SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Kesehatan Masyarakat
Oleh:
WA ODE SITTI ROSMEIYULIAWATI M.
J1A1 15 139
i
ii
v
vi
KATA PENGANTAR
sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan judul “Studi
Bhayangkara Kendari Tahun 2018”. yang disusun untuk memenuhi salah satu
Harapan untuk menyajikan hasil penelitian ini dengan baik, tentu tidak
mudah diperoleh melainkan atas bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan
terima kasih banyak. Penulis menyadari dalam penyusunan Hasil Penelitian ini
hanya milik Allah SWT. Sehingga saran yang bersifat konstruktif sangat
Kepada kedua orang tuaku tercinta bapak La Ode Milu dan ibu Sabaria
serta saudara-saudaraku Ufan, Rifal, Izul, Manggala dan seluruh keluarga besarku
yang telah memberikan motivasi, semangat dan kasih sayang serta senantiasa
mendoakan perjalanan studi penulis agar dapat selesai dan sukses. Selain itu pada
v
vi
Bapak Dr. Suhadi, S.KM., M.Kes selaku Pembimbing I dan Bapak Ambo Sakka,
4. Ibu Dr. Asnia Zainuddin, M.Kes, Fithria, S.KM., MHS, dan Irma Yunawati,
S.KM., M.P.H selaku penguji yang telah memberikan banyak arahan dan
9. Seluruh Petugas Gizi Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari dan
vii
beberapa Pasien Rawat inap yang telah bersedia menjadi informan serta
serta teman-teman Epid, KLKK, Gizi, dan Promkes yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu, terima kasih untuk semua semangat dan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul… ............................................................................................... i
Halaman Persetujuan ........................................................................................... ii
Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian ............................................................................ iv
Kata Pengantar ...................................................................................................... v
Daftar Isi ............................................................................................................viii
Daftar Tabel ......................................................................................................... xi
Daftar Gambar .................................................................................................... xii
Daftar Lampiran .................................................................................................xiii
Abstrak ............................................................................................................... xiv
Abstract ............................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
10.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
10.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
10.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
10.3.1 Tujuan Umum .............................................................................. 8
10.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................. 8
10.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 9
10.4.1 Manfaat Praktis ............................................................................ 9
10.4.2 Manfaat Teoritis ........................................................................... 9
10.5 Ruang lingkup ........................................................................................ 10
10.6 Daftar Istilah/Glosarium ........................................................................ 10
10.7 Organisasi/Sistematika ........................................................................... 13
viii
ix
Halaman
2.4.4 Keuangan/Anggaran ................................................................... 31
2.4.5 Kegiatan Penyelenggaraan Makanan .......................................... 34
2.5 Kerangka Teori ....................................................................................... 52
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................... 52
2.7 Definisi Konsep ...................................................................................... 53
Halaman
4.4.2 Pengadaaan Bahan Makanan .................................................... 131
4.4.3 Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan ....................... 137
4.4.4 Persiapan dan Pengolahan Makanan ......................................... 140
4.4.5 Penyaluran atau Distribusi Makanan ........................................ 146
4.3.6 Penyajian Makanan ................................................................... 149
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 154
5.2 Saran ..................................................................................................... 156
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
STUDI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN MAKANAN
DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
KENDARI TAHUN 2018
Oleh:
ABSTRAK
xiv
THE IMPLEMENTATION OF FOOD IN INSTALLS NUTRITION
HOSPITAL BHAYANGKARA KENDARI YEAR 2018
By :
ABSTRACT
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Ada empat
jenis pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit yaitu mencakup
salah satu pelayanan penunjang medik yang harus ada di rumah sakit adalah
Pelayanan Gizi Rumah Sakit menjelaskan bahwa Pelayanan gizi di rumah sakit
melakukan empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi
terapan.
pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit yang merupakan salah satu upaya
dalam rangka meningkatkan mutu kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat
inap maupun rawat jalan. Salah satu kegiatan yang dijalankan pada pelayanan gizi
1
2
sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna
tidak dijalankan maka akan timbul risiko malnutrisi bagi pasien. Pasien yang
memiliki resiko tinggi terkena malnutrisi yaitu pasien yang menderita anoreksia,
kondisi mulut dan gigi-geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran
cerna disertai mual, muntah, dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan
kesadaran dalam waktu lama, dan yang menjalani kemoterapi. Asupan energi
yang tidak terpenuhi, ditambah lamanya hari rawat pasien, penyakit non infeksi,
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Pedoman tersebut telah digunakan sejak
tahun 2013 dan sampai sekarang belum ada pembaharuan. Pedoman tersebut
mengacu pada The Joint Comission Internasional (JCI) for Hospital Accreditation
pada standar PCI.7.4 (Prevention & Control of Infection) dan SNARS (Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit) pada standar PAP. 4. (Pelayanan dan Asuhan
Pasien). Salah satu standar yang harus dimiliki rumah sakit yang tercatat dalam
3
(Pelayanan dan Asuhan Pasien) adalah rumah sakit harus menyediakan berbagai
pilihan makanan yang sesuai dengan status gizi pasien dan konsisten dengan
asuhan klinisnya. Maksud dari standar tersebut adalah diharapkan setiap institusi
asuhan, diagnosis pasien termasuk juga memperhatikan diet khusus seperti rendah
kolesterol dan diet diabetes melitus ((Permenkes RI No. 78 Tahun 2013 Tentang
Secara global, saat ini banyak fasilitas kesehatan khususnya rumah sakit
sajikan, bukan hanya kepada pasien melainkan juga kepada staff yang bekerja
serta pengunjung lainnya. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari strategi
rumah sakit untuk menunjukkan perbaikan nutrisi yang dapat tercapai dengan
makanan yang lezat, sambil memenuhi standar baru pada manajemen pelayanan
kamar hotel yang memungkinkan pasien untuk memesan makanan mereka kapan
saja dari menu yang beragam dan berkualitas. Pasien memesan apa yang mereka
inginkan dan kapan mereka menginginkannya, yang dapat mengurangi limbah dan
menyelamatkan rumah sakit dari penekanan biaya karena sisa makanan yang
4
terbuang percuma. Pada saat yang sama, kualitas yang lebih baik dapat
kepuasan dan dapat memperbaiki citra rumah sakit. Beberapa contoh rumah sakit
yang mengadopsi pelayanan gizinya seperti layanan kamar hotel yaitu Rumah
makanan di Rumah sakit. Contohnya adalah penelitian di salah satu Rumah sakit
unsur pelayanannya. Hasil dari evaluasi tersebut adalah pasien merasa kurang
puas dengan suhu dan tekstur makanan yang diterimanya (Hartwell et al, 2016).
turun atau sudah tidak hangat lagi dan tekstur makanan kurang sesuai dengan
standar. Faktor yang berpengaruh salah satunya adalah kendala jarak pengiriman
dari dapur ke pasien dan jumlah tenaga kerja pramusaji yang tersedia di Rumah
5
sakit. Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya
dengan pengadaan troli pengiriman makanan yang sesuai standar agar makanan
cepat sampai kepada pasien sehingga dapat mempertahankan suhu dan tekstur
Masalah lain yang dihadapi oleh salah satu rumah sakit di daerah Toronto,
Kanada lebih kompleks lagi, dimana berkaitan dengan Panduan Makanan rumah
sakitnya yang sedang direvisi. Beberapa sorotan dari media yang membahas
pasien mengenai makanan yang tidak sesuai dengan seleranya, serta makanan
yang disediakan dalam jumlah kecil karena mengandalkan pasokan makanan dari
menu makanan China dan bukan menu makanan Lokal (Murphy, 2017).
pemerintah maupun swasta saat ini sudah mulai menuju perbaikan, karena
pasien semakin meningkat. Akan tetapi belum semua rumah sakit dapat
sumber daya yang ada, terutama di rumah sakit kelas C dan D yang ada di daerah-
masalah yang mendasar, seperti kekurangan sumber biaya, tenaga dan sarana
fisik, dan di samping itu peran pengelola unit gizi dalam perencanaan juga kurang
gizi, konseling gizi, ketepatan diet, ketepatan penyajian makanan, cita rasa
makanan serta evaluasi sisa makanan pasien. Selanjutnya penelitian dari Dewi et
bahan makanan dan distribusi diet pasien belum sesuai pedoman karena SOP
dan pramuruang serta ahli gizi tidak konsisten dalam menerapkan standar.
manusia kurang mencukupi dengan beban kerja cukup berat dan dukungan
pelatihan masih kurang. Sarana prasarana tersedia sesuai usulan, namun waktu
sistematis belum sepenuhnya sesuai dengan PGRS dan pengetahuan juru masak
yang ditugaskan untuk memasak terutama tentang gizi yang sangat kurang.
7
Dari hasil survey pendahuluan pada bulan Oktober tahun 2018 ditemukan
Kendari pada bulan Oktober 2017 telah melakukan akreditasi rumah sakit pada
Kendari dengan mengacu pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah sakit yaitu
guna meningkatkan mutu makanan bagi pasien dimasa yang akan datang.
1. Ruang lingkup lokasi penelitian hanya terbatas pada instalasi gizi sebagai
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari Tahun 2018 yang meliputi
Istilah/Glosarium Keterangan
waktu tertentu.
terapi dietetik.
perangkap elektrokautor.
adonan makanan.
No. Nomor
untuk memasak.
RD Registered Dietisien
RI Republik Indonesia
SK Surat Keputusan
keperluan lainnya.
1.7 Organisasi/Sistematika
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari Tahun 2018. Penyusunan Hasil
Penelitian ini tak luput dari bimbingan Bapak Dr. Suhadi, S.KM., M.Kes selaku
2. Hasil Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas akhir di Program
TINJAUAN PUSTAKA
gizi, konseling gizi, ketepatan diet, ketepatan penyajian makanan, cita rasa
Pada tahun yang sama penelitian dari Affandy et al., (2017) tentang
PROF. DR. R.D. Kandou Kota Manado dapat disimpulkan bahwa SDM dalam
perencanaan bahan makanan pasien di instalasi gizi sudah tersedia namun belum
makanan pasien sudah baik namun belum sebagaimana yang diharapkan dan
gizi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado sudah baik namun belum sebagaimana
yang diharapkan pada Permenkes 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit.
pelayanan gizi rumah sakit yang diakukan di rumah sakit jiwa (RSJ) Grhasia DIY
14
15
gizi di RSJ Grhasia sudah tersusun sesuai dengan fungsi, tugas, dan tanggung
Kemudian pelaksanaan pelayanan gizi di RSJ Grhasia sudah sesuai dengan PGRS
implementasi pelayanan gizi dalam hal pengolahan bahan makanan dan distribusi
diet pasien belum sesuai pedoman karena SOP (Standard Operating Procedur)
belum dipahami dengan jelas oleh pramumasak dan pramuruang serta ahli gizi
belum baik ditandai dengan adanya hambatan dalam proses transmisi, kejelasan
dan konsistensi. Sumber daya manusia kurang mencukupi dengan beban kerja
cukup berat dan dukungan pelatihan masih kurang. Sarana prasarana tersedia
waktu lama.
sistematis belum sepenuhnya sesuai dengan PGRS dan pengetahuan juru masak
yang ditugaskan untuk memasak terutama tentang gizi yang sangat kurang.
orthopedic, dan kepala farmasi untuk mengeksplorasi hal-hal yang terkait dengan
tersebut adalah pasien merasa kurang puas dengan suhu dan tekstur makanan yang
turun atau sudah tidak hangat lagi dan tekstur makanan kurang sesuai dengan
standar. Faktor yang berpengaruh salah satunya adalah kendala jarak pengiriman
dari dapur ke pasien dan jumlah tenaga kerja pramusaji yang tersedia di Rumah
sakit. Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya
dengan pengadaan troli pengiriman makanan yang sesuai standar agar makanan
cepat sampai kepada pasien sehingga dapat mempertahankan suhu dan tekstur
Masalah lain yang dihadapi oleh salah satu rumah sakit di daerah Toronto,
Kanada lebih kompleks lagi, dimana berkaitan dengan Panduan Makanan rumah
sakitnya yang sedang direvisi. Beberapa sorotan dari media yang membahas
pasien mengenai makanan yang tidak sesuai dengan seleranya, serta makanan
yang disediakan dalam jumlah kecil karena mengandalkan pasokan makanan dari
menu makanan China dan bukan menu makanan Lokal (Murphy, 2017).
17
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, menjelaskan bahwa Rumah Sakit adalah
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
Artinya dari dua pengertian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Rumah
inap, rawat jalan, dan gawat darurat agar tercipta derajad kesehatan yang setinggi-
tingginya.
mansyarakat luas dengan tugas utama pelayanan promotif dan preventif yang
Instalasi gizi rumah sakit adalah unit yang mengelola pelayanan gizi bagi
pasien rawat inap, rawat jalan maupun keluarga pasien, dengan kegiatan :
1. Pengadaan/penyajian makanan.
bahan makanan dan berlanjut pada proses pengolahan dan distribusi diawasi
Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan
dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,
dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang
semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan
organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya
penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat
jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk
membantu penyembuhannya.
