Dosen Pengampu :
Safari Hasan, S.IP,M. MRS
Disusun Oleh :
7.1 Pendahuluan
1
Dyah Putri Pertiwi and Hamidah, ‘Perubahan Health Seeking Behavior Pada Pengguna Fasilitas
Kesehatan BPJS Kesehatan’, Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental Tahun, Vol. 7 (2018),
32–41 <https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkk8af3068e36full.pdf>.
2
Pertiwi and Hamidah.
menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda – beda yang
digolongkan atas, ciri demografi (seperti umur, jenis kelamin,
status perkawinan), struktur sosial (seperti tingkat pendidikan,
pekerjaan dan kesukuan, sikap dan keyakinan individu
terhadap pelayanan kesehatan)”
2 Faktor pemungkinan (Enabling Characteristics)
Pada faktor pemungkinan mencangkup kemampuan
pasien untuk membayar. Karakteristik dari faktor ini adalah
sumber keluarga meliputi pendapatan keluarga, cakupan
asuransi kesehatan dan pihak-pihak yang membiayai individu
atau keluarga dalam menggunakan pelayanan kesehatan.
3 Faktor kebutuhan (Need)
Faktor predisposisi dan faktor pendukung dapat terwujud
menjadi tindakan pencarian pengobatan, apabila tindakan itu
dirasakan sebagai kebutuhan (Rini, 2015). Persepsi individu
terkait kesehatannya seperi keadaan kesehatan yang dirasakan
dikategorikan sebagai faktor kebutuhan (Irwan et al., 2016).3
4
Achmad Asnawi, ‘Gambaran Persepsi Pasien’, 2009, 3–5.
3. Para profesional kesehatan
Pada sektor ini berisi tenaga kesehatan yang bukan
merupakan tenaga medis tetapi mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan penyakit. Biasanya pengobatan yang dilakukan
masih menggunakan tradisi yang berlaku. Para profesional ini
dipercaya oleh beberapa golongan yang menganut satu ajaran
dengannya. Misalnya kyai, pastor, pendeta, biksu dan lain
sebaginya.
4. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, bidan, dan
tenaga kesehatan lainnya. Biasanya masyarakat yang akan
mencari bantuan kepada tenaga kesehatan akan pergi ke fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas atau tempat
praktik dokter dan perawat.
Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit berbeda-beda,
meskipun gejala atau tanda suatu penyakit telah dirasakan oleh
seseorang namun keputusan untuk mencari bantuan kesehatan atau
segera melakukan tidakan medis tergantung beberapa faktor pemicu
dalam memutuskan mencari bantuan medis. Menurut Scambler faktor
tersebut sebagai berikut :
1. Terjadinya suatu krisis antar pribadi.
Seseorang memutuskan untuk mencari bantuan medis
karena dia mendapat pengalaman penyakit yang sama dengan
orang lain yang telah meninggal karena penyakit tersebut.
Karena dirasa penyakit yang dideritanya sama dengan orang lain
yang sudah meninggal itu, timbul rasa ketakuan akan
kemungkinan paling buruk dikarenakan orang lain bisa
meninggal yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya.
2. Keterkaitan dengan hubungan pribadi atau sosial.
Misalnya ketika seorang remaja sedang berada di masa
puber, mereka cenderung lebih memperhatikan penampilan
mereka. Sehingga ketika mereka mempunyai jerawat yang
banyak yang memngganggu penampilan mereka, maka sebisa
mungkin meresa akan segera mengobatinya.
3. Tekanan dari pihak lain untuk mencari bantuan medis.
Karena adanya faktor dorongan dari orang lain misalnya
ketika seseorang menderita penyakit yang menurut orang lain itu
bahaya maka orang lain akan memberikan dorongan untuk
segera mencari bantuan medis.
4. Keterkaitan dengan kegiatan pekerjaan atau fisik.
Jika dirasa suatu penyakit akan mengganggu pekerjaan
yang membuat seseorang tidak bisa bekerja dengan maksimal,
maka orang tersebut akan segera mencari bantuan medis.
