Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

“ PENGARUH KEBUDAYAAN PADA KESEHATAN ”

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Lintas Budaya

Dosen Pengampu : Hanis Ribut Makasara, M. Psi. Psikolog

Disusun Oleh :

Deva Octavia Syahrani : (20104180)

Qurrotun A'yunnisa' Ismaning Ayu : (20104187)

Misbahul Munir : (22104204)

KELAS E

PRODI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI TAHUN 2022

Jl. Sunan Ampel No. 7 Ngronggo Kediri 64127 Tlp; (0354) 689282 Fax; (0354) 686564

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PENGARUH KEBUDAYAAN PADA KESEHATAN” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Psikologi Lintas Budaya. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai kajian Pengaruh Kebudayaan pada
Kesehatan maka dari itu perlu dari kita untuk adanya pemahaman yang lebih dalam
menyikapinya bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hanis Ribut Makasara
M.Psi.Psikolog selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Lintas Budaya yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 18 Oktober 2022

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang
kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai.
Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif,
perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan tersebar merata di
seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan
masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak
terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan
sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak,
prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi.
Individu merupakan faktor penentu dalam menentukan status kesehatan.
Pengetahuan budaya pada masa awal perkembangan sangat mempengaruhi prilaku
kesehatan seseorang pada saat dewasa. Seoarang perawat sangat perlu untuk mengetahui
bagaimana sosial budaya pada masyarakat untuk merubah pola hidup ataupun
kebudayaan pada seseorang tentang kesehatan yang biasa dilakukan untuk mengikuti
perubahan jaman, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan pada masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan.
Juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil
kebudayaan. Setiap hari orang melihat, mempergunakan, bahkan kadang-kadang merusak
kebudayaan. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan. Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan
dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardib merumuskan kebudayaan sebagai semua
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan
oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabadikan untuk keperluan masyarakat.
3
Pada makalah yang kami tulis ini, Dengan judul "Budaya dan Kesehatan".
Dimana kami akan membahas mengenai perbedaan budaya yang mempengaruhi persepsi
mengenai kesehatan pada setiap budaya. Seperti pada budaya yunani dan china yang
menganggap bahwa kesehatan terdiri atas keseimbangan energy positif dan negative
dalam tubuh. Bukan hanya energy negatif yang sedang mendominasi di dalam tubuh dan
mengganggu kesehatan, seperti persepsi pada beberapa budaya tentang kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah, Bagaimanakah pengaruh sosial budaya
terhadap prilaku kesehatan pada masyarakat ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap prilaku kesehatan pada
masyarakat.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Masyarakat
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Budaya
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan aspek sosial yang
mempengaruhi kesehatan
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan    aspek budaya yang
mempengaruhi perilaku atau status kesehatan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masyarakat

Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti
kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa arab, yaitu syirk, artinya bergaul.
Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan
disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekutan lain
dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Para ahli sepoerti Maclver, J.L.
Gillin, dan J.P. Gillin sepakat, bahwa adanya saling bergaul dan interaksi karena
mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan
bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan dan menurut Koentjaraningra, masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat
tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh rasa identitas bersama. Dapat
disimpulkan masyarakat merupakan orang-orang yang hidup bersama, saling berinteraksi
sesuai dengan sistem adat yang berkesinambungan dan memiliki suatu identitas bersama.
Menurut Soerjono Soekanto dalam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut
:
1. Beranggotakan minimal dua orang.
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang
saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota
masyarakat.
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu
sama lain sebagai anggota masyarakat.

