC, elevator), Fasilitas operasional (unit pipa

ledeng, mesin cuci, fasilitas masuk), Fasilitas pelayanan pasien (tangki

oksigen, trolley, alat-alat kesehatan), Kegiatan karyawan dan pasien

(pembicaraan, langkah orang berjalan).

Bising yang cukup keras di atas 70 dB dapat menyebabkan

kegelisahan (nervousness), kurang enak badan, kejenuhan mendengar,

sakit lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, di

atas 85 dB dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi

kesehatan seseorang pada umumnya dan bila berlangsung lama,

kehilangan pendengaran sementara atau permanen dapat terjadi, juga

penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan luka perut.24.

Pengaruh bising dapat menurunkan produktivitas dari pekerja. Hal

ini telah dibuktikan dalam bidang industri, produksi akan turun dan

pekerja-pekerja akan membuat lebih banyak kesalahan. Bila dipengaruhi

oleh bising di atas 80 dB untuk waktu yang lama. Sebaliknya, juga terbukti

bahwa hal yang sama dapat terjadi bila pekerja bekerja di tempat yang

terlalu sunyi. Ini dibuktikan bahwa bising dalam jumlah tertentu dapat

ditolerir dan sebenarnya sejumlah bising dibutuhkan untuk

mempertahankan kesehatan jiwa. Bising buatan disebut acoustical

deodorant.

26
4. Faktor Waktu Tanggap

Waktu tanggap adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk

mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan kegawatdaruratan

penyakitnya sejak memasuki pintu IGD.Response time (waktu tanggap)

pada sistem realtime, didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian

(internal atau eksternal) sampai instruksi pertama rutin layanan yang

dimaksud dieksekusi, disebut dengan event response time. Sasaran dari

penjadwalan ini adalah meminimalkan waktu tanggap Angka

keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat /emergency response time

rate.

Waktu tanggap dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat

dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun

komponen–komponen lain yang mendukung seperti pelayanan

laboratorium, radilogi, farmasi dan administrasi. Waktu Tanggap

dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan

tidak melebihi waktu rata–rata standar yang ada.

Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita

gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai

kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau

sewaktu bencana.Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung pada

kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk

menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian,

dalam perjalananhingga pertolongan rumah sakit.

27
Waktu tanggap dikatakan tepat waktu dan tidak terlambat apabila

waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada.

Salah satu indikator keberasilan penanggulanagan medik penderita

penderita gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang

memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan sehari-hari

atau sewaktu bencana.

Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung kepada kecepatan

kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau

mencegah cacat sejak ditempat kejadian, dalam perjalanan hingga

pertolongan rumah sakit

2.1.2.4 Dimensi Kepuasan Pasien

Dalam penelitan yang dilakukan Parasuraman (Apriani, 2019) dalam

menentukan kepuasan pelayanan.ada lima dimensi utama mutu pelayanan

keperawatan sesuai urutan

derajat kepentingan relatifnya yaitu;

1) Realibilitas/keandalan (realibility) yaitu kemampuan memberikan

pelayanan yang dijanjikan dengansegera, akurat, dan memuaskan

2) Daya Tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para perawat untuk

membantu pelanggan danmemberikan layanan dengantanggap.

3) Jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan

sifat dapat dipercaya yang dimliki perawat; bebas dari bahaya, risiko atau

keragu –raguan

28
4) Empati (empathy) meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi

yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual

para pelanggan

5) Bukti fisik (tangible) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan

sarana komunikasi

2.1.2.5 Pengukuran Kepuasan Pasien

Kotler dalam Nursalam (2011:98) memaparkan ada beberapa cara

mengukur kepuasan pelanggan atau pasien, antara lain:

1. Sistem keluhan dan saran. Seperti kotak saran di lokasi-lokasi strategis,

kartu pos berprangko, saluran telepon bebas pulsa, website, email, dan

lain-lain.

2. Survei kepuasan pelanggan. Baik via pos, telepon, email, maupun tatap

muka langsung.

3. Ghost shopping. Salah satu bentuk observasi yang memakai jasa orang

yang menyamar sebagai pelanggan atau pesaing untuk mengamatiaspek-

aspek pelayanan dan kualitas produk.

4. Lost costumer analysis. Yaitu menghubungi atau mewawancarai

pelanggan yang telah beralih dalam rangka memahami penyebabdengan

melakukan perbaikan pelayanan

29
BAB III
METODE TINJAUAN STUDY LITERATURE

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Studi

Literaturmerupakan pengumpulan data dan informasi dengan cara

menggalipengetahuan atau ilmu dari sumber-sumber seperti buku, karya tulis,

diktat catatan kuliah, serta beberapa sumber lainnya yang ada hubungan dengan

objek penelitian (Rusmawan, 2019).

3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a) Penelitian yang berkaitan dengan kepuasain pasien di Instalasi Gawat

Darurat

b) Jurnal/artikel tersedia dalam bahasa inggris dan bahasa indonesia.

c) Jurnal/artikel dimulai tahun 2015-2021

2. Kriteria Eksklusi

Studi literatur di keluarkan apabila tidak tersedia dalam full text dan tidak

sesuai dengan jenis penelitian.

