Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU DAKWAH

“ DA’I ATAU PENDAKWAH ”


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuiah Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Ahmad Fauzan Pujianto, M.Ag

Disusun Oleh :
Fardani Dickana Vianando : (20104091)
Aureria Anandhita Hera Lassa : (20104109)
Misbahul Munir : (22104204)

KELAS C
PRODI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI TAHUN 2022

Jl. Sunan Ampel No. 7 Ngronggo Kediri 64127 Tlp; (0354) 689282 Fax; (0354) 686564
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “DA’I ATAU
PENDAKWAH” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Ilmu Dakwah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai kajian Da’i atau Pendakwah maka dari itu perlu dari kita
untuk adanya pemahaman yang lebih dalam menyikapinya bagi para pembaca dan juga
bagi penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Fauzan Pujianto, M.Ag
selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Dakwah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri,15 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
LATAR BELAKANG..........................................................................................2
RUMUSAN MASALAH.......................................................................................
A. Apa pengertia Da’i ?...................................................................................
B. Apa saja syarat-syarat Da’i ?......................................................................
C. Bagaimana sifat-sifat Da’i ?.......................................................................
D. Bagaimana kompetensi Da’i......................................................................
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN..................................................................................................4
A. Pengertian Da’i..........................................................................................5
B. Syarat-syarat Da’i......................................................................................6
C. Sifat-sifat Da’i ..........................................................................................8
D. Kompetensi Da’i........................................................................................9
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................10
A. KESIMPULAN.......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdakwah untuk menyeru manusia kepada kebaikan, jika disertai dengan
penyimpangan perilaku para da’i, merupakan masalah yang akan menimbulkan
keseimbangan dalam diri. Tidak hanya pada diri seorang da’i, tetapi juga terhadap
dakwah. Hal inilah yang mengacaukan hati dan pikiran masyarakat karena mereka
mendengar kata-kata yang indah tetapi menyaksikan perbuatan yang buruk. Saat itulah,
mereka bingung untuk menilai ucapan dan perbuatan. Di satu sisi, di dalam jiwa mereka
berkobar api yang semangat yang disulut oleh akidah, namun di sisi lain, cahaya hati
yang bersumber dari keimanan meredup, lalu padam. Mereka tidak lagi percaya kepada
agama setelah kehilangan kepercayaan kepada para da’i yang menyebarkannya.
Penyimpangan atas setiap prinsip, karakteristik khusus, dan semboyan dakwah akan
menjadi bumerang yang akan menghancurkan dakwah itu sendiri dan membuat orang
lain menjauhi serta meremehkan dakwah. Ini dapat terjadi karena mereka mendengar
pernyataan-pernyataan yang manis dan indah dari para da’i namun menyaksikan
perbuatan yang buruk dan tercela. Bagaimana mungkin masyarakat mau mengikuti
orang-orang yang mengucapkan sesuatu dengan mulutnya, tetapi hatinya sendiri tidak
yakin dengan apa yang diucapkannya. Dia menyuruh orang lain berbuat baik, tetapi dia
sendiri tidak melakukannya.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sikap tauladan yang baik dari para da’i yang
akan menjadi contoh yang baik untuk para mad’unya. Sangat diharapkan siapapun yang
akan menjadi seorang da’i hendaknya memiliki syarat-syarat yang akan dibahas dalam
makalah ini agar masalah-masalah yang pernah terjadi di masa lalu tidak akan terulang
kembali dan dapat memperbaiki akidah masyarakat banyak.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Da’i ?
b. Apa saja syarat-syarat Da’i ?
c. Bagaimana sifat-sifat Da’i ?
d. Bagaimana kompetensi Da’i ?