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau
harus selalu disesuaikan dengan perubahan fungsi organ. Pemberian diet pasien
harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya
peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama
tenaga gizi.
untuk menciptakan sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai
bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Disamping itu ada tujuan khusus
dikonsumsi
keluarganya
3. Penyelenggaraan Makanan
kebutuhan pasien terhadap gizi seimbang. Sekitar 20-40 % anggaran rumah sakit
dinilai dari ada tidaknya sisa makanan, sehingga sisa makanan dapat dipakai
1. Tujuan
dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.
21
PERSIAPAN
PENYAJIAN DISTRIBUSI DAN
MAKANAN MAKANAN PENGOLAHAN
MAKANAN
Gambar 2.3.1 Alur Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit
2.4.1 Ketenagaan
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam
Semakin baik pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah sakit, maka semakin baik
pula standar akreditasi rumah sakit tersebut. Hal ini dapat terlaksana bila tersedia
sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci yang
memuat jenis dan jumlah tenaga gizi. Dalam melaksanakan pelayanan gizi di
rumah sakit, selain tenaga gizi dibutuhkan juga tenaga pendukung meliputi tenaga
jasa boga, logistik, pranata komputer, tenaga administrasi dan tenaga lainnya.
Ruang lingkup asuhan gizi meliputi asuhan gizi rawat jalan dan rawat
inap. Pelayanan asuhan gizi, baik kasus umum maupun kasus- kasus
dan sebagainya serta pada sakit berat dan memerlukan dukungan gizi),
sakit berat.
23
konseling gizi
pelayanan makanan
pelayanan makanan
24
makanan
rumah sakit, maka diperlukan kesatuan pemikiran antara perencana dan pihak
manajemen yang terkait. Oleh karena itu, diperlukan satu tim yang memiliki
bangunan /sipil, listrik, disainer bagian dalam gedung, instalator, ahli gizi serta
unsur lain di rumah sakit yang terkait langsung seperti Pemilik Rumah Sakit,
Direktur Rumah Sakit serta instalasi Prasarana rumah sakit (Permenkes RI No. 78
R. Penyimpanan
Bahan Makanan Basah
Ruang Persiapan
R. Pengolahan dan
Ruang Penyimpanan
Penghangatan Makanan
Perlengkapan
R. Penyajian Makanan
Ruang Pencucian
Peralatan
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan bahan
jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara pembelian bahan makanan,
pemasakan. Ruang harus cukup luas untuk menampung bahan, alat, pegawai,
Kemudian makanan biasa dibagi lagi menjadi kelompok nasi, sayuran lauk
Pencucian alat masak hendaknya pada tempat khusus yang dilengkapi dengan
sarana air panas. Alat-alat dapur besar dan kecil dibersihkan dan disimpan
d. Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi (1,2
kg/cm3).
b. Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi (1,2
kg/cm3).
c. Tersedia air panas dan alat pembersih seperti sabun, detergen, sikat.
terkumpul.
28
Ruang ini adalah ruangan-ruangan yang dibuat untuk tempat ganti pakaian
pegawai, istirahat, ruang makan, kamar mandi dan kamar kecil. Ruangan ini
dapat terpisah dari tempat kerja, tetapi perlu dipertimbangkan agar dengan
9. Ruang pengawas
ini terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi semua kegiatan
di dapur.
Alat Makan, Lemari alat makan, Alat Pemanas (kompor), Refrigerator Khusus
Pasien Anak.
sampah.
Bertutup, AC Split.
Cold Room Freezer (Temp - 15˚s.d -18˚C), Cold Room Chiller (Temp √ 2˚s.d
Pan, Gelas Ukur, Bain Marrie, Blender, Boiling Pan, Oven, High Pressure
Cooker, Rice Cooker, Pan Dadar / Ceplok Telur, Double Sink Heavy, Tempat
Rak Alat, Lemari Makanan Matang, Mesin Wrapping, Panci set, Insect Killer,
Tertutup.
8. Di ruang pencuci dan penyimpanan alat : Mesin Pencuci Alat, Bak Pencuci
seluruh sumber daya yang diperlukan (tenaga, dana, metoda, sarana dan
Gizi mengelola kegiatan gizi sesuai fungsi manajemen yang dianut dan
mengacu pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku dan
menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga milik RS. Pada sistem
ditunjuk tanpa menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga dari rumah
atau sebagian, fungsi Dietisien rumah sakit adalah sebagai perencana menu,
bahwa prasyarat yang dimiliki jasa boga untuk golongan B termasuk Rumah
Sakit yaitu :
rumah sakit dapat menggunakan jasa boga/catering hanya untuk kelas VIP
2.4.4 Keuangan/Anggaran
Biaya merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dan
pengelola. Sesuai dengan ruang lingkup kegiatan pokok PGRS, menghasilkan dua
jenis produk, yaitu makanan atau menu sebagai produk barang pada
penyelenggaraan makanan, asuhan gizi dan konseling gizi sebagai produk jasa.
Biaya makan per orang per hari merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
yang dibutuhkan untuk menghitung biaya makan per orang per hari adalah jumlah
output dari penyelenggaraan makanan yaitu porsi makan atau jumlah konsumen
yang dilayani. Karena biaya kelas rawat berbeda maka perlu dilakukan
belum ada data dan informasi biaya untuk setiap kelas rawat, maka dapat
makanan adalah biaya bahan makanan; biaya tenaga kerja langsung; dan biaya
overhead.
Biaya bahan makanan merupakan unsur biaya bahan baku atau bahan dasar
makanan ini termasuk biaya variabel karena biaya total bahan makanan
33
dipengaruhi oleh jumlah atau porsi makanan yang dihasilkan atau jumlah
sudah mempunyai pedoman menu dan standar resep yang lengkap untuk
perhitungan bahan makanan dari standar resep atau dari pedoman menu.
Apabila instalasi gizi atau unit gizi belum mempunyai pedoman menu dan
standar resep yang lengkap maka perhitungan bahan makanan dapat dilakukan
melalui pemakain bahan makanan, dengan syarat instalasi gizi atau unit gizi
harus mempunyai catatan bahan makanan yang lengkap dan akurat mengenai
bahan makanan.
standar makanannya
b. menyusun harga makanan per orang per hari berdasarkan standar makanan
c. rekapitulasi macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan pada tiap
kelompok untuk satu putaran menu atau satu bulan. Data pemakaian bahan
d. mengalikan harga makanan per orang per hari dengan kebutuhan macam
pedoman yang ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai acuan dalam memberikan
pemberian makanan, macam dan jumlah makanan konsumen sebagai acuan yang
makanan rumah sakit ini berdasarkan: kebijakan rumah sakit setempat, macam
konsumen yang dilayani, kebutuhan gizi untuk diet khusus, dan Angka
khusus, penentuan menu dan pola makan, penetapan kelas perawatan dan,
35
pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku (Permenkes RI No. 78 Tahun
bahan makanan (berat kotor) seorang sehari, disusun berdasarkan kecukupan gizi
pasien yang tercantum dalam Penuntun Diet dan disesuaikan dengan kebijakan
rumah sakit. Tujuannya yaitu tersedianya acuan macam dan jumlah bahan
makanan seorang sehari sebagai alat untuk merancang kebutuhan macam dan
Menetapkan kecukupan gizi atau standar gizi pasien di rumah sakit dengan
menjadi item bahan makanan dalam berat kotor (Permenkes RI No. 78 Tahun
kecukupan gizi, cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen/pasien, dan
dipasar akan berpengaruh pada macam bahan makanan yang digunakan serta
macam hidangan yang dipilih. Pada saat musim bahan makanan tertentu, maka
bahan makanan tersebut dapat digunakan dalam menu yang telah disusun
bahan makanan adalah warna, konsistensi, rasa dan bentuk. Bahan makanan
berwarna hijau dapat dikombinasi dengan bahan makanan berwarna putih atau
6. Food habit dan Preferences Food preferences dapat diartikan sebagai pilihan
makanan yang disukai dari makanan yang ditawarkan, sedangkan food habit
dan menggunakan makanan sesuai dengan keadaan sosial dan budaya. Bahan
37
penggunaannya.
fasilitas fisik dan peralatan yang dibutuhkan. Namun di lain pihak macam
1. Bentuk tim kerja. Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari
Sakit, maka perlu ditetapkan macam menu, yaitu menu standar, menu pilihan,
3. Menetapkan lama siklus menu dan kurun waktu penggunaan. Menu Perlu
yang sedang berjalan. Siklus dapat dibuat untuk menu 5 hari, 7 hari, 10 hari
atau 15 hari. Kurun waktu penggunaan menu dapat diputar selama 6 bulan-1
tahun.
4. Menetapkan pola menu. Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola
dan frekuensi macam hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan
38
selama satu putaran menu. Dengan penetapan pola menu dapat dikendalikan
penggunaan bahan makanan sumber zat gizi dengan mengacu gizi seimbang.
6. Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang, dan malam pada satu
dengan pola menu yang telah ditetapkan. Setiap hidangan yang terpilih
salah satu pihak manajer, maka perlu diperbaiki kembali sehingga menu telah
9. Melakukan test awal. Menu Bila menu telah disepakati, maka perlu dilakukan
uji coba menu. Hasil uji coba, langsung diterapkan untuk perbaikan menu
Sakit).
menetapkan macam, jumlah dan mutu bahan makanan yang diperlukan dalam
39
rumah sakit. Tujuanya yaitu agar tersedianya taksiran macam dan jumlah bahan
makanan dengan spesifikasi yang ditetapkan, dalam kurun waktu yang ditetapkan
hari, maka dalam 1 bulan (30 hari) berlaku 3 kali siklus. Bila 1 bulan
adalah 31 har, maka belaku 3 kali siklus ditambah 1 menu untuk tanggal
31.
e. Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun waktu
Rumah Sakit).
biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan karyawan
makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan
ditetapkan.
sebelumnya.
5. Hitung indeks harga makanan per orang per hari dengan cara mengalikan
berat kotor bahan makanan yang digunakan dengan harga satuan sesuai
Rumah Sakit).
oleh unit/ Instalasi Gizi sesuai dengan ukuran, bentuk, penampilan, dan
2) Ukuran/tipe unit/kontainer/kemasan
3) Tingkat kualitas
6) Identifikasi pabrik
tidak berlendir, kenyal, bau segar tidak amis, dan tidak beku.
dikeluarkan oleh suatu pabrik dan telah diketahui oleh pembeli. Misalnya
2. Survei Pasar
Survey pasar adalah kegiatan untuk mencari informasi mengenai harga bahan
sebagai dasar perencanaan anggaran bahan makanan. Dari survei tersebut akan
diperoleh perkiraan harga bahan makanan yang meliputi harga terendah, harga
makanan
d. Adanya menu dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan selama periode
biasanya terkait dengan produk yang benar, jumlah yang tepat, waktu yang
tepat dan harga yang benar (Permenkes RI No. 78 Tahun 2013 Tentang
berlangsung.
Rumah Sakit).
jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah
makanan sesuai dengan daftar pesanan, waktu pesan dan spesifikasi yang
1. Tersedianya daftar pesanan bahan makanan berupa macam dan jumlah bahan
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar
bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat
segar.
bahan makanan.
46
jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan pesanan dan waktu yang
Rumah Sakit).
menyiangi, meracik, dan sebagainya) sesuai dengan menu, standar resep, standar
porsi, standar bumbu dan jumlah pasien yang dilayani. Adapun prasyaran yang
harus dipenuhi :
4. Tersedianya standar porsi, standar resep, standar bumbu, jadwal persiapan dan
Tujuan:
penampilan makanan
Prasyarat:
makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien yang dilayani.
disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan
yang ada. Terdapat 3 (tiga) sistem distribusi makanan di rumah sakit, yaitu sistem
“sentralisasi”, yaitu makanan dibagi dan disajikan dalam alat makan di ruang
produksi makanan.
2. Distribusi makanan yang tidak dipusatkan. Cara ini umumnya disebut dengan
pasien sejak dari tempat produksi, dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam
perawatan.
e. Ruangan pasien terhindar dari bau masakan dan kebisingan pada waktu
pembagian makanan.
a. Tidak memerlukan tempat yang luas, peralatan makan yang ada di dapur
c. Makanan dapat disajikan lebih rapi dan baik serta dengan porsi yang
c. Besar porsi sukar diawasi, khususnya bagi pasien yang menjalankan diet.
yaitu bebas dari kontaminasi, bersih dan tertutup, serta dapat memenuhi
1. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang
3. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas
dingin.
bersih.
6. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien
Sakit, 2004).
52
PERSIAPAN DAN
PENYAJIAN DISTRIBUSI PENGOLAHAN
MAKANAN MAKANAN MAKANAN
PERENCANAAN
MENU
PENGADAAN
BAHAN MAKANAN
PENERIMAAN DAN
PENYIMPANAN
BAHAN MAKANAN IMPLEMENTASI
PENYELENGGARAAN
DISTRIBUSI
MAKANAN
PENYAJIAN
MAKANAN
Kendari, serta penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
bahan makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan,
makanan kering dan segar di gudang bahan makanan kering dan dingin/beku
Sakit.
standar porsi, standar bumbu dan jumlah pasien yang dilayani di Instalasi Gizi
penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien
6. Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan sanitasi
sanitasi, yaitu bebas dari kontaminasi, bersih dan tertutup, serta dapat
METODE PENELITIAN
sendiri dimana peneliti melakukan kerja lapangan secara langsung dan bersama
subjek penelitian berupa rapport atau hubungan antara peneliti dan subjek yang
sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah di antara
55
56
1. Minta izin kepada yang berwenang. Kegiatan awal dalam penelitian ini ialah
melacak seluas dan sedalam mungkin informasi yang terkait dengan fokus
hal tersebut akan memberikan efek yang kurang baik bagi pelaksanaan dan
penyelesaian penelitian. Untuk itu demi menjaga rasa saling percaya, peneliti
rumah sakit, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik, bersedia
dan mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar yang diharapkan
57
Sumber data primer yaitu merupakan data yang diperoleh peneliti secara
1. Informan kunci yaitu Kepala Instalasi Gizi dan staff atau tenaga kesehatan
yang bekerja di Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari tahun 2018.
2. Informan biasa yaitu beberapa Pasien Rawat Inap serta keluarga pasien yang
tidak langsung melalui media perantara seperti internet, jurnal, dan data
Kemenkes. serta Permenkes. Dalam penelitian ini data sekunder diambil dari
1. Penelitian Pustaka.
terutama mengenai konsep - konsep dasar atau teori – teori yang berkenaan
dengan obyek kajian, seperti literatur yang mengkaji mengenai pelayanan gizi
2. Penelitian Lapangan
secara langsung obyek penelitian. Hal yang diamati adalah keadaan kerja
keseharian dari para pegawai pada lingkungan Instalasi Gizi Rumah Sakit
catatan pengamatan.
59
metode Triagulasi adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat, lengkap dan
Sasaran
Staff atau
Tenaga
Metode Kepala Kesehatan Pasien
Keluarga
Instalasi Gizi yang bekerja Rawat
pasien
Rumah Sakit di Instalasi Inap
Gizi Rumah
Sakit
Wawancara √ √ √ √
Observasi √
Telaah
√ √
dokumen
Instrumen
Topik Telaah
Wawancara Observasi
Dokumen
Perencanaan Menu :
1. Proses merencanakan menu √
2. Tim kerja √
3. Peraturan pemberian makanan di
RS
4. Standar kecukupan gizi √ √
5. Ada pedoman menu √ √
6. Ada siklus menu √ √
7. Standar Resep √ √
8. Standar Bumbu √ √
9. Standar Porsi √ √
10. Penilaian menu √
Pengadaan Bahan Makanan :
1. Cara memperoleh data pasien √
untuk kebutuhan bahan makanan
2. Cara petugas melakukan
pencatatan dan pelaporan √
perencanaan bahan makanan
3. Bagaimanan cara pemesanan
bahan makanan di instalasi gizi √
4. Apakah dilakukan survey pasar
5. Pelaporan pengadaan bahan √ √
makanan
6. Bukti pemesanan bahan makanan √
Penerimaan dan Penyimpanan Bahan
Makanan :
1. Cara memeriksa, meneliti, √ √
mencatat, memutuskan, dan
melaporkan tentang macam dan
jumlah bahan makanan sesuai
dengan spesifikasi
2. Langkah-langkah penyimpanan
bahan makanan (kering maupun √ √
basah) di instalasi gizi
3. Apakah ruangan penyimpanan
telah sesuai standar penyimpanan √
bahan makanan di instalasi gizi
4. Ketersediaan peralatan untuk √
penerimaan maupun penyimpanan
bahan makanan
5. Bukti penerimaan bahan makanan √
6. Kartu stok bahan makanan √
Bersambung di halaman selanjutnya-
61
Tabel 3.6.2 Lanjutan
Instrumen
Topik Wawancara Observasi Telaah
Dokumen
Persiapan dan Pengelolahan
Makanan :
1. Prosedur pengelolahan makanan √ √
2. Cara petugas menjaga higienitas
dalam pengelolaan √ √
3. Apakah ada teknik berbeda dalam √
mengelola makanan
4. Ketersediaan peralatan √
pengolahan makanan
5. Ada bahan makanan yang akan di √
masak
6. Ada standar porsi √
7. Ada standar resep √
8. Ada standar bumbu √
Distribusi Makanan :
1. Proses penyaluran makanan dari √ √
dapur ke ruangan pasien
2. Sistem distribusi yang digunakan √
3. Ketersediaan peralatan distribusi √
makanan
4. Bukti permintaan makanan √
5. Jadwal pendistribusian makanan √
untuk pasien
Penyajian Makanan :
1. Cara membuat jadwal penyajian √
makanan untuk pasien
2. Prosedur penataan porsi √
3. Ketersediaan peralatan penyajian
makanan √ √
4. Apakah ada kendala dalam √
menyajikan makanan
5. Bagaimana pendapat pasien √
tentang makanan yang disajikan
Sumber : Permenkes RI No. 78 Tahun 2013 dan Permenkes RI No. 56 Tahun
2014 serta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/Menkes/SK/X/2004.
62
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting tentang fokus penelitian yan
Gizi Rumah Sakit. Diharapkan data yang telah direduksi akan memberikan
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Dan
untuk menyajikan data dalam penelitian ini adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
Bhayangkara Kendari.
akan semakin baik dan kehadiran peneli tidak lagi dianggap sebagai orang
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis, karena
3. Triangulasi: yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi yaitu
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber
untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi hari, siang hari dan sore
4. Analisis kasus negatif: yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu. Disini peneliti mencari data yang berbeda
atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada
64
lagi data yang berbeda atau bertentangan ditemukan, maka data tersebut sudah
dapat dipercaya.
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil wawancara perlu
peneliti kepada pemberi data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data, maka data tersebut
4.1.1 Latar Belakang dan Kondisi Umum Rumah Sakit Bhayangkara Tk III
Kendari
1981 namun baru pada tanggal 25 Oktober 1989 Rumah Sakit Bhayangkara Tk III
Kendari resmi dipersembahkan untuk masyarakat dan ABRI yang diresmikan oleh
Rumah sakit Bhayangkara Tk II Kendari dipimpin oleh LETTU POL dr. Albert
Renleuw dan LETTU POL drg. Nila Utama sebagai KASI KESWIL 145 Kendari.
Sejak diresmikan pada tanggal 25 Oktober 1989 sampai sekarang sudah 13 kali
Karumkit Bhayangkara kendari yang di tanda tangani oleh a.n Kepala Kepolisian
Daerah Sulawesi Tenggara Karo SDM Polda Sultra Kombes Pol Ida Bagus Putra
17 September 2010 yang di tanda tangani oleh a.n Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik dr. Supriyanto, Sp.P, MARS.
65
66
Juni 2016 berlaku selama 5 tahaun dari tanggal 15 Juni 2016 s.d 15 Juni 2021
yang di tanda tangani oleh Wali Kota Kendari H. Musadar Mappasomba, S.,MP
(Bhayangkara, (2018).
oleh an. Menteri Kesehatan RI Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Akmal
sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C. Pada tahun 2016 melalui Keputusan
di tetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari 2016 yang di tanda tangani oleh
(Bhayangkara, (2018).
sangat strategis yaitu di pusat Kota Kendari dan sangat mudah dicapai oleh alat
Kendari berdiri di atas lahan dengan luas tanah ± 6.779 m² dan luas bangunan
67
1.389 m². Rumah Sakit Bhayangkara Kendari adalah Rumah Sakit TK III
secara holistik terhadap masyarakat umum, dan Peserta BPJS Kesehatan serta
Instalasi Rawat Jalan; terdiri dari 17 klinik umum dan spesialis, yaitu :
a. Klinik Gigi
c. Spesialis Anak
e. Spesialis Obgyn
f. Spesialis Urologi
g. Spesialis THT
h. Spesialis Saraf
i. Spesialis Jantung
68
k. Spesialis Mata
l. Spesialis Paru
memiliki 74 tempat tidur rawat inap dengan berbagai kelas perawatan. Dengan
tingkat hunian rawat inap rumah sakit (bad occupancy rate), dimana pada
tahun 2013 rata-rata BOR : 45 %, tahun 2014 BOR sebesar : 74 %, tahun 2015
sebesar 72 % dan pada tahun 2016 BOR mencapai 74% dan tahun 2017 ini
3. Unit Penunjang
terletak di bagian depan rumah sakit dengan pintu masuk tersendiri ( terpisah
dengan pintu masuk utama rumah sakit ), melayani 24 jam sehari dan 7 hari
dalam 1 minggu, dengan tempat tidur sebanyak 10 TT, yang terdiri dari TT
ramah, sopan, serta tindakan yang cepat dan tepat, sehingga menjadi nilai
tersendiri dalam hati para pengunjung Rumah Sakit Bhayangkara Kendari dan
menjadi kebanggaan pula dalam merebut simpati dari warga kota Kendari
(Bhayangkara, (2018).
bedah dengan jumlah dan jenis operasi yang telah di lakukan, baik operasi
yang dilakukan bedah umum, sampai yang bersifat khusus (bedah orthopedi,
bedah onkologi, bedah urologi dan bedah digestive), disamping itu juga
(Bhayangkara, 2018).
70
pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan gawat darurat yang mencakup
pelayanan medik dan penunjang medik. Untuk dapat tumbuh, berkembang dan
Rumah Sakit Bhayangkara Kendari menetapkan visi, misi dan tujuan, sebagai
berikut :
1. Visi
dan dipercaya.
2. Misi
Kepolisian;
Kerja rumah Sakit Umum dinyatakan bahwa Instalasi Gizi mempunyai tugas
Pelayanan gizi yang dilakukan oleh Instalasi gizi Rumah Sakit Bhayangkara
meliputi 3 kegiatan pokok yaitu produksi dan distribusi makanan, pelayanan gizi
ruang rawat inap dan penyuluhan dan konsultasi diet rawat inap. Tugas Unit Gizi
KA RUMKIT
KAUR JANGMED
AHLI GIZI
ADMINISTRASI
persyaratannya yang telah ditetapkan antara lain: Instalasi gizi dapat dicapai
semua ruangan perawatan sehingga pelayanan gizi dapat diberikan merata untuk
semua pasien; Instalasi gizi terletak sedemikian rupa sehingga keributan dan
kegaduhan dari instalasi gizi tidak mengganggu ruang lain serta mempunyai jalan
tersendiri dari luar untuk lalu lintas bahan makanan. Adapun tata letak Instalasi
I V
VI
II
IX
III
VII
VIII
IV
XI
Keterangan :
I : Ruangan Penerimaan
II : Ruangan Gudang Kering
III : Ruangan Gudang Basah
IV : Ruangan Persiapan dan Penyimpanan Alat
V : Ruangan Yang Tidak Digunakan
VI : Ruangan Kantor
VII : Ruangan Pengelolaan Makanan
VIII : Toilet
IX : Meja Persiapan
X : Meja Penyajian
XI : Lemari Alat
74
informan kunci yaitu sebagai pemberi informasi inti dalam penelitian, sedangkan
yang diberikan oleh informan kunci dengan kejadian yang sebetulnya di lapangan.
Sakit Bhayangkara Kendari tahun 2018. Untuk kepala instalasi gizi sendiri
berjumlah dua informan dikarenakan per satu Januari 2019 Kepala Instalasi Gizi
pendapat pasien dan keluarga pasien tentang penyajian makanan yang disajikan
oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari Tahun 2018. Dari
dari ruangan kelas satu juga dilakukan wawancara dengan pasien VIP sebagai
oleh petugas. Sedangkan 2 informan lainnya berasal dari ruang mawar untuk
75
menambah referensi berbeda dari pasien yang memiliki perhatian diet khusus
serta Rumah Sakit Bhayangkara Kendari khususnya sebagai lokasi penelitian guna
makanan di Instalasi Gizi yaitu dari segi ketenagaan, sarana dan prasarana,
Ahli Gizi dan beberapa petugas lainnya diperoleh hasil mengenai perencanaan
kecukupan gizi, cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen/pasien, dan
Bhayangkara Kendari dimulai dari menetapkan siklus menu yang dihitung dengan
pasar.
seorang dietisien, kepala masak (chef cook), dan pengawas makanan atau kepala
“Kalau eee, tim kerjanya kan dari… sebenarnya. Tapi selama ini
kita tidak buat …”
“…yang sebenar- benarnya kan harus ada dari dokter, harus dari
perawat itu tim kerjanya itu. Tapi kita disini kita hanya orang
dalam dari kepala masak ato yang dari bagian pengolahan lah,
yang masak dengan eee… tenaga gizi dengan melihat eee… apa
kondisi eee.. bahan di pasar yang tersedia dengan eee.. anggaran
yang ada dan… apalagi kalo menu, dengan kebiasaan makan”
(HA. 32 Tahun)
“ Saya tidak tahu juga yah, tapi tidak mungkin ada menu kalo
tidak ada itu tim kerjanya”
(AB. 40 Tahun)
sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci yang
memuat jenis dan jumlah tenaga gizi. Dalam melaksanakan pelayanan gizi di
rumah sakit, selain tenaga gizi dibutuhkan juga tenaga pendukung meliputi tenaga
jasa boga, logistik, pranata komputer, tenaga administrasi dan tenaga lainnya.
Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari belum sesuai dengan beban kerja yang
ada, dikarenakan masih ada petugas yang merangkap jabatan. Hal ini dijelaskan
oleh Kepala Instalasi Gizi periode tahun 2015 sampai 2018, sebagaimana
“Kalau jujur yah.. beban kerjanya kita itu banyak, tidak sesuai
dengan beban kerjanya. Karna itu.. karena satu orang kerja,
mereka yang mengolah.. mereka mi yang masak di dapur mereka
mi yang distribusikan makanan,...”
(YK. 28 Tahun)
“…Memang satu orang ahli gizi itu dia tanggungannya 100
pasien, itu untuk teori seperti itu. Tapi kalo untuk dikerja tangani
seperti ini stengah mati kalo buat saya. Paling kurang saya butuh
satu tenaga lagi. Setidaknya kan begini, kan saya hanya shif pagi
toh.. pokoknya gizi ruangan hanya sendiriku,…”
(JW. 24 Tahun)
Akan tetapi ketika pertanyaan tersebut diajukan kepada informan kunci
lain yang bertugas sebagai pengelolaan dan penerimaan makanan yaitu informan
MS menjelaskan bahwa tenaga gizi dan tenaga kesehatan yang bekerja di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari telah sesuai dengan beban kerja yang
lainnya. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lihat dilapangan memang benar
terjadi perangkapan tugas pada bulan desember 2018. Tetapi pada bulan januari
2019 awal saat peneliti kembali mewawancarai beberapa petugas, sudah ada
pembagian tugas sesuai beban kerja. Akan tetapi belum berjalan sesuai prosedur
instalasi gizi harus dipimpin dan dikepalai oleh seseorang yang benar-benar ahli
gizi dan dietetik, juga harus menguasai administrasi makanan banyak dan
manajemen perkantoran. Oleh karena itu, kualifikasi tenaga gizi harus sesuai
dengan ketetapan di atas agar supaya manajemen makanan di Rumah Sakit dapat
diperoleh hasil mengenai latar belakang pendidikan tenaga gizi maupun tenaga
kesehatan yang bekerja di Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari sudah
“Yah kalo untuk saya sendiri kan D3 gizi jadi sudah sesuai mi
kalo bagian Administrasi toh....”
(YK. 28 Tahun)
“Kalo untuk kayak saya toh.. sudah cocok mi, saya ini kan D3 gizi
dan bekerja sebagai Ahli Gizi. Kalo untuk pramusajinya kita eee..
pengolah kan ada Tataboga kita, adaji..”
(JW. 24 Tahun)
pernyataan yang dijelaskan kontras dengan pernyataan oleh ketiga informan kunci
gizi. Hanya saja pendidikan dan pelatihan gizi tersebut bukan diadakan oleh pihak
Rumah Sakit sendiri melainkan dari pihak luar, sebagaimana pernyataan beberapa
“Yah.. kalo saya pernah. Terakhir tahun.. emm.. 2017 kalo untuk
saya pernah yang interen kalo yang keluar ndag ada.. cuman saya
dan Ibu HA kalo yang lain belum pernah”
(YK. 28 Tahun)
“pernah.. kita sering dapat pelatihan kalo untuk gizi biasanya kita
ikut seminar biasa biaya sendiri ji. Kecuali kalo umpamanya
dipusatkan untuk semua pegawai tapi tidak terkhusus gizi. Kalo
untuk instalasinya kembali ke pribadi ji.”
(JW. 24 Tahun)
Rumah Sakit Bhayangkara Kendari telah dibuat tim kerjanya. Tetapi hanya
sebatas kepala masak dengan dietisien atau ahli gizi saja yang berperan
didalamnya. Latar belakang pendidikan sudah sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dikerjakan. Akan tetapi per satu januari 2019 ketika kepala instalasi gizi
Sains Terapan Kebidanan memang tidak sesuai dengan jabatan yang diberikan
Pendidikan dan pelatihan tentang gizi hanya diikuti oleh kepala instalasi
gizi, administrasi gizi, dan ahli gizi. Sedangkan untuk petugas lainnya belum
gizi bukan diadakan oleh pihak rumah sakit melainkan dari pihak luar. Untuk
4.3.1.3 Cara menetapkan lama siklus menu dan kurun waktu penggunaan
Periode siklus menu adalah lamanya siklus menu yang berlaku dan perlu
penggantian atau modifikasi kembali. Bila menu standar maka perlu ditetapkan
macam siklus menu yang cocok dengan tipe sistem penyelenggaraan makanan
yang sedang berjaan. Contoh siklus menu ialah siklus menu 5 hari, 7 hari, dan 10
hari (Depkes, 2007). Hasil wawancara dengan beberapa informan kunci mengenai
cara menetapkan lama siklus menu dan kurun waktu penggunaan diperoleh hasil
“Kita pake siklus menu 7 hari toh.. jadi itu kita tetapkan selama
setahun kita pake siklus itu, contohnya tahun 2019 kita sudah
tentukan makanan apa yang akan kita masak untuk 7 hari itu.
Berlaku selama satu tahun penggunaan toh..”
(HA. 32 Tahun)
83
“kita ada siklus 7 hari, senin sampai minggu. Misalnya toh ini kan
ada setiap paginya toh ada berapa macam ini, bubur telur mata
sapi terus dengan sup buncis sayur. setiap pagi terus siang beda.
Jadi siklus tujuh hari itu mulai dari senin, selasa, rabu, kamis,
jumat, dan sabtu, minggu berulang ke senin lagi begitu
seterusnya...”
(MS. 40 Tahun)
Siklus menu yang digunakan Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari
dlam penyelenggaraan makanan yaitu siklus menu 7 hari yang digunakan selama
Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola dan frekuensi macam
hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan selama satu putaran menu.
sumber zat gizi dengan mengacu gizi seimbang (Permenkes RI No. 78 Tahun
2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara dengan
berikut:
Tahun 2013 dan tetap menyesuaikan dengan ketersediaan bahan yang ada di
“pola menu sendiri kan kita sesuaikan dengan bahan yang ada di
pasar toh sesuai juga dengan dietnya pasien..”
(HA. 32 Tahun)
Dari hasil beberapa kutipan tersebut dapat diketahui bahwa penetapan pola
dengan kebutuhan makanan bagi pasien dan mengikut dengan bahan makanan
standar makanan yang berlaku di Rumah Sakit (Permenkes RI No. 78 Tahun 2013
dengan pola menu makanan harus berpedoman pada Permenkes 75 Tahun 2013,
Format menu adalah susunan hidangan sesuai dengan pola menu yang
telah ditetapkan. Setiap hidangan yang terpilih dimasukkan dalam format menu
Rumah Sakit Bhayangkara Kendari yaitu dengan mengikut siklus menu yang ada
dan disesuaikan dengan jenis penyakit yang diderita pasien serta bahan-bahan
dengan kebutuhan pasien atau tidak. Untuk melakukan penilaian menu diperlukan
ketidaksetujuan oleh salah satu pihak manajer, maka perlu diperbaiki kembali
Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara
dengan beberapa informan kunci mengenai penilaian menu dan revisi menu dalam
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari, tetapi untuk revisi menu
wawancara mendalam terhadap Kepala Instalasi Gizi, Administrasi Gizi, dan Ahli
Gizi diperoleh hasil mengenai pengadaan bahan makanan yang dibutuhkan dalam
spesifikasi dan dalam kurun waktu yang ditetapkan untuk pasien rumah sakit
No. 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil
sebagai berikut :
“…supaya kan tiap-tiap pasien dia punya nama beda, umur beda.
Biasakan ada namanya beda tanggal lahirnya sama jadi, biasa
juga ada pasien namanya sama toh.. Nah.. supaya berbeda kita
pake etiket….”
(JW. 24 Tahun)
Dari hasil beberapa kutipan wawancara tersebut data diketahui bahwa data
pasien untuk kebutuhan makanan dilakukan oleh Ahli Gizi dengan membuat
kepada pasien untuk menentukan diet yang sesuai dengan jenis penyakit yang
memudahkan petugas pengelolahan agar diet pasien tidak tertukar satu sama lain.
bahan makanan
dan melakukan survei pasar (Permenkes RI No. 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa
dengan beberapa informan kunci mengenai sumber dana yang diperoleh untuk
“Anggaran BLU, BLU saja yang kita terima untuk instalasi gizi
tidak ada yang lain...””
(AB. 40 Tahun)
berikut:
berikut :
“dari segi penyelenggaraannya tidak ada ji, sa bilang tadi selama
makanan untuk pasien yang kita sajikan cukup, tidak ada ji
kendala”
(HA. 32 Tahun)
Sementara itu, ketika dilakukan wawancara kepada informan kunci lainnya
Rumah Sakit Bhayangkara Kendari diperoleh dari dana BLU. Untuk memperoleh
dana tersebut maka kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit membuat rencana
kebutuhan makanan dalam satu tahun selanjutnya diusulkan kepada pihak PLAN
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) anggaran belanja Rumah Sakit dalam
satu tahun yang didalamnya terdapat anggaran belanja makanan Rumah Sakit.
Sakit Bhayangkara Kendari tidak terdapat kendala sama sekali. Akan tetapi ketika
oleh unit/ Instalasi Gizi sesuai dengan ukuran, bentuk, penampilan, dan kualitas
Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan
kunci mengenai cara memesan bahan makanan dengan spesifikasi di instalasi gizi
Gizi Rumah Sakit Bhayangkara mempercayakan kepada pihak ketiga atau biasa
disebut dengan sistem tender atau rekanan. Hal tersebut dijelaskan oleh salah satu
Rumah Sakit. Semakin baik metode yang digunakan, semakin baik pula pelayanan
kunci mengenai metode yang digunakan oleh Instalasi Gizi Rumah Sakit
berikut:
“Kita swakelola sekarang yang kita pake”
(AB. 40 Tahun)
makanan kering digudang telah habis. Pernyataan tersebut dijelaskan seperti pada
di Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari yaitu untuk bahan kering
dilakukan dengan melihat stok bahan makanaan digudang, ketika sudah kosong
maka akan dilakukan pemesanan. Sedangkan untuk bahan basah sendiri dilakukan
pemesanan setiap hari sesuai dengan berita acara pemesanan. Pembelian bahan
makanan yang sebelumnya menggunakan rekanan, lalu per satu januari sudah
dilakukan sendiri oleh pihak instalasi gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari atau
yang biasa disebut dengan Pembelian langsung ke pasar (The Open Market of
Buying). Semua barang yang diterima harus sesuai dengan berita acara pemesanan
bahan makanan yang ada dipasaran, sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan
2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara yang
“iya.. dilakukan survey pasar dii.. tapi yang lakukan semua itu
orang ketiga, atau rekanannya kita toh..”
(HA. 32 Tahun)
“Iya.. dilakukan survey pasar toh.. ini kan yang beli orang ketiga..
jadi yang melakukan survey pasar juga orang ketiga…”
“…kita melakukan pembelian ada rencana anggaran yang toh..
kita harus tahu dulu berapa harga pasar yang ada supaya kita
bisa buat seperti RAB (Rencana Anggaran Belanja) nya begitu..”
