Anda di halaman 1dari 14

ETIKA GURU TERHADAP SISWA DALAM AL-HADITS

Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Akhir Semester
(UAS) Mata Kuliah “Hadits Tarbawi”

Dosen Pengampu: Yudi Wildan Rosyid, M. Pd

DISUSUN OLEH:

UUS : 17.03.1738

PRODI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (D)

STAI PERSIS BANDUNG

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

‫الر ِحْي ِم‬ ِ ‫بِس ِم‬


َّ ‫اهلل الرَّمْح َ ِن‬ ْ

Puji serta syukur hanya milik Allah Swt. Rabb semesta alam yang telah
menciptakan bumi dan langit beserta isi-Nya yang selalu sujud kepada-Nya. Dan
dialah yang mengutus para rasul kepada umat-Nya untuk menyampaikan risalah
yang telah diwahyukan kepada-Nya kepada seluruh umat manusia.

Hidayah dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan


pembuatan makalah dengan judul “Etika Guru terhadap Siswa dalam al-Hadits”
dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada orang tua
kami yang telah memberikan dukungan yang sangat berharga bagi penulis baik
dukungan moril ataupun materil. Serta penulis ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Studi “Hadits Tarbawi” yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.

“Jazakumullohu khoiron katsiro”

Bandung, 17 Juli 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

A. Pengantar.......................................................................................................1

B. Teks Hadits tentang Etika Guru terhadap Siswa...........................................4

C. Kosakata Kunci dalam Hadits.......................................................................4

D. Intisari Hadits................................................................................................4

E. Nilai Pendidikan yang terdapat dalam Hadits...............................................5

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11

ii
A. Pengantar

1. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti karakter
watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Etika adalah aturan-aturan yang
disepakati bersama oleh ahli-ahli yang mengamalkan kerjanya seperti
keguruan, pengobatan dan sebagainya. Guru dalam pendidikan merupakan
faktor yang paling penting, seorang guru harus mempunyai etika dan harus
memiliki sifat-sifat yang berikut:1

a. Bahwa tujuan, tingkah laku dan pemikirannya mendapat


bimbingan Tuhan (Rabbani)
b. Bahwa ia mempunyai persiapan ilmiah, vokasional dan budaya
menerusi ilmu-ilmu pengkhususannya seperti geografi, ilmu-ilmu
keIslaman dan kebudayaan dunia dalam bidang pengkhususannya.
c. Bahwa ia ikhlas dalam kerja-kerja kependidikan dan risalah
Islamnya dengan tujuan mencari keridhaan Allah SWT dan
mencari kebenaran serta melaksanakannya.
d. Memiliki kebolehan untuk mendekatkan maklumat-maklumat
kepada pemikiran murid-murid dan ia bersabar untuk menghadapi
masalah yang timbul.
e. Bahwa ia benar dalam hal yang didakwahkannya dan tanda
kebenaran itu ialah tingkah lakunya sendiri, supaya dapat
mempengaruhi jiwa murid-muridnya dan anggota-anggota
masyarakat lainnya. Seperti makna sebuah hadits Nabi
SAW, “Iman itu bukanlah berharap dan berhias tetapi meyakinkan
dengan hati dan membuktikan dengan amal”.
f. Bahwa ia fleksibel dalam mempelbagaikan kaedah-kaedah
pengajaran dengan menggunakan kaedah yang sesuai bagi suasana

1
Uus Ruswandi, Pengembangan Kepribadian Guru. (Bandung: CV. Insan Mandir,
2010), hlm. 123.
tertentu. Ini memerlukan bahawa guru dipersiapkan dari segi
professional dan psikologikal yang baik.
g. Bahwa ia memiliki sahsiah yang kuat dan sanggup membimbing
murid-murid ke arah yang dikehendaki.
h. Bahwa ia sedar akan pengaruh-pengaruh dan trend-trend global
yang dapat mempengaruhi generasi dan segi aqidah dan pemikiran
mereka.
i. Bahwa ia bersifat adil terhadap murid-muridnya, tidak pilih kasih,
ia mengutamakan yang benar
1. Syarat Menjadi Guru
Seorang guru harus memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah
ini:2
a. Bertakwa kepada Allah SWT
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, guru harus
bertakwa kepada Allah SWT, sebab ia adalah teladan bagi anak
didiknya sebagaimanaRasulullah SAW. Menjadi teladan bagi umatnya.
b. Berilmu 
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan
tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Guru pun harus
mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar.
c. Sehat Jasmani
Kesahatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi
mereka yang melamar untuk menjadi guru. Kita juga kenal ucapan
“mens sana in corpon sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat
terkandung jiwa yang sehat. Kesehatan bagi seorang guru sangat
penting. Jika guru kurang sehat akan menghambat pelaksana
pendidikan. 
d. Berkelakuan Baik

2
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 142.