3.3 Tehnik Pengumpulan Data

Literatur yang digunakan adalah jurnal yang membahas tentang Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat.Dalam

pemilihan topic yang akan direview menggunakanPICO(Populasi, Intervetion,

Comparation, dan Outcome. Populasi dalam studi literatur ini adalah pasien, studi

literatur ini tidak memiliki Intervensi,tidak memiliki Comparation, Outcome

30
dalam studi literatur ini yaitu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat

Pencarian artikel ini dilakukan dengan menggunakan internet melalui

database PubMed, Science direct, dan Google scholar dengan rentang waktu

publikasi antara tahun 2015-2021 untuk jurnal nasional, dan 2010-2021 untuk

jurnal internasional. Adapun strategi pencarian jurnal nasionalyaitu menggunakan

kata kunciantara lain, Kepuasan Pasien, Instalasi Gawat Darurat dan Faktor Yang

Mempengaruhi Kepuasan Pasien.Dan untuk pencarian jurnal internasional

menggunakan kata kunci Patients Satisfaction, Emergency Department, dan

Factors Affect Patients Satisfaction.Hal ini untuk memastikan semua artikel yang

diperoleh relevan dan sesuai, selanjutnya artikel diunduh dan disimpan.

Setelah identifikasi judul dan abstrak didapatkan artikel pada PubMed

sebanyak 4.281 artikel, Science Direct sebanyak 13.009 artikel, dan Google

Schoolar sebanyak 4.260 artikel, total keseluruhan artikel yang diperoleh

sebanyak 21.550. Artikel diskrining melalui judul, abstrak, dan tersedia dalam

bahasa inggris dan bahasa indonesia sehingga diperoleh artikel dari PubMed

sebanyak 8artikel, Science Direct 2 artikel, dan Google Schoolar 26 artikel,

didapatkan total 36 artikel yang tersisa. Peneliti kemudian melakukan review

dengan kategori full text, membahas kepuasan pasien di instalasi gawat darurat

sehingga diperoleh 9artikel, kemudian di analisis satu persatu sesuai kriteria

inklusi dan 4 artikel di eksklusi karena tidak memenuhi kriteria. Artikel

selanjutnya dalam tahap akhir diperoleh 5artikel, terdiri dari 4 artikel nasional dan

1 artikel internasional

31
Strategi pencarian artikel ini, penulis lebih memfokuskan pada artikel yang

membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien di IGD.

32
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Tinjauan Literatur
Tabel 4.1 Deskripsi hasil tinjauan literatur
Studi Sampel Tujuan Variabel Metode Hasil
Ani Septiani 100 orang Tujuan dari penelitian Variabel dependen: Metode penelitian Dari hasil penelitian
(2016)Pengaruh pasien di ini adalah untuk Faktor-Faktor yang digunakan didapatkan ada
Faktor-Faktor IGD mengetahui pengaruh Kepuasan Pasien di adalah penelitian pengaruh yang signifikan dari
Kualitas Pelayanan kualitas pelayanan Instalasi gawat darurat kuantitatif yang tingkat kepuasan terhadap
Terhadap Kepuasan yangterdiri dari lima bersifat deskriptif dimensi Tangible, Empati,
Pasien Di Instalasi dimensi yaitu bukti korelasional Reliability, Responsiveness dan
Gawat langsung (tangible), dengan pendekatan Assurance terhadap kepuasan
Darurat Rsud empati (empathy), study penampang secara umum Instalasi Gawat
Kabupaten keandalan (cross sectional) Darurat RSUD Kabupaten
Sumedang (reliability), daya Sumedang. Sedangkan dari
tanggap kelima faktor tersebut terbukti
(responsiveness), serta variabeltangible adalah
jaminan (assurance) variabel yang paling
terhadap kepuasan berpengaruh terhadap kepuasan
pasien di Instalasi secara keseluruhan atas
Gawat Darurat RSUD pelayanan yang diberikan di
Kabupaten Sumedang. IGD RSUD Kabupaten
Sumedang
Novita Swanilda 95 orang Untuk mengetahui Variabel dependen: Berdasarkan analisa didapatkan
Mujita Sitompul pasien di tentang faktor yang Faktor-Faktor bahwa variable yang paling
(2018) IGD berpengaruh dengan Kepuasan Pasien Igd berhubungan dengan kepuasan
Faktor-Faktor Yang kepuasaan pasien IGD pasien instalasi gawat darurat

33
Mempengaruhi di Rumah Sakit di Rumah Sakit Pabatu PTPN
Kepuasaan Pasien Pabatu PTPN IV. IV tahun 2017 adalah empati
Igd Di Rumah Sakit dengan p value 0,000. Nilai OR
Pabatu PTPN 5,192 menunjukkan bahwa
IVTahun 2017 responden dengan empati yang
sangat baik berpeluang 5,1 kali
merasa puas dengan pelayanan
di IDG daripada responden
dengan empati tidak baik.
Nawaf Amro, dkk Semua Penelitian ini Variabel dependen: Metode penelitian Berdasarkan hasil analisa
(2018) Factors pasien di bertujuan untuk Faktor-Faktor yang digunakan didapatkan pasien yang
Affect Patients atas 10 menemukan faktor- Kepuasan Pasien Igd yaitu desain berkunjung ke UGD di
Satisfaction in tahun yang faktor yang deskriptif dengan Palestina merasa puas dengan
Emergency datang ke mempengaruhi pendekatan cross pelayanan yang diberikan
Departments in IGD. kepuasan pasien di sectional perawat dan tenaga kesehatan
Palestine IGD lain.
Dewi Nurlina, Jumlah Tujuan penelitian ini Variabel dependen: Penelitian ini Hasil penelitian ini didapatkan
Achmad Rifai, sampel 96 adalah untuk Faktor-Faktor menggunakan faktor kenyamanan lingkungan,
Jamaluddin pasien yang mengetahui faktor- Kepuasan Pasien Igd metode kuantitatif prosedur pelayanan, waktu
(2019)Faktor-Faktor datang ke faktor yang dengan pendekatan tanggap dan keterampilan
Yang Memengaruhi IGD memengaruhi cross section. petugas kesehatan mampu
Kepuasan Pasien Rumkit TNI kepuasan pasien memberikan kepuasan pasien
Instalasi Gawat AD Tk. IV instansi gawat darurat di IGD Rumah Sakit TNI AD
Darurat Rumah Sakit 02.07.04 Rumah Sakit TNI AD Tk IV 02.07.04 Bandar
TNI AD Tk IV Bandar Tk IV 02.07.04 Lampung
02.07.04 Bandar Lampung Bandar Lampung
Lampung
Sitti Nurhidayah, 366 pasien Tujuan penelitian ini Variabel dependen: Jenis penelitian Hasil dari penelitian ini

34
Dody Setyawan di IGD untuk mengetahui Faktor-Faktor yang digunakan menunjukan 55,7% responden
(2019). Gambaran gambaran tingkat Kepuasan Pasien Igd yaitu deskriptif merasa puas terhadap
Tingkat Kepuasan kepuasan pasien survey pelayanan perawat di IGD.
Pasien Terhadap terhadap pelayanan Kepuasan paling tinggi yaitu
Pelayanan Perawat perawat di IGD pada dimensi tangiables 84,4%,
di Instalasi Gawat Rumah Sakit diikuti dimensi responsiveness
Darurat. 81,7%, dimensi aaaurance
77,6%, dimensi reliability
73,2%, dan yang paling rendah
dimensi emphaty68,9%.

35
36
4.1 Korelasi dan Relevansi
Dari 5 artikel yang di review sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan pasien. Pada penelitian Ani Septiani tahun 2016 dengan

penelitian mengenaiPengaruh Faktor-Faktor Kualitas Pelayanan Terhadap

Kepuasan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Kabupaten Sumedang,

dimanapeneliti menerangkan lima faktor yang dapat meningkatkan kepuasan

pasien di ruangan IGD yaitu, bukti langsung (tangible), empati (empathy),

keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), serta jaminan (assurance).

Dari Hasil Uji statistic dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil p

value = 0,000 yang berarti secara statistik terbukti ada hubungan yang signifikan

antara tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan Instalasi Gawat Darurat.

Penelitian ini menunjukan bahwa dimensi Tangible merupakan kepuasan pasien

secara umum di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Sumedang.Dimensi

tangible disini meliputi penampilan Instalasi Gawat Darurat seperti kebersihan

fisik dan pakaian petugas, penampilan akan kerapihan pakaian yang digunakan

petugas ketika memberikan pelayanan karena tampilan fisik dan personal Instalasi

Gawat Darurat akan memberikan penilaian awal pasien terhadap kemungkinan

baik buruknya pelayan-an yang akan diterimanya.

Penelitian kedua oleh Novita Swanilda Mujita Sitompul (2018) tentang

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasaan Pasien Igd Di Rumah Sakit

Pabatu PTPN IV Tahun 2017, dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang

berpengaruh dengan kepuasaan pasien IGD. Pada penelitian ini didapatkan hasil

dengan menggunakan analisis chi square menunjukan bahwa nilai p value 0,006

(p<0,05) artinya Ha diterima dan H0 ditolak. Hasil tersebut membuktikan bahwa

37
terdapat hubungan yang signifikan bukti langsung dengan kepuasaan pasien

instalasi gawat darurat di Rumah Sakit Pabatu PTPN IV Tahun 2017.

Kemudian pada penelitian ketiga oleh Nawaf Amor dkk, tahun 2018

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien di IGD

Palestina.Dimana pada penelitian ini membahas 6 tingkat kepuasan pasien yaitu,

pelayanan yang ada di IGD, lingkungan di sekitar bangsal IGD, Staf (perawat dan

dokter) di IGD, privasi di IGD, waktu tanggap di IGD dan kepuasan tentang

waktu di IGD.Dan hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kepuasan tertinggi

pasien di IGD yaitu privasi yang dijaga dengan baik di ruangan.

Penelitian ke empat yang dilakukan oleh Dewi Nurlina, Achmad Rifai,

Jamaluddin (2019) juga membahas mengenai Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Kepuasan Pasien Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit TNI AD Tk IV 02.07.04

Bandar Lampung. Pada penelitian ini dijelaskan tentang beberapa faktor yang di

gunakan untuk meningkatkan kepuasan pasien diantaranya, keterampilan petugas,

prosedur pelayanan, kenyamanan lingkungan, dan waktu tanggap.Dari ke empat

faktor ini didapatkan bahwa waktu tanggap merupakan faktor yang paling

memengaruhi kepuasan pasien.

Selanjutnya pada penelitian kelima oleh Sitti Nurhidayah dan Dody

Setyawan tahun 2019 membahas tentang Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien

Terhadap Pelayanan Di Instalasi Gawat Darurat, pada penelitian ini membahas 5

dimensi yang meningkatkan kepuasan pasien yaitu, dimensi tangiable dimensi

responsiveness, dimensi assurance, dimensi reliability dan dimensi emphaty.

38
Hasil dari penelitian ini menunjukan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

di IGD paling tinggi yaitu dimensi tangiable.

4.2 Pembahasan
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus

diperhatikan dalam pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah hasil penilaian

dari pasien terhadap pelayanan kesehatan dengan membandingkan apa yang

diharapkan sesuai dengan kenyataan pelayanan kesehatan yang diterima disuatu

tatanan kesehatan rumah sakit (Kotler, 2017). Dapat dikatakan kepuasan pasien

dirumah sakit tergantung bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah

sakit tersebut. Namun pelayanan yang diberikan masih ada yang belum sesuai

dengan apa yang diinginkan oleh pasien dan kepuasan pasien masih belum sesuai

dengan standar. Standar kepuasan pasien di pelayanan kesehatan ditetapkan secara

nasional oleh Departemen Kesehatan.Menurut Peraturan Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal untuk

kepuasan pasien yaitu diatas 95% (Kemenkes, 2016).Bila ditemukan pelayanan

kesehatan dengan tingkat kepuasaan pasien berada dibawah 95%, maka dianggap

pelayanan kesehatan yang diberikan tidak memenuhi standar minimal atau tidak

berkualitas.

Menurut Depkes RI tahun 2015, masih ditemukan adanya keluhan tentang

ketidakpuasan pasien terhadap komunikasi perawat.Rata-rata hasil data yang

didapatkan dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukan 67% pasien yang

mengeluh adanya ketidakpuasan dalam penerimaan pelayanan kesehatan (Depkes

RI, 2015).

39
Kepuasan atau ketidakpuasan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dipersepsikan antara harapan awal dan

kinerja aktual yang dirasakan (Tjiptono, 2015).Banyak faktor penyebab

ketidakpuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat salah satunya adalah faktor

komunikasi dari dokter dan perawat.Tingkat kepuasan pasien sangat tergantung

pada bagaimana faktor tersebut dapat memenuhi harapan-harapan.

Pada penelitian yang dilakuan olehAni Septiani tahun 2016 menjelaskan

bahwa Pelayanan pasien gawat darurat merupakan tindakan yang memerlukan

pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan

kecacatan. Salah satuindikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (respons

time) (Depkes RI, 2006). Dalam penelitian ini, dituliskan bahwa kepuasan pasien

di pengaruhi oleh 5 faktor kualitas pelayanan antara lain faktor Tangibles,

Emphaty, Resposiveness, Reliability dan Assurance. Pada Variabel tangible

dijelaskan bahwa variabel ini menyangkut kondisi penapsiran pasienakan

penampilan fasilitas fisik, peralatan, tenaga medis dan sarana di lingkungan IGD.

Sementara untuk variabel Emphaty yaitu penapsiran pasien akan kesediaan

petugas untuk peduli memberikan perhatian yang bersifat pribadi, komunikasi

yang baik dan memahami kebutuhan pasien atau keluarga. Kemudian Variabel

ketiga adalah dimensi reliabilityyaitu Penapsiran pasien akan kemampuanPetugas

dalam memberikan pelayanan termasukpemeriksaan, anamnesa, tindakan

danpemberian informasi mengenai hal-hal yangberhubungan dengan kondisi

pasien. Selanjutnya variabel responsiveness yaitu Penapsiran pasien akan

kemampuan petugas untuk membantu pasien dalam menyediakan/memberikan

40
jasa dengan cepat. Variabel kelima atau variabel terakhir adalah variabel

Assurance yaitu penapsiran pasien akan ketersediaan, pengetahuan, kesopanan

dan kemampuan petugas untuk menimbulkan kepercayaan pasien.

Pada dimensi tangiable meliputi penampilan Instalasi Gawat Darurat

seperti kebersihan fisik dan pakaian petugas, penampilan akankerapihan pakaian

yang digunakan petugas ketika memberikan pelayanan karena tampilan fisik dan

personal Instalasi Gawat Darurat akan memberikan penilaian awal pasien terhadap

kemungkinan baik buruknya pelayan-an yang akan diterimanya. Diemensi

tangiable juga menyangkut sarana dan prasarana yang ada dalam melayani

pasien, termasuk terhadap ketersediaan ruangan pelayanan serta kelengkapannya

dan juga kondisinya, pasien akan menilai apakah peralatan yang digunakan cukup

bersih dan lengkap. Dan didapatkan hasil dari dimensi tangible mempunyai

pengaruh positif terhadap kepuasan pasien. Ini sejalan dengan penelitian Kosnan

(2019), yang menyatakan bahwa bukti fisik (Tangiable) mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien. Semakin baik persepsi pasien

terhadap bukti fisik (tangiable) maka kepuasan pasien akan semakin tinggi. Dan

jika persepsi pasien terhadap bukti fisik (tangiable) buruk, maka kepuasan

semakin rendah.Kemudian pada dimensi Emphaty yaitu merupakan sikap empati

petugas Instalasi Gawat Darurat dalam memberikan pelayanan kepada pasien

untuk merasakan seolah-olah pasien tersebut adalah petugas di Instalasi Gawat

Darurat itu sendiri, sehingga Instalasi Gawat Darurat tersebut akan memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya seperti yang pasienharapkan. Petugas Instalasi

