Anda di halaman 1dari 10

HADITS TENTANG KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, niscaya Allah akan
menjadikahnya faqih dalam masalah agama. [Diriwayatkan oleh Bukhari
no. 71 dan Muslim no 2389 dari sahabat Muawiyah]
Hadits di atas menunjukkan akan keutamaan orang-orang yang berilmu dan
bahwasanya tanda-tanda seorang hamba dikehendaki kebaikan oleh Allah adalah
pahamnya dia dalam perkara agama. Hal ini disebabkan dengan pemahamanya, dia
dapat beribadah kepada Allah dan berdakwah kepada agama-Nya dengan
ditegakkan di atas pengetahuan yang mendalam.
Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,




Dan barang siapa yang menempuh suatu perjalanan yang dengannya dia
menimba ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di sebuah rumah dari rumahrumah Allah, mereka membaca di dalamnya Kitabullah dan saling
memperdengarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada
mereka ketenangan dan mereka akan diliputi rahmat dan malaikat pun
akan mengelilingi mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di
antara makhluk-makhluk yang ada disisi-Nya (para
malaikat). [Diriwayatkan oleh Muslim no. 6853 dari sahabat Abu Hurairah]
Ini juga merupakan dalil akan keutamaan ilmu dan keutamaan pengajaran Al Quran.
Di dalamnya terdapat pula pelajaran bahwasanya balasan itu sesuai dengan jenis.
Oleh karenanya, barang siapa yang menempuh perjalanan menuntut ilmu, maka
Allah akan membalasnya dengan memudahkan baginya jalan yang menghubungkan
dia ke surga.
Dan juga perkataan beliau shallallahu alaihi wa sallam,

Dan barang siapa yang menempuh suatu perjalanan yang dengannya dia
menimba ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga. Dan sesungguhnya para malaikat akan meletakkan sayapsayapnya karena ridho kepada para penuntut ilmu. Sesungguhnya orang
yang alim itu, segala apa yang di langit dan apa yang dibumi memintakan
ampunan untuknya, dan juga makhluk hidup yang ada di dalam lautan.
Dan sesungguhnya keutamaan seorang alim itu di antara hamba-hamba
yang lainnya, laksana keutamaan bulan purnama dimalam hari di antara
bintang-bintang. Dan sesungguhnya para nabi itu tidaklah mewariskan
dinar dan tidak pula dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka
barang siapa yang mengambil warisan tersebut, maka sungguh dia telah
mengabil keuntungan yang amat besar nilainya. [Hadits hasan
diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 3641 dan 3642, dan Tirmidzi no. 2682,
dan Ibnu Majah no 223, dan selainnya dari sahabat Abu Darda dan telah
disyarah oleh Al Hafizh Ibnu Rajab dalam sebuah juz tertentu]
Hadits di atas mencakup lima kebaikan sekaligus yang disebutkan. Salah satu di
antaranya menyebutkan tentang keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu
Dan juga sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam,






Apabila seseorang mati, terputuslah darinya amalan-amalnnya kecuali
tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang
mendoakannya [ Riwayat Muslim no. 4223 dari Abu Hurairah]
Di dalamnya terdapat petunjuk akan keutamaan ilmu dan orang yang memiliki ilmu
dan bahwa ilmu itu dapat diwarisi baik dengan cara mengajarkannya atau dengan
menuliskannya. Ilmu ini mirip dengan shadaqah jariyah yang mana manfaatnya akan
tetap sampai kepada orangnya walaupun setelah kematiannya, karena Nabi
shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,









Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginyalah pahala
seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi
sedikitpun pahala mereka sedikit pun. Barang siapa yang mengajak
kepada kesesatan, maka ditimpakan atasnya dosa seperti dosa orang-

orang yang mengikutinya tanpa sedikitpun mengurangi dosa mereka.


[Riwayat Muslim no. 2804 dari Abu Hurairah].
Abu Ishaq Al Albiri pernah bertutur,




Jika engkau bodoh, engkau akan dianggap tiada, meskihakikatnya engkau
masih ada.

Sebaliknya, engkau akan tetap dianggap ada jika engkau berilmu,


meskipun engkau telah tiada.










()
Muhammad bin Ali berkata : Dua rokaat dari seorang alim, lebih utama daripada
tujuh puluh rokaat dari orang yang bodoh (tidak alim). (R. Ibnu An Najar, Kitab
Irsyadul Ibad)



) (




Ibnu Abbas ra. berkata : Seorang alim jika mati, maka Allah membentuk ilmunya
bagaikan orang yang menyenangkannya dalam kubur hingga hari kiamat, dan
mengelakkan daripadanya segala binatang jahat ditanah. (R. Ad Dailami, Kitab
Irsyadul Ibad)


















Ibnu Abbas ra. berkata : Jika bertemu orang alim dengan orang abid diatas shirat,
maka diperintahkan kepada abid itu: Masuklah kesurga dan bersuka-suka karena
ibadatmu, dan dikatakan kepada orang alim itu berhentilah disini, dan berikan
syafaatmu pada siapa yang engkau suka, maka tiadalah engkau memberi syafaat

kepada seorang melainkan akan diterima oleh Allah, maka ia berdiri sebagaimana
kedudukan para Nabi. (R. Abusy Syaikh dan Ad Daelami, Kitab Irsyadul Ibad)

Abu Said ra. berkata : Barangsiapa mengajar satu ayat dari kitab Allah, atau satu
bab dari ilmu agama, maka Allah akan menumbuhkan pahalanya hingga hari
qiamat. (R. Ibnu Asakir, Kitab Irsyadul Ibad)




Muadz bin Anas ra. berkata : Barangsiapa yang mengajar ilmu agama, maka ia
mendapat pahala orang yang mengamalkan ilmu itu, dan tidak mengurangi
pahalanya orang yang beramal (berbuat). (R. Ibnu Majah, Kitab Irsyadul Ibad)


:
Ibnu Abbas ra. berkata : Pergi diwaktu pagi atau sora kemesjid untuk mengajar ilmu
agama lebih baik disisi Allah daripada jihad fisabilillah. (R. Abnu An Najar, Kitab
Irsyadul Ibad)

Hadist Keutamaan Orang Berilmu/Guru


1.

1.

Hadist pertama










( )
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Abu Uwais berkata, telah
menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari
Abdullah bin Amru bin Al Ash berkata; aku mendengar Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah
mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah

mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah
tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari
kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa
tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah
menceritakan kepada kami Abbas berkata, Telah menceritakan kepada
kami Qutaibah Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam
seperti ini juga (H.R. Bukhori )
Asbabul Wurud Hadits
Mengenai latar belakang hadist ini adalah menurut Imam Ahmad dan alThabari yang bersumber dari hadits Abu Umamah: Selesai melakukan
Hajji Wada Nabi bersabda: Ambilah ilmu sebelum ia ditarik dan
diangkat! lalu seorang Arab Baduy bertanya: Bagaimana ilmu itu
diangkat? lalu Rasul Bersabda: Ketahuilah bahwa hilangnya ilmu itu
dalam tiga periode, dalam riwayat lain Abu Ummah meriwayatkan
bahwa orang Arab itu bertanya Bagaimana mungkin ilmu itu diangkat,
sedangkan di tengah-tengah kami ada mushaf al-Quran, kami
mempelajarinya serata kami mengetahuinya , serta kami ajarkan kepada
anak-anak dan istri kami, demikian pula kepada pelayan kami.
Rasulullah mengangkat kepalanya, dan beliau hamirkan kepada orang
itu, karena marahnya. Rasulullah lau bersabda: Inilah Yahudi dan
Nasrani di kalangan mereka tidak mempelajarinya , tatkala para Nabi
datang kepada mereka. Ibn Hajar berkata: Hadits Masyhur sekali dari
riwayat Hisyam. Dan dalam riwayat lain bunyinya: sehingga tak ada
lagi hidup seorang alim pun. [1]
Syarah Hadits
Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu
dalam mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan
tetapi sumber ilmu itu telah diangkat oleh Allah dari bumi, sehingga tidak
ada lagi yang mampu menjelasakan ilmu dengan sebenar-benarnya.
Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun dengan dasar
keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih
pemimpin yang sama tidak berilmunya. Hadist ini kemudia menjelaskan
akibat yang sangat fatal bila seorang guru sebagai sumber ilmu yang

