Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK PAPER

MATA KULIAH ANTROPOLOGI

PERILAKU MENCARI BANTUAN KESEHATAN

Dosen Pengampu :
Safari Hasan, S.IP,M. MRS

Disusun Oleh :

1. Anisa Dwi Cahyaningrum (10820002)


2. Fradilla Oktavial Kevin Litiane (10820007)
3. Humaidi Syaikh Thariq (10820009)
4. Sayidati Melati Putri (10820017)

PROGAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
2021/2022
BAB 7

7.1 Pendahuluan

Kesehatan merupakan hal paling penting untuk manusia, dalam


kehidupan setiap manusia pastinya mengharapkan suatu keadaan
yang sehat. Karena dengan kondisi yang sehat tersebut manusia
dapat melakukan aktivitas seperti yang mereka inginkan seperti
bekerja, belajar, berkumpul bersama teman dan kegiatan lain yang
manusia butuhkan. Kesehatan tidak hanya tentang manusia yang
sehat secara fisik, tetapi kesehatan juga mencangkup kesehatan
mental dan juga terhindar dari cacat juga kelemahan. World Health
Organization (2015) mendefinisikan, “Sehat adalah suatu keadaan
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan”.
Berbeda halnya ketika seseorang mengalami sakit. ketika
seseorang mengalami sakit banyak hal yang dirugikan, mislanya
mereka tidak bisa bekerja, tidak bisa belajar dengan maksimal, dan
tentunya tidak bisa melakukan kegiatan normal seperti sebelum
meraka sakit. Hal itu mengharuskan seseorang untuk segera mencari
bantuan kesehatan. Sehingga muncul perilaku manusia untuk mencari
bantua kesehatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013),
“Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu yang terwujud,
tidak saja badan dan ucapan”. Sedangkan menurut ahli psikologi
Skinner (2001), “Merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku
manusia dari segi biologis adalah tindakan atau aktivitas dari manusia
itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas serperti
jalan, berbicara, menangs, bekerja dan sebagainya”
Mencari bantuan kesehatan sangat penting sekali untuk dilakukan,
baik itu kesehatan fisik maupun mental. Ketika ada sesuatu yang tidak
beres sehingga merasakan tidak enak atau sakit secara fisik
segeralah mencari bantuan kesehatan. begitu juga dengan kesehatan.
begitu juga ketika mental mengalami hal yang tidak beres seperti
ketika seseorang merasakan sedih yang berlebihan, kewalahan dan
depresi selama lebih dari dua minggu dan mempengaruhi keseharian
seseorang, segeralah mencari bantuan profesianal karena kesehatan
mental sama halnya dengan kesehatan fisik yang tidak dapat di
diagnosa sendiri.
7.2 Definisi Perilaku Mencari Bantuan Kesehatan

Health seeking behaviour atau perilaku mencari bantuan


kesehatan merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu yang
mengalami masalah kesehatan atau penyakit untuk mendapatkan
pengobatan yang sesuai (Wade & Halligan, 2004).1 WHO
mengindikasikan bahwa fokus utama dari health seeking behaviour
dapat dilihat dalam konteks; kesadaran akan gejala awal,
pemanfaatan fasilitas kesehatan, dan kepatuhan pada pengobatan
yang efektif (WHO, 1995).
Menurut Notoadmojo (2010), “Perilaku pencarian kesehatan
(health seeking behaviour) adalah perilaku untuk melakukan atau
mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri
penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan
modren (Puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya),
maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan
sebagainya)” 2
Banyak dilaporkan bahwa titik awal dari mayoritas health
seeking behaviour dimulai dari kesadaran akan gejala awal. Perilaku
mencari pengobatan didefinisikan lebih kepada proses seseorang
dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan bantuan
profesional dalam masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Ogden,
2012).
Menurut Andersen, pemindaian perilaku mencari bantuan
kesehatan dipecah menjadi tiga faktor pengkondisian dasar, yaitu :
1 Faktor predisposisi
Menurut Rini (2015), “Faktor predisposisi Menggambarkan
fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan

1
Dyah Putri Pertiwi and Hamidah, ‘Perubahan Health Seeking Behavior Pada Pengguna Fasilitas
Kesehatan BPJS Kesehatan’, Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental Tahun, Vol. 7 (2018),
32–41 <https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkk8af3068e36full.pdf>.
2
Pertiwi and Hamidah.
menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda – beda yang
digolongkan atas, ciri demografi (seperti umur, jenis kelamin,
status perkawinan), struktur sosial (seperti tingkat pendidikan,
pekerjaan dan kesukuan, sikap dan keyakinan individu
terhadap pelayanan kesehatan)”
2 Faktor pemungkinan (Enabling Characteristics)
Pada faktor pemungkinan mencangkup kemampuan
pasien untuk membayar. Karakteristik dari faktor ini adalah
sumber keluarga meliputi pendapatan keluarga, cakupan
asuransi kesehatan dan pihak-pihak yang membiayai individu
atau keluarga dalam menggunakan pelayanan kesehatan.
3 Faktor kebutuhan (Need)
Faktor predisposisi dan faktor pendukung dapat terwujud
menjadi tindakan pencarian pengobatan, apabila tindakan itu
dirasakan sebagai kebutuhan (Rini, 2015). Persepsi individu
terkait kesehatannya seperi keadaan kesehatan yang dirasakan
dikategorikan sebagai faktor kebutuhan (Irwan et al., 2016).3

7.3 Presepsi Terhadap Gejala Sakit

Setiap orang mempunyai presepsi yang berbeda terhadap gejala


sakit, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1 Faktor-faktor personal
a Perhatian
Ketika sesorang memusatkan perhatian terhadap
gejala sakit yang sedang dirasakannya, maka orang
tersebut akan lebih perhatian terhadap gejala sakitnya
sehingga mendorong seseorang untuk segera
mengobati penyakit yang dideritanya.
b Stress
3
N Dewi, ‘Gambaran Tingkat Health Literacy Lansia Dan Perilaku Mencari Bantuan Kesehatan
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas’, 2020 <http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/542/>.
Seseorang yang mengidap stress akan
beranggapan bahwa mereka akan lebih mudah
terserang penyakit, hal itu disebabkan karena orang
yang stress akan merasa selalu tertekan. Jadi jika
seorang yang stress mempunyai penyakit yang timbul
gejala, maka gejala itu akan mudah dirasakan dan selalu
dipikirkan sehingga penyakit akan bertambah parah.
c Suasana hati
Suasana hati juga mempengaruhi seseorang
untuk sehat. Apabila seseorang berada dalam suasana
hati yang baik, maka orang tersebut akan selalu berpikir
positif dan membuat tubuh mereka sehat. Sebaliknya
dengan orang yang selalu berfikiran negatif sehingga
membuat suasana hati mereka buruk, maka akan mudah
untuk terserang penyakit.
d Gaya komunikasi
Presepsi juga dipengaruhi oleh gaya komunikasi,
misalnya orang yang introvert mereka akan cenderung
malu juka menceritakan gejala penyakit yang dideritanya
kepada orang lain, apalagi gejala yang dideritanya
tersebut terdapat di bagian tubuh yang tidak terjamah
oleh orang lain. mereka akan mencari informasi
kesehatan dari buku atau internet daripada konsultasi ke
dokkter secara langsung.
2 Faktor-faktor penderita
a Kondisi fisik
Kondisi fisik seseorang juga mempengaruhi
presepsi terhadap gejala sakit, misalnya seseorang
mempunyai kulit berwarna gelap, mereka kesulitan untuk
melihat memar yang berwarna gelap di kulit mereka.
b Situasi penderita
Ketika seseorang berada pada situasi yang
membosankan atau tidak ada kegiatan penting yang dia
kerjakan, maka orang tersebut akan lebih merasakan
gejala penyakit yang mereka derita.
c Fokus perhatian
Jika gejala tersebut menimbulkan perubahan pada
fisik atau menimbulkan rasa sakit yang dirasakan oleh
seseorang, maka seseorang akan lebih memusatkan
perhatian ke penyakit yang dideritanya. Mislanya timbul
memar, merasa perih, pusing, dan tumbuh benjolan
pada bagian tubuh mereka.
3 Pengaruh media dan lingkungan
Informasi tentang kesehatan bisa didapatkan dari
berbagai sumber, misalnya televisi, radio, jurnal kesehatan,
majalah, buku dan lain sebagainya. Seseorang akan
mempresepsikan berbeda setiap informasi yang didapat dari
beberapa media tersebut.
Faktor lingkungan juga bisa berpengaruh terhadapa
presepsi seseorang terhadap gejala sakit.
4 Perbedaan budaya
Perbedaan budaya berpengaruh terhadapa penafsiran
terhadap suatau gejala penyakit, diantaranya adalah :
a Pengalam sebelumnya
Masyarakat yang sudah pernah menderita suatu
penyakit akan lebih waspada jika di masa yang akan
mendatang mengidap penyakit tersebut kembali. Mereka
cenderung waspada dan akan lebih berhati hati untuk
mencegahnya.
b Pengharapan
Seseorang akan meminta tenaga kesehatan untuk
mendiagnosis gejala yang dideritanya, lalu mereka akan
mencari pendapat orang lain atau tenaga kesehatan.
c Keseriusan menyikapi gejala
Seseorang akan lebih memeperhatikan apabila
gejala tersebut terdapat pada bagian ttubuh yang vital.
Misalnya mata, wajah, oragan intim dan lain sebaginya.4