(YK. 28 Tahun)
pasar ke 3 pasar yang berbeda. Tujuannya ialah untuk menentukan jumlah bahan
97
kebijakan yang berlaku. Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang
macam dan jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang
melaporkan tentang macam dan jumah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan
melaporkan tentang macam dan jumah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan
dilakukan oleh pihak Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari dengan
berikut:
“Kita kan ada kartu stok toh.. ada.. siapkan stok gudang untuk
permintaan dari pengolahan ke gudang”
(MS. 40 Tahun)
bahan makanan kering disesuaikan jika bahan yang ada di gudang bahan makanan
makanan yang diterima tersebut telah sesuai dengan apa yang telah dipesankan
sebelumnya.
atau tidak. Jika tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah dipesan sebelumnya
maka bahan makanan tersebut akan dikembalikan kepada pihak pengadaan bahan
makanan. Terakhir petugas akan melaporkan tentang macam dan jumah bahan
100
makanan apakah sudah sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah di
basah)
“…kita itumi stok bahan yang digudang itu segini toh.. hari ini,
tanggal ini masih sekian. Ada gudang kering dan gudang basah
ada…”
“…kita belanja berapa kali seminggu dii.. YK.. Tidak dii... asal
habis tinggal satu kita stok lagi sesuai kebutuhan, 2 kaleng, 3
kaleng kayak begitu. Kita tidak pernah beli barang dalam dus-dus,
tidak pernah kita”
(Ibu HA. 32 Tahun)
Sementara untuk pencatatan sendiri dilakukan oleh Administrasi Gizi
“Kita ada kartu stok.. ada kartu stok untuk gudang toh.. jadi di
catat berapa bahan yang habis dibeli dimasukkan kegudang harus
di catat. Terus kalau mau dikeuarkan lagi harus dicatat berapa
bahan yang dikeluarkan untuk pengolahan toh begitu caranya kita
supaya tahu toh barang bahan yang masuk dan keluar”
(YK. 28 Tahun)
Bhayangkara dilakukan dengan sistem FIFO (First in First Out) yaitu bahan
makanan yang lama di majukan kedepan dan yang baru dimundurkan kebelakang
tempat penyimpanan bahan. Gunanya ialah agar bahan lama yang erlebih dahulu
Agar tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan
kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan maka perlunya bahan makanan
“kalo untuk ruangannya yah.. kita kan kendala ruangan kecil aa..
sebenarnya kita sudah ada setiap bagian-bagian ini kan kita
sudah akreditasi eee.. sudah ada bagian hanya kalo memang
untuk ruangan yang luas juga..”
(HA. 32 Tahun)
102
Sakit Bhayangkara Kendari dirasa cukup dan sesuai dengan standar penyimpanan
makanan
2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara yang
yang telah disediakan oleh Kepala Instalasi Gizi sedangkan dalam hal resep dan
bumbu tidak berpatokan pada standar resep dan standar bumbu. Pengelolaan
“pengelolaannya toh.. kita lihat dari anunya toh.. dari ini kita
sudah di tentukan menunya dari Ketua Ruangan toh.. terus kalo
untuk bumbunya disesuaikan ji.. kita yang racik sendiri.
Bumbunya racik sndiri toh… ndag beli ji bumbu-bumbu jadi
tidak.. racik sendiriji seperti rumahan.. bawang merah.. bawang
putih toh.. nanti kita racik sendiri”
(JE. 25 Tahun)
berikut :
“Mungkin kalo untuk keluhan toh.. kan kita kendalanya
ruangannnya kecil jadi mungkin panas toh..”
(HA. 32 Tahun)
“kalo menurutku.. yah.. panas toh.. karena kan berdekatan dengan
kompor toh untuk memasak”
(YK. 28 Tahun)
“kan namanya juga ruangan tenpat memasak toh.. ada kompor
baru kita liat sendiri toh ruangannya kita kecil jadi yah panas..”
(MS. 40 Tahun)
Penerangan dan udara yang cukup di Instalasi Gizi perlu diperhatikan agar
petugas dalam mengelola makanan dapat bekerja secara optimal. Hasil wawancara
timbul saat mengelola makanan. Hal tersebut dilakukan agar tidak mengganggu
pasien yang sedang dirawat maupun pengunjung yang ada. Hasil wawancara
“Ndag ributji..”
(ET. 40 Tahun)
dimulai dari pemilahan bahan makanan yang akan diolah. Pemilahan bahan
106
standar resep dan standar bumbu yang telah disediakan. Pemasakan dilakukan 3
kali sehari yaitu untuk sarapan pagi, makan siang, dan makan malam serta
dalam hal penerangannya sudah cukup terang sedangkan untuk udaranya dirasa
kering karena kondisi ruangan yang panas. Saat petugas melakukan pengelolaan
kebisingan atau keributan sama sekali sehingga tidak mengganggu pasien dan
pengunjung lainnya.
beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan
dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan
pengangkutan, penjualan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap
sebagai berikut :
“Kita kalo masak ada pake penutup kepala toh, terus masker,
terus ini Apron toh.. Itumi APDnya kita toh supaya makanan yang
kita sajikan tetap bersih”
(MS. 40 Tahun)
“itu.. kita ada toh.. eee.. Apronnya, kita pake juga penutup kepala,
terus ada masker..
(JE. 25 Tahun)
dilakukan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti tutup kepala,
khusus
Cara pengolahan makanan yang baik dan benar dapat menjaga mutu dan
keamanan hasil olahan makanan. Sedangkan cara pengolahan yang salah dapat
mengenai apakah ada teknik berbeda dalam mengelola makanan dengan jenis
“…ada ini toh dari dietnya toh.. misalnya diet jantung berarti dia
rebus rendah garam.. ndag boleh makan yang berminyak-minyak”
(JE. 25 Tahun)
memiliki teknik khusus untuk mengelola makanan dengan jenis penyakit tertentu
utama yang terdiri dari makan pagi, makan siang dan makan malam dan dua kali
dari dapur ke ruangan pasien di Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari
“kita pake troli makanan itu.. cuman itu troli makanan hangat
jarang dipake jadi troli biasa saja yang kita gunakan. Kita
distribusikan yah.. kita lihat dari jadwal permintaan makanan
baru kita distribusikanmi keruangan-ruangan. Kalo makan siang
jam 12, pembagian snak jam 9 sampe jam 10 pagi jam 6 sampe
jam 7, kalo siang jam 11 sampe jam 12 kalo makan malam jam 5
sampe jam 6”
(SA. 43 Tahun)
Penting bagi tata letak instalasi gizi rumah sakit mudah untuk dicapai dari
segala ruangan perawatan maupun ruangan lainnya untuk memudahkan dalam hal
informan kunci diperoleh bahwa tata letak ruangan Instalasi Gizi Rumah Sakit
“…tapi karena kita kekurangan tenaga jadi yang masak saat itu,
itu juga yang mendistribusikan, tapi eee.. untuk sekarang itu yang
dulu, tapi untuk sekarang kita upayakan lainmi orangnya yang
mendistribusikan, ada tenaga khusus, ada mendistribusikan.
Pendistribusian kita sesuai waktu”
(HA. 32 Tahun)
Rumah Sakit Bhayangkara mudah dicapai dari segala ruangan karena letaknya
makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien yang dilayani.
Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan
kunci mengenai sistem distribusi yang digunakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit
sistem distribusi yang digunakan oleh Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara
dengan tepat waktu dan konsisten (Permenkes RI No. 78 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara yang dilakukan dengan
beberapa informan kunci mengenai cara membuat jadwal penyajian makanan pada
“Jadwalnya kita atur toh ada sarapan toh jam 6 sampe jam 7
terus kita antarkan snak jam 9 sampe jam 10. Kalo makan siang
jam 11 sampe jam 12 terus kita kasih snak lagi jam 2 sampe jam 3
terus makan malam mi jam 5 sampe jam 6”
(HA. 32 Tahun)
Jadwal penyajian makanan untuk pasien dibuat oleh kepala instalasi gizi yang
Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap dan layak santap. Jumlah
porsi yang harus diestimasikan untuk diproduksi dari hari ke hari tentunya tidak
bisa sama, tergantung dari kondisi jenis dan jumlah konsumen yang dilayani
113
mengenai prosedur penataan porsi makanan bagi pasien di Instalasi Gizi Rumah
“kalo nasi itu.. ditimbang 100 gram seperti ini toh.., kalo
sayurannya yah.. biasa satu sendok.. ikannya juga sesuaikan toh..
misalnya ini satu potong.. disesuaikan saja sesuai potongannya
toh..”
(NU. 35 Tahun)
“porsinya sendiri kita sesuaikan saja, tapi kalo nasinya itu kita
harus 100 gram kita timbang toh.. untuk sayur, ikan apa eee.. kita
sesuaikan saja”
(SA. 43 Tahun)
Jadwal penyajian makanan untuk pasien dibuat oleh kepala instalasi gizi yang
penataan porsi Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari dilakukan oleh
petugas penyajian yang disesuaikan dengan bahan makanan yang ada, sedangkan
seperti ketepatan porsi, macam menu yang disediakan harus beragam, serta
2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara yang
sebagai berikut :
tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan sudah
tepat sasaran. Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan kunci
Rumah Sakit. Hasil wawancara yang dilakukan oleh beberapa informan kunci
diperoleh bahwa kondisi sarana dan prasarana sudah sesuai dengan kebutuhan
beliau menjelaskan bahwa kondisi ruangan yang ada dinilai belum memadai
jasa pelayanan makanan menjadi hal yang sangat penting karena merupakan aset
matang agar proses pemilihan alat yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan
dan fungsinya.
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari tidak mengalami kendala saat
penyajian makanan kepada pasien. Metode yang digunakan oleh Instalasi Gizi
memenuhi kebutuhan makanan bagi pasien. Tidak pernah terjadi komplain dari
metode yang digunakan sudah tepat sasaran dan memenuhi kebutuhan makanan
bagi pasien.
Hanya saja kendala ruangan yang kurang memadai dikarenakan kondisi bangunan
yang kecil, tetapi tidak menjadi hambatan bagi para petugas dalam
terhadap informan biasa yaitu beberapa pasien dan keluarga pasien diperoleh hasil
mengenai pendapat pasien dan keluarga pasien tentang makanan yang disajikan
sebagai berikut :
disajikan oleh petugas. Pasien akan merasa puas dengan pelayanan yang telah
diberikan jika rasa dan tekstur yang pas sekaligus akan meningkatkan citra Rumah
118
Rumah Sakit). Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan kunci
mengenai rasa dan tekstur makanan yang disajikan, diperoleh hasil sebagaimana
untuk rasa dan tekstur makanan yang disajikan oleh petugas Instalasi Gizi Rumah
Sakit Bhayangkara Kendari dirasa sesuai oleh sejumlah informan dalam hal ini
makanan yang disajikan, hal tersebut dilakukan agar pasien tertarik untuk
“bagus ji”
(ET. 40 Tahun)
penampian makanan yang disajikan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit
kebutuhan. Tepat penyajian yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan
tepat volume (sesuai jumlah) begitu pula dengan porsi makanan yang disajikan
“Porsinya.. kalo untuk porsi orang sakit toh.. sesuai yah.. tidak
berlebihan”
(DA. 29 Tahun)
untuk porsi makanan yang disajikan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit
Bhayangkara Kendari dirasa sesuai oleh sejumlah informan karena cukup dan
keadaan panas, hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan
“hangat yah..”
(SU. 27 Tahun)
untuk suhu makanan yang disajikan oleh petugas Instalasi gizi Rumah Sakit
Bhayangkara Kendari dianggap masih dalam keadaan panas atau hangat oleh
sejumlah pasien.
utuh, tidak cacat atau rusak (Permenkes RI No. 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa
untuk kebersihan makanan yang disajikan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit
tiba diruangan pasien masih dalam keadaan tertutup oleh plastik makanan.
kebutuhan. Tepat penyajian yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Hasil wawancara yang dilakukan dengan
“Ndag terlambat ji, eee.. tepat waktu, kan eee.. sudah ditentukan
memang minum obat kan jam berapa itu ada”
(DA. 29 Tahun)
pasien.
4.4 Pembahasan
standar kecukupan gizi, siklus menu, pedoman menu, standar bumbu, standar
resep, dan standar porsi makanan bagi pasien rawat inap dalam kurun waktu satu
tahun.
Kendari tidak membuat tim khusus. Prosesnya hanya dilakukan oleh Kepala
perkiraan makan pasien selama setahun dan melihat ketersediaan bahan yang ada
yang bertugas menentukan diet yang tepat bagi kebutuhan makanan pasien.