C. Tujuan
e. Untuk mengetahui pengertian Da’i
f. Untuk mengetahui syarat-syarat Da’i
g. Untuk mengetahui sifat-sifat Da’i
h. Untuk mengetahui bagaimana kompetensi Da’i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Da’i
Da’i yaitu pelaku atau subjek dalam kegiatan dakwah. Selain istilah da’i juga dikenal
dengan sebutan muballigh atau muballighah. Da’i berarti orang yang mengajak,
sedangkan muballigh adalah orang yang menyampaikan. Jadi, da’i adalah orang yang
menyampaikan dan mengajak serta merubah sesuatu keadaan kepada yang lebih baik,
berdasarkan indikasi yang digariskan oleh agama Islam1. Da’i adalah orang yang
melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara
individu, kelomipok, atau lewat organisasi/lembaga2.
Seorang da’i wajib baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi
akidah, syariah, maupun dari akhlak. Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan
dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah
adalah untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi manusia, juga metode-
metode yang dihadirkannya agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak
melenceng. Dalam al-quran dan hadits.
Al-qur’an surat an-Nahl ayat 125:
َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب‬
َ ‫ك هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬ ُ ‫اُ ْد‬
َ‫َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬

Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Rabbmu lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat sari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Q.S. An-Nahl:125).

Hadis Riwayat Muslim:


ً‫ َم ْن َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرا‬: ‫ْت َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُوْ ُل‬ ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ال‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫ع َْن َأبِي َس ِعيْد ْال ُخ ْد ِري َر‬
‫ك َأضْ َعفُ ْاِإل ْي َما ِن‬
َ ِ‫ فَِإ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذل‬،‫ فَِإ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه‬،‫فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬

Artinya:
Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  bersabda: Siapa yang melihat
kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya
dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim).
1
Abdullah. 2002. Wawasan Dakwah. Medan:
2
Munir. 2006. Manajemen Dakwah. Cet.IV. Z
Berpedoman pada ayat dan hadits di atas dapat dikemukakan suatu defenisi bahwa
juru dakwah itu ialah : setiap manusia muslim dan muslimah yang diberi tugas oleh
Allah untuk mengajak orang lain kepada agama-Nya dengan persyaratan-persyaratan
tertentu sesuai dengan daya mampunya masing-masing dan di tengah- tengah
masyarakat dia berperan sebagai pelita yang menerang.3
B. Syarat-syarat Da’i
Untuk menjadi seorang da’i tentunya seseorang harus memiliki syarat-syarat tertentu
apa ia layak dianggap sebagai da’i atau bukan. Dan, ini menjadi tantangan tersendiri
seseorang yang akan menjadi seorang da’i atau pendakwah penyampai syi’ar Islam.
Oleh karena itu seoarang da’i harus memenuhi kualifikasi atau syarat-syarat khusus agar
proses dakwahnya sesuai dengan target yang akan dicapai, dapat di jelaskan sebagai
berikut :
1. Pertama, seorang  seorang da’i harus mempunyai pengetahuan yang
mendalam tenntang Islam. Menjadi suatu keharusan bagi seorang dai’i untuk
mendalami pengetahuan agama, baik masalah akidah, fikih, muamalah, dan
berbagai aspek disiplin keagamaan mengetahui seluk-beluk ilmu agama
sebelum terjun ke lapangan untuk dakwah. Sehingga seorang da’i akan dapat
memberikan pemahaman tentang kesempurnaan agama Islam kepada si
penerima dakwah.
2. Kedua, seorang Da’i harus bisa menjadi teladan yang bauik bagi umat. Sebab,
perilaku, aktivitas, akhlak, perkataan, dan perbuatan seorang da’i memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap umat. Banyak orang memiliki keluasan
ilmu agama, tetapi pengetahuannya tidak digunakan untuk melakukan amar
makruf dan bernahi mungkar. Pengetahuan yang seperti itu tak lebih dari
sekadar pajangan yang tak bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang
lain. Tipe orang seperti ini tak sukses dalam berdakwah. 
3. Ketiga, seorang Da’I harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
Banyak orang yang mempunyai pesan atau nasihat yang bagus, namun dalam
cara penyampaiannya alias komunikasinya kurang lancar dan tepat. Oleh
karena itu, kemampuan berkomunikasi secara baik dan benar adalah syarat
yang tidak boleh diabaikan oleh para da’i. 
4. Ke-empat, pengetahuan. Manusia adalah makhluk unik yang tidak bisa
diprediksi kepribadiannya. Oleh krena itu, da’i sangat dituntut memahami
ilmu psikolgi, terutama sekali psikolgi kepribadian dan psikolgi
perkembanga. Dengan megetahui kondisi kejiwaan seseorang atau sebuah
masyarakat, da’i akan lebih mudah memberikan solusi yang sesuai denag
maslah yang dihadapi tersebut
5. Kelima, seorang Da’i harus benyali baja dimana saja berada. Siap bertugas
dimana saja, kapan saja, sebagai apa, asal untuk kejayaan Islam. 4Inilah yang
seharusnya dimiliki seorang da’i pejuang penegak kebenaran. Tentunya
3
Zaidallah, Alwisral Imam. 2005. Strategi Dakwah. Jakarta: Kalam Mulia
4
Mujahid. M Salbu. 2008. Indahnya Jalan Dakwah. Yogyakarta: MS Publishing
seorang da’i harus memiliki mental yang kuat, semangat pantang menyerah
serta tetap istiqomah dalam berdakwah. 
C. Sifat-sifat Da’i
Sifat-sifat yang harus dimiliki Da’i antara lain sebagai berikut:
Uoa
a. Sabar, Para da’i yang meyeru umatnya kejalan Allah sejatinya harus memiliki
sifat penyabar. Sabar berarti mampu mengendalikan diri dari amanah, emosi,
dan dendam. Sabar bukan berarti takut dan malu untuk melawan, namun lebih
pada ketahanan mental seorang untuk menahan emosinya. Sifat ini sangat
diperlukan bagi seorang da’i supaya tidak mudah terpancing emosi yang akan
menjadikan tindak-tanduknya tidak terkontrol dan ceroboh. Rasulullah saw dan
para nabi-nabi lainnya sangat banyak mendapat rintangan ketika menjalankan
dakwahnya. Tetapi setiap cobaan yang menghadang pun dapat mereka atasi
dengan bijaksana, karena mereka mempunyai sifat penyabar dan pemaaf.
Sekalipun dicaci dan diumpat, dan tak jarang mendapat kekerasan fisik dari
kaumnya, para nabi memahami bahwa yang mengumpat dan yang mencaci
adalah orang yang belum memperoleh hidayah. Maka, para nabi pun mendoakan
mereka agar nanti nurani mereka dibukakan oleh Allah. Itulah keluhuran akhlak
yang sejatinya harus dimiliki oleh para da’i sebagai pewaris para nabi.
b. Berhati-hati, Sifat ini harus dimilik oleh seorang da’i. Betapa banyak orang
gagal dalam meraih tujuannya gara-gara ceroboh. Sukap berhati-hati bukan
berarti lambat dalam merespon sebuah fenomena, bukan pula cepat dalam
menggapai sebuah situasi. Berhati-hati berada diantara lambat dan cepat, karena
harus terlebih dahulu memperjelas suatu perkara atau urusan tertentu secara teliti
dan cermat. Pada setiap perkara, Allah sangat menganjurkan manusia untuk
selalu berhati-hati. Berhati-hati, baik dalam berbicara maupun bersikap,
merupakan akhlak yang mulia yang harus dimiliki oleh seorang da’i.
c. Tegas, Apabila seorang da’i sudah mengetahui kondisi kejiwaan dan lingkungan
masyarakatnya, maka langkah yang harus dilakukan da’i selamjutnya adalah
memperjelas materi dakwah yang akan disampaikan. Hendaknya seorang da’i
tidak menyampaikan materi dengan meragukan dan samar-samar. Seorang da’i
harus tegas. Sebab, pada dasarnya risalah perbedaan antara hak dan yang bathil
sudah jelas. Hanya saja, keberanian untuk menjelaskan dan mempertegas bahwa
ini hak dan itu bathil, kadang tidak ada. Bagi seorang da’i yang berharap
dakwahnya berhasil secara maksimal, sifat tegas sangat penting untuk dimiliki.
Tanpa sifat ini, keteguhan seorang da’i akan mudah goyah oleh godaan dan