7.4 Proses Mencari Bantuan Kesehatan

Masyarakat umumnya mulai mencari bantuan kesehatan ketika


mereka mengalami kondisi dimana kondisi fisik maupun mental
mereka ada yang tidak beres. Seperti kesehatan fisik mereka
merasakan adanya rasa nyeri, perih, benjolan atau terdapat memar.
Sedangkan pada kesehatan mental mereka merasakan sedih yang
berlebihan, stress dan tertekan.
Proses mencari bantuan kesehatan dibedakan menjadi beberpa
sektor, diantaranya :
1. Sektor awam
Sektor awam adalah masyarakat yang tidak pernah
mendapatkan ilmu tentang kesehatan. Mereka melibatkan
keluarga, teman, dan tentangga untuk menafsirkan gejala,
menyarankan cara penyembuhan dan memberikan nasehat
bagaimana mencari bantuan medis.
2. Sektor tradisional
Sektor ini berisi orang-orang yang mempunyai spesialisasi di
bidang penyembuhan. Biasanya orang dengan spesialisasi ini
dipercaya masyarakat untuk bisa menyembuhkan penyakit disuatu
daerah. Mislanya dukun atau orang pintar yang dipercaya di
daerah setempat.

4
Achmad Asnawi, ‘Gambaran Persepsi Pasien’, 2009, 3–5.
3. Para profesional kesehatan
Pada sektor ini berisi tenaga kesehatan yang bukan
merupakan tenaga medis tetapi mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan penyakit. Biasanya pengobatan yang dilakukan
masih menggunakan tradisi yang berlaku. Para profesional ini
dipercaya oleh beberapa golongan yang menganut satu ajaran
dengannya. Misalnya kyai, pastor, pendeta, biksu dan lain
sebaginya.
4. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, bidan, dan
tenaga kesehatan lainnya. Biasanya masyarakat yang akan
mencari bantuan kepada tenaga kesehatan akan pergi ke fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas atau tempat
praktik dokter dan perawat.
Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit berbeda-beda,
meskipun gejala atau tanda suatu penyakit telah dirasakan oleh
seseorang namun keputusan untuk mencari bantuan kesehatan atau
segera melakukan tidakan medis tergantung beberapa faktor pemicu
dalam memutuskan mencari bantuan medis. Menurut Scambler faktor
tersebut sebagai berikut :
1. Terjadinya suatu krisis antar pribadi.
Seseorang memutuskan untuk mencari bantuan medis
karena dia mendapat pengalaman penyakit yang sama dengan
orang lain yang telah meninggal karena penyakit tersebut.
Karena dirasa penyakit yang dideritanya sama dengan orang lain
yang sudah meninggal itu, timbul rasa ketakuan akan
kemungkinan paling buruk dikarenakan orang lain bisa
meninggal yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya.
2. Keterkaitan dengan hubungan pribadi atau sosial.
Misalnya ketika seorang remaja sedang berada di masa
puber, mereka cenderung lebih memperhatikan penampilan
mereka. Sehingga ketika mereka mempunyai jerawat yang
banyak yang memngganggu penampilan mereka, maka sebisa
mungkin meresa akan segera mengobatinya.
3. Tekanan dari pihak lain untuk mencari bantuan medis.
Karena adanya faktor dorongan dari orang lain misalnya
ketika seseorang menderita penyakit yang menurut orang lain itu
bahaya maka orang lain akan memberikan dorongan untuk
segera mencari bantuan medis.
4. Keterkaitan dengan kegiatan pekerjaan atau fisik.
Jika dirasa suatu penyakit akan mengganggu pekerjaan
yang membuat seseorang tidak bisa bekerja dengan maksimal,
maka orang tersebut akan segera mencari bantuan medis.
5. Pemberian batas waktu pada simtom.
Biasanya seseroang dengan penyakit kanker, tumor dan
sejenisnya akan sering mencari bantuan medis, karena penyait
yang tumbuh jika tidak segera diobati akan semakin parah.5

7.5 Pemicu dalam Memutuskan Mencari Bantuan Medis

Terapat 5 pemicu masyarakat memutuskan mencari bantuan


medis, diantaranya adalah :
1 Tingkat kehawatiran terhadap gejala
Maksud dari tingkat kekhawatiran ini yaitu jika seseorang
tersebut merasa bahwa gejala penyakit yang dirasakan dalam
diri orang tersebut sudah mulai parah dan sangat mengganggu
sehingga orang tersebut harus mencari bantuan medis dengan
memeriksakan diri ke dokter atau pelayanan kesehatan lainnya.
2 Kualitas rasa sakit akibat gejala

5
Dewi Rosmalia and Yustiana Sriany, Sosisologi Ksehatan, ed. by Giat Ridhansyah Syiqmonati, 1st
edn (jakarta: kementrian kesehatan republik indonesia, 2017).
Jika pasien tersebut mengalami rasa sakit yang sangat
parah langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
3 Ganguan yang dirasakan dalam fungsi kerja atau fisik
Jika gangguan atau gejala yang dirasakan sangat
menganggu aktivitas sehari-hari orang tersebut harus segera
mencari bantuan dengan memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan
4 Krisis interpersonal
Krisis interpersonal yaitu keadaan dimana kurangnya
pengetahuan atau informasi dalam diri pasien terhadap
gangguan atau gejala penyakit yang dirasakan sehingga dapat
memicu pasien tersebut dalam mencari bantuan medis.
5 Sanksi sosial
Adanya sanksi sosial yang ada di masyarakat membuat
seseorang segera mencari bantuan kesehatan. Misalnya ketika
seseorang menderita penyakit gatal pada kulit yang
mengakibatkan permukaan kulit menjadi luka dan muncul
bintik-bintik, hal tersebut membuat masyarkat beranggapan
bahwa orang tersebut harus dijauhi karena penyakit kulit yang
dideritanya akan menular ke orang lain.6

Menurut Notoatmodjo (2007:205-207), “Masyarakat atau


anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan
sakit (disease but no illness) tidak akan bertindak apa-apa terhadap
penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga
merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku
dan usaha”. Respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:
a Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (non action).

6
Husaini and others, ‘Buku Ajar Antropologi Sosial Kesehatan’, Antropologi Sosial Kesehatan,
2017, 1–226.
Alasan seseorang tidak bertindak apa-apa yakni karena
gejala sakit yang dirasa tidak menganggu aktivas
kesehariannya. Selain itu, penderita menganggap atau yakin
bahwa gejalanya bisa hilang dengan sendirinya. Alasan yang
lain bisa terjadi karena letak atau tempat fasilitas kesehatan
yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan
tidak simpatik, tidak responsive, dan sebagainya, akhirnya
alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan
sebagainya.
b Tindakan mengobati sendiri (self treatment)
Alasan orang atau masyarakat percaya kepada diri sendiri
karena berdasarkan pengalaman mereka dirasa gejala sakit
yang dirasa tidak parah sehingga memunculkan pikiran untuk
mengobati sendiri dan tidak perlu dibawa ke fasilitas kesehatan.
c Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional
(traditional remedy)
Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah
kesehatan adalah lebih bersifat budaya dari pada gangguan-
gangguan secara jasmani atau fisik. Contohnya seperti
pengobatan di dukun yang melakuka pengobatan tradsional
kepada pasiennya. Hal tersebut masih melekat dalam diri
masyarakat karena dianggap prosesnya mudah dan dekat
dengan wilayah tempat tinggal mereka dan biasanya
pengobatan tradisional lebih diterima masyarakat teerutama di
pedesaan.
d Mencari pengobatan dengan membeli obat-obatan ke toko obat
(chemist shop)
Mecari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung
dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu masih
dilakukan oleh masyarakat tertentu terutama masyarakat di
pedesaan. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya
adalah obat yang tidak memakai resep sehingga sulit untuk
dikontrol.
e Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan
Pasien mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas moderen
yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga
kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai
pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
f Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang
diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).
Masyarakat cenderung akan memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan jika merasakan sakit dalam dirinya baru
mereka akan memeriksakan diri ke tempat fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas atau pelayanan kesehatannya.
Contohnya jika pasien ingin mengetahui kondisi kesehatannya
seperti tensi darah ,kadar gula darah danlain lain tempat
fasilitas kesehatan yang terdekat dengan masyarakat yakni
puskesmas.7
Prespektif pasien :
1. Ketersediaan pelayanan kesehatan
Ketersediaan pelayanan pasien disini yang dimaksudkan
yaitu jika ketersediaan pelayanan pasien tersebut memadai dan
lengkap sesuai kebutuhan pasien pasti pasien tersebut akan
2. Faktor finansial
Faktor finansial disini dimaksudkan yaitu kebutuhan ekonomi
masyarakat tersebut termasuk rendah. Oleh karna itu jika
seseorang mengalami sakit atau gejala sakit yang dirasa perlu
diperiksakan ke dokter atau layanan kesehatan tapi orang tersebut
tidak mau melakukannya dengan alasan karena faktor finansial

7
Candra Hermawan, Rina Anggraeni, and Setianingsih, ‘Gambaran Upaya Dalam Mencari
Bantuan Kesehatan Pada Masyarakat’, Jurnal Keperawatan STIK Kendal, 9.2 (2017), 52–59
<http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/download/53/37>.
yang tidak cukup untuk melakukan pengobatan ke pelayanan
kesehatan.
3. Keyakinan
Keyakinan disini yang dimaksudkan yaitu jika seseorang
tersebut mengalami gejala sutu penyakit dan meyakini bahwa sakit
yang dirasaknnya ini termasuk penyakit yang serius sehingga
orang tersebut yakin untuk segera memeriksakan diri ke dokter
4. Parahnya gejala yang dirasakan
Parahnya gejala yang dirasakan yang dimaksudkan yaitu
jika gejala penyakit seseorang tersebut semakin bertambah atau
parah pasti seseorang tersebut akan memiliki kesadaran diri untuk
memeriksakan diri ke dokter atau pelayanan kesehantannya
lainnya.

7.6 Tahap dalam Proses Menuju Pemanfaatan Pelayanan Medis

Menurut Foster dan Anderson tahapan dalam proses menuju


pemanfaatan pelayanan medis adalah sebagai berikut :

Keputusan bahwa
Keputusan bahwa seseorang sakit & Keputusan utk
ada sesuatu yg tidak membutuhkan mencari perawatan
beres perawatan medis profesional
profesional

Keputusan untuk
mengalihkan Keputusan untuk
pengawasan kepada
dokter & menerima serta mengakhiri peranan
mengikuti pengobatan yg pasien
ditetapkan

1. Keputusan bahwa ada sesuatu yang tidak beres


Seseorang yang mengalami ada sesuatu yang tidak beres
dalam dirinya pasti akan merasakan gejala yang timbul dalam
penyakit tersebut
2. Keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan
professional
Seseorang yang mengalami gejala penyakit pasti akan
langsung memeriksakan drir ke dokter dan mebutuuhkan
perawatan yang intensif
3. Keputusan untuk mencari perawatan medis professional
Jika setelah didiagnosis ternyata pasien tersebut mengalami
penyakit yang serius atau kronis pasti tersebut membutuhkan
pelayanan kesehatan yang lebih memadai dan lengkap dalam
memberika pelayanan kesehatan pada pasien tersebut
4. Keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada dokter &
menerima serta mengikuti pengobatan yang ditetapkan
Jika pasien sudah didiangnosa mengalami penyakit kronis
pasti pasien tersebut akan membutuhkan pengawasan tenaga
medis dan mengikuti segala pengobatan yang diberikan oleh
tenaga medis guna kesembuhan pasien secara optimal
5. Keputusan untuk mengakhiri peranan pasien
Jika pasien tersebut sudah menjalani berbagai pemeriksaan,
pengawasan dan pengobatan yang dianjurkan oleh tenaga medis
sehingga pasien bisa cepat sembuh karena sudah mematuhi
berbagai tahap dalam pemanfaatan pelayanan medis.

7.7 Penundaan Pencarian Bantuan


Alasan seseorang menunda mencari bantuan kesehatan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Appraisal delay Illness delay Utilization delay

•Waktu yang • Jarak waktu •Waktu antara


yang dibutuhkan
dibutuhkan untuk
keputusan
seseorang mengetahui untuk
utk bahwa gejala mencari
memutuskan tersebut pengobatan
bahwa gejala merupakan &
gejala penyakit &
tesebut keputusan untuk pelaksanaan
serius. mencari nya
pengobatan

Alasan penundaan antara lain :


1. Tidak ada rasa sakit
Jika seseorang tidak mengalami rasa sakit yang
dirasa sangat parah dan mengganggu orang tersebut pasti
juga kan berpikir untuk tidak perlu dilakukan tindakan medis
2. Tidak paham risiko penyakit
Beberapa orang mungkin menganggap remeh gejala
penyakit yang dirasakan dan tidak paham risiko penyakit
yang dapat ditimbulkan sehinnga membuat seseorang
menunda untuk melakukan pemeriksaan atau pengobatan.
3. Keterbatasan biaya
Keterbatasan biaya ini menjadi alasan penundaan
pengobatan oleh seseorang karena kemungkinan
kehidupannya secara ekonomi berkecukupan sehingga tidak
mampu untuk melakukan pemeriksaan ke tempat fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Faktor irasional
Faktor irasional ini menjadi alasan penundaan
pengobatan oleh seseorang karena kemungkinan mereka
menganggap gejala penyakit yang ditimbulkan ini tidak
serius atau mungkin bukan penyakit yang harus ditindak
secara medis.
7.8 Kepatuhan Pasien
Menurut Sackett (1976), “Kepatuhan pasien adalah sejauh mana
perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan”.
Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan mengacu
kepada situasi ketika perilaku seorang individu sepadan dengan
tindakan yang dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang
praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber
informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan dalam suatu brosur
promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa (Ian &
Marcus, 2011).8
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku kepatuhan pasien dapat menunjukkan kesesuaian peraturan
atau anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk menunjang
kesembuhan pasien tersebut.
Derajat kepatuhan pasien ditentukan oleh :
1. Kompleksitas prosedur pengobatan
Jika prosedur sudah sesuai dengan pengobatan yang
akan dijalani oleh pasien tersebut maka waktu untuk sembuh
juga akan cepat
2. Presepsi terhadap penyakit yang diderita
Sebagai pasien sudah sepatutnya memiliki persepsi
yang baik pada pengobatan atau bantuan medis yang
diberikan terhadap penyakit yang diderita.
3. Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan
Sebagai pasien harus bisa patuh dengan prosedur
pengobatan yang diberika oleh tenaga kesehatan missal
harus mengubah pola hidup yang lebih baik lagi.
4. Lamanya waktu pengobatan

8
Luc Vinet and Alexei Zhedanov, ‘Kepatuhan Minum Obat’, Journal of Physics A: Mathematical
and Theoretical, 44.8 (2011), 1689–99.
Lamanya waktu juga menjadi faktor kepatuhan pasien
terhadap peengobatan atau bantuan medis karena setiap
penyakit proses pengobatannya akan memakana waktu
yang berbeda-beda pastinya. Jadi sebagai pasien kita harus
paham dan patuh dengan prosedur pengobatan atau
bantuan medis yang dijalani.
5. Tingkat kesakitan yang diderita
Tingkat kesakitan yang diderita juga mejadi faktor
kepatuhan pasien karena jika kesakitan yang diderita sangat
mengganggu apsien tersebut maka pasien itu juga akan
berpikir ingin segera sembuh oleh karena itu paisen harus
bisa mematuhi segala prosedur bantuan medis yang
diberikan.
Menurut Neil (2000), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketidak patuhan. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Tingkat pemahaman terhdapat intuksi rendah
Tingkat pemahaman terhadap instruksi rendah ini
juga menjadi alasaa ketidakpatuhan pasien karena ada
beberapa pasien yang kemungkinan tidak paham dengan
prosedur pengobatan atau bantuan medis atau alasan yang
lain bisa terjadi karena pasien tersebut kurang memahami
berbagai macam isitilah medis dalam prosedur tersebut
sehingga membuat pasien tidak patuh terhadap anjuran atau
prosedur yang diberikan tenaga medis.
2. Kualitas komunikasi dan interaksi
Kualitas interaksi antara tenaga kesehatan dan
pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan
derajat kepatuhan pasien terhadap prosedur pengobatan
atau bantuan medis. Kurangnya komunikasi dan interaksi
antara tenaga kesehatan dengan pasien juga menjadi
alasan ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan.
3. Isolasi sosial dari keluarga atau lingkungan
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. Isolasi ini
juga menjadi alasan pasien tidak patuh.
Misalnya saat pandemic Covid 19 sekarang ini jika
seseorang memiliki gejala Covid dari pihak keluarga atau
lingkungan sekitar menyararankan untuk isolasi mandiri
namun orang tersebut tidak mau isolasi mandiri karena
dirasa akan membuat seseorang jenuh atau bosan karena
harus mengasingkan diri dari keluarga atau lingkungan
sekitar.
4. Keyakinan sendiri, sikap dan kepribadian
Misalnya ada beberapa pasien penderita gagal ginjal
yang harus mematuhi program pengobatan yang kompleks
seperti cuci darah ,pembatasan cairan dan lain-lain maka
pasien harus mematuhi dan melaksanakan prosedur
pengobatan tersebut agar waktu untuk sembuh juga cepat.
Tetapi jika atsa dasar keyakinan mereka tanpa cuci darah
bisa sembuh sendiri ini bukti yang menunjukkan bahwa
mereka tidak patuh dengan prosedur pengobatan atau
bantuan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.9

Dinicola dan Dimatteo (2000) mengususlkan rencana untuk


mengatasi ketidakpatuhan pasien. Cara-cara untuk mengrurangi
tidak patuhan pasien tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan tujuan dan kepatuhan itu sendiri

9
Vinet and Zhedanov.
Sikap kesadaran diri pada pasien sangatlah
dibutuhkan. Beberapa pasien yang mungkin tujuan awalnya
akan mematuhi segala nasihat dari tenaga kesehatan akan
menjadi tidak patuh dengan berbagai penyebab, misalnya
jangka waktu pengobatan yang cukup lama dan prosedur
pengobatan yang rumit yang kemudian membuat pasien
merasa tidak puas dengan pelayanannya sehingga memicu
pasien untuk tidak mematuhi pengobatan tersebut
2. Perilaku sehat
Perilaku sehat ini merupakan hal yang sangat penting
dalam membantu mengurangi sikap ketidakpatuhan pasien.
Hal ini perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya
untuk mengubah perilaku, tetapi juga mempertahankan
perubahan perilaku hidup sehat tersebut. Perubahan yang
dilakukan bisa dari pasien dengan tenaga kesehatan dengan
cara konsultasi agar bisa meciptakan perilaku sehat yang
sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan.
3. Dukungan sosial
Dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat
dalam bentuk waktu, motivasi merupakan faktor-faktor
penting dalam mewujudkan kepatuhan pasien.10

10
Vinet and Zhedanov.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi, Achmad, „Gambaran Persepsi Pasien‟, 2009, 3–5
Dewi, N, „Gambaran Tingkat Health Literacy Lansia Dan Perilaku Mencari
Bantuan Kesehatan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas‟, 2020
<http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/542/>
Hermawan, Candra, Rina Anggraeni, and Setianingsih, „Gambaran Upaya
Dalam Mencari Bantuan Kesehatan Pada Masyarakat‟, Jurnal
Keperawatan STIK Kendal, 9.2 (2017), 52–59
<http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/downl
oad/53/37>
Husaini, Fauzie Rahman, Lenie Marlinae, and Atikah Rahayu, „Buku Ajar
Antropologi Sosial Kesehatan‟, Antropologi Sosial Kesehatan, 2017,
1–226
Pertiwi, Dyah Putri, and Hamidah, „Perubahan Health Seeking Behavior
Pada Pengguna Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan‟, Jurnal
Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental Tahun, Vol. 7 (2018), 32–41
<https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
jpkk8af3068e36full.pdf>
Rosmalia, Dewi, and Yustiana Sriany, Sosisologi Ksehatan, ed. by Giat
Ridhansyah Syiqmonati, 1st edn (jakarta: kementrian kesehatan
republik indonesia, 2017)
Vinet, Luc, and Alexei Zhedanov, „Kepatuhan Minum Obat‟, Journal of
Physics A: Mathematical and Theoretical, 44.8 (2011), 1689–99

Anda mungkin juga menyukai