Karena tentunya pasien rawat inap yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara
Kendari memiliki jenis penyakit yang berbeda-beda sehingga penting untuk Ahli
Sejalan dengan penelitian dari Jufri et al., (2012) yang menjelaskan bahwa
Umum Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto dilakukan secara tim, akan
tetapi tidak melibatkan Ahli Gizi didalamnya. Berbeda dari penelitian dari
RSUD Pasar Rebo diskusikan bersama dengan beberapa tim yang terdiri dari
sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci yang
memuat jenis dan jumlah tenaga gizi. Dalam melaksanakan pelayanan gizi di
rumah sakit, selain tenaga gizi dibutuhkan juga tenaga pendukung meliputi tenaga
jasa boga, logistik, pranata komputer, tenaga administrasi dan tenaga lainnya
Sakit).
pelayanan gizi yang optimal, dibutuhkan setidaknya 30 tenaga gizi untuk Rumah
Sakit Tipe C seperti Rumah Sakit Bhayangkara Kendari. 30 tenaga gizi tersebut
Madya Gizi (D3 Gizi), mengikuti dan telah lulus ujian kompetensi serta
terakhir Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi yang telah mengikuti pendidikan
125
profesi dan telah lulus uji kompetensi serta teregristrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
manusia sebanyak 9 orang dengan kualifikasi dan latar pendidikan terakhir yang
berbeda-beda. Terdapat 2 tenaga gizi dengan pendidikan terakhir Ahli Madya Gizi
(D3 Gizi) masing-masing bertugas sebagai Administrai Gizi dan Ahli Gizi. 2
tenaga gizi dengan pendidikan SMK Jasa Boga masing-masing bertugas sebagai
pengelola dan penyajian makanan. 1 tenaga gizi dengan pendidikan terakhir SMK
Dari data tersebut diketahui bahwa tenaga gizi yang bertugas di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari belum mencukupi atau belum sesuai
tenaga gizi, sedangkan yang ada hanya 9 tenaga gizi. Sejalan dengan penelitian
dari Atikah, (2018) yang menyatakan bahwa tenaga gizi yang bertugas di Instalasi
126
gizi RSUD Sultan Sulaiman hanya berjumlah 7 orang dan penelitian dari Carolina
(2017) yang menyatakan bahwa tenaga gizi yang bertugas di Instalasi Gizi RSUD
Kabanjahe Kabupaten Karo hanya berjumlah 16 orang, hal tersebut tidak sesuai
dengan pedoman kebutuhan tenaga gizi untuk Rumah Sakit tipe C. Hal serupa
juga terdapat pada penelitian dari Affandy, et al., (2017) yang menyatakan bahwa
tenaga gizi yang ada di instalasi gizi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou hanya
berjumlah 69 orang dan tidak sesuai dengan pedoman rumah sakit tipe A yang
Disamping jumlah tenaga gizi yang kurang, untuk tenaga gizi yang bekerja
wawancara bahwa masih ada tenaga gizi yang bekerja tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya. Untuk kepala Instalasi Gizi yang menjabat per satu
Januari 2019 sudah tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26
Tahun 2013 tentang (Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi) karena
lainnya seperti salah satu petugas pengelola dan pendistribusian makananan yang
latar belakang pendidikannya dari SMA Umum dan SMK Perkantoran. Kemudian
hanya berjumlah 2 orang yaitu tenaga gizi yang bertugas sebagai Administrasi
Gizi dan Ahli Gizi, sementara itu belum ada tenaga gizi yang dikategorikan
tugas pokok dan fungsi dari setiap tenaga di instalasi gizi. Akan tetapi,
berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung, tenaga gizi tidak bekerja
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi sesuai struktur organisasi yang sudah ada.
Kekurangan tenaga gizi menjadi alasan sehingga petugas yang bekerja di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari harus bekerja bukan pada tugas
pokoknya.
pasien dilakukan oleh petugas yang sama, seharusnya ada pembagian tugas antara
keduanya yang dilakukan oleh petugas yang berbeda. Pengambilan piring kotor
dari ruangan pasien serta membersihkan alat dapur dan alat makan juga dilakukan
oleh petugas Instalasi Gizi. Sejatinya tugas tersebut harus dilakukan oleh petugas
khusus atau biasa disebut dengan Cleaning Service. Selain kendala kekurangan
tenaga gizi, kendala dana juga menjadi hambatan bagi Rumah Sakit untuk
merekrut tenaga gizi baru sehingga sampai sekarang masalah tersebut belum
kerja yang extra. Selama tidak ada keluhan dari pasien maupun petugas, maka
kekurangan tenaga tidak menjadi penting bagi Instalasi Gizi Rumah Sakit.
kekurangan tenaga gizi tersebut. Meskipun tidak ada keluhan dari petugas tentang
beban kerja yang berlebih dan keluhan dari pasien tentang keterlambatan
hanya saja untuk keikutsertaannya dalam seminar pernah diikuti oleh Kepala
Instalasi Gizi periode tahun 2015-2018, Administrasi Gizi, serta Ahli Gizi.
kepada pribadi petugas sendiri, apakah mereka mau mengikutinya atau tidak.
bahwa dari 69 tenaga gizi yang berkerja di Instalasi Gizi RSUP Prof. Dr. R.D.
pelatihan asuhan gizi terstandar dan asuhan gizi lanjutan. Belum pernah diadakan
pelatihan untuk petugas yang lain, misalnya pelatihan kepada juru masak tentang
cara mengolah makanan yang baik dan benar, pelatihan tentang jenis-jenis
makanan dan cara penyajian makanan kepada pramusaji, dan pelatihan tentang
penelitian dari Atikah, (2018) enaga yang ada di instalasi gizi RSUD Sultan
Sulaiman yang sudah pernah mendapat pelatihan, namun tidak semua pernah
makanan harus mengolah makanan untuk pasien biasa dan pasien dengan diet
khusus.
menu ditetapkan sesuai dengan perkiraan makan pasien selama satu tahun. Setelah
kebutuhan makanan dalam satu tahun. Siklus menu juga disesuaikan dengan
melihat ketersediaan bahan yang ada di pasar. Tentunya dalam menentukan siklus
menu makanan perlu diperhatikan juga standar kecukupan kebutuhan gizi bagi
pasien. Untuk standar kecukupan gizi pasien yang digunakan oleh Instalasi Gizi
tentang.
yakni terdiri atas siklus menu pasien untuk ruang kelas I, siklus menu pasien kelas
II dan kelas III, serta siklus menu pasien untuk kelas VIP. Jenis hidangan baik
makan pagi, siang ataupun malam untuk setiap kelas perawatan tidak memiliki
130
perbedaan yang signifikan hanya saja terkhusus untuk ruangan VIP pada
Tahap selanjutnya adalah menetapkan lama siklus menu dan kurun waktu
penggunaan. Lama siklus menu yang digunakan oleh Instalasi Gizi Rumah Sakit
Bhayangkara adalah siklus menu 7 hari dalam masa atau waktu penggunaan
selama satu tahun. Akan tetapi rencana di tahun 2020 kedepan pihak Instalasi Gizi
Rumah Sakit Bhayangara akan menambah tiga hari untuk siklus menunya menjadi
yang sementara berjalan membuat pihak Instalasi Gizi ingin lebih memperbaiki
standar resep, dan standar porsi semuanya berpedoman pada Permenkes RI No. 75
Tahun 2013. Penentuan ketiga standar tersebut selalu mengikut pada bahan
makanan yang tersedia di pasar dan disesuaikan juga dengan jenis penyakit yang
paling banyak menggunakan siklus menu 10 hari dalam kurun waktu 6 bulan
sampai satu tahun. Seperti penelitian dari Ratna, (2009) yang menyatakan bahwa
menggunakan siklus menu 10 hari dan pada hari ke 31 memakai menu khusus.
Hal serupa juga di kemukakan oleh Jufri et al., (2012) yang menyatakan bahwa
Penggunaan rencana menu makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Lanto
digunakan untuk diet pada penyakit tertentu. Bahkan penelitian dari Setiyowati,
131
(2008) menyatakan bahwa siklus menu harian yang digunakan di Instalasi Gizi
Pusat Pendidikan Zeni KODIKLAT TNI AD Bogor Jawa Barat adalah siklus
menu 14 hari.
melakukan test awal menu makanan. Revisi menu makanan memang dilakukan
untuk melakukan test awal terhadap menu yang disajikan belum pernah dilakukan
oleh pihak Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari. Menu langsung
makanan juga belum pernah dilakukan oleh pihak Instalasi Gizi, alasannya hal
tersebut tidak menjadi perhatian penting bagi kepala Instalasi Gizi. Selama
makanan yang diberikan cukup untuk memenuhi kebutuhan makan pasien, dan
merupakan suatu masalah untuk pihak Instalasi Gizi Rumah sakit Bhayangkara
Kendari.
dan jumlah bahan makanan dengan spesifikasi dan dalam kurun waktu yang
makanan kering maupun basah, terlebih dahulu harus diketahui data kebutuhan
makan pasien per harinya. Untuk mengetahui data kebutuhan makan pasien rawat
132
diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan evaluasi. Assessment gizi
terdiri dari antropometri pasien, biokimia, status gizi, dan pemeriksaan fisik
pasien. Riwayat Gizi pasien terdiri dari alergi makan dan pola makan pasien.
Intervensi gizi terdiri dari perencanaan makan dan edukasi atau konseling gizi.
Selanjutnya monitoring dan evaluasi yang terdiri dari asupan dan status gizi
pasien.
Pengisian AMPRAH tersebut merupakan tugas pokok Ahli gizi. Ahli gizi
kebutuhan gizi pasien yang sesuai dengan jenis penyakit yang dideritanya. Setelah
banyaknya pasien yang dirawat serta biodata pasien yang bisa saja
itu perlu untuk di buat supaya memudahkan petugas pengelolahan agar diet pasien
kebutuhan makan perhari pasien juga merupakan patokan bagi Instalasi Gizi
perencanaan kebutuhan bahan makanan pertahun tidak boleh melebihi dengan apa
yang ditetapkan. Contohnya jika mereka merencanakan kebutuhan 100 kilo tomat
dalam satu tahun, maka kebutuhan yang harus mereka sediakan harus 100 kilo
tomat. Jika dalam pengadaannya melebihi dari apa yang direncanakan maka
dalam hal pembiayaannya mereka akan sangat kekurangan dana. Maka dari itu
diperlukan biaya yang disusun untuk keperluan satu tahun. Disamping kebutuhan
biaya untuk makan orang sakit dalam perencanaan anggaran tahunan juga harus
dari anggaran belanja Rumah Sakit secara keseluruhan (Prakoso, (1998) di dalam
(Carolina, (2017)).
makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari di peroleh dari dana
Badan Layanan Umum (BLU). Prosesnya yaitu pihak Instalasi Gizi dalam hal ini,
diusulkan kepada pihak PLAN Rumah Sakit Bhayangkara Kendari yang tugasnya
ialah merencanakan kebutuhan anggaran Rumah Sakit. Setelah usulan itu diterima
134
oleh pihak PLAN, maka usulan tersebut akan dimasukkan kedalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) anggaran belanja Rumah Sakit dalam satu tahun
Dana yang diperoleh Instalasi Gizi dari BLU tersebut dinilai sudah cukup
dalam memenuhi kebutuhan makanan bagi pasien. Pasien tidak pernah mengalami
kekurangan kebutuhan makanan per harinya. Juga bagi petugas yang bekerja di
masalah ketersediaan bahan makanan yang kurang. Instalasi Gizi Rumah Sakit
bagi pasien.
khusus standar bahan makanan yang sesuai dengan ukuran, bentuk, penampilan,
dan kualitas bahan makanan. Awalnya dalam pemesanan bahan makanan tersebut,
pihak Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari melakukan tender atau
telah ditetapkan) akan diberikan ke rekanan dan pihak rekanan lah yang
harus sesuai dengan spesifikasi bahan makanan yang telah dipesan sebeumnya,
135
jika tidak sesuai maka bahan makanan tersebut akan dikembalikan kepada pihak
rekanan.
Januari 2019, Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari berganti.
Pengadaan bahan makanan tidak lagi dipercayakan kepada pihak rekanan, hal
bahan makanan yang diterima oleh Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara
petugas gizi sendiri yang turun langsung ke pasar untuk membeli bahan makanan
yang dibutuhkan atau yang biasa disebut dengan Pembelian langsung ke pasar
dilakukan pihak instalasi gizi dibedakan menjadi dua yakni pemesanan bahan
makanan dilakukan tiap hari untuk bahan makanan basah. Sedangkan untuk bahan
dilakukan jika stok bahan makanan kering yang digudang kering habis.
memesan dilakuan survey pasar terlebih dahulu. Survey pasar dilakukan guna
mencari informasi mengenai harga bahan makanan yang ada dipasaran, sesuai
makanan. Survey pasar tersebut dilakukan oleh petugas khusus yaitu Pejabat
136
Pembuat Komitmen (PPK). Cara petugas melakukan survey pasar yaitu dengan
harga dan kualitas bahan yang lebih baik. Setelah ditentukan pasar mana yang
menyediakan kebutuhan bahan makanan yang sesuai dengan kualitas dan harga
tersebut dilakukan karena pada saat pengadaan bahan makanan oleh pihak ketiga,
ketika diterima oleh pihak Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara banyak terjadi
Alasan lainnya ialah pada tanggal 11-12 Januari 2019, Rumah Sakit Bhayangkara
yang menjadi persyaratnya. Sejalan dengan hal itu, maka Instalasi Gizinya tentu
dapat diawasi langsung oleh pihak Instalasi Gizi, untuk kebutuhan makanan bagi
Instalasi Gizi sudah memenuhi kebutuhan makanan bagi pasien. Yang paling
penting adalah tidak pernah terjadi komplain dari pasien tentang kekurangan
makanan yang disajikan oleh pihak Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara.