5. Pemberian batas waktu pada simtom.
Biasanya seseroang dengan penyakit kanker, tumor dan
sejenisnya akan sering mencari bantuan medis, karena penyait
yang tumbuh jika tidak segera diobati akan semakin parah.5
5
Dewi Rosmalia and Yustiana Sriany, Sosisologi Ksehatan, ed. by Giat Ridhansyah Syiqmonati, 1st
edn (jakarta: kementrian kesehatan republik indonesia, 2017).
Jika pasien tersebut mengalami rasa sakit yang sangat
parah langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
3 Ganguan yang dirasakan dalam fungsi kerja atau fisik
Jika gangguan atau gejala yang dirasakan sangat
menganggu aktivitas sehari-hari orang tersebut harus segera
mencari bantuan dengan memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan
4 Krisis interpersonal
Krisis interpersonal yaitu keadaan dimana kurangnya
pengetahuan atau informasi dalam diri pasien terhadap
gangguan atau gejala penyakit yang dirasakan sehingga dapat
memicu pasien tersebut dalam mencari bantuan medis.
5 Sanksi sosial
Adanya sanksi sosial yang ada di masyarakat membuat
seseorang segera mencari bantuan kesehatan. Misalnya ketika
seseorang menderita penyakit gatal pada kulit yang
mengakibatkan permukaan kulit menjadi luka dan muncul
bintik-bintik, hal tersebut membuat masyarkat beranggapan
bahwa orang tersebut harus dijauhi karena penyakit kulit yang
dideritanya akan menular ke orang lain.6
6
Husaini and others, ‘Buku Ajar Antropologi Sosial Kesehatan’, Antropologi Sosial Kesehatan,
2017, 1–226.
Alasan seseorang tidak bertindak apa-apa yakni karena
gejala sakit yang dirasa tidak menganggu aktivas
kesehariannya. Selain itu, penderita menganggap atau yakin
bahwa gejalanya bisa hilang dengan sendirinya. Alasan yang
lain bisa terjadi karena letak atau tempat fasilitas kesehatan
yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan
tidak simpatik, tidak responsive, dan sebagainya, akhirnya
alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan
sebagainya.
b Tindakan mengobati sendiri (self treatment)
Alasan orang atau masyarakat percaya kepada diri sendiri
karena berdasarkan pengalaman mereka dirasa gejala sakit
yang dirasa tidak parah sehingga memunculkan pikiran untuk
mengobati sendiri dan tidak perlu dibawa ke fasilitas kesehatan.
c Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional
(traditional remedy)
Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah
kesehatan adalah lebih bersifat budaya dari pada gangguan-
gangguan secara jasmani atau fisik. Contohnya seperti
pengobatan di dukun yang melakuka pengobatan tradsional
kepada pasiennya. Hal tersebut masih melekat dalam diri
masyarakat karena dianggap prosesnya mudah dan dekat
dengan wilayah tempat tinggal mereka dan biasanya
pengobatan tradisional lebih diterima masyarakat teerutama di
pedesaan.
d Mencari pengobatan dengan membeli obat-obatan ke toko obat
(chemist shop)
Mecari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung
dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu masih
dilakukan oleh masyarakat tertentu terutama masyarakat di
pedesaan. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya
adalah obat yang tidak memakai resep sehingga sulit untuk
dikontrol.
e Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan
Pasien mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas moderen
yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga
kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai
pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
f Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang
diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).
Masyarakat cenderung akan memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan jika merasakan sakit dalam dirinya baru
mereka akan memeriksakan diri ke tempat fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas atau pelayanan kesehatannya.
