LITERATUR REVIEW
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Profesi Ners
Oleh
INDRI A. HUSAIN, S.KEP
841720040
i
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN
DI RUANGAN INSTALASI GAWAT DARURAT
LITERATUR REVIEW
Oleh
INDRI A. HUSAIN, S.KEP
841720040
iii
Halaman Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa Literature Review ini benar-benar
disusun oleh penelaah untuk kelengkapan target Stase Peminatan Klinik Profesi
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari hasil
karya saya sendiri atau terdapat plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka saya
Negeri Gorontalo.
iv
LEMBAR PENILAIAN
v
LEMBAR PERSETUJUAN SUPERVISOR
Oleh :
INDRI A. HUSAIN, S.KEP
841 720 040
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ners
vi
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH
INDRI A. HUSAIN, S.KEP
841720040
Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners
vii
ABSTRAK
viii
KATA PENGANTAR
perhatian, bimbingan, saran, serta kerja sama dari berbagai pihak secara langsung
maupun tidak langsung terutama kepada Bapak Ns Ramang Said Hasan, M.Kep
selaku supervisor dan Ns Fycka Restiana Naue, S.Kep selaku selaku perceptor
klinik yang yang telah meluangkan waktu dan pikiran ditengah kesibukan untuk
memahami cara penyusunan literatur review ini dan dapat menyelesaikan setiap
ix
DAFTAR ISI
x
2.1.1.5 Triase ......................................................................................................10
2.1.2 Kepuasan Pasien ...............................................................................................15
2.1.2.1 Pasien ......................................................................................................15
2.1.2.1 Kepuasan .................................................................................................17
2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien ...........................18
2.1.2.4 Dimensi Kepuasan Pasien .......................................................................23
2.1.2.5 Pengukuran Kepuasan Pasien .................................................................24
BAB III METODE TINJAUAN LITERATUR ............................................................25
3.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................................25
3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi .........................................................................................25
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................................25
BAB IV HASI DAN PEMBAHASAN ...........................................................................27
4.1 Deskripsi Hasil Tinjauan Literatur ..............................................................................27
4.2 Pembahasan .................................................................................................................32
BAB V PENUTUP ...........................................................................................................43
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................43
5.2 Conflict of Interest ......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................44
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Hasil Pencarian Literature............................................54
Lampiran 2. Artikel 1...................................................................................55
Lampiran 3. Artikel 2...................................................................................56
Lampiran 4. Artikel 3...................................................................................57
Lampiran 5. Artikel 4...................................................................................58
Lampiran 6. Artikel 5...................................................................................59
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
melayani 24 jam. Insatalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit
kondisi emergency maupun non emergency dan juga sebagai jalan pertama
yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (Kemenkes
RI, 2009).
Gawat adalah kondisi pasien dengan ancaman jiwa atau ancaman kematian,
Gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera
dibutuhkan oleh pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan
Sofyani & Handayani 2018 IGD yaitu bagian dari rumah sakit yang menyediakan
penanganan kegawatdaruratan bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang
segera.
1
Tujuan dari IGD yaitu untuk menerima, melakukan triase, melakukan
menangani pasien dalam keadaan gawat darurat, instalasi gawat darurat dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding dengan unit-unit
lain. (Jenny Tampubolon. 2020). Pasien yang masuk ke unit gawat darurat
membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat, maka diperlukan standar dalam
yang diberikan kepada pasien di unit gawat darurat diharapkan lebih baik dari
pada unit pelayanan yang lain baik dalam ketersediaan tenaga medis, maupun
darurat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber
daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai (Gobel, Wahidi &
Mutaqqin, 2018).
jiwa (13,5% dari total seluruh kunjungan di Rumah Sakit Umum) dengan jumlah
kunjungan 12% dari kunjungan igd berasal dari rujukan dengan jumlah Rumah
Sakit Umum 1.033 Rumah Sakit Umum dari 1.319 Rumah Sakit yang ada
IGD sebanyak 18.250.250 jiwa (13,1% dari jumlah total kunjungan). Jumlah yang
2
Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat
pasien dengan tetap mengacu pada kode etik profesi. Dalam perkembangan
teknologi dan persaingan yang semakin ketat, maka setiap rumah sakit dituntut
konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk
dan jasa (Gobel et al, 2018). Kualitas pelayanan kesehatan dipengaruhi pada saat
(Anggraini, 2019).