137
jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah
bahan makanan agar bahan makanan yang diterima sesuai dengan daftar pesanan,
waktu pesan dan spesifikasi yang ditetapkan (Permenkes RI No. 78 Tahun 2013
Yaitu bahan makanan yang telah dipesankan sebelumnya ke rekanan atau melalui
tender diperiksa sesuai dengan spesifikasinya oleh PPHP. PPHP akan menilai
apakah bahan makanan yang diterima sesuai dengan spesifikasi bahan makanan
yang telah di pesan sebelumnya atau tidak. Jika telah sesuai dengan spesifikasi
maka akan di catat dengan menggunakan berita acara penerimaan bahan makanan
makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang dipesankan sebelumnya akan
mengelola bahan makanan, maka dari itu pihak Instalasi Gizi Rumah Sakit
Bhayangkara Kendari pada per satu Januari 2019 mulai mengubah sistem
melainkan dilakukan oleh petugas penerimaan bahan makanan. Dalam hal ini
Administrasi Gizi yang mencatat berta acara penerimaan. Setelah itu berita acara
yang dilengkapi oleh freezer dan kulkas, kemudian di catat dengan menggunakan
kartu stok bahan makanan. Begitu juga bahan makanan kering akan dimasukkan
ke gudang kering yang dilengkapi oleh rak bahan makanan kering, kemudian akan
di catat dalam kartu stok bahan makanan. Sistem penyimpanan yang digunakanan
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari adalah sistem First In First Out
(FIFO). Dimana sistem penyimpanannya yaitu bahan makanan yang lama akan di
majukkan ke depan untuk digunakanan hari itu dan bahan makanan yang baru
bahan lama yang terlebih dahulu digunakan sebelum menggunakan bahan yang
baru. Sebelum bahan makanan di keluarkan dari gudang basah maupun gudang
139
kering, petugas akan mencatat dalam kartu stok pengeluaran bahan makanan.
Gunanya ialah agar jumlah bahan dapat diketahui apakah masih ada atau perlu
untuk penyimpanan bahan makanan kering di Instalasi Gizi RSUD Pasar Rebo
setiap bahan makanan yang masuk atau keluar akan dicatat dalam kartu stok
barang oleh petugas gudang. Sistem yang digunakan dalam penyimpanan bahan
makanan yaitu dengan sistem (FIFO = First In First Out) yaitu bahan makanan
lama dikeluarkan, kemudian bahan makanan baru disusun kedalam rak, lalu bahan
makanan lama dimasukkan kembali, jadi posisi bahan makanan lama ada diluar.
Untuk kondisi gudang basah dan gudang kering yang ada di Instalasi Gizi
Rumah Sakit Bhayangkara Kendari sudah dapat dikatakan cukup meskipun masih
sangat sederhana. Gudang basah dilengkapi freezer untuk bahan makanan yang
dapat bertahan 1 sampai 10 hari seperti daging, serta dua kulkas untuk
penyimpanan sayur dan buah dan bumbu dapur basah. Sedangkan gudang kering
hanya terdapat rak penyimpanan bahan makanan kering yang cukup bersih dan
rapih akan tetapi didalamnya di tempatkan juga troli makanan tertutup. Alasannya
penempatan troli tersebut karena mengkondisikan dari ruang Instalasi Gizi yang
tidak memungkinkan. Alasan lainnya karena troli tersebut jarang digunakan, dan
minuman yang berkualitas dari bahan yang belum jadi, dipersiapkan sesuai
dengan metode yang ditetapkan untuk dapat disajikan, dimana dapur dilengkapi
dengan sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi langsung, untuk sarana dan prasarana yang ada di Instalasi Gizi Rumah
Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, masih ada beberapa sarana dan
Masih ada beberapa peralatan makanan yang belum disediakan oleh pihak
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara seperti yang tertera pada Tabel Lembar
disediakan cukup dan tepat waktu, maka bukan masalah yang besar bagi pihak
141
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara. Seperti penelitian dari Dewi et al.,
(2015) yang menyatakan bahwa Sarana prasarana pelayanan gizi di Instalasi Gizi
RSUD Tugurejo Semarang sudah lengkap, namun ada beberapa peralatan yang
dibutuhkan rutin kurang tersedia dan terdapat hambatan dalam waktu realisasi
sudah terpenuhi hanya saja terkendala dengan ruangan kecil. Untuk ruangan
kantor atau ruangan Kepala Instalasi Gizi, Administrasi Gizi, dan Kepala masak
masih sederhana. Di ruangan gudang basah terdapat Freezer, kulkas satu pintu
dan kulkas 2 pintu yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan basah untuk
waktu satu atau dua hari. Kemudian untuk ruang persiapannya sendiri tergabung
bersama ruang penyimpanan alat dan ruang cuci piring kotor. Demi menjaga
higienitas bahan makanan sebelum diolah seharusnya ruang alat dan pencucian
Bhayangkara tidak terdapat ruangan khusus pegawai yang bisa digunakan untuk
142
beristirahat. Ketika jam istirahat, petugas biasanya hanya duduk di kursi yang
sarana dan prasarana yang harus disediakan lagi ketika sudah tidak dapat
digunakan. Ketika sarana dan prasarana dinilai tidak mencukupi untuk kebutuhan
Dalam persiapan bahan makanannya dilakukan 3 waktu yaitu pagi, siang, dan
143
malam. Persiapan makan siang dilakukan pukul 08:30 pagi setelah penerimaan
bahan makanan sebelumnya. Persiapan makan malam dilakukan pukul 13:30 dan
untuk sarapan pagi sudah dipersiapkan dari malam harinya, sehingga ketika subuh
dan shift siang. Shift pagi bertugas dari jam 5 subuh sampai jam 9 pagi, kemudian
digantikan dengan yang shift siang yaitu bertugas dari jam 9 pagi hingga jam 7
malam. Untuk snack makanan juga diolah oleh petugas yang berbeda sehingga
kemudian di catat pengeluarannya. Bahan makanan yang akan di masak sore juga
makanan seperti sayur dan bumbu dapur lainnya akan dikupas dan di potong
kemudian dicuci. Cara ini dapat memungkinkan menghilangan zat gizi yang
mempertahankan dan mencegah kehilangan kandungan zat gizi yang ada di dalam
makanan kemudian memotongnya harus sesuai dengan petunjuk resep yang ada.
Melaksanakan teknik persiapan dan mencampur bumbu juga harus sesuai dengan
pencucian bahan makanan dan alat masak maupun alat makan ditempatkan di satu
tempat yang sama. Seharusnya antara ruang pencucian bahan makanan dan ruang
pencemaran dari sisa cucian alat masak maupun alat makan sebagai bentuk
pengelolaan.
mengubah (memasak) bahan makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman
terpenting dalam proses penyelenggaraan makanan karena cita rasa makanan yang
dihasilkan akan ditentukan oleh proses pemasakan. Semakin banyak jumlah porsi
makanan yang harus dimasak, semakin sukar untuk mempertahankan cita rasa
makanan seperti yang diinginkan. Dalam kegiatan ini sangat penting artinya
standar resep, standar bumbu, standar prosedur pemasakan dan standar waktu
Sakit).
Kendari meliputi pengelolaan seperti makanan rumahan. Ada ciri khusus saat
melakukan teknik pengelolaan makanan untuk yang makanan diet maupun non
diet. Untuk makanan bagi pasien yang menderita penyakit jantung pengelolaannya
145
Sedangkan untuk penyakit Hypertensi bumbunya tidak boleh terlalu asin, dan
Pengelolaannya sebenarnya sudah dilakukan sesuai dengan format menu yang ada
akan tetapi tidak ada standar resep, standar bumbu, dan standar porsi yang tersedia
Gizi bersama Ahli Gizi, akan tetapi tidak di sediakan di ruang pengelolaan. Resep,
bumbu, dan porsi di tetapkan sesuai dengan takaran juru masak atau petugas
terlalu matang, masih mentah atau makanan tidak matang secara merata dan akan
mengurangi cita rasa dan penampilan makanan. Selain itu, pemasakan yang terlalu
Bukan hanya risiko tingkat kematangan yang tidak pas, risiko rasa
makanan yang berubah-ubah juga dapat terjadi jika pengelolaannya tidak sesuai
dengan standar resep dan standar bumbu yang telah ditetapkan. Kemudian untuk
porsi yang tidak mengikut standar porsi juga akan menyebabkan penampilan
makanan yang tidak konsisten yang dapat menyebabkan tidak meratanya porsi
Alat Pelindung Diri (APD) seperti apron, penutup kepala (penutup rambut), dan
masker. Akan tetapi belum disediakan sarung tangan plastik sehingga dalam
penyajian makanannya.
dan pendistribusian tersebut harus dilakukan oleh petugas yang berbeda. Hal ini
makanan keruangan pasien tidak optimal. Jika dalam pelayanannya tidak optimal,
Kendari di mata pasien rawat inap dan keluarganya. Maka dari itu diperlukan
Jika ditinjau dari segi lokasi, letak ruangan Instalasi Gizi mudah dicapai
pasien terjadi secara merata dan tidak pernah terjadi keterlambatan, hanya saja
hatian karena letaknya yang berada di lantai 2. Instalasi Gizi Rumah Sakit
Bhayangkara terletak jauh dari ruang jenazah dan tempat pembuangan limbah
Rumah Sakit tetapi berdekatan dengan ruang cuci (Laundy). Seharusnya ruang
Kendari dapat dikatakan ada beberapa faktor yang sudah memenuhi syarat.
Dimana dari segi struktur bangunannya sebagian besar sudah di beton, jarak
antara langit-langit sudah cukup tinggi, lantai kuat dan tidak licin, tidak menyerap
air dan mudah untuk dibersihkan, dinding sudah di plester dan di cat, serta
Bangunan dapur di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tergolong kuat dan lantainya
kebocoran tetapi tidak dilengkapi dengan cerobong asap serta penerangan dan
ventilasi yang ada di ruang pantry kurang baik. Berbeda dengan penelitian dari
Kabanjahe sudah memenuhi prasyarat, dimana bangunan sudah beton, jarak antara
lantai dengan langit-langit sudah cukup tinggi sehingga udara panas dapat
bersirkulasi dengan baik, dinding sudah diplester dan dicat, ventilasi dan
148
pencahayaan juga sudah baik, lantai kuat, tidak licin, tidak menyerap air dan
ruangan pasien sesuai dengan permintaan makanan oleh pasien. Sistem tersebut
sangat menguntungkan karena disamping cara kerjanya mudah, pasien juga tidak
akan terganggu dengan bau masakan ataupun keributan yang ditimbulkan jika
distribusi makanan di unit perawatan sudah berjalan tapi belum optimal karena
pendistribusian yaitu : untuk sarapan pagi, snack pertama, makan siang, snack
kedua, dan makan malam. Setelah makanan disajikan di piring penyajian, maka
menggunakan kain. Sejatinya untuk troli yang dimiliki Instalasi Gizi Rumah sakit
Bhayangkara Kendari sudah mencukupi, hanya saja untuk troli besar tempat
makanan hangat jarang digunakan atau bahkan tidak pernah digunakan sama
sekali. Alasannya karena troli kecil yang digunakan sudah mencukupi kebutuhan
Lalu untuk piring-piring kotor sisa makan pasien akan diangkut kembali
oleh petugas penyajian dalam hal ini juga merupakan petugas pendistribusian.
peralatan makan maupun peralatan masak yang ada atau biasa disebut dengan
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari, mengingat beban kerja petugas
dengan kebutuhan atau AMPRAH makan pasien. Pada poin ini akan dibahas
makanan kepada pasien. Cara membuat jadwal penyajian di Instalasi Gizi Rumah
sarapan pagi jam 6 sampai jam 7 pagi, kemudian diselingi snack jam 9 ssampai
jam 10. Lalu makan siang dari jam 11 sampai jam 12, juga diselingi snack jam 2
sampai jam 3 siang. Terakhir makan malam pada jam 5 sore sampai jam 6
menjelang malam.
150
sendiri. Misalkan utuk sayur soup, akan ditakar sesuai dengan mangkuk yang
telah disediakan menggunakan ukuran satu atau dua sendok sayur. Kemudian
untuk porsi ikan disesuaikan denga ukurannya, misalkan setengah belah ikan yang
tediri atas bagian kepala atau bagian ekor. Akan tetapi untuk ukuran nasi
ditentukan jumlahnya adalah 100 gram dengan disediakan mangkunk khusus yang
pengadaan makanan dibantu oleh seorang ahli gizi namun belum adanya standar
porsi yang ditetapkan, sehingga pemorsian dilakukan sesuai dengan perkiraan saja
dan hal ini tidak sesuai dengan Kemenkes RI (2013) tentang prasyarat distribusi
diet pasien. Untuk pemorsian makanan ke pasien, Instalasi Gizi RSU PKU
Muhammadiyah Bantul memiliki standar porsi makanan dan alat saji tersendiri.