2
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik.
Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru.
Dari tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri
pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi
guru berakhlak mulia pula. Yang dimaksud akhlak mulia dalam ilmu
ilmu pendidikan islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran islam,
seperti contoh oleh pendidik utama, Nabi Muhammad SAW.
Menurut Al-ghazali bahwa kepribadian dan etika guru adalah seagai
berikut:3
1.      Kasih Sayang kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagai
anaknya sendiri.
2.      Meneladani Rasulullah sehingga jangan menuntut upah, imbalan maupun
penghargaan
3.      Hendaknya tidak member predikat atau martabat pada peserta didik
sebelum ia pantas dn kompeten untuk menyandangnya, dan jangan member
ilmu yang samar (al-ilm al-kafy) sebelum tuntas ilmu yang jelas.(al-ilm al-
jaly)
4.      Hendaknya  peserta didik dari akhlaq yang jelek(sedapat mungkin) dengan
cara sindiran dan tunjuk hidung.
5.       Guru yang memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak menjelek-
jelekan atau merendahkan bidang studi yang lain.
6.       Menyajikan pelajaran pada peserta didik sesuai dengan taraf kemampuan
mereka.
7.      Dalam menghadapi pesert didik yang kurang mampu, sebaiknya diberi ilmu
ilmu global yang tidak perlu menyajikan detailnya.
8.      Guru hendaknya mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai ucapannya
bertentangan dengan perbuatan

3
Said Hawwa, Intisari Ihya Ulumudin Al-Gazali, Mensucikan Jiwa. (Jakarta: Rabbani
Press, 2004), hlm. 45.

3
B. Teks Hadits tentang Etika Guru terhadap Siswa

ِ َ‫ ي ُؤ ُّم اْل َق وم أَْق ر ُؤ ُهم لِ ِكت‬:‫اهلل ص‬


ِ ‫ قَ َال رس و ُل‬:‫ال‬ ٍ
‫اب‬ ْ َ َْ َ ُْ َ ّ ‫ص ا ِر‬
َ َ‫ي ق‬ َ ْ‫عن اَىِب َم ْس عُ ْود اْالَن‬
ْ
ِ ُّ ‫ فَ اِ ْن َك انُوا ىِف‬.‫الس ن َِّة‬
ُّ ِ‫ فَ اِ ْن َك انُ ْوا ىِف اْ ِلق َراءَ ِة َس َواءً فَ أ َْعلَ ُم ُه ْم ب‬.‫اهلل‬
ِ
ً‫الس نَّة َس َواء‬ ْ

َّ ‫ َوالَ َي ُؤ َّم َّن‬.‫ فَ اِ ْن َك انُ ْوا ىِف اْهلِ ْج َر ِة َس َواءً فَأَقْ َد ُم ُه ْم ِس ْل ًما‬.ً‫فَأَقْ َد ُم ُه ْم ِه ْج َرة‬
‫الر ُج ُل‬

- ‫ رواه مسلم‬- .‫ َوالَ َي ْقعُ ْد ىِف َبْيتِ ِه َعلَى تَ ْك ِر َمتِ ِه اِالَّ بِِإ ْذنِِه‬.‫الر ُج َل ىِف ُس ْلطَانِِه‬ َّ

“Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,


"Yang mengimami suatu kaum itu hendaklah orang yang lebih pandai
(faham) tentang kitab Allah diantara mereka. Apabila mereka itu di dalam
kefahamannya sama, maka yang lebih mengetahui diantara mereka tentang
sunnah. Jika mereka itu sama dalam pengetahuannya tentang sunnah, maka
yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka itu sama dalam hal hijrahnya, maka
yang lebih dahulu diantara mereka masuk Islam. Dan janganlah seseorang
mengimami orang lain di dalam kekuasaannya. Dan janganlah ia duduk di
tempat kehormatannya yang berada di dalam rumahnya kecuali dengan
izinnya". (HR. Muslim juz 1, hal. 465)

C. Kosakata Kunci dalam Hadits


Kosakata kunci dalam hadits tentang etika guru terhadap siswa adalah

terletak pada “ ‫ ”فَأ َْعلَ ُم ُه ْم‬yang artinya “paham”.

D. Intisari Hadits
Maksud hadits diatas adalah bahwa seorang guru harus lebih paham dalam
hal pengetahuan, agar apa yang ia sampaikan dapat dipahami oleh para siswanya.
Dengan seperti itu mudah-mudahan tradisi literasi guru-siswa dapat tersalurkan
lintas generasi sebagaimana mestinya, agar peradaban ilmu selalu berkembang
mengikuti zaman dan tidak tergerus oleh zaman modern yang semakin marak
kebodohan dan kejahatan.

4
E. Nilai Pendidikan yang terdapat dalam Hadits
1. Guru harus memiliki Pemahaman
Al-Ghazali mengatakan bahwa guru yang diberi tugas mengajar adalah
guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga yang baik akhlaknya
dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki ilmu
pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia
menjadi contoh dan teladsan bagi para muridnya serta dengan kuat
fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar dan mengarahkan anak
muridnya dengan baik dan sesuai target yang diharapkan.4
Seorang pendidik  harus menghias dirinya dengan akhlak yang
diharuskan sebagai orang yang beragama atau sebagai mukmin. Selain itu
ia juga harus bersikap zuhud dan Qona’ah. Oleh sebab itu, bagi seorang
guru harus memilki etika dan persyaratan yang sesuai dengan tingkatan
lapisan orang yang menuntut ilmu tersebut.
2.  Guru harus Profesional

‫ِّث‬ ٍ ِ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم يِف جَمْل‬


ُ ‫س حُيَ د‬ َ ُّ ‫ َبْينَ َم ا النَّيِب‬:‫َع ْن أَيِب ُهَر ْي َر َة قَ َال‬
‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫الس اعةُ؟ فَمض ى رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َ ‫ َج اءَهُ أ َْع َرايِب ٌّ َف َق‬،‫ال َق ْو َم‬
ُ َ َ َ َ َّ ‫ َمىَت‬:‫ال‬
:‫ض ُه ْم‬
ُ ‫ال َب ْع‬ َ َ‫ مَسِ َع َما ق‬:‫ض ال َق ْوِم‬
َ َ‫ َوق‬.‫ال فَ َك ِر َه َما قَ َال‬ ُ ‫ال َب ْع‬ ُ ‫َو َسلَّ َم حُيَد‬
َ ‫ َف َق‬،‫ِّث‬

َّ - ُ‫ أ َُراه‬- ‫ «أَيْ َن‬:‫ض ى َح ِديثَ هُ قَ َال‬


‫الس ائِ ُل َع ِن‬ َ َ‫ َحىَّت إِ َذا ق‬،‫بَ ْل مَلْ يَ ْس َم ْع‬
‫ت األ ََمانَ ةُ فَ ا ْنتَ ِظ ِر‬ َ ُ َ َ‫ ق‬،‫ول اللَّ ِه‬
ِ ‫ «فَ ِإ َذا ض ِّيع‬:‫ال‬ َ َ‫اع ِة» ق‬
َ ‫ َه ا أَنَ ا يَ ا َر ُس‬:‫ال‬ َ ‫الس‬
َّ

‫ «إِ َذا ُو ِّس َد األ َْم ُر إِىَل َغرْيِ أ َْهلِ ِه فَا ْنتَ ِظ ِر‬:‫ال‬
َ َ‫اعُت َها؟ ق‬
َ‫ض‬ َ ِ‫ف إ‬
َ ‫ َكْي‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،»َ‫اعة‬
َ ‫الس‬
َّ

»َ‫اعة‬
َ ‫الس‬
َّ

4
Nata Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 95.

5
Dari Abu Hurairah berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba
datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: "Kapan datangnya hari
kiamat?" Namun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tetap melanjutkan
pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata;
"beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai
apa yang dikatakannya itu, " dan ada pula sebagian yang
mengatakan; "bahwa beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga
akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan
pembicaraannya, seraya berkata: "Mana orang yang bertanya tentang
hari kiamat tadi?" Orang itu berkata: "saya wahai Rasulullah!".
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila sudah
hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat". Orang itu
bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat itu?" Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menjawab: "Jika urusan diserahkan bukan kepada
ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat.” (HR. Bukhari)

Menurut ibn jama’ah aspek ideal seorang guru adalah tidak


menghilangkan aspek-aspek yang lain yang dapat membantunya untuk
melaksanakan kewajiban mengajar. Pokoknya proses mengajar tidak akan
terlaksana apabila keahliannya belum sempurna.5
Dengan demikian, guru harus berusaha untuk meningkatkan keahliannya.
Guru hendaknya tidak menyia-nyiakan  usianya untuk kegiatan yang tidak
berhubungan dengan ilmu kecuali untuk hal yang penting.  Terhadap aspek
aturan ideal realistis yang mengarah pada guru,ibn jama’ah memberikan
tambahan bahwa seorang guru bersama murid-muridnya berusaha untuk
sampai kepada hakikat.
Senada dengan hal diatas, kewajiban guru secara integral adalah mengarah
dan menganalisis. Dalam pandangan ibn jama’ah seorang guru tidak boleh
meniggalkan penelitian, tidak memahami tujuan untuk dicapai. Menurutnya
juga, guru adalah orang yang aktivitasnya telah dimaklumi bahkan seluruh
5
Ibid., hlm. 96.

6
aspek kehidupannya tertuju kepada ilmu dan penyebarannya serta bermanfaat
bagi diri dan murid-muridnya.6
3. Guru harus bersifat kasih kepada anak didik

‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ


َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ‫اس َر ِض َي اهللُ َعْن ُه َم ا ق‬
َ َ‫ال ق‬ ٍ َّ‫َع ِن ابْ ِن َعب‬

‫ رواه‬- . ُ‫ احْلِْل ُم َواأْل َنَاة‬: ُ‫ص لََتنْي ِ حُيِ ُّب ُه َم ا اهلل‬ ِ ِ ‫َش ِّج َعْب ِد الْ َقْي‬
َ ‫ إِ َّن فْي‬: ‫س‬
ْ ‫ك َخ‬ َ ‫أِل‬

- ‫مسلم‬

“Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulallah Saw bersabda kepada


‘’Abdul Qais yang  terluka: “sesungguhnya didalam dirimu ada dua
sifat yang disukai oleh Allah yaitu: santun dan sabar”. (HR Muslim,
no. 17)

Dalam kaitan ini Al-Ghazali menilai bahwa seorang guru


dibandingkan dengan orang tua anak, maka guru lebih utama dari orang
tua tersebut. Menurutnya orang tua berperan sebagai penyebab adanya si
anak di dunia yang sementara ini, sedangkan guru menjadi penyebab bagi
keberadaan kehidupan yang kekal di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW :7
“sesungguhnya saya bagimu adalah seperti orang tua kepada
anaknya”
Dalam hal ini guru berkewajiban mencegah muridnya dari akhlak
yang buruk dengan cara menghindarinya sedapat mungkin. Seorang guru
ketika memberikan pengajaran hendaknya memakai cara-cara yang lembut
dan halus agar apa-apa yang disampaikannya dapat diserap dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu Al-Ghazali menyerukan agar menempuh cara mengajar
yang benar, seperti cara mengulang bukan menjelaskan, kasih sayang

6
Said Hawwa, Intisari Ihya Ulumudin Al-Gazali, Mensucikan Jiwa. (Jakarta; Rabbani
Press, 2004), hlm. 48.
7
Ibid., hlm. 55.

7
bukan merendahkan, karena menjelaskan akan menyebabkan tersumbatnya
potensi anak dan menyebabkan timbulnya rasa bosan dan mendorong
hapalannya. Dengan demikian mengajar  memerlukan keahlian yang
khusus.
4. Guru Harus Berbicara Jelas dan Sesuai Kadarnya

‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم أَنَّهُ َك ا َن إِ َذا تَ َكلَّ َم بِ َكلِ َم ٍة أ ََع َاد َه ا‬ ٍ َ‫َع ْن أَن‬
َ ِّ ‫س َع ْن النَّيِب‬
‫ثَاَل ثًا َحىَّت ُت ْف َه َم َعْنهُ َوإِ َذا أَتَى َعلَى َق ْوٍم فَ َسلَّ َم َعلَْي ِه ْم َسلَّ َم َعلَْي ِه ْم ثَاَل ثًا‬

“Dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Nabi


shallallahu 'alaihi wasallam bila berbicara diulangnya tiga kali hingga
dapat dipahami dan bila mendatangi kaum, Beliau memberi salam tiga
kali.” (HR. Bukhari)

Dalam hal ini Al-Ghazali melihat kebiasaan dari sebagian guru fiqih
yang menjelekan guru bahasa dan sebaliknya, sebagian ulama kalam
memusuhi ulama fiqih demikian seterusnya sehingga sikap saling
menghina dan mencela guru lain di depan anak-anak merupakan bagian
yang harus dihindari dan di jauhi oleh seorang guru.

Selain itu guru juga dalam melaksanakan proses belajar mengajar


hendaknya menyesuaikan dengan perkembangan dan pentahapan psikologi
dan jiwanya. Hal ini agar ketika menyampaikan materi pelajaran, anak
tidak merasa tidak terlalu berat dan terbebani.

5. Guru tidak boleh mempersulit anak didik

َ َ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬ ٍ ِ ِ ٍ َ‫َعن أَن‬


‫ يَ ِّس ُر ْوا َواَل‬: ‫ال‬ َ ِّ ‫س ابْ ِن َمال ك َعن النَّيِب‬ ْ
 ‫َّاس‬ ِ ‫ب الْتَ ْخ ِفْي‬
ِ ‫ف َوالتَّْي ِس ِر َعلَى الن‬ ُّ ِ‫ُت َع ِّس ُر ْوا َوبَ ِّش ُر ْوا َواَل َتَنف َُّر ْوا َو َك ا َن حُي‬

)‫(رواه البخارى‬

8
“Dari Anas bin Malik R.A. dari Nabi Muhammad SAW beliau
bersabda : Permudahkanlah dan jangan kamu persulit, dan
bergembiralah dan jangan bercerai berai, dan beliau suka pada yang
ringan dan memudahkan manusia.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits diatas, setidaknya ada beberapa poin yang dapat


diambil, yaitu:8

a. Hendaknya seorang pendidik mengajarkan kepada anak didiknya


dengan sesuatu yang mudah dimengerti dan dicena oleh anak didik
b. Jangan mengajarkan yang sulit-sulit
c. Hendaknya seorang pendidik ketika mengajar tidak boleh laku,
sesuaikan dengan kondisi anak perlu ada humor
d. Berilah kasih sayang agar anak / peserta didik selalu dekat dengan
guru
e. Hendaknya ketika guru mengalami kesulitan seringlah berdiskusi
6. Guru harus memotivasi siswa
Motivasi sebagai suatu proses, mengantarkan murid kepada
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar.
Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain:
a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap beminat dan
siaga
b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar
c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan
hasil jangka panjang.9
7. Guru harus memberikan hak didiknya secara adil
Sebagai guru sudah sepatutnya memberlakukan seluruh peserta didik
dengan adil tidak membeda-bedakan ras, suku, agama, warna kulit dan
lainnya.

8
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 45.
9
Ibid., hlm. 48.

9
‫ب‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
ُ ‫ َك ا َن يُ ْعط ْي ُك َّل ُجلُ َس ائله بنَص به اَل حَيْ َس‬: ‫َع ْن َعل ٍّي َرض َي اهللُ َعْن هُ قَ َال‬
)‫(ر َواهُ الت ِّْر ِم ِذ ْي‬ ِِ َّ ‫َجلِْي ُسهُ أ‬
َ ُ‫َن اَ َح ًدا أَ ْكَر ُم َعلَْيه مْنه‬

“Dari Ali ra. ia berkata : “Rasulullah SAW selalu memberikan kepada


setiap orang yang hadir dihadapan beliau, hak-hak mereka (secara
adil), sehingga diantara mereka tidak ada yang merasa paling
diistimewakan.” (HR. Tirmidzi)

10
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, Nata. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. 2009. Jakarta: Rajawali Per.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. 2011. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hawwa, Said. Intisari Ihya Ulumudin Al-Gazali, Mensucikan Jiwa. 2004.


Jakarta: Rabbani Press.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. 2002. Jakarta: Kalam Mulia.

Ruswandi, Uus. Pengembangan Kepribadian Guru. 2010. Bandung: CV.


Insan Mandiri.

11

Anda mungkin juga menyukai