bujuk rayuan dari luar. Sasaran da’i tidak hanya terbatas pada orang-orang yang
mempunyai karakter lemah lembut, tapi juga dengan orang-orang yang
berkarakter keras, sika membangkang, dan menantang. Seorang da’i dituntut
untuk berbicara dengan jelas dan tegas.
d. Lemah lembut, Seorang da’i harus memiliki sikap lemah lembut. Ini yang harus
ditanamkan dalam diri seorang da’i, supaya dalm berdakwah mendapat
kemudahan dan diterima oleh masyarakat. Dan, kemudian ia akan selalu disukai
oleh masyarakat yang di dakwahinya. Apabila seorang da’i berdakwah dengan
jalan kekerasan, niscaya dakwahnya akan sia-sia dan tidak akan diterima dengan
mudah oleh masyarakat. Semua bentuk kekerasan tidak dibenarkan dalam
berdakwah. Sebab, agama Allah tegak di muka bumi tidak dengan paksaan.
e. Pemberani, Dalam menjalankan dakwahnya, seorang da’i tidak selalu berada
selalu berada pada situasi menyenangkan. Adakalnya seorang da’i menjumpai
aral, rintangan, dan cobaan yang akan menggiringnya pada kondisi genting.
Seorang da’i harus tegar, tidak gentar, apalagi melembek apabila digertak atau
diancam oleh para musuh-musuh kebenaran. Sifat pemberani adalah modal yang
sangat diperlukan dalam berdakwah. A. Hasjmy, mengatakan bahwa keimanan
adalah sumber segala sifat-sifat baik. Dari keimanan, menjelma sifat-sifat
ketaqwaan, keikhlasan, kebenaran, kasih sayang, kebersihan jiwa, dan
keberanian. Artinya, sesuatu yang dapat memicu timbulnya sifat pemberani
adalah keimanan itu sendiri.
f. Rendah Hati, Rendah hati adalah merendah, dalam artian tidahk
menyombongkan diri, karena merasa dirinya lemah, tidak memiliki daya dan
kekuatan apapun selain karena pertongan dan petunjuk Allah. Sehingga orang
yang rendah hati lebih mengarah mengarah pada akhlak yang positif. Oleh
karena itu, sifat rendah hati sangat penting untuk dijadikan prinsip dalam
berdakwah. Sifat rendah hati mengajarkan kesederhanaan dalam menjalani
hidup.
g. Ikhlas, Ikhlas adalah hakikat agama. Sikap ikhlas adalah suatu sikap yang harus
tertanam dalam diri seorang da’i. Dengan keikhlasan maka ia akan beradakwah
dengan hati tanpa ada keterpaksaan. Ikhlas berdakwah semata-mata hanya
mengharap ridho Allah.
h. Amanah, Sebagai seorang da’i harus memiliki sifat amanah karena ia harus
menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan kepadanya. Firman Allah
dalam Surah An-Nisa ayat 58, “Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”. Sifat amanah
ini maksudnya khusus dalam dakwah. Kita diberikan amanah untuk
menyebarkan agama dimuka bumi ini.
i. Jujur, Jujur merupakan salah satu kunci seorang da’i agar dakwahnya diterima.
Karena semua perkataannya adalah mengandung nasihat dan manfaat bagi
banyak orang. Apabila seorang berbohong dalam menyampaikan dakwahnya
maka, dakwahnya tidak akan diterima dan ia akan menjadi olok-olokan
masyarakat karena telah dianggap munafik, karena menyampaikan dakwahnya
tidak sesuai. Kejujuran adalah keutamaan di atas banyak keutamaan lain dan
merupakan bagian inti manusia. Kejujuran ada pada perkataan, perbuatan,
keyakinan, dan perbuatan. Kejujuran dalam perkataan adalah keselarasan antara
ucapan dengan hati, sesuai dengan fakta, atau sesuai dengan hati dan fakta
sekaligus
D. Kompetensi Da’i
Kompetensi da’i diartikan sebagai syarat minimal yang harus dimiliki, mencakup
pemahaman, pengetahuan, penghayatan, perilaku dan keterampilan dalam bidang
dakwah. Dengan istilah lain kompetensi da’i merupakan gambaran ideal, sehingga
memungkinkan ia memikul tanggung jawab dakwah sebagai penyambung lidah
Rasulullah secara maksimal. Da’i yang berkualitas dan profesional serta mampu
memberikan alternatif jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi umat sangat
dibutuhkan masyarakat banyak terutama di zaman pasca modern atau era globalisasi
saat ini. Kompetensi da’i yang diharapkan sekurang-kurangnya kompetensi substantif
dan kompetensi metodologis.5
1. Kompetensi Substansif, menekankan pada keberadaan da’i dalam dimensi
ideal dalam bidang pengetahuan, sehingga da’i mempunyai wawasan yang
luas, baik wawasan keislaman, wawasan keilmuwan maupun wawasan
nasional bahkan wawasan internasional serta bersikap dan bertingkah laku
yang mencerminkan akhlak mulia sebagaimana diajarkan oleh al-quran. Hal-
hal yang tercakup dalam kompetensi substantif diantaranya :
a. Penguasaan ilmu agama, Seorang da’i harus menguasai ilmu
keislaman secara luas dan mendalam baik menyangkut tauhid,
syari’ah (hukum), akhlak, pengetahuan umum dan bidang-bidang
lainnya dikarenakan tugas seorang da’i sangatlah berat yakni
mengajak, membimbing, dan membina umat agar beriman dan menata
hidupnya sesuai dengan tuntunan Islam secara totalitas.
b. Penguasaan ilmu umum, Seorang da’i selain memiliki pengetahuan
agama juga harus memiliki pengetahuan lainnya terutama ilmu yang
digolongkan sebagai mitra ilmu dakwah seperti psikologi, sosiologi,
ilmu komunikasi, retorika dan lain sebagainya. Semakin banyak
pengetahuan seorang da’i maka semakin mudah pula dalam
mengadakan pendekatan terhadap masyarakat.
c. Berakhlak mulia, Da’i adalah agen perubahan sosial, penyeru kepada
kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu seorang da’i haruslah
berakhlak mulia dan menjadi tauladan dan panutan di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Karena sesungguhnya dakwah akan sampai
dengan bobot dan daya yang tajam apabila yang menyampaikannya
mempunyai komitmen danistiqomah serta konsuken antara ucapan
dan perbuatan.
2. Kompetensi Metodologis, Kompetensi metodologis menekankan pada
kemampuan praktis yang harus dimiliki seorang da’i dalam operasional
dakwah atau pelaksanaannya. Kompetensi ini meliputi kemampuan
merencanakan, menganalisa mad’u serta mampu mengidentifikasi masalah

5
Abdullah. 2002. Wawasan Dakwah. Medan
umat, baik melalui dialog lisan, tulisan maupun dengan dialog amal.
Kompetensi metodologis lebih terfokus pada tingkat profesionalisme da’i.

Secara umum hal-hal yang tercakup dalam kompetensi metodologis adalah


sebagai berikut :
 Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dakwah seperti
heterogenitas dari mad’u yang dihadapi.
 Kemampuan membuat perencanaan dalam kegiatan dakwah, salah satunya
mempertimbangkan mengenai skala prioritas sesuai dengan agenda
permasalahan dan kebutuhan dari mad’u.
 Memiliki kecakapan dalam mempersiapkan materi dakwah yang menuntut
kemampuan untuk melihat dan menganalisa dan menyesuaikan materi dengan
umat yang akan diseru.
 Memilki keahlian dalam menyampaikan ceramah untuk mengembangkan dan
mendalami teori dan latihan secara terus-menerus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari “khuluq”,
atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabia’at, watak. Akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam diri seorang manusia sebagai pembeda antara manusia yang satu dengan lainnya.
Berdakwah adalah sebuah ajakan dan seruan, baik kepada diri sendiri maupun orang
lain, untuk mengerjakan yang makruf dan mencegah yang mungkar. Akan tetapi
sebelum kita mengakak orang lain untuk berbuat baik, kita harus meningkatkan kualitas
keimanan dan ketaqwaan kita terlebih dahulu. Sebab, seorang da’i akan selalu menjadi
panutan umat. 

Akhlak yang harus dimiliki seorang da’i antara lain: 

a. Sabar 
b. Berhati-hati 
c. Tegas 
d. Lemah lembut 
e. Pemberani 
f. Rendah hati 
g. Ikhlas 
h. Amanah 
i. Jujur   
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2002. Wawasan Dakwah. Medan: IAIN Press. 


Faishal bin Ali Al-Ba’dani. 2007. Ikhlas, Sulitkah Solo: Aqwam. 
Mujahid. M Salbu. 2008. Indahnya Jalan Dakwah. Yogyakarta: MS
Publishing. 
Munir & Wahyu. 2006. Manajemen Dakwah. Cet.IV. Z
aidallah, Alwisral Imam. 2005. Strategi Dakwah. Jakarta: Kalam Mulia.

Anda mungkin juga menyukai