Standar porsi makanan dan alat saji dibagi menjadi tiga, yaitu untuk kelas VIP dan
kelas I, kelas II dan III, serta alat saji infeksius. Standar porsi makanan pokok nasi
seberat 140 g, bubur nasi seberat 300g dan bubur saring sebanyak 300g.
151
mengikut standar porsi juga akan menyebabkan penampilan makanan yang tidak
konsisten yang dapat menyebabkan tidak meratanya porsi yang disajikan disetiap
piring penyajian. Maka dari itu penting bagi Instalasi Gizi menyediakan standar
porsi di ruang pengelolaan dan meja penyajian agar penampilan makanan selalu
Disajikan
makanan, yaitu, rasa dan tekstur yang sesuai, penampian menarik, porsi yang
tepat, suhu yang selalu terjaga, kebersihan makanan, serta tidak pernah terjadi
makanan yang disajikan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan pasien atau
tidak. Tidak hanya pasien, keluarga pasien pun sangat berpengaruh dalam
penilaian tersebut. Tentunya jika pelayanan yang dinilai baik maka akan menjadi
Sedangkan jika pelayanannya dinilai buruk maka hal tersebut menjadi tolak ukur
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap pasien rawat inap dan
keluarganya, untuk rasa dan tekstur makanan yang disajikan oleh petugas Instalasi
152
Gizi Rumah Sakit Bhayangkara Kendari dinilai sudah sesuai dengan apa yang
makanan yang disajikan rasanya enak dan teksturnya pas. Tidak ada keluhan sama
sekali dari pasien maupun keluarga pasien mengenai rasa dan tekstur. Hanya saja
ada salah satu pasien yang tidak begitu menyukai bila bumbu sayur soupnya
diberi sedikit tambahan yaitu daun serei, yang menurut salah satu pasien tersebut
pasien menilai bahwa makanan yang disajikan menarik sehingga pasien merasa
komplain tetang penampilan makanan yang tidak rapih atau berantakan. Sama
halnya dengan porsi makanan yang disajikan yang menurut sebagian besar pasien
sudah cocok dengan porsi orang sakit, dalam hal ini pasien tidak
Rumah Sakit Bhayangkara Kendari sudah sangat baik dalam menjaga higienitas
makanan yang disajikan. Alasannya karena setiap piring penyajian, apakah itu
nasi, sayur, ikan, atau snacknya selalu dibungkus rapih dengan plastik makanan
makanannya pun tetap terjaga hingga tiba di ruangan pasien. Makanan yang tiba
dinilai masih hangat dan segar dan bukan merupakan makanan sisa atau makanan
yang dihangatkan. Hanya saja ada beberapa lauk makanan yang memang sudah
tidak hangat lagi seperti olahan ikan goreng yang memang setelah di telusuri
153
seperti sayur.
rasa makanan yang disajikan oleh Instalasi Gizi di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya. Sejalan dengan penelitian dari Gobel et al., (2011) yang mengatakan
bahwa sebagian besar pasien rawat inap VIP merasa puas dengan penampilan
makan jenis (warna, bentuk, dan porsi), rasa (suhu, aroma, dan kematangan)
makanan yang disajikan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
yaitu jenis tekstur makanan yang disajikan terhadap tingkat kepuasan pasien rawat
inap VIP.
ruangan pasien. Pasien selalu mendapatkan jatah makanan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan. Pasien dan keluarganya juga menilai bahwa pelayanan
yang diberikan oleh petugas sangat baik, petugas yang menyajikan makanan
selalu bersikap ramah dan sopan sehingga pasien merasa betah berada di ruang
perawatan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kendari di lakukan oleh Kepala Instalasi Gizi bersama salah satu petugas
didalamnya. Kemudian tidak dilakukan penilaian menu dan test awal menu
pendidikan terakhir, Kepala Instalasi gizi yang menjabat per satu januari 2019
per satu Januari 2019. Pengadaan tidak dipercayakan kepada pihak rekanan
154
155
Instalasi Gizi.
Instalasi Gizi apakah sudah sesuai spesifikasi atau belum. Jika sudah sesuai
maka akan dimasukkan ke dalam gudang basah ataupun gudang kering sesuai
dengan jenis bahannya. Kemudian jika tidak sesuai dengan spesifikasi maka
akan dikembalikan ke pihak rekanan. Pada per satu Januari 2019 Penerimaan
Bahan Makanan dilakukan oleh Administrasi gizi dan salah satu petugas
lagi terjadi karena bahan makanan yang dibeli langsung oleh petugas.
Out (FIFO).
pada Format Menu yang ada tetapi tidak ada Standar Resep, Bumbu, dan Porsi
156
Kendari dilakukan 5 waktu yaitu untuk sarapan pagi, snack pertama, makan
siang, snack kedua dan makan malam. Penataan porsi tidak didasarkan oleh
standar porsi yang ditetapkan karena tidak di sediakan di ruang penyajian atau
untuk pasien yang dilakukan oleh Instalasi Gizi Rumah sakit Bhayangkara
Kendari dinilai sudah memuaskan. Dalam hal rasa dan tekstur sudah sesuai,
yang terjaga, suhu makanan yang selalu hangat, dan tidak pernah terjadi
5.2 Saran
bahan masukan yang membangun bagi pembaca khususnya bagi Instalasi Gizi
1. Dalam kegiatan Perencanaan Menu perlunya Ahli Gizi untuk ikut andil di
dalamnya dalam penentuan diet yang tepat bagi pasien yang menderita
157
penyakit khusus seperti Hypertensi, Diabetes, dan Jantung. Dan sebelum menu
di pergunakan untuk kebutuhan satu tahun, penting bagi Instalasi Gizi untuk
melakukan penilaian awal dan test awal menu agar menu yang disajikan
alat makan dan alat masak seharusnya di tempatkan di tempat yang berbeda.
Yang paling penting lagi ialah letak Instalasi Gizi seharusnya tidak berdekatan
4. Dalam pengelolaan makanan sangat penting bagi pihak Instalasi Gizi Rumah
Standar Porsi, sehingga makanan yang dihasilkan memiliki cita rasa dan
pengangkutan piring kotor serta pencucian alat masak maupun alat makan di
lakukan oleh petugas khusus. Kemudian troli makanan tertutup yang telah
disediakan sebaiknya digunakan agar tidak mengurangi fungsi dari alat yang
telah disediakan.
makanan yang disajikan konsisten penampilannya dan tepat porsi untuk pasien
Cioci, G., Olivan, P. H., & Pinzauti, I. (2016). Fresh, Healthy, And Sustainable
Food. Best Practices In European Healthcare.
Gobel, S. Y., Prawiningdyah, Y., & Budinngsari, R. D. (2011). Menu Pilihan Diit
Nasi Yang Disajikan Berpengaruh Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien VIP
Di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, 136–145.
159
160
Jufri, J., Hamzah, A., & Bahar, B. (2012). Manajemen Pengelolaan Makanan Di
Rumah Sakit Umum Lanto Dg . Pasewang Kabupaten Jeneponto The
Management Of Food At Lanto Dg . Pasewang Public Hospital Of Jeneponto
Regency Alamat Korespondensi : Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin.
Kartini, R. F., & Primadona, S. (2018). Hubungan Bentuk, Rasa Makanan, Dan
Cara Penyajian Dengan Sisa Makanan Selingan Pada Pasien Anak Di Rumah
Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya, 212–218.
Https://Doi.Org/10.20473/Amnt.V2.I3.2018.212-218
Suhadi. (2018). Perencanaan Obat Rumah Sakit Dan Puskesmas. (S. Seto, Ed.).
Jakarta.
INFORMED CONSENT
Peneliti
162
PERNYATAAN
Nama :
Umur :
Kendari Tahun 2018.” dengan syarat tidak mencantumkan nama asli yang
bersangkutan.
sebagaimana mestinya
(………………….)
162
Tanggal Wawancara :
I. KARAKTERISTIK INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Lama Kerja :
I. Ditanyakan Kepala Instalasi Gizi
1. Apakah tenaga gizi atau tenaga kesehatan yang bekerja di Instalasi Gizi
yang ada?
2. Apakah latar belakang pendidikan tenaga yang ada di instalasi gizi sudah
instalasi gizi?
3. Apakah tata letak ruangan instalasi gizi mudah di capai dari segala
ruangan perawatan?
pengelolaan makanan?
cukup?
atau kontrak)?
d. Keuangan/Anggaran
telah mencukupi?
:……………………………………………..................................................
Jika tidak ada, upaya apa yang dilakukan jika terjadi masalah tersebut
:……………………………………………………………………………...
II. Ditanyakan kepada Kepala Instalasi Gizi dan petugas yang bertanggung
jawab di bidangnya :
162
:……………………………………………………………………………..
penggunaan?
:…………………………………………………………………………….
makanan?
bahan makanan?
gizi?
162
makanan?
c. Apakah ada teknik mengelola makanan untuk pasien dengan jenis penyakit
khusus?
ruangan pasien?
pasien) :
Nama :
Umur :
Diagnosa penyakit :
Ruang perawatan :
disajikan?
disajikan?
disajikan?
diberikan?
tidak
Yang di observasi ada Keterangan
ada
Di ruangan persiapan bahan makanan
1. Timbangan Digital ×
2. Timbangan Duduk
3. Mesin pemotong daging ×
4. Mesin Pemotong Sayuran ×
5. Bak cuci
6. Penggiling daging ×
7. Mixer
8. Blender
9. Penggiling bumbu ×
10. Talenan
11. Food processor ×
12. Peeler
13. Tempat sampah
14. Insect Killer ×
15. Pisau
Di ruang pengolahan makanan
1. Timbangan
2. Cooking Range (tungku)
3. Frying pan
4. Gelas ukur
5. Bain Marrie ×
6. Blender
7. Boiling Pan
8. Oven
9. Rice Cooker ×
10. Pan padat / ceplok telur
11. Tempat Sampah
12. Trolley
13. Kuali Range
14. Refrigerator
15. Freezer
16. Chiller
Bersambung di halaman selanjutnya-
172
tidak
Yang di observasi ada Keterangan
ada
Di ruang pengolahan makanan
17. Lemari alat
18. Rak alat
19. Lemari makanan matang ×
20. Panci set
21. Insect Killer ×
22. Meja persiapan snack, makanan cair
23. Cetakan telur
24. Wajan
25. Container tertutup ×
26. Ada bahan makanan
Di ruang distribusi
1. Food Trolley Makanan
Dengan Pemanas
2. Food Trolley Makan tanpa pemanas
3. Timbangan duduk
Di ruang penyajian makanan
1. Ada peralatan penyajian makanan
2. Ada penutup kepala untuk petugas
penyajian
3. Ada masker penutup hidung maupun
mulut
4. Ada apron
5. Ada wadah yang tertutup untuk
menyajikan makanan
Sumber : Permenkes RI No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan
Rumah Sakit (Hasil Observasi Langsung)
Tidak
Yang di Telaah Ada Keterangan
ada
Perencanaan Menu
1. Ada peraturan pemberian makanan di
RS
2. Ada standar kecukupan gizi
3. Ada pedoman menu
4. Ada siklus menu
5. Ada Standar Resep
6. Ada Standar Bumbu
7. Ada Standar Porsi
Pengadaan bahan makanan
1. Ada pelaporan pengadaan bahan
makanan
2. Ada bukti pemesanan bahan makanan
Penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan
1. Ada bukti penerimaan bahan makanan
2. Ada kartu stok bahan makanan
Persiapan dan pengolahan bahan
makanan
2. Ada standar porsi ×
3. Ada standar resep ×
4. Ada standar bumbu ×
Penyaluran atau distribusi makanan
1. Ada bukti permintaan makanan
2. Ada jadwal pendistribusian makanan
untuk pasien
3. Ada Standar Porsi
Sumber : Permenkes RI No. 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi
Rumah Sakit (Hasil Telaah Dokumen)
Informan Biasa (Pasien Kebidanan) Informan Biasa (Pasien Kebidanan Ruang VIP)
Tampak Depan Rumah Sakit Bhayangkara Tampak Depan Instalasi Gizi Rumah Sakit
Kendari Bhayangkara Kendari
Kulkas yang ada di Ruang Gudang Basah Freezer yang ada di Ruang Gudang Basah
217
Lemari alat yang berada di Ruangan Persiapan Lemari Alat yang berada di samping Meja
Penyajian
Tempat Sampah yang terletak di Samping Washtafel yang terletak di Ruang Pengelolaan
Toilet