5
2.2 Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Menurut Taylor, 1981
Kebudayaan adalah peradaban yang mengandung pengertian yang luas meliputi
pemahaman, dan perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang
diperoleh dari anggota masyarakat. Kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Kata budaya berati perkembangan majemuk dari budi dan daya. Jadi
kebudayan adalah hasil cipta rasa dan karsa Koentjoroningrat (1980). Jadi Budaya
merupakan suatu perkembangan yang majemuk dari nilai sosial, norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan segala pernyataan
intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:


- Alat-alat teknologi
- Sistem ekonomi
- Keluarga
- Kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

- Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
- Organisasi ekonomi
- Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga
adalah lembaga pendidikan utama)
- Organisasi kekuatan (politik)

6
2.3  Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Kesehatan
Aspek sosial yang akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam bidang
kesehatan diantaranya adalah :

A.   Pengaruh Self Concept Terhadap Perilaku


Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan oleh diri
sendiri terutama bagaimana cara individu itu dapat merefleksikan kepuasannya
kepada orang lain. Apabila orang lain merasakan kepuasan yang kita berikan
direspon sebagai hal yang positif maka orang lain akan merasakan kepuasan yang
yang sama. Tetapi sebaliknya apabila kepuasan yang kita berikan direspon negatif
oleh masyarakat, maka dalam jangka waktu lama masyarakat akan merasa tidak
puas. Kondisi semacam ini kita harus melakukan promosi bagai mana tingkat
kepuasan yang kita terima akan direspon positif bagi orang lain. Misalnya : apabila
kita merasa sudah puas dengan hanya membawa kartu JKBM daripada KTP untuk
pendaftaran ke puskesmas, sedangkan orang lain merasa lebih repot untuk membawa
kartu JKBM, maka puskesmas harus melakukan upaya penjelasan sistem tersebut
justru akan lebih memudahkan. Self Contact adalah hal yang penting dalam upaya
kesehatan, karena akan mempengaruhi perilaku masyarakat.

B.  Pengaruh Image Kelompok Terhadap Perilaku Kesehatan


Image perorangan akan sangat dipengaruhi oleh image kelompok
Sebagai Contoh: “ seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter, sedangkan
bapak petani apabila sakit pergi ke balian, maka akan berpengaruh pada keluarga
petani juga akan berobat ke balian, walaupun sekolah menganjurkan ke Puskesmas.
Image masyarakat bahwa sakit harus disembuhkan pada balian maka apabila ada
keluarga kita ada yang sakit akan dibawa ke balian bukan ke dokter”

C.   Pengaruh Indentifikasi Individu dalam kelompok terhadap perilaku kesehatan


Beberapa indentitas sosial yang mempengaruhi status kesehatan diantaranya :
(1) Umur,
(2) Jenis kelamin,
(3) Pekerjaan,

7
(4) Sosial ekonomi : dalam segi epidemiologi faktor individu sangat berpengaruh
dalam status kesehatan disamping, lingkungan dan agent.
Indentifikasi tersebut akan mempengaruhi dalam pembentukan kelompok sosial
dan cara aktifitasnya, dimana kelompok sosial kemudian membentuk budaya/
perilaku kelompok. Contoh : Perilaku anak muda yang merokok dimulai dari
individu dalam kelompok, Kelompok kerja dengan debu akan merangsang orang
lain pakai masker dll. Perilaku kelompok suatu desa lebih senang BAB disungai
ternyata ketika mereka BAB di sungai terbiasa terjadi transaksi pekerjaan,
perjodohan dll, sehingga walaupun dibuatkan tempat BAB yang baik mereka tetap
akan kembali disungai. Jika dilihat dari aspek umur, maka ada perbedaan golongan
penyakit berdasarkan golongan umur. misalnya dikalangan balita banyak yang
menderita penyakit infeksi, sedangkan pada golongan dewasa atau usia lanjut lebih
banyak menderita penyakit kronis. Demikian juga dengan  aspek golongan menurut
jenis kelamin, dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker payudara, sedangkan
pada pria lebih banyak menderita kanker prosat. begitu juga dengan jenis
pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan, karena
aktifiasnya banyak dilakukan disawah, sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak
menderita penyakit salura pernafasan karena banyak terpapar debu. keadaan sosial
ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit, bahkan juga berpengaruh pada
kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang status
ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi, demikian juga
obesitas lebih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.

2.4 Aspek Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku/Status Kesehatan


Menurut G.M. Foster (1973 ) ada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi
kesehatan seseorang diantaranya :

A. Tradisi Terhadap Perilaku Kesehatan


Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan
misalnya tradisi merokok laki-laki maka kebanyakan laki-laki lebih banyak yang
menderita penyakit paru dibanding wanita.
Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu
amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.

8
B. Pengaruh sikap fatalistis terhadap perilaku/status kesehatan
Adalah suatu hal berkaitan dengan agama yang diyakini oleh masyarakat, tanpa
harus ada pembuktian kebenarannya. Sikap fatalistis juga mempengaruhi perilaku
kesehatan. Misalnya beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang
beragama hindu percaya bahwa banyak penyakit yang dialami oleh salah satu anggota
keluraga adalah akibat dari ilmu hitam atau liak sehingga saat sakit orang bali
cenderung untuk berobat kebalian atau dukun.

C. Pengaruh Sikap Ethnocentris Terhadap Perilaku Kesehatan


Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok adalah
yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-
orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,
dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju, sehingga merasa superior
terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain semua
anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah
yang terbaik. Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap
yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai, paling
mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari
pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat
tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat. Dalam hal ini memang petugas lebih
menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana  mereka bekerja lebih
mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri. Contoh lain : Seorang perawat/dokter
menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya
berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.

D. Perasaan Bangga Pada Statusnya


Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai
dengan konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Misal :
orang bangga kalau dapat makan dengan beras yang putih, makan lauk penuh dengan
lemak seakan-akan sebagai lambang kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan
Burger dibanding makan ikan lele.

E. Pengaruh Norma Terhadap Perilaku Kesehatan

9
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang
kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku
yang baik. Misal : adanya norma bahwa laki-laki tidak boleh bersalaman dengan
Perempuan yang bukan mukrimnya, sehingga seorang wanita apabila periksa bagian
tubuhnya harus dilakukan oleh dokter wanita, sampai pada pemberian alat KB IUD,
suntik harus dilakukan oleh dokter wanita, bahkan untuk periksa wanita hamil harus
oleh dokter wanita. Norma di masyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan
dari anggota masyarakatnya yang mendukung norma tersebut.

F. Pengaruh Nilai Terhadap Perilaku Kesehatan


Nilai yang berlaku dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku
individu masyarakat, kerena siapa yang tidak melakukan nilai maka dianggap
berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua
mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang
merugikan kesehatan.
1. Nilai yang merugikan kesehatan : Arti anak yang banyak akan membawa rejeki
sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.
2. Nilai yang mendukung kesehatan : tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus
wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai
untuk membantu sebagai key person dalam program kesehatan.

G. Pengaruh Unsur Budaya Yang Diajarkan Pada Tingkat Awal Dari Proses Sosialisasi
Dalam Menciptakan Perilaku Kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi, sebaiknya seorang anak mulai diajarkan
karena nantinya akan menjadi nilai/ norma masyarakat. Misalnya : anak harus mulai
diajari sikat gigi, buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara
makan/berpakaian yang baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan
sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua. Kebiasaan tersebut sangat
mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.

H. Pengaruh Konsekuensi Dari Inovasi Kesahatan Terhadap Perilaku Kesehatan


Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu
perubahan selalu dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua,
ketiga dan seterusnya. apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan
10
perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah
konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-
faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi
tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut, apabila ia tahu budaya
masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka
ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari
perubahan yang  telah direncanakan.
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku
kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada
anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih
sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/hanya
petugas kesehatan yang benar.

Perbedaan Budaya Dalam Definisi Kesehatan

Dalam tradisi Amerika pandangan tentang kesehatan sangat di pengaruhi dengan


pendekatan omedical model. Dimana model ini memandang penyakit sebagai suatu hasil
penyebab spesifik yang bisa di identifikasikan di dalam badan. Penyebab ini apakah
karena vinus bakteri atau yang lainnya yg dikenal dengan pathogens dan dapat dilihat
sebagai akarnya dari fisik dan penyakit medis,misalnya penyakit jantung koroner
dihubungkan dengan kolestrol yang berlebih di dalam tubuh.