pelayanan gawat darurat dapat dinilai dari kemampuan perawat dalam hal
memberikan pelayanan) dan tangiable (mutu jasa pelayanan) dari perawat keada
pasien (Apriani, 2019). Pada saat layanan kesehatan yang diberikan semaksimal
mungkin, maka layanan kesehatan itu sendiri akan di nilai oleh pasien, seberapa
3
Kepuasan pasien adalah perasaan senang yang muncul di dalam diri seorang
Menurut Muhsilin (2016) kepuasan pasien dapat diartikan sebagai penilaian atau
sesuai dengan layanan kesehatan yang diterima di suatu rumah sakit. Secara
dapatkan dirumah sakit ke keluarga, teman dan orang sekitar (Yuniar &
Handayani, 2016). Apabila pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang
diberikan maka mereka akan membentuk persepsi yang kurang baik kepada orang
lain tentang pengalaman buruknya, dan memberitahukan dua kali lebih hebat
harapan, waktu tunggu yang relative lama, dan fasilitas yang ada serta petugas
obat yang diberikan relative lama dan memiliki proses yang rumit (Rahma, dkk,
2019). Selain itu terdapat juga penelitian oleh Hefferman (2016) di Queens, Nasau
4
ramah dan judes, ruang perawatan yang kurang bersih, jadwal kunjungan dokter
yang tidak tepat waktu dan sarana parker yang kurang memadai.
hasil data yang didapatkan dari bebereapa Rumah Sakit di Indonesia menunjukan
kesehatan.
satunya dengan cara memahami hal-hal apa saja yang mempengaruhi kepuasan
tanggap.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dari studi
5
1.3 Tujuan Studi Literatur
Tujuan dari studi literatur ini untuk menganalisis dan mensintesis buktibukti/
pasien di IGD.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1.1 Definisi
yang memberikan penanganan awal bagi pasien menderita sakit dan cedera, yang
tertentu.
47 tahun2018). Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan salah satu unit pelayanan
di Rumah Sakit yang menyediakan penanganan awal (bagi pasien yang datang
langsung ke rumah sakit) atau lanjutan (bagi pasien rujukan dari fasilitas
pelayanan lain), yang menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam
memperbaiki kualitas instalasi gawat darurat di indonsesia. Peraturan ini harus ada
7
komitmen dari pemerintah pusat maupun daerah untuk berpartisipasi dalam
kegawatdaruratan dan life saving tidak ditari uang muka dan penanganan gawat
darurat harus dilakukan kurang dari 5 menit setelah pasien sampai di instalasi
hari maupun bencana (Permenkes RI No. 47 tahun 2018). Secara garis besar
kegiatan di IGD rumah sakit dan menjadi tanggung jawab IGD secara umum
terdiri dari:
pasien.
Menurut (Hutabarat & Putra, 2016). Kondisi gawat darurat dapat terjadi dimana
8
saja, baik pre hospital maupun in hospital ataupun post hospital, oleh karena itu
1. Pre Hospital
2. . In Hospital
dengan kondisinya
9
b. Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut
(BHL)
3. Post Hospital
sudah tidak ada lagi kondisi gawat darurat padahal kondisi gawat darurat
b. Mengembalikan rasa harga diri yang hilang sehingga dapat tumbuh dan
berkembang
korban
10
e. Meningkatkan persepsi terhadap realitas kehidupannya pada masa yang
akan datang.
c. nama untuk instalasi atau unit gawat darurat di Rumah Sakit harus sama
sebagai berikut :
11
b. Adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi
medik.
2.1.1.5 Triase
1) Definisi Triase
Triase dalam Bahasa Perancis di sebut Trier yang artinya menyeleksi. Istilah triase
pada zaman dahulu digunakan untuk menyeleksi anggur yang baik dan yang
buruk sebelum di olah menjadi minuman anggur yang berkualitas, seiring waktu
berjalan, istilah triase kemudian digunakan pada bidang medis (Mardalena, 2016).