Gawat Darurat di RSUD Kabupaten Sumedang akan lebih memahami masalah

41
pasien dan bertindak demi kepentingan pasien tersebut, serta memberikan

perhatian personal kepada pasien. Sikap empati yang diberikan oleh petugas

Instalasi Gawat Darurat tentu akan memberikan kepuasaan terhadap pasien pasien

sebagaikonsumennya.Dan didapatkan hasil bahwa sikap empati petugas medis

mempengaruhi kepuasan pasien.Dan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Pratiwi dan Susanto (2016) yang mengatakan empati mempunyai penmgaruh

positif terhadap kepuasan pasien.Namun pada penelitian Nurdiana (2017)

diaktakan bahwa dimensi empati sering dianggap tidak terlalu penting oleh

perawat.Namun bagi pasien dari kalangan tertentu (menengah ke atas) unsur ini

menjadi hal yang cukup penting.Mereka merasa ego, status dan gengsinya tetap

terpelihara atau bahkan terus menerus ditingkatkan dihadapan banyak

orang.Kemudian pada dimensi reliability atau keandalan mempunyai arti

memberikan layanan yang akurat pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun

dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.Instalasi Gawat

Darurat RSUD Sumedang dalam memberikan pela-yanannya berusaha untuk

selalu memberikan pelayanan yang akurat untuk selalu cepat dan tepat. Dan

didaptkan hasil bahwa pasien merasa puas dengan cara pelayanan atau kehandalan

tenaga medis. Ini sejalan dengan penelitian Wahyudin (2017) yang mengatakan

bahwa penyembuhan seseorang bukan hanya ditentukan oleh obat-obatan yang

diberikan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh cara pelayanan yang diperlihatkan

oleh para petugas kesehatan seperti sikap, keterampilan serta pengetahuannya.

Kemudian pada dimensi Responsivenessatau daya tanggap disini merupakan

kesediaan dan kemampuan petugas di Instalasi Gawat Darurat untuk membantu

42
konsumen dalam hal ini pasien serta keluarganya dan merespon permintaan

mereka, serta menginformasikan kapan jasa pelayanan akan diberikan dan

kemudian memberikan jasa secara cepat.Dan didapatkan hasil bahwa pasien

merasa puas dengan daya tanggap petugas medis di ruangan. Ini sejalan dengan

penelitian Wilnehina (2019) yang menyatakan bahwa dimensi responsiveness

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien. Semakin

baik persepsi pasien terhadap daya tanggap maka kepuasan pasien akan semakin

tinggi. Selanjutnya pada dimensi Assurance/keyakinan adalah pengetahuan,

kesopansantunan petugas medi dalam memberi pelayanan, keterampilan dalam

memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan dan

kemampuan dalam menanamkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan terhadap

perusahaan. Dan didapatkan pasien merasa puas dengan dimensi Assurance.

Menurut penelitian Santoso (2012) assurance mempunyai pengrauh positif pada

kepuasan pasien, semakin baik persepsi pasien terhadap jaminan (assurance)

maka kepuasan pasien akan semakin tinggi. Namun jika persepsi pasien terhadap

jaminan (assurance) buruk maka, kepuasan pasien akan semakin rendah.

Pada penelitian Novita Swanilda Mujita Sitompul (2018) menjelaskan

bahwa kepuasan seseorang mendapatkan perawatan di rumah sakit sangat

menentukan apakah seseorang akan menggunakan rumah sakit secara berulang

atau tidak, sehingga bila ada pasien tidak puas perlu dicari faktor apa saja yang

menyebabkan ketidakpuasan tersebut dan apa sebenarnya yang mereka harapkan

agar mereka merasa puas. Kepuasan pasien perlu diidentifikasi dengan jelas agar

nantinya dapat menentukan langkah perbaikan untuk mengeliminasi

43
ketidakpuasan tersebut. Bila pasien merasa puas setelah dirawat di IGD maka

perlu upaya mempertahankan agar pasien tersebut menjadi pelanggan dan tidak

beralih ke rumah sakit lain.

Salah satu yang mempengaruhi kepuasaan pasien IGD adalah mutu

pelayanan IGD yang diberikan oleh dokter dan perawat di rung IGD.Mutu

pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan salah

satu indikator kinerja bagi penyelenggara pelayanan kesehatan seperti rumah

sakit, maka dengan itu pelayanan rumah sakit harus berorientasi untuk

mempertahankan pelanggan atau pasiennya. Parasuraman mengemukakan bahwa

konsep mutu layanan yang berkaitan dengan kepuasanpasien ditentukan oleh lima

unsur yang biasa dikenal dengan istilah mutu layanan “SERVQUAL”

(responsiveness, assurance, tangible, empathy dan reliability). Mutu pelayanan

kesehatan menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalahm

menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien.Realibilitas/ keandalan

(realibility) adalah kemampuan memberikan pelayanan yang dengan akurat.Daya

Tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staf untuk layanan dengan cepat

dan tanggap.Jaminan (assurance) berhubungan dengan pengetahuan adn

kompetensi para staf.Empati (empathy) berhubungan dengan menjalin hubungan

komunikasi dan memberikan perhatian.Bukti fisik (tangible) meliputi fasilitas

fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi (Nursalam, 2014).