Contohnya jika pasien ingin mengetahui kondisi kesehatannya
seperti tensi darah ,kadar gula darah danlain lain tempat
fasilitas kesehatan yang terdekat dengan masyarakat yakni
puskesmas.7
Prespektif pasien :
1. Ketersediaan pelayanan kesehatan
Ketersediaan pelayanan pasien disini yang dimaksudkan
yaitu jika ketersediaan pelayanan pasien tersebut memadai dan
lengkap sesuai kebutuhan pasien pasti pasien tersebut akan
2. Faktor finansial
Faktor finansial disini dimaksudkan yaitu kebutuhan ekonomi
masyarakat tersebut termasuk rendah. Oleh karna itu jika
seseorang mengalami sakit atau gejala sakit yang dirasa perlu
diperiksakan ke dokter atau layanan kesehatan tapi orang tersebut
tidak mau melakukannya dengan alasan karena faktor finansial
7
Candra Hermawan, Rina Anggraeni, and Setianingsih, ‘Gambaran Upaya Dalam Mencari
Bantuan Kesehatan Pada Masyarakat’, Jurnal Keperawatan STIK Kendal, 9.2 (2017), 52–59
<http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/download/53/37>.
yang tidak cukup untuk melakukan pengobatan ke pelayanan
kesehatan.
3. Keyakinan
Keyakinan disini yang dimaksudkan yaitu jika seseorang
tersebut mengalami gejala sutu penyakit dan meyakini bahwa sakit
yang dirasaknnya ini termasuk penyakit yang serius sehingga
orang tersebut yakin untuk segera memeriksakan diri ke dokter
4. Parahnya gejala yang dirasakan
Parahnya gejala yang dirasakan yang dimaksudkan yaitu
jika gejala penyakit seseorang tersebut semakin bertambah atau
parah pasti seseorang tersebut akan memiliki kesadaran diri untuk
memeriksakan diri ke dokter atau pelayanan kesehantannya
lainnya.
Keputusan bahwa
Keputusan bahwa seseorang sakit & Keputusan utk
ada sesuatu yg tidak membutuhkan mencari perawatan
beres perawatan medis profesional
profesional
Keputusan untuk
mengalihkan Keputusan untuk
pengawasan kepada
dokter & menerima serta mengakhiri peranan
mengikuti pengobatan yg pasien
ditetapkan
8
Luc Vinet and Alexei Zhedanov, ‘Kepatuhan Minum Obat’, Journal of Physics A: Mathematical
and Theoretical, 44.8 (2011), 1689–99.
Lamanya waktu juga menjadi faktor kepatuhan pasien
terhadap peengobatan atau bantuan medis karena setiap
penyakit proses pengobatannya akan memakana waktu
yang berbeda-beda pastinya. Jadi sebagai pasien kita harus
paham dan patuh dengan prosedur pengobatan atau
bantuan medis yang dijalani.
5. Tingkat kesakitan yang diderita
Tingkat kesakitan yang diderita juga mejadi faktor
kepatuhan pasien karena jika kesakitan yang diderita sangat
mengganggu apsien tersebut maka pasien itu juga akan
berpikir ingin segera sembuh oleh karena itu paisen harus
bisa mematuhi segala prosedur bantuan medis yang
diberikan.
Menurut Neil (2000), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketidak patuhan. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Tingkat pemahaman terhdapat intuksi rendah
Tingkat pemahaman terhadap instruksi rendah ini
juga menjadi alasaa ketidakpatuhan pasien karena ada
beberapa pasien yang kemungkinan tidak paham dengan
prosedur pengobatan atau bantuan medis atau alasan yang
lain bisa terjadi karena pasien tersebut kurang memahami
berbagai macam isitilah medis dalam prosedur tersebut
sehingga membuat pasien tidak patuh terhadap anjuran atau
prosedur yang diberikan tenaga medis.
2. Kualitas komunikasi dan interaksi
Kualitas interaksi antara tenaga kesehatan dan
pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan
derajat kepatuhan pasien terhadap prosedur pengobatan
atau bantuan medis. Kurangnya komunikasi dan interaksi
antara tenaga kesehatan dengan pasien juga menjadi
alasan ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan.
3. Isolasi sosial dari keluarga atau lingkungan
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. Isolasi ini
juga menjadi alasan pasien tidak patuh.
Misalnya saat pandemic Covid 19 sekarang ini jika
seseorang memiliki gejala Covid dari pihak keluarga atau
lingkungan sekitar menyararankan untuk isolasi mandiri
namun orang tersebut tidak mau isolasi mandiri karena
dirasa akan membuat seseorang jenuh atau bosan karena
harus mengasingkan diri dari keluarga atau lingkungan
sekitar.
4. Keyakinan sendiri, sikap dan kepribadian
Misalnya ada beberapa pasien penderita gagal ginjal
yang harus mematuhi program pengobatan yang kompleks
seperti cuci darah ,pembatasan cairan dan lain-lain maka
pasien harus mematuhi dan melaksanakan prosedur
pengobatan tersebut agar waktu untuk sembuh juga cepat.
Tetapi jika atsa dasar keyakinan mereka tanpa cuci darah
bisa sembuh sendiri ini bukti yang menunjukkan bahwa
mereka tidak patuh dengan prosedur pengobatan atau
bantuan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.9
9
Vinet and Zhedanov.
Sikap kesadaran diri pada pasien sangatlah
dibutuhkan. Beberapa pasien yang mungkin tujuan awalnya
akan mematuhi segala nasihat dari tenaga kesehatan akan
menjadi tidak patuh dengan berbagai penyebab, misalnya
jangka waktu pengobatan yang cukup lama dan prosedur
pengobatan yang rumit yang kemudian membuat pasien
merasa tidak puas dengan pelayanannya sehingga memicu
pasien untuk tidak mematuhi pengobatan tersebut
2. Perilaku sehat
Perilaku sehat ini merupakan hal yang sangat penting
dalam membantu mengurangi sikap ketidakpatuhan pasien.
Hal ini perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya
untuk mengubah perilaku, tetapi juga mempertahankan
perubahan perilaku hidup sehat tersebut. Perubahan yang
dilakukan bisa dari pasien dengan tenaga kesehatan dengan
cara konsultasi agar bisa meciptakan perilaku sehat yang
sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan.
3. Dukungan sosial
Dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat
dalam bentuk waktu, motivasi merupakan faktor-faktor
penting dalam mewujudkan kepatuhan pasien.10
10
Vinet and Zhedanov.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi, Achmad, „Gambaran Persepsi Pasien‟, 2009, 3–5
Dewi, N, „Gambaran Tingkat Health Literacy Lansia Dan Perilaku Mencari
Bantuan Kesehatan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas‟, 2020
<http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/542/>
Hermawan, Candra, Rina Anggraeni, and Setianingsih, „Gambaran Upaya
Dalam Mencari Bantuan Kesehatan Pada Masyarakat‟, Jurnal
Keperawatan STIK Kendal, 9.2 (2017), 52–59
<http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/downl
oad/53/37>
Husaini, Fauzie Rahman, Lenie Marlinae, and Atikah Rahayu, „Buku Ajar
Antropologi Sosial Kesehatan‟, Antropologi Sosial Kesehatan, 2017,
1–226
Pertiwi, Dyah Putri, and Hamidah, „Perubahan Health Seeking Behavior
Pada Pengguna Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan‟, Jurnal
Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental Tahun, Vol. 7 (2018), 32–41
<https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
jpkk8af3068e36full.pdf>
Rosmalia, Dewi, and Yustiana Sriany, Sosisologi Ksehatan, ed. by Giat
Ridhansyah Syiqmonati, 1st edn (jakarta: kementrian kesehatan
republik indonesia, 2017)
Vinet, Luc, and Alexei Zhedanov, „Kepatuhan Minum Obat‟, Journal of
Physics A: Mathematical and Theoretical, 44.8 (2011), 1689–99