12
Menurut Wijaya (2010) triase adalah pemilihan korban sebelum ditangani,
tidaknya penyakit pasien. Ziammermann dan Herr dalam bukunya yang berjudul
(Mardalena, 2016).
penanganan segera untuk mencapai hasil yang optimal. Triase sistem adalah skala
pada pasien dan mengoptimalkan sumber daya pada ruang pelayanan gawat
darurat (Kuriyama et al, 2017). Triase dibutuhkan karena jumlah pasien yang
datang ke unit gawat darurat terus meningkat dan tidak dapat diprediksi dengan
akurat, mulai dari yang memiliki masalah klinis tinggi ataupun ringan. Hal ini
masalah organisasi sebagai contoh hanya sebagian pasien memiliki kondisi yang
membahayakan jiwa atau darurat medis dan tidak semua yang dirawat di ruang
gawat darurat dapat dirawat di rumah sakit yang sama. Dengan demikian, pasien
dengan cedera atau penyakit yang mengancam jiwa perlu diidentifikasi secara
13
rumah sakit yang menjadi bagian SPGDT dapat melaksanakan evakuasi
tersebut.Setiap rumah sakit harus memiliki standard triase yang ditetapkan oleh
3) Prinsip Triase
4) Klasifikasi Triase
serius, cepat, tepat dan benar. Berikut klasifikasi pasien dalam system
14
Dalam buku Wijaya (2010) berjudul konsep dasar keperawatan
tahap lanjut. Misalnya kanker serviks, sickle cell dan banyak penyakit
penanganan.
15
memiliki penyakit yang tidak mengancam nyawa, namun memerlukan
a) Merah
16
prioritas pertama (warna merah) diantaranya henti jantung,
b) Kuning
Pasien yang diberikan tanda kuning juga berbahaya dan harus segera
Misalnya pasien yang mengalami luka bakar tingkat II dan III kurang
dari 25% mengalami trauma thorak, trauma bola mata, dan laserasi
uterus.
c) Hijau
biasa. Dalam arti pasien tidak dalam kondisi gawat darurat dan tidak
d) Hitam
live saving. Adapun yang termasuk kategori warna hitam antara lain,
17
pasien yang mengalami trauma kepala dengat otak keluar, spinal
2.1.2.1 Pasien
1. Definisi Pasien
2. Hak Pasien
diskriminasi.
18
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
terhadap dirinya.
19
q. Menggugat atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
3. Kewajiban Pasien
pasien berkewajiban :
kesehatannya.
2.1.2.2 Kepuasan
perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan
dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang
suatu jasa. Menurut Pohan dalam Aggrianni, (2017) pengertian kepuasan pasien
adalah harapan pasien yang timbul atas tindakan tenaga kesehatan sebagai akibat
20
mana pasien puas dengan perawatan kesehatan yang mereka terima dari penyedia
dipengaruhi pada saat proses pemberian layanan. Salah satu upaya mengantisipasi
keadan tersebut adalah dengan cara tetap menjaga bahkan meningkatkan kualitas
semaksimal mungkin, maka layanan kesehatan itu sendiri akan di nilai oleh
membuat pasien akan kembali lagi, dan memberitahukan informasi pelayan yang
pasien dapatkan dari rumah sakit ke keluarga, teman, dan orang sekitar yang ada
diri seorang setelah mendapatkan pelayanan yang diterima atau dialami secara
yang ada dirumah sakit adalah kepuasan terhadap komunikasi yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan, khusunya perawat kepada pasien yang sedang dirawat atau
Kusumo,2017).
pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional (perasaan senang
21
dan puas) pada pasien karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam
apa yang diharapkan sesuai dengan layanan kesehatan yang diterima di suatu
tingkat dimana seseorang menyetakan hasil perbandingan atas kinerja produk dan
diberikan suatu rumah sakit. Jadi dapat diartikan bahwa kepuasan pelanggan atau
pasien adalah penilian yang mereka dapatkan dari pelayanan yang diberikan oleh
petugas, jika pelayanan yang mereka dapatkan sesuai dengan yang diharapkan
pasien, maka besar kemungkinan pasien akan datang kembali, namun jika harapan
yang diharapkan pasien tidak sesuai harapan, maka pasien tidak akan kembali lagi
untuk menerima layanan lagi, dan kemungkinan besar bisa memberikan nilai
Dan secara sederhana tingkat kepuasan pasien akan selalu meningkat khususnya
Darurat Rumah Sakit Advent sesuai dengan yang diharapkan pasien dan keluarga
(Apriani, 2019).
22
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien di Instalasi
Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap, mampu, dan
dari petugas. Selain itu, bebas dari bahaya saat pelayanan merupakan
dengan :
pelayanan.
dilihatnya.
23
2. Faktor Prosedur Pelayanan
rekam medis di status rawat inap bila pasien dirawat inap, membuat
pasien gawat darurat, SHGD (Sensus Harian Gawat Darurat), resep, buku
24
radiologi, pengobatan, dan tindakan di dalam dokumen Rekam Medis GD/
Status UGD, bila ada tindakan, sebelumnya pasien dan kelurga diberi
Medis) dalam hal ini dapat tertulis atau tidak bergantung kasusnya,
dirawat inap atau tidak, bila dinyatakan rawat inap, buatkan Status Rawat
Zone tidak absolut tetapi tergantung dari kultur, musim, kesehatan, lapisan
Rumah Sakit.
25
harus dipertimbangkan agar dapat mengurangi bising outdoor. Sedangkan
sakit lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, di
ini telah dibuktikan dalam bidang industri, produksi akan turun dan
oleh bising di atas 80 dB untuk waktu yang lama. Sebaliknya, juga terbukti
bahwa hal yang sama dapat terjadi bila pekerja bekerja di tempat yang
terlalu sunyi. Ini dibuktikan bahwa bising dalam jumlah tertentu dapat
deodorant.
26
4. Faktor Waktu Tanggap
rate.
dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan
kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau
27
Waktu tanggap dikatakan tepat waktu dan tidak terlambat apabila
waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada.
sifat dapat dipercaya yang dimliki perawat; bebas dari bahaya, risiko atau
keragu –raguan
28
4) Empati (empathy) meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi
para pelanggan
sarana komunikasi
kartu pos berprangko, saluran telepon bebas pulsa, website, email, dan
lain-lain.
2. Survei kepuasan pelanggan. Baik via pos, telepon, email, maupun tatap
muka langsung.
3. Ghost shopping. Salah satu bentuk observasi yang memakai jasa orang
29
BAB III
METODE TINJAUAN STUDY LITERATURE
diktat catatan kuliah, serta beberapa sumber lainnya yang ada hubungan dengan
1. Kriteria Inklusi
Darurat
2. Kriteria Eksklusi
Studi literatur di keluarkan apabila tidak tersedia dalam full text dan tidak
Comparation, dan Outcome. Populasi dalam studi literatur ini adalah pasien, studi
30
dalam studi literatur ini yaitu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
database PubMed, Science direct, dan Google scholar dengan rentang waktu
publikasi antara tahun 2015-2021 untuk jurnal nasional, dan 2010-2021 untuk
kata kunciantara lain, Kepuasan Pasien, Instalasi Gawat Darurat dan Faktor Yang
Factors Affect Patients Satisfaction.Hal ini untuk memastikan semua artikel yang
sebanyak 4.281 artikel, Science Direct sebanyak 13.009 artikel, dan Google
sebanyak 21.550. Artikel diskrining melalui judul, abstrak, dan tersedia dalam
bahasa inggris dan bahasa indonesia sehingga diperoleh artikel dari PubMed
dengan kategori full text, membahas kepuasan pasien di instalasi gawat darurat
selanjutnya dalam tahap akhir diperoleh 5artikel, terdiri dari 4 artikel nasional dan
1 artikel internasional
31
Strategi pencarian artikel ini, penulis lebih memfokuskan pada artikel yang
32
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Tinjauan Literatur
Tabel 4.1 Deskripsi hasil tinjauan literatur
Studi Sampel Tujuan Variabel Metode Hasil
Ani Septiani 100 orang Tujuan dari penelitian Variabel dependen: Metode penelitian Dari hasil penelitian
(2016)Pengaruh pasien di ini adalah untuk Faktor-Faktor yang digunakan didapatkan ada
Faktor-Faktor IGD mengetahui pengaruh Kepuasan Pasien di adalah penelitian pengaruh yang signifikan dari