otentik wafat, yaitu manusia ditinggalkan dalam keadaan sesat dan


menyesatkan. Yaitu pemimpin bodoh menjawab pertanyaan tanpa
didsari oleh ilmu.
Hadis ini menegaskan bagaimana pentingnya peran seorang penyebar
ilmu, gur yang benar sumber ilmunya. Karenanya ada hadits lain
mengatakan Siapa yang belajar tanpa seorang syekh, maka
syeikhnyadalah syetan. Makanyatalah kesesatan dalam segala yang
diucapkannya. Imam Syafi menegasakan Barang siapa yang
mepelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit
hukum bagaimana tidak hukum itu akan tegak dengan adanya hakim,
maka ilmu kan tegak denga adanya guru.
Sangat jelas sekali posisi dan kemulian guru di dunia, kemulian ini
seharusnya disadari oleh seluruh umat Islam baha guru membawa
peran penting dalam memperbaiki kehidupan sebuah bangsa, akbat dari
menelantarkan gur dan meninggalkan guru adalah kehancuran sebuah
bangsa karena mereka berkata dan bekerja tanpa ilmu dan hanya
mampu memberikan jalan yang sesat.

1.

2.

2.

Hadist yang kedua


( )

Artinya

Telah menceritakan kepada kami Said bin Ufair Telah menceritakan


kepada kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata, Humaid
bin Abdurrahman berkata; aku mendengar Muawiyyah memberi
khutbah untuk kami, dia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda: Siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka
Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagibagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa ummat ini akan
tegak d iatas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya

orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah.


(HR.Bukhori).
Asbabul Wurud Hadits
Hadits yang diriwayatkan oleh Muawiyah ini disampaikan ketika ia
sedang berkhutbah, adalah Humaid bin Abdurrahman yang
mengeluarkan hadits tersebut yang mengatakan bahwa dia mendengar
Muawiyyah menyampaikan sebuah hadits ketika dia sedang berkhutbah
bahwa Nabi bersabda Siapa yang dikehendakinya kebaikan
Syarah Hadits
Salah satu keutamaan orang yang menuntut ilmu ialah Allah
menghendaki bagi orang tersebut kebaikan. Ketika Allah mengehndaki
seorang itu menjadi baik atau diliputi dengan kebaikan maka Allah
berikan ia paham dalam agama, mereka yang menuntut ilmu tentu
menghendaki akan paham, keinginan untuk paham adalah jalan yang
Allah berikan padanya untuk mampu berbuat baik. Adapun Nabi hanya
seorang yang memberi dan membagi ilmu kepada yang ingin kebaikan,
dan tetap Allah yang memberi kebaikan.Jika merka tetap dalam
perintah Allah. Yaitu artinya tetap berkeinginan paham agama, maka
Allah akan meneggakkan umat ini, mereka yang berilmu mempunyaui
peran sebagai penegak dan penerus umat ini, dan Allah menjanjikan
tidak akan celaka bagi mereka yang tetap dalam perintahnya, dalam
hadits ini yaitu dalam mempelajari dan memahami ilmu agama.
Sebuah kemulian yang sangat luar biasa bagi merka yang menuntut
ilmu, amanat yag diembannya serta janji Allah akan selalu meliputinya.
Yaitu berupa kebaikan. Allah menghendakinya kebaikan maka Allah
berikan dia paham ilmu agama. Hadits ini juga ditegaskan dengan
kalmat Khoiron yang berbentuk nakiroh/umum yang maksudnya bahwa
orang yang menuntut ilmu akan diliputi dengan berbagai macam
kebaikan.

3 Hadist yang ketiga



( )


Artinya
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin
Said dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami
Ismail yaitu Ibnu Jafar dari Al Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah
bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda:
Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat
pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa
mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak
yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa
mereka sedikitpun.

Asbabul Wurud Hadits


Dalam hadits yang lain dengan redaksi yang berbeda dan maksud yang
sama, bahwa menunjukkan kebada jalan kebaikan atau mengajaknya
untuk berbuat baik, maka ganjaranya itu sama dengan mengerjakan
kebaikan. Suatu ketika seorang sahabat menghadap Rasulullah SAW,
dia bertanya kepada rasul Bawalah aku kepada kebaikan?, maka Rasul
pun memberikanya sebuah perintah untuk senantiasa berbuat baik dan
mengajak kepada kebaikkan, bagi mereka ganjaran yang sama
menjalankan kebaikan.[2]
Syarah Hadits
Hadis ini menerangkan bahwa ganjaran bagi merka yang mengajarkan
sebuah kebaikan tidak akan terputus ketika mengejak saja, bahkan
pahala kebaikan itu akan tetap mengalir selama yang diajak tadi

melakukan apa yang diperintahkan. Posisi guru sebagai pemberi ilmu


dan ajaran baik kepada murid akan sangat mulia dan berharga, