Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini mutu pelayanan kesehatan merupakan fokus utama bagi

masyarakat. Kesedaran dan kepedulian terhadap mutu semakin

meningkatkan. Hal yang berkaitan dengan mutu saat ini antara lain:

kepercayaan bahwa sesuatu yang bermutu pastilah merupakan hal yang

bersifat luas, mewah, dan mahal. Mutu yang dianggap sesuatu hal yang

bersifat abstrak sehingga tidak dapat diukur upaya peningkatan mutu

memerlukan biaya yang cukup mahal (Machmud, 2008).

Menurut Tjahyono Koentjoro (2004) seperti yang dikutib di dalam

(Machmud, 2008), menerangkan bahwa upaya perbaikan mutu dan kinerja

pelayanan kesehatan di Indonesia telah mulai dilakukan sejah tahun 1986

dengan diterapkan gugus kendali mutu di Rumah Sakit dan Puskesmas serta

pelayanan kesehatan yang lain.

Mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri kesehatan.

Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepuasaan ini telah di terima

secara puas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan.

Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat

subjektif. Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja

memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan

1
2

kesehatan yang sama. Di samping itu sering pula ditemukan pelayanan

kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun ketika di

tinjau dari kode etik serta standar pelayanan kesehatan profesi, kinerja tetap

tidak terpenuhi (Faiz, 2009).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pergertian mutu pelayan kesehatan

2. Sejauh mana batasan mutu pelayanan kesehatan

3. Bagaimana Persyaratan mutu pelayanan kesehatan.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pegertian mutu pelayan kesehatan

2. Untuk mengetahui batasan mutu pelayanan kesehatan

3. Untuk mengetahui bagaimana Persyaratan mutu pelayanan kesehatan.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan merupakan tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kode etik dan

standar pelayanan yang ditetapkan, sehingga menimbulkan kepuasan bagi

setiap pasien. Pelayanan yang bermutu sangat diperlukan karena merupakan

hak setiap pelanggan, dan dapat memberi peluang untuk memenangkan

persaingan dengan pemberi layanan kesehatan lainnya. Kualitas pelayanan

dan nilai berdampak langsung terhadap pelanggan. Kepuasan pelanggan

dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang dirasakan (Kui Son Cui et al, 2002).

Pelanggan insitusi pelayanan kesehatan dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Pelanggan internal (internal customer) yaitu mereka yang bekerja di

dalam institusi kesehatan seperti staf medis, paramedis, teknisi,

administrasi, pengelola dan lain sebagainya

2. Pelanggan eksternal (external customer) yaitu pasien, keluarga pasien,

pengunjung, pemerintah, perusahaan asuransi kesehatan, masyarakat

umum, rekanan, lembaga swadaya masyarakat dan lain sebagainya.

Supardi (2008) berpendapat hampir sama dengan teori tersebut yaitu

bahwa mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari sudut pandang

pengguna layanan, penyandang dana pelayanan, dan penyelenggara

pelayanan.

3
4

B. Batasan Mutu Pelayan Kesehatan

Untuk mengatasi masalah dalam perbedaan tingkat kepuasan setiap

orang dalam menerima pelayanan kesehatan, maka telah disepakati bahwa

pembahasan tentang kepuasan pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayan

kesehatan mengenal paling tidak dua pembatasan, yaitu (Widyatun, 2012):

1. Pembatasan Pada Derajat Kepuasan Pasien

Untuk menghindari adanya subjektifitas individual yang dapat

mempersulit pelaksanaan program menjaga mutu, maka ditetapkan

bahwa ukuran yang dipakai untuk mengukur kepuasan disini bersifat

umum yakni sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.

2. Pembatasan Pada Upaya Yang Dilakukan

Untuk melindungi kepentingan pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang

pada umumnya awan terhadap tindakan kedokteran, ditetapkalah upaya

yang dilakukan tersebut harus sesuai dengan kode etik serta standar

pelayanan profesi, bukanlah pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan

kata lain dalam pengertian mutu pelayanan kesehatan mencangkup pula

kesempuanaan tata cara penyelenggaraan sesuai dengan kode etik serta

standar pelayanan profesi yang telah di tetapkannya.


5

C. Persyaratan Pokok Pelayanan Kesehatan

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud (Azwar (1996),

Sriyanti (2016) adalah :

1. Tersedia (Available) Dan Berkesinambungan (Continuous)

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah

pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia (available) di masyarakat

serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit

ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada setiap

saat yang dibutuhkan.

2. Dapat Diterima (Acceptable) dan Wajar (Appropriate)

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar

(appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan

dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan

yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan

kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu

pelayanan kesehatan yang baik.

3. Mudah Dicapai (Accessible)

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian


6

yang dimaksudkan di sini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian

untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka

pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.

Pelayanan Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan kesehatan yang

selalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan sementara itu tidak

ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang

baik.

4. Mudah Dijangkau (Affordable)

Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah

yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian

keterjangkauan yang dimaksudkan di sini terutama dari sudut biaya.

Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat

diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan

kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal

hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja,

bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

5. Bermutu (Quality)

Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksudkan di sini adalah

yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai

jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai

dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.


7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Mutu pelayanan kesehatan merupakan tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kode etik

dan standar pelayanan yang ditetapkan, sehingga menimbulkan

kepuasan bagi setiap pasien.

2. Mutu pelayanan kesehatan memiliki dua batasan yaitu : pembatasan

pada derajat kepuasan pasien dan pembatasan pada upaya yang

dilakukan.

3. Syarat pokok pelayanan kesehatan yaitu : tersedia (available) dan

berkesinambungan (continuous), dapat diterima (acceptable) dan

wajar (appropriate), mudah dicapai (accessible), mudah dijangkau

(affordable), bermutu (quality).


8

DAFTAR PUSTAKA

Satrianegara, M. Fais. (2009). Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayan

Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Widyatun, (2012). Mutu Pelayanan Kesehatan, Semarang: POLITEKNIK

Banjarnegara.

Sriyanti, Cut (2016). Mutu Layanan kebidanan & Kebijakan Kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI . Jakarta Selatan.

Machmud, R. (2008). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Padang:

Universitas Kesehatan Masyarakat UNAND.

Anda mungkin juga menyukai