Kualitas Pelayanan kualitas pelayanan Instalasi gawat darurat kuantitatif yang tingkat kepuasan terhadap
Terhadap Kepuasan yangterdiri dari lima bersifat deskriptif dimensi Tangible, Empati,
Pasien Di Instalasi dimensi yaitu bukti korelasional Reliability, Responsiveness dan
Gawat langsung (tangible), dengan pendekatan Assurance terhadap kepuasan
Darurat Rsud empati (empathy), study penampang secara umum Instalasi Gawat
Kabupaten keandalan (cross sectional) Darurat RSUD Kabupaten
Sumedang (reliability), daya Sumedang. Sedangkan dari
tanggap kelima faktor tersebut terbukti
(responsiveness), serta variabeltangible adalah
jaminan (assurance) variabel yang paling
terhadap kepuasan berpengaruh terhadap kepuasan
pasien di Instalasi secara keseluruhan atas
Gawat Darurat RSUD pelayanan yang diberikan di
Kabupaten Sumedang. IGD RSUD Kabupaten
Sumedang
Novita Swanilda 95 orang Untuk mengetahui Variabel dependen: Berdasarkan analisa didapatkan
Mujita Sitompul pasien di tentang faktor yang Faktor-Faktor bahwa variable yang paling
(2018) IGD berpengaruh dengan Kepuasan Pasien Igd berhubungan dengan kepuasan
Faktor-Faktor Yang kepuasaan pasien IGD pasien instalasi gawat darurat
33
Mempengaruhi di Rumah Sakit di Rumah Sakit Pabatu PTPN
Kepuasaan Pasien Pabatu PTPN IV. IV tahun 2017 adalah empati
Igd Di Rumah Sakit dengan p value 0,000. Nilai OR
Pabatu PTPN 5,192 menunjukkan bahwa
IVTahun 2017 responden dengan empati yang
sangat baik berpeluang 5,1 kali
merasa puas dengan pelayanan
di IDG daripada responden
dengan empati tidak baik.
Nawaf Amro, dkk Semua Penelitian ini Variabel dependen: Metode penelitian Berdasarkan hasil analisa
(2018) Factors pasien di bertujuan untuk Faktor-Faktor yang digunakan didapatkan pasien yang
Affect Patients atas 10 menemukan faktor- Kepuasan Pasien Igd yaitu desain berkunjung ke UGD di
Satisfaction in tahun yang faktor yang deskriptif dengan Palestina merasa puas dengan
Emergency datang ke mempengaruhi pendekatan cross pelayanan yang diberikan
Departments in IGD. kepuasan pasien di sectional perawat dan tenaga kesehatan
Palestine IGD lain.
Dewi Nurlina, Jumlah Tujuan penelitian ini Variabel dependen: Penelitian ini Hasil penelitian ini didapatkan
Achmad Rifai, sampel 96 adalah untuk Faktor-Faktor menggunakan faktor kenyamanan lingkungan,
Jamaluddin pasien yang mengetahui faktor- Kepuasan Pasien Igd metode kuantitatif prosedur pelayanan, waktu
(2019)Faktor-Faktor datang ke faktor yang dengan pendekatan tanggap dan keterampilan
Yang Memengaruhi IGD memengaruhi cross section. petugas kesehatan mampu
Kepuasan Pasien Rumkit TNI kepuasan pasien memberikan kepuasan pasien
Instalasi Gawat AD Tk. IV instansi gawat darurat di IGD Rumah Sakit TNI AD
Darurat Rumah Sakit 02.07.04 Rumah Sakit TNI AD Tk IV 02.07.04 Bandar
TNI AD Tk IV Bandar Tk IV 02.07.04 Lampung
02.07.04 Bandar Lampung Bandar Lampung
Lampung
Sitti Nurhidayah, 366 pasien Tujuan penelitian ini Variabel dependen: Jenis penelitian Hasil dari penelitian ini
34
Dody Setyawan di IGD untuk mengetahui Faktor-Faktor yang digunakan menunjukan 55,7% responden
(2019). Gambaran gambaran tingkat Kepuasan Pasien Igd yaitu deskriptif merasa puas terhadap
Tingkat Kepuasan kepuasan pasien survey pelayanan perawat di IGD.
Pasien Terhadap terhadap pelayanan Kepuasan paling tinggi yaitu
Pelayanan Perawat perawat di IGD pada dimensi tangiables 84,4%,
di Instalasi Gawat Rumah Sakit diikuti dimensi responsiveness
Darurat. 81,7%, dimensi aaaurance
77,6%, dimensi reliability
73,2%, dan yang paling rendah
dimensi emphaty68,9%.
35
36
4.1 Korelasi dan Relevansi
Dari 5 artikel yang di review sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien. Pada penelitian Ani Septiani tahun 2016 dengan
Dari Hasil Uji statistic dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil p
value = 0,000 yang berarti secara statistik terbukti ada hubungan yang signifikan
fisik dan pakaian petugas, penampilan akan kerapihan pakaian yang digunakan
petugas ketika memberikan pelayanan karena tampilan fisik dan personal Instalasi
Pabatu PTPN IV Tahun 2017, dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang
berpengaruh dengan kepuasaan pasien IGD. Pada penelitian ini didapatkan hasil
dengan menggunakan analisis chi square menunjukan bahwa nilai p value 0,006
37
terdapat hubungan yang signifikan bukti langsung dengan kepuasaan pasien
Kemudian pada penelitian ketiga oleh Nawaf Amor dkk, tahun 2018
pelayanan yang ada di IGD, lingkungan di sekitar bangsal IGD, Staf (perawat dan
dokter) di IGD, privasi di IGD, waktu tanggap di IGD dan kepuasan tentang
Bandar Lampung. Pada penelitian ini dijelaskan tentang beberapa faktor yang di
faktor ini didapatkan bahwa waktu tanggap merupakan faktor yang paling
38
Hasil dari penelitian ini menunjukan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
4.2 Pembahasan
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus
tatanan kesehatan rumah sakit (Kotler, 2017). Dapat dikatakan kepuasan pasien
dirumah sakit tergantung bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah
sakit tersebut. Namun pelayanan yang diberikan masih ada yang belum sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh pasien dan kepuasan pasien masih belum sesuai
kesehatan dengan tingkat kepuasaan pasien berada dibawah 95%, maka dianggap
pelayanan kesehatan yang diberikan tidak memenuhi standar minimal atau tidak
berkualitas.
didapatkan dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukan 67% pasien yang
RI, 2015).
39
Kepuasan atau ketidakpuasan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan
time) (Depkes RI, 2006). Dalam penelitian ini, dituliskan bahwa kepuasan pasien
penampilan fasilitas fisik, peralatan, tenaga medis dan sarana di lingkungan IGD.
yang baik dan memahami kebutuhan pasien atau keluarga. Kemudian Variabel
40
jasa dengan cepat. Variabel kelima atau variabel terakhir adalah variabel
yang digunakan petugas ketika memberikan pelayanan karena tampilan fisik dan
personal Instalasi Gawat Darurat akan memberikan penilaian awal pasien terhadap
tangiable juga menyangkut sarana dan prasarana yang ada dalam melayani
dan juga kondisinya, pasien akan menilai apakah peralatan yang digunakan cukup
bersih dan lengkap. Dan didapatkan hasil dari dimensi tangible mempunyai
pengaruh positif terhadap kepuasan pasien. Ini sejalan dengan penelitian Kosnan
positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien. Semakin baik persepsi pasien
terhadap bukti fisik (tangiable) maka kepuasan pasien akan semakin tinggi. Dan
jika persepsi pasien terhadap bukti fisik (tangiable) buruk, maka kepuasan
Darurat itu sendiri, sehingga Instalasi Gawat Darurat tersebut akan memberikan
41
pasien dan bertindak demi kepentingan pasien tersebut, serta memberikan
perhatian personal kepada pasien. Sikap empati yang diberikan oleh petugas
Instalasi Gawat Darurat tentu akan memberikan kepuasaan terhadap pasien pasien
oleh Pratiwi dan Susanto (2016) yang mengatakan empati mempunyai penmgaruh
diaktakan bahwa dimensi empati sering dianggap tidak terlalu penting oleh
perawat.Namun bagi pasien dari kalangan tertentu (menengah ke atas) unsur ini
menjadi hal yang cukup penting.Mereka merasa ego, status dan gengsinya tetap
memberikan layanan yang akurat pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun
selalu memberikan pelayanan yang akurat untuk selalu cepat dan tepat. Dan
didaptkan hasil bahwa pasien merasa puas dengan cara pelayanan atau kehandalan
tenaga medis. Ini sejalan dengan penelitian Wahyudin (2017) yang mengatakan
diberikan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh cara pelayanan yang diperlihatkan
42
konsumen dalam hal ini pasien serta keluarganya dan merespon permintaan
merasa puas dengan daya tanggap petugas medis di ruangan. Ini sejalan dengan
baik persepsi pasien terhadap daya tanggap maka kepuasan pasien akan semakin
maka kepuasan pasien akan semakin tinggi. Namun jika persepsi pasien terhadap
atau tidak, sehingga bila ada pasien tidak puas perlu dicari faktor apa saja yang
agar mereka merasa puas. Kepuasan pasien perlu diidentifikasi dengan jelas agar
43
ketidakpuasan tersebut. Bila pasien merasa puas setelah dirawat di IGD maka
perlu upaya mempertahankan agar pasien tersebut menjadi pelanggan dan tidak
pelayanan IGD yang diberikan oleh dokter dan perawat di rung IGD.Mutu
pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan salah
sakit, maka dengan itu pelayanan rumah sakit harus berorientasi untuk
konsep mutu layanan yang berkaitan dengan kepuasanpasien ditentukan oleh lima
Tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staf untuk layanan dengan cepat
pelayanan gawat darurat yang diberikan harus memenuhi mutu pelayanan yang
baik.Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang merupakan suatu unit di dalam rumah
44
sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan
rumah sakit yang menerima pasien, Instalasi Gawat Darurat (IGD) juga bisa
menjadi cerminan dari pelayanan rumah sakit pada umumnya yang menerima
pasien dengan sifat yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat, sehingga
mengharuskan petugas melakukan tindakan yang segera namun harus tetap fokus
pada pasien, agar kualitas pelayanan rumah sakit tetap terjaga. Peneliti
Faktor keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap, mampu,
dimiliki setiap orang dapat lebih membantu menghasikan sesuatu yang lebih
petugas.Selain itu, bebas dari bahaya saat pelayanan merupakan jaminan bagi
pasien.
dilakukan kepada pasien, menentukan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan, apakah
di rawat inap, rujuk, kontrol, atau dinyatakan sembuh/ sehat, membuat surat
45
medis di status rawat inap bila pasien dirawat inap, membuat dokumentasi
lengkap di status unit gawat darurat pasien yang diperbolehkan pulang, dari mulai
diagnosa hingga terapi yang didapat termasuk jam pasien pulang, bersama dengan
kasir melakukan kontrol pendapatan jasa pelayanan rawat jalan. Dokumen dan
catatan yang digunakan di IGD : surat perintah rawat inap (Advice Dokter), surat
rujukan, surat keterangan kematian, surat sakit, inform concent (Surat Persetujuan
Tindakan Medis), Visum et repertum, buku register pasien gawat darurat, SHGD
(Sensus Harian Gawat Darurat), resep, buku catatan pembayaran atau bukti
adalah jenis bangunan yang penghuninya sangat dipengaruhi oleh bising. Karena
itu pemilihan lokasi yang sesuai harus dipertimbangkan agar dapat mengurangi
bising outdoor. Sedangkan bising interior dalam rumah sakit disebabkan oleh:
(unit pipa ledeng, mesin cuci, fasilitas masuk), Fasilitas pelayanan pasien (tangki
sejak memasuki pintu IGD. Response time (waktu tanggap) pada sistem realtime,
didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal) sampai
instruksi pertama rutin layanan yang dimaksud dieksekusi, disebut dengan event
46
response time. Sasaran dari penjadwalan ini adalah meminimalkan waktu tanggap
penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.
Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung pada kecepatan yang tersedia serta
sakit.Waktu tanggap dikatakan tepat waktu dan tidak terlambat apabila waktu
yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada.Salah satu
darurat baik pada keadaan sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu
untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak ditempat kejadian, dalam
pasien di IGD, dan salah satu faktor yang dianggap sangat berpengaruh terhadap
kepuasan pasien yaitu waktu tanggap. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Purba Dewi dkk (2015) yang menyatakan bahwa respon time
time sangat penting dalam menangani pasien gawat darurat khususnya pasien
dengan kategori triase merah karena dapat mengurangi keluasan rusaknya organ-
47
organ dalam dapat juga mengurangi beban pembiayaan dan respon time yang
bahwa kepuasan pasien adalah hasil dari penilaian atau persepsi pasien terhadap
dimana seseorang menyetakan hasil perbandingan atas kinerja produk dan jasa
yang diterima dengan yang diharapkan. Kepuasan pasien merupakan salah satu
pasien adalah hasil penelitan pasien terhadap penilaian pelayanan kesehatan yang
perawat secara umum di IGD salah satu Rumah Sakit di Semarang adalah 55.7 %
merasa puas dan 44. 3 % merasa tidak puas. Hal ini didukung penelitian yang
tingkat kepuasan pasien di IGD RSUD Sukorejo yaitu sebesar 86 % dan yang
tidak puas 14 %. Pasien memiliki tingkat kepuasan baik terhadap perawatan yang
48
Dari kelima dimensi tersebut didapatkan hasil bahwa tingkat kepuasan
karena suatu jasa tidak dapat dilihat, dicium, diraba, atau didengar maka aspek
tangibles menjadi sangat penting sebagai ukuran terhadap pelayanan jasa yang
perawat, hal ini berkaitan dengan kelengkapan serta kebersihan seragam, sikap
dan keterampilan perawat. Pasien merasa puas karena pelayanan yang mereka
terima pada dimensi tangibles ini sesuai dengan harapannya serta pasien
tanda pengenal, perawat bersikap ramah serta sopan dalam memberikan pelayanan
perawatan. Aspek tersebut perlu dimiliki oleh perawat karena penampilan dan
sikap yang baik akan mempengaruhi penilaian pasien terhadap pelayanan yang
diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian (Septiani A, 2016) yang menyatakan
bahwa kepuasan pasien merujuk pada penampilan atau wujud nyata dari
49
setelah menggunakan suatu pelayanan atau merupakanpersepsi pasien terhadap
kualitas perawatan darurat dan hasil perawatan darurat (Worku & Loha, 2017).
yang ada di IGD, lingkungan di sekitar bangsal IGD, Staf (perawat dan dokter) di
IGD, privasi di IGD, waktu tanggap di IGD dan kepuasan tentang waktu di
yang diberikan dengan pendaftaran asosiasi kerja, hasil ini dikonfirmasi oleh
Pakistan bahwa fasilitas telepon di gawat darurat hanya tersedia untuk 15,17%
pasien. Selanjutnya pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepuasan pasien
tentang lingkungan di dalam dan sekitar IGD membuat pasien merasa puas.
perawatan yang diberikan. Temuan lain adalah pasien yang menerima informasi
yang memadai dan dapatdimengerti merasa puas dengan layanan kesehatan. Ada
50
penelitian yang menyatakan bahwa 68,54% puas dengan penjelasan masalah
kesehatan oleh pemberi layanan kesehatan dan 61,8% puas dengan manajemen
sedangkan sikap dan perilaku dokter dan perawat ditemukan memuaskan masing-
Dalam penelitian ini, skor kepuasan tertinggi oleh pasien yaitu menjaga
privasi pasien. Menjaga privasi selama pemeriksaan fisik oleh penyedia layanan
kesehatan mengikuti prinsip etika seperti privasi dan kerahasiaan dan sebagian
besar dari semua penyedia layanan kesehatan adalah proses penting untuk kualitas
(Sagaro, Yalew, & Koyira, 2015) yang menyatakan bahwa pasien akan merasa
lebih nyaman selama penilaian kesehatan dan anamnesis apabila privasi pasien
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien. Antara lain
tanggap) dan (pelayanan yang ada di IGD, lingkungan di sekitar bangsal IGD,
Staf perawat dan dokter di IGD, privasi di IGD dan waktu tanggap di IGD)
52
DAFTAR PUSTAKA
53
Kementerian Kesehatan RI. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
2009. Jakarta; 2009.
Mentri Kesehatan RI. 2018. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.
Andika, L. (2020). Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan
Pasien di Ruangan IGD RSUD dr. Slamet Garut. Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik (JIAP)
Hutabrat, R. Y., & Putra, C. S. (2016). Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan
(1sted). Bogor; IN MEDIA
Mardalena, I. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta; Pustaka
Baru Press
54
LAMPIRAN
55
Lampiran 2
56
Lampiran 3
57
Lampiran 4
58
Lampiran 5
59
Lampiran 6
60