Anda di halaman 1dari 38

MUTU PELAYANAN KESEHATAN

dr. Rusmalawaty, M.Kes


MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata
penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan
kode etik profesi (Azrul Azwar, 1996).
Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan
adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan
dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,
efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah, serta masyarakat
konsumen.
BATASAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Untuk menghindari adanya subjektivitas
individual yang dapat mempersulit pelaksanan
program menjaga mutu, maka ditetapkan bahwa
ukuran yang dipakai untuk mengukur kepuasan
disini bersifat umum yakni sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk.
2. Pembatasan pada upaya yang dilakukan
Untuk melindungi kepentingan pemakai jasa pelayanan
kesehatan, yang pada umumnya awam terhadap tindakan
kedokteran, ditetapkanlah upaya yang dilakukan tersebut
harus sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan
profesi.Dengan kata lain dalam pengetian mutu pelayanan
kesehatan tercakup pula kesempurnaan tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar
pelayanan professi yang telah ditetapkannya.
SYARAT POKOK PELAYANAN KESEHATAN
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang
dimaksud (Azwar, 1996) adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan
2. Dapat diterima dan wajar
3. Mudah dicapai
4. Mudah dijangkau
5. Bermutu
KOMPONEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Berdasar definisi (Komisi Pendidikan
Administrasi Kesehatan Amerika Serikat)
ditemukan 5 faktor pokok yang berperan
penting dalam menetukan keberhasilan
manajemen kesehatan, yaitu: masukan (input),
proses (process), keluaran (output), sasaran
(target) serta dampak (impact).
Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan
untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1.Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ?
2. Apanya yang diukur ?
3. Bagaimana mutu jasa pelayanan diukur ?
Untuk dapat memahami hal tersebut diatas perlu
diketahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan
standar.
INDIKATOR PENILAIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan, yaitu:
Indikator yang mengacu pada aspek medis.
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat
efisiensi RS.
Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan
pasien.
Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat
kepuasaan pasien.
Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur,
contoh : petunjuk indikator atau tolok ukur
status kesehatan antara lain adalah angka
kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi.
Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu)
dapat diukur.
• Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan
kesehatan dapat mengacu pada indikator yang
relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan
outcomes. Sebagai contoh, indikator struktur:
Tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedis,
dan sebagainya), Anggaran biaya yang tersedia
untuk operasional dan lain-lain, Perlengkapan dan
peralatan kedokteran termasuk obat-obatan,
Metode berupa adanya standar operasional
prosedur masing-masing unit, dan sebagainya;
• indikator proses berupa memberikan petunjuk
tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh
oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan
tugasnya, Apakah telah sebagaimana mestinya
sesuai dengan prosedur, diagnosa,
pengobatan, dan penanganan seperti yang
seharusnya sesuai standar;
• indikator outcomes merupakan indikator hasil
daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input
dan Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan
Indikator klinis lain seperti: Angka
Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48
jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi
Perawatan , dan sebagainya.
• Indikator dispesifikasikan dalam berbagai
kriteria. Sebagai contoh: Indikator status gizi
dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi
kriteria tinggi badan, berat badan anak. Untuk
pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah
fenomena yang dapat dihitung.
• Setelah kriteria ditentukan dibuatlah standar-
standar yang eksak dan dapat dihitung
kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal
yang standar baik, misalnya: panjang badan
bayi baru lahir yang sehat rata-rata
(standarnya) adalah 50 cm; berat badan bayi
baru lahir yang sehat standar adalah 3 kg.
• Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi
pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
memperhatikan atau memantau dan menilai
indikator, kriteria, dan standar yang
diasumsikan relevan dan berlaku sesuai
dengan aspek-aspek struktur, proses, dan
outcome dari organisasi pelayanan kesehatan
tersebut.
• Indikator mutu rumah sakit akan
mencerminkan mutu pelayanan dari rumah
sakit tersebut. Fungsi dari penetapan indikator
tersebut antara lain sebagai alat untuk
melaksanakan manajemen kontrol dan alat
untuk mendukung pengambilan keputusan
dalam rangka perencanaan kegiatan untuk
masa yang akan datang
Jenis-jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit:
• Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari: Angka Pasien dengan
Dekubitus;
• Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.
• Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.
• Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.
• Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
• Indikator Pelayanan, yang terdiri dari Angka Infeksi Luka Operasi.
• Angka Komplikasi Pasca Bedah.
• Waktu tunggu sebelum operasi  effektif.
• Angka Appendik normal.
• Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari Angka
Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan
dan Bukan Rujukan.
• Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus
Rujukan dan Bukan Rujukan.
• Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan
dan bukan Rujukan.
• Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000
gram Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
Indikator Mutu Pelayanan Medis Angka infeksi nosokomial
• Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
• Kematian pasca bedah
• Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)
• Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
• NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)
• ADR (Anasthesia Death Rate)
• PODR (Post Operation Death Rate)
• POIR (Post Operative Infection Rate)
• Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS Unit cost
untuk rawat jalan Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan
pasien
• Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya
– Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari
– Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal
pasien
• Jumlah pelayanan dan tindakan medik
• Jumlah tindakan pembedahan
• Jumlah kunjungan SMF spesialis
• Pemfaatan oleh masyarakat
• Contact rate
• Hospitalization rate
• Out patient rate
• Emergency out patient rate
• Indikator mutu pelayanan medis meliputi :
• Angka infeksi nosokomial
• Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
• Kematian pasca bedah
• Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)
• Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
• NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)
• ADR (Anasthesia Death Rate)
• PODR (Post Operation Death Rate)
• POIR (Post Operative Infection Rate)
• Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat
efisiensi RS :
• Unit cost untuk rawat jalan
• Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
• Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
• BOR (Bed Occupancy Rate)
• BTO (Bed Turn Over)
• TOI (Turn Over Interval)
• ALOS (Average Length of Stay)
• Normal Tissue Removal Rate
• Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat
kepuasan pasien dapat diukur dengan :
• Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya
• Surat pembaca di koran
• Surat kaleng
• Surat masuk dari kotak saran, dan sebagainya
• Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan
kesehatan RS
• Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari :
• Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak
PS dengan asal pasien
• Jumlah pelayanan dan tindakan medik
• Jumlah tindakan pembedahan
• Jumlah kunjungan SMF spesialis
• Pemfaatan oleh masyarakat
• Contact rate
• Hospitalization rate
• Out patient rate
• Emergency out patient rate
• Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
• Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
• Pasien diberi obat yang salah
• Tidak ada obat/alat emergensi
• Tidak ada oksigen
• Tidak ada alat penyedot lendir
• Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
• Pemakaian obat tidak sesuai standar
• Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.
• Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien
• Indikator tambahan
• Angka Kematian di IGD (IGD).
• Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).
• Angka Infeksi RS.
• Reject Analisis (Radiologi).
• Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).
• Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).
• Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).
• Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).
• Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi).
• Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi).
• Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
• Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
• BOR (Bed Occupancy Rate)
• BTO (Bed Turn Over)
• TOI (Turn Over Interval)
• ALOS (Average Length of Stay)
• Normal Tissue Removal Rate
• Surat pembaca di koran
• Surat kaleng
• Surat masuk dari kotak saran, dan sebagainya
• Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan kesehatan RS
• Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
• Pasien diberi obat yang salah
• Tidak ada obat/alat emergensi
• Tidak ada oksigen
• Tidak ada alat penyedot lendir
• Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
• Pemakaian obat tidak sesuai standar
• Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.
• Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat
kaitannya dengan manajemen RS (quality of services)
dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS
(quality of care). Keduanya merupakan oucome dari
manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance)
yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam
hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada
komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional
(nonstruktural) yang membantu direktur RS dengan
melibatkan semua staf SMF RS.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan,
mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
Indikator-indikator berikut bersumber dari
sensus harian rawat inap :
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan
tempat tidur)
menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(Depkes RI, 2005). Rumus :  BOR = (Jumlah hari
perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X
Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%
AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya
pasien . AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-
rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal
yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum
nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)
TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata
hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari
perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
• BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran
tempat tidur. BTO menurut Depkes RI (2005)
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus : BTO =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah
tempat tidur
NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka
kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan
gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah
pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 permil
GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes
RI (2005) adalah angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar.Rumus :
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah
pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 permil

Anda mungkin juga menyukai