Tak dapat di elakkan model medis tentang kesehatan yang tradisional di kedokteran
maupun pskologi ini juga berpengaruh terhadap pendekatan pengobatan (tretmen).
Perawatan medis seperti halnya pendekatan psikologi tradisional memusatkan untuk
membuat suatu intervensi di dalam tubuh seseorang menggunakan model medis
tradisional, kesehatan terbaik ditandai sebagai ketiadaan penyakit. Jika seseorang bebas
dari penyakit, model atau pendekatan ini akan memandang orang ini sebagai sehat.

Pandangan dari kultur lainnya mengusulkan definisi kesehatan yang berbeda. Orang
Yunani dan Negeri China memandang kesehatan tidak hanya sebagai ketidak hadiran
kondisi atau keadaan negartif tetapi juga sebagai kehadiran kondisi yang positif.
Keseimbangan antara tubuh dan alam serta mengatasi berbagai peran dalam hidup
dipandang sebagai suatu bagian integral kesehatan pada kebanyakan kultur orang asia.

11
Keseimbangan ini dapat menghasilkan suatu hal positif yang menyatakan suatu sinergi
kekuatan diri, alam dan orang lain.

Menurut pandangan orang Buton bahwa sakit adalah semacam gangguan terhadap
pikiran dan fisik manusia, sehingga mengakibatkan tidak dapat melaksanakan kegiatan /
pekerjaan dengan bak. Dengan kata lain sakit adalah gangguan yang datang
menyerangtubuh manusia baik secara fisik maupun batin(kejiwaan).

Banyak yang menyebutini kesehatan. kita sekarang mengetahui bahwa banyak yang
menjadi penyebab kematian yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat dikaitkan
dengan pilihan gaya hidup dan pada perilaku yang tidak sehat (feist dan barnon1998).

Pengaruh Sosiokultural Pada Kesehatan Fisik Dan Proses Penyakit Medis

Pengaruh factor psikososial pada proses penyakit adalah sahh satu dari bidang
riset dan studi yang menarik saat ini. Riset yang menghubungkan kepribadian tipe A dan
penyakit cordiovasculer adalah suatu contoh yang baik dari area studi ini, sekin factor
kepribadian banyak sarjana dan praktisi pelayanan kesehatan mempunyai ketertarikan
yang sudah lama juga pada kontribusi factor sosiokultural pada kesehatan. Tetapi
beberapa studi terbaru telah menunjukkan bagaimana cultural memainkan suatu peran
utama pada perkembangan dan perawatan atau pengobatan penyakit. Studi adalah
penting. sebab menghancurkan dugaan yang umum bahwa penyakit fisik tak ada
kaitannya atau jauh dari factor-faktor sosiokultural dan psikologis dan sebaliknya.
Perubahan dakum gaya hidup (misalnya karena diet, merokok. latihan olahraga. dan
mengkonsumsi alkohol dapat dilihat sebagai tanggapan bahwa untuk meningkatkan
kesadaran dan pengakuan mengenai hubungan balik yang kompleks antara kultur,
psikologi. dan proses medis.

Pengaruh Sosiokultural pada Gangguan Psikologis dan Perilaku Abnormal

Salah satu dari pertanyaan lintas budaya yang penting adalah penyelidikan tentang
peran kultur dalam memahami, menaksir, dan mengobati atau merawat perilaku
abnormal. Beberapa tema utama sudah memandu riset dan pemikiran dalam area
psikologi ini. Yang pertama dan terkemuka adalah pertanyaan mengenai definisi
abnormal. Pertanyaan kedua berhubungan dengan ekspresi dari perilaku abnormal dan
kemampuan untuk mendeteksi ketika hal itu dinyatakan (dinilai). Pertanyaan ketiga

12
adalah bagaimana kita seharusnya melakukan treatment (pengobatan) ketika perihaku
abnormal itu terdeteksi.

Definisi Abnormal

Ada beberapa sudut pandang secara tradisional dalam memberikan batasan


tentang perihaku abnormal. Salah satunya mendefinisikan abnormalitas dengan
menggunakan pendekatan statistic dan aplikasi tentang criteria kerusakan atau inefisiensi,
penyimpangan, dan distress subjektif, sebagai contoh perilaku seseorang bisa
digambarkan sebagai abnormal sebab kejadiannya adalah jarang. Ia menjadi tidak
berhubungan lagi dengan lingkungannya, mempunyai delusi atau keyakinan yang sama
bahwa ia adalah binatang, dan berbincara dengan yang mati. Fenomena ini bukan
merupakan pengalaman umum. Salah satu dari permasalahan engan pendekatan ini,
adalah tidak semua perilaku yang jarang merupakan gangguan (disorder) begitu juga
tidak semua perilaku yang terganggu (disordered) adalah jarang.

Sudut Pandang Tentang Abnormalitas Secara Lintas Budaya

Sudut pandang ini menyatakan bahwa kita harus menerapkan prinsip tentang
relatifisme budaya pada abnormalitas. Sebagai contoh, perilaku seseorang yang berbicara
dengan orang mati dan menganggap dirinya sebagai binatang mungkin dianggap
terganggu jika hal itu terjadi di sudut jalan dalam suatu kota besar di amerika serikat.
Namun ini bisa di mengerti dan sesuai atau dianggap bukan sebagi gangguan, jika terjadi
dalam suatu upacara shamanistic dimana ia sedang bertindak sebagi penyembuh pada
kultur yang memegang kepercayaan dalam intervensi hal hal yang ghaib (supranatural)
keadaan trance (tak sadarkan diri) dan berbicara pada roh adalah suatu yang bisa di terima
sebagai mantra perilaku dari penyembuh sementara perilaku yang sama ini akan di
pertimbangkan sebagai suatu tanda gangguan bagi kultur lainnya (Murphi, 1976).

Perbedaan budaya dalam menghadapi penyakit

Perbedaan dalam pelayanan kesehatan dan system pengiriman medis

Untuk memahami bagaimana kultur berbeda dalam menghadapi macam-macam


penyakit psikologis dan medis, pertama harus mengenali perbedaan yang ada dalam
system pelayanan kesehatan. Negara dan kultur yang berbeda sudah mengembangkan

13
milik mereka sendiri, cara-cara yang unik berhadapan dengan pelayanan kesehatan. Tak
diragukan sejumlah factor berperan untuk tempatnya jenis system pengiriman pelayanan
kesehatan yang ada pada setiap negeri. Faktor-faktor ini meliputi perkembangan social
dan ekonomi, keajuan teknologi dan ketersediannya, dan penganh Negara tetangga atau
kerjasama. Kecenderungan social juga berperan untuk layanan dan jasa pengiriman
kesehatan, mencakup urbanisasi industrialisasi, struktur pemerintahan, hukum
perdagangan internasional dan praktek, perubahan demografis, permintaan untuk
privatisasi dan penbelanjaan publik.

Seluruh dunia ada 4 kategori utama system kesehatan nasional :

a Enterpreneurial (swastanisasi)

b. Berorientasi kesejahteraan

c. Menyeluruh (komprehensif)

d. Sosalis

Dalam masing-masing 4 jenis utama system pelayanan kesehatan ini, ada


perbedaan utama antar Negara-negara dalam kaitan dengan tingkatan ekonomi mereka.
Sebagai contoh Amerika Serikat adalah Negara dengan tingkatan ekonomi yang tinggi,
mereka menggunakan suatu system pelayanan kesehatan bersifat usahan atau swastanisasi
yang di tandain oleh suatu pengaruh industry pribadi substansil yang mencakup individu
seperti halnya kelompok Ghana yang menggunakan suatu system pelayanan kesehatan
yang bersifat usahawan tetapi mempunyai tingkat ekonomi yang relative moderat dan
rendah. Myanmar adalah contoh dari Negara yang tingkat ekonominya tinggi, moderat
dan rendah yang menggunakan system kesehatan berorientasi kesejahteraan demikian
Swedia yang menggunakan pelayanan kesehatan menyeluruh atau komprehensif. Uni
Soviet, Kuba, dan Negeri Cina menggunakan system kesehatan sosialis.

Salah satu faktor yang belum dipertimbangkan banyak dalam kaitan dengan
kecocokan system pelayanan kesehatan nasional adalah kultur. Perbedaan budaya utama
yang ada di antara Negara-negara itu dan bahwa perbedaan budaya ini dihubungkan
dengan jenis kebijakan pelayanan kesehatan pada setiap Negara. Misalnya bisa
dipertimbangkan untuk suatu system bersifat usahawan digunakan di Amerika Serikat,
karena budaya mereka yang tinggi individualistic.

14
Perbedaan Dalam Psikoterapi Dan Penilaian Psikologi

Penilaian tentang perilaku abnormal melibatkan pengidentifikasian dan


penggambaran gejala individual dalam konteks tingkatan keseluruhan fungsi dan
lingkungan (Carson et Al. 1998). Alat dan metode asesmen harus peka pada budaya dan
pengaruh lingkungan lain pada perilaku dan fungsinya. Literatur mengenai standar teknik
asesmen. bagaimanapun menunjukkan bahwa mungkin ada permasalahan penyimpangan
Ditinjau ulang literature itu pada penilaian dan perawatan secara lintas budaya,
memperhatikan model yang diusulkan untuk menunjuk isu-isu budaya dahm penilaian
dan perawatan.

Treatmen Perilaku Abnormal Secara Linta Budaya

Dalam studi pendahuluan tentang perbedaan respon atas jasa kesehatan mental
yang standart di Seattle Area, Sue (1977) menemukan tingkat lebih rendah pada
pemanfaatan jasa kesehatan mental bagi orang Asia-Amerika dan Native Amerika
dibandingkan Euro-Amerika mempunyai tingkat drop out yang tinggi dan menilai hasil
treatment secara relative buruk. Dalam usaha untuk lebih menunjukkan jasa pelayanan
yang lebih sensitive secara budaya, Sue dan yang lain menyatakan bahwa metode
treatmen harus dimodifikasi untuk meningkatkan kecocokan dengan cara pandang dan
pengalaman kken yang berbeda kulturnya. Suatu riset mengenai pilihan atas pendekatan
dalam melakukan treatmen atau terapi pada popuksi yang beragam etnis di Amerika,
menunjukkan bahwa klien non-Euro Amerika cenderung menyukai terapi yang
berorientasi tindakan dari pada pendekatan non direktif seperti terapi humanistic atau
psikoanalisa Riset terbaru menunjukkan bahwa persamaan world views dan sikap
terhadap treatment antara klien dengan terapis mungkin lebih penting dibandingkan
persamaan kesukuan. Konselor yang sensitive budaya dinilai lebih kompeten dan
dipercaya untuk melakukan treatment atau terapi secara lintas budaya oleh orang-orang
Mexico-Amerika.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kebudayaan merupakan suatu perkembangan yang majemuk dari nilai sosial, norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Terdapat
beberapa unsur dari kebudayaan yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga,
kekuasaan politik, sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya, organisasi
ekonomi, alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama), organisasi kekuatan (politik). Kebudayaan
sangat mempengaruhi prilaku atau status kesehatan baik individu maupun masyarakat.
Terdapat beberapa aspek yang sosial budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan yaitu
self concept, image kelompok, identifikasi individu, tradisi, sikap fatalistis, sikap
ethnocentris, bangga terhadap status sosial, nilai, norma, pengaruh budaya yang
diajarkan pada tingkat awal dan konsekuensi dari inovasi kesehatan. Untuk mencapai
status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial, setiap
individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi
kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih
baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup.
Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial,
budaya dan personal.

16
3.2 SARAN
            Kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, perlu peran aktif
semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan terutama kesehatan masyarakat.
Dibutuhkan kerja sama dalam merumuskan dan mengembangkan program kesehatan
masyarakat sesuai karakteristik daerah setempat sehingga tahap perubahan menuju
masyarakat sehat  dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran
dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki self belonging bahwa kesehatan
merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola penyegaran, pembinaan,
pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, UKS
dan PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistem kesehatan masyarakat
dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat semaksimal mungkin dari organisasi aktif yang berada di masyarakat seperti
Kader Posyandu, PKK, Pramuka, dan organisasi lainnya.

17

Anda mungkin juga menyukai