Pada penelitiaan yang dilakukan oleh Nurlina (2019) mengatakan bahwa

pelayanan gawat darurat yang diberikan harus memenuhi mutu pelayanan yang

baik.Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang merupakan suatu unit di dalam rumah

44
sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan

cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Sebagai lini pertama di

rumah sakit yang menerima pasien, Instalasi Gawat Darurat (IGD) juga bisa

menjadi cerminan dari pelayanan rumah sakit pada umumnya yang menerima

pasien dengan sifat yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat, sehingga

mengharuskan petugas melakukan tindakan yang segera namun harus tetap fokus

pada pasien, agar kualitas pelayanan rumah sakit tetap terjaga. Peneliti

menjelaskan bahwa untuk mencapai kepuasan pasien diperlukan beberapa faktor

antara lain keterampilan petugas kesehatan, prosedur pelayanan, kenyamanan

lingkungan da waktu tanggap.

Faktor keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap, mampu,

dan cekatan.Keterampilan membutuhkan pelatihan dan kemampuan dasar yang

dimiliki setiap orang dapat lebih membantu menghasikan sesuatu yang lebih

bernilai dengan lebih cepat.Keterampilan petugas kesehatan mencakup

pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya dari

petugas.Selain itu, bebas dari bahaya saat pelayanan merupakan jaminan bagi

pasien.

Kemudian faktor prosedur pelayanan, tugas pokok IGD adalah melakukan

perekaman dan pencatatan identitas, melakukan perekaman dan pencatatan

identitas pasien, hasil pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, dan tindakan yang

dilakukan kepada pasien, menentukan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan, apakah

di rawat inap, rujuk, kontrol, atau dinyatakan sembuh/ sehat, membuat surat

rujukan dan jawaban rujukan (Aplikasi P-Care), membuat dokumentasi rekam

45
medis di status rawat inap bila pasien dirawat inap, membuat dokumentasi

lengkap di status unit gawat darurat pasien yang diperbolehkan pulang, dari mulai

diagnosa hingga terapi yang didapat termasuk jam pasien pulang, bersama dengan

kasir melakukan kontrol pendapatan jasa pelayanan rawat jalan. Dokumen dan

catatan yang digunakan di IGD : surat perintah rawat inap (Advice Dokter), surat

pemeriksaan penunjang/ Permintaan Pemeriksaan Laboratorium, surat pengantar

rujukan, surat keterangan kematian, surat sakit, inform concent (Surat Persetujuan

Tindakan Medis), Visum et repertum, buku register pasien gawat darurat, SHGD

(Sensus Harian Gawat Darurat), resep, buku catatan pembayaran atau bukti

tindakan, buku ekspedisi.

Faktor kenyamanan lingkungan, dijelaskan bahwa sebuah rumah sakit

adalah jenis bangunan yang penghuninya sangat dipengaruhi oleh bising. Karena

itu pemilihan lokasi yang sesuai harus dipertimbangkan agar dapat mengurangi

bising outdoor. Sedangkan bising interior dalam rumah sakit disebabkan oleh:

Peralatan mekanik (mesin diesel, kompresor, AC, elevator), Fasilitas operasional

(unit pipa ledeng, mesin cuci, fasilitas masuk), Fasilitas pelayanan pasien (tangki

oksigen, trolley, alat-alat kesehatan), Kegiatan karyawan dan pasien

(pembicaraan, langkah orang berjalan)

Faktor waktu tanggap adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk

mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan kegawatdaruratan penyakitnya

sejak memasuki pintu IGD. Response time (waktu tanggap) pada sistem realtime,

didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal) sampai

instruksi pertama rutin layanan yang dimaksud dieksekusi, disebut dengan event

46
response time. Sasaran dari penjadwalan ini adalah meminimalkan waktu tanggap

Angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat/emergency response time

rate. Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat

darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada

penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.

Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung pada kecepatan yang tersedia serta

kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah

cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah

sakit.Waktu tanggap dikatakan tepat waktu dan tidak terlambat apabila waktu

yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada.Salah satu

indikator keberasilan penanggulanagan medik penderita penderita gawat darurat

adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat

darurat baik pada keadaan sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu

tanggap sangat tergantung kepada kecepatan kualitas pemberian pertolongan

untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak ditempat kejadian, dalam

perjalanan hingga pertolongan rumah sakit.

Dari ke empat faktor diatas didapatkan mampu mempengaruhi kepuasan

pasien di IGD, dan salah satu faktor yang dianggap sangat berpengaruh terhadap

kepuasan pasien yaitu waktu tanggap. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Purba Dewi dkk (2015) yang menyatakan bahwa respon time

perawat berhubungan dengan kepuasan pasien di IGD. Menurut Purba, respon

time sangat penting dalam menangani pasien gawat darurat khususnya pasien

dengan kategori triase merah karena dapat mengurangi keluasan rusaknya organ-

47
organ dalam dapat juga mengurangi beban pembiayaan dan respon time yang

cepat dapat dalam menimbulkan rasa puas terhadap keluarga pasien.

Pada penelitian selanjutnya yaitu oleh J. Tampubolon yang menjelaskan

bahwa kepuasan pasien adalah hasil dari penilaian atau persepsi pasien terhadap

kesehatan dengan membandingkan apa yang diharapkan sesuai dengan layanan

kesehatan yang diterima di suatu rumah sakit. Kepuasan pasienmerupakan tingkat

dimana seseorang menyetakan hasil perbandingan atas kinerja produk dan jasa

yang diterima dengan yang diharapkan. Kepuasan pasien merupakan salah satu

indicator penting yang harus diperhatikan dalam pelayanan kesehatan. Kepuasan

pasien adalah hasil penelitan pasien terhadap penilaian pelayanan kesehatan yang

diterima dari rumah sakit. Dalam menentukan kepuasan pelayanan.ada lima

dimensi utama mutu pelayanan keperawatan yaitu, Tangiable, Reliability,

Responsiveness, Assurance, Emphaty.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

perawat secara umum di IGD salah satu Rumah Sakit di Semarang adalah 55.7 %

merasa puas dan 44. 3 % merasa tidak puas. Hal ini didukung penelitian yang

dilakukan di IGD RSUD Sukorejo (Wiyono H, Sulastri, Dewi E, 2016) terkait

tingkat kepuasan pasien di IGD RSUD Sukorejo yaitu sebesar 86 % dan yang

tidak puas 14 %. Pasien memiliki tingkat kepuasan baik terhadap perawatan yang

diberikan oleh perawat dalam pelayanan darurat.Pelayanan perawatan yang

diberikan telah memenuhi harapan pasien. Kompetensi dan profesionalisme

perawat sangat berpengaruh dalam kepuasan pasien.

48
Dari kelima dimensi tersebut didapatkan hasil bahwa tingkat kepuasan

tertinggi pasien terhadap pelayananperawat di IGD salah satu Rumah Sakit di

Semarang tertinggi berada pada dimensi tangibles, yaitu 84.4 %. Dimensi

tangibles merupakan penampilan perawat dalam memberikan pelayanan jasa,

karena suatu jasa tidak dapat dilihat, dicium, diraba, atau didengar maka aspek

tangibles menjadi sangat penting sebagai ukuran terhadap pelayanan jasa yang

dapat diandalkan, dimensi tangibles dapat memberi gambaran tentang kualitas

pelayanan dan akan mempengaruhi pasien dalam menilai kualitas pelayanan

tersebut (Anggraeni M, 2017). Dimensi tangibles mencakup penampilan dan sikap

perawat, hal ini berkaitan dengan kelengkapan serta kebersihan seragam, sikap

dan keterampilan perawat. Pasien merasa puas karena pelayanan yang mereka

terima pada dimensi tangibles ini sesuai dengan harapannya serta pasien

memberikan penilaian memuaskan dan sangat memuaskan yang cukup tinggi,

terutama pada item perawat menggunakan seragam yang rapi, perawatmemakai

tanda pengenal, perawat bersikap ramah serta sopan dalam memberikan pelayanan

perawatan. Aspek tersebut perlu dimiliki oleh perawat karena penampilan dan

sikap yang baik akan mempengaruhi penilaian pasien terhadap pelayanan yang

diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian (Septiani A, 2016) yang menyatakan

bahwa kepuasan pasien merujuk pada penampilan atau wujud nyata dari

pelayanan, semakin sempurna penampilan pelayanan maka semakin sempurna

pula kualitas pelayanannya.

Penelitian terakhir yaitu penelitian dari Nawaf Amro 2018 menjelaskan

bahwa Kepuasan pasien merupakan tingkat kebahagiaan yang dialami klien

49
setelah menggunakan suatu pelayanan atau merupakanpersepsi pasien terhadap

pelayanan yang diterima dibandingkan dengan pelayanan yang diharapkan.

Kepuasan merupakan masalah perawatan kesehatan yang penting khususnya di

unit gawat darurat yang dianggap sebagaipenjaga gerbang pengobatan untuk

pasien .Selanjutnya, kepuasan pasiendianggap sebagai indikator penting dari

kualitas perawatan darurat dan hasil perawatan darurat (Worku & Loha, 2017).

Pada penelitian ini membahas 6 tingkat kepuasan pasien yaitu, pelayanan

yang ada di IGD, lingkungan di sekitar bangsal IGD, Staf (perawat dan dokter) di

IGD, privasi di IGD, waktu tanggap di IGD dan kepuasan tentang waktu di

IGD.Pada pelayanan di IGD didapatkan pasien merasa puas dengan pelayanan

yang diberikan dengan pendaftaran asosiasi kerja, hasil ini dikonfirmasi oleh

penelitian sebelumnya (Alazmi,2017). Selain itu, temuan ini juga menunjukkan

bahwa pasien puas dengan aksesibilitas untuk menghubungi/menggunakan

telepon di UGD dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di

Pakistan bahwa fasilitas telepon di gawat darurat hanya tersedia untuk 15,17%

pasien. Selanjutnya pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepuasan pasien

tentang lingkungan di dalam dan sekitar IGD membuat pasien merasa puas.

Secara lebih rinci, pasien melaporkan kepuasan dengan lingkungan keselamatan

di IGD dan juga kebersihannya.

Selanjutnya yaitu kepuasan mengenai perawat dan dokter, hasil penelitian

menunjukkan bahwa pasien yang diperlakukan dengan hormatsangat puas dengan

perawatan yang diberikan. Temuan lain adalah pasien yang menerima informasi

yang memadai dan dapatdimengerti merasa puas dengan layanan kesehatan. Ada

50
penelitian yang menyatakan bahwa 68,54% puas dengan penjelasan masalah

kesehatan oleh pemberi layanan kesehatan dan 61,8% puas dengan manajemen

sedangkan sikap dan perilaku dokter dan perawat ditemukan memuaskan masing-

masing oleh 95,5% dan 94,5% responden (Alazmi, 2017).

Dalam penelitian ini, skor kepuasan tertinggi oleh pasien yaitu menjaga

privasi pasien. Menjaga privasi selama pemeriksaan fisik oleh penyedia layanan

kesehatan mengikuti prinsip etika seperti privasi dan kerahasiaan dan sebagian

besar dari semua penyedia layanan kesehatan adalah proses penting untuk kualitas

perawatan di UGD. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh

(Sagaro, Yalew, & Koyira, 2015) yang menyatakan bahwa pasien akan merasa

lebih nyaman selama penilaian kesehatan dan anamnesis apabila privasi pasien

dihormati dan dilindungi

51
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil study literature review yang dilakukan didapatkan

bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien. Antara lain

(responsiveness, assurance, tangible, empathy dan reliability), (keterampilan

petugas kesehatan, prosedur pelayanan, kenyamanan lingkungan dan waktu

tanggap) dan (pelayanan yang ada di IGD, lingkungan di sekitar bangsal IGD,

Staf perawat dan dokter di IGD, privasi di IGD dan waktu tanggap di IGD)

Kepuasan pasien merupakan perasaan senang yang muncul di dalam diri

seorang setelah mendapatkan pelayanan yang diterima atau dialami secara

langsung. Secara sederhana tingkat kepuasan pasien akan meningkat apabila

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan

5.2 Conflict of Interest

Rangkuman menyeluruh atau Study Literature adalah penulisan secara

mandiri, sehingga tidak terdapat konflik kepentingan dalam penulisannya.

52
DAFTAR PUSTAKA

Septiani, A. (2016). Pengaruh Faktor-Faktor Kualitas Pelayanan Terhadap


Kepuasan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten
Sumedang.Coopetition Vol VII No 1.
Novita, SMT. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasaan Pasien Igd
Di Rumah Sakit Pabatu PTPN IV Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Maksitek.
ISSN: 2548-429X
Amro, N., Andaleeb, M.K.,Mohammad, Q., Basel A, & RafatA. (2018). Factors
Affect Patients Satisfaction in Emergency Departments in Palestine.
Nurlina, D., Rifai, A., & Jamaluddin. (2019). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Kepuasan Pasien Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit TNI AD Tk IV
02.07.04 Bandar Lampung. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2019; 8 (3):
78-88
Tampubolon, J., & Sudharmono, U. (2020).Tingkat Kepuasan Pasien Dan
Keluarga Terhadap Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Advent
Bandung.Jurnal Statistik Keperawatan, Vol 6 No 2.
Rikayoni.(2020). Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Di
Ruangan Intalansi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang
Tahun 2019. Menara Ilmu.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2009. Standar Pelayanan Keperawatan
Gawat Darurat di RS. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Gobel, Y., Wahidin.,& Muttaqin. (2018). Kualitas Pelayanan Kesehatan Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makasar. Jurnal
Administrasi Negara
Anggraini, M. (2019).Hubungan Kualitas Pelayanan Gawat Darurat Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna BPJS Kesehatan di IGD RSI Unisma
Malang 53 (9), 1689-1699.
Apriani, T. A. (2019). Hubungan Mutu Pelayanan Perawat Terhadap Kepuasan
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Pabatu PTPN IV tahun 2017. Jurnal
Ilmiah Maksitek ISSN: 2541-429X.
Muhsilin, F., Bayhakki.,& Arneliwati. (2016). Hubungan Pelayanan Perawat
Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di IGD RS Awal Bros Pecan Baru. Jom
Fkp, 114-118.
Prasetya, K. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Kepuasan Pasien Di Rawat Jalan RSUD Jogja.Jurnal Medicoeticolegal Dan
Manajemen Rumah Sakit.
Yuniar, Y., & Handayani, R. S. (2016).Kepuasan Pasien Peserta Program Jaminan
Kesehatan Nasional Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.Jurnal
Kefarmasian Indonesia.
Australian Collage For Emergency Medicine. 2016. Guidelines On The
Implementation Of The Australian Triage Scale In Emergency Departments,
VO4, 1-8.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Ri Nomor 69
Tahun 2014 Tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien

53
Kementerian Kesehatan RI. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
2009. Jakarta; 2009.
Mentri Kesehatan RI. 2018. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.
Andika, L. (2020). Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan
Pasien di Ruangan IGD RSUD dr. Slamet Garut. Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik (JIAP)
Hutabrat, R. Y., & Putra, C. S. (2016). Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan
(1sted). Bogor; IN MEDIA
Mardalena, I. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta; Pustaka
Baru Press

54
LAMPIRAN

Lampiran 1.Bagan hasil Pencarian Literature

Google Scholar : (n=4.260)


Identifikasi Science Direct: (n=13.009)
Pubmed : (n=4.281)

Google Scholar : (n=26)


Judul
screening Science Direct: (n=2)
Abstral
Pubmed : (n=8)
Fulltext
Bahasa Indonesia / Inggris

Google Scholar : (n=4)


Literature inklusi Science Direct: (n=1)
Pubmed : (n=0)

Total Literatur Inklusi (n=5)


(n=5)

55
Lampiran 2

56
Lampiran 3

57
Lampiran 4

58
Lampiran 5

59
Lampiran 6

60

Anda mungkin juga menyukai