Anda di halaman 1dari 10

ASPEK HUKUM

ABORSI
 191000108 Anabelle Sherina
 191000114 Helen C. Saragih
 191000123 Melani Dinikel
 191000127 Muhammad Randy Alamsyah
 191000131 Audrey Damayori P. Panggabean
SEJARAH ABORSI
Di Indonesia abortus bukan masalah baru, sejak lama sudah terdapat obat-obatan (ramuan) tradisional
yang berkhasiat menggugurkan kandungan Ini berarti praktek abortus sudah lama terjadi di
Indonesia, saat ini abortus masih merupakan masalah besar di Indonesia hal ini berkaitan dengan
praktek abortus sering di lakukan oleh generasi muda apalagi pelajar, Angka kejadian abortus
provokatus kriminalis di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus pertahun, atau 43 abortus untuk setiap
100 kehamilan dan sekitar 30% di antara kasus abortus itu di lakukan oleh penduduk usia 15-24
tahun.

Penggugguran kandungan (aborsi) selalu menjadi perbicangan, baik dalam forum resmi maupun
tidak resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum maupun disiplin ilmu lainnya.4 Aborsi
merupakan fenomena sosial yang semakin hari semakin memperihatinkan. Keprihatinan itu bukan
tanpa alas an, karena sejauh ini perilaku pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif
baik untuk diri pelaku maupun pada masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena aborsi menyangkut
norma moral serta hukum suatu kehidupan bangsa.

Aborsi telah dikenal sejak lama, aborsi memiliki sejarah panjang dan telah dilakukan oleh berbagai
metode baik itu natural atau herbal, penggunaan alat-alat tajam, trauma fisik dan metode tradisional
lainnya. Jaman kontemporer memanfaatkan obat-obatan dan prosedur operasi teknologi tinggi dalam
melakukan aborsi. Legalitas, normalitas, budaya dan pandangan mengenai aborsi secara substansial
berbeda di seluruh Negara. Di banyak Negara didunia, isu aborsi adalah permasalahan menonjol dan
memecah belah publik atas atas kontroversi etika dan hukum.
PENGERTIAN ABORSI
• Secara etimologis, aborsi berasal dari kata bahasa Latin abortio yang
berarti pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur
di mana janin itu belum bisa hidup di luar kandungan.
• Di dalam KBBI menyebutkan bahwa aborsi adalah terpencarnya embrio
yang tidak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan ke 4 dari kehamilan);
keguguran; keluron; keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal
(tentang makhluk hidup) dan guguran (janin)

• Secara medis, aborsi didefinisikan sebagai gugurnya janin atau terhentinya


kehamilan setelah nidasi, sebelum terbentuknya fetus yang viabel, yakni
kurang dari 20-28 minggu dan berat janin yang keluar kurang dari 1000
gram
• Pengertian aborsi menurut ilmu hukum, adalah lahirnya buah kandungan
sebelum waktunya oleh suatu perbuatan seseorang yang bersifat sebagai
perbuatan pidana kejahatan.
JENIS ABORSI
Abortus spontan, yang terjadi dengan sendirinya, tanpa disengaja dan umumnya tidak dikehendaki oleh
yang bersangkutan. Abortus spontan tidak menimbulkan masalah hukum, karena terjadi dengan wajar.

Abortus provocatus atau yang biasa disebut juga aborsi yang disengaja adalah suatu upaya yang
disengaja untuk menghentikan proses kehamilan dengan menggunakan obat-obatan maupun alat-alat,
di mana janin yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup.

Abortus provocatus medicinalis, adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar pertimbangan
indikasi medis. Di Indonesia sendiri, yang dimaksud dengan indikasi medis adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu.

Abortus provocatus kriminalis, adalah aborsi yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan pada tindakan medis. Sebagai contoh, aborsi dilakukan untuk melenyapkan janin yang
hidup akibat hubungan seksual di luar perkawinan.
REGULASI LEGAL
Aborsi Legal
Hukum positif di Indonesia, pengaturan tindakan aborsi terdapat dalam dua undang-undang yaitu
KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 dan 535 yang dengan tegas melarang aborsi dengan alasan
apapun serta dalam UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 75,76,77,78 melarang
aborsi tetapi masih mengijinkan tindakan aborsi atas indikasi medis dan trauma psikis dengan
syarat tertentu.

Dalam UU No. 36 Tahun 2009 terdapat pengecualian untuk dua hal, yaitu sebagaimana yang diatur dalam kentuan Pasal
75 ayat (2) UU Kesehatan yang menyatakan:
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
REGULASI ILEGAL

Aborsi Ilegal, aborsi hanya dapat dilakukan:


a)     sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan
medis;
b)     oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c)     dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d)     dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e)     penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

(lihat Pasal 76 UU Kesehatan)
Jadi, praktik aborsi yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana disebut di atas merupakan aborsi
ilegal. Sanksi pidana bagi pelaku aborsi ilegal diatur dalam Pasal 194 UU Kesehatan yang berbunyi;
"setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar."
KEPATUTAN
• Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, juga
mengupas masalah abortus, yaitu pada pasal 75 ayat 1 “setiap
orang dilarang melakukan aborsi ”3 .
• Namun dikecualikan dalam ayat 2, yaitu :
• Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak dini
kehamilan baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin
yang yang menderita cacat bawaan maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar
kandungan , atau
• Kehamilan akibat perkosaan.
• Pengaturan Terhadap Aborsi Menurut Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
masalah aborsi diatur di dalam beberapa Pasal, yaitu Pasal 75,
76, dan Pasal 77
KEPATUTAN
• Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
• Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikanberdasarkan:
• Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderitapenyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapatdiperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;atau
• Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
Pasal 75. korban perkosaan.
• Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiridengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yangkompeten dan
berwenang.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan,sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
PeraturanPemerintah.
KEPATUTAN
• Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
• Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haidterakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
• Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
Pasal 76. yangmemiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
• Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
• Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
• Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
olehMenteri.

• Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
Pasal 77.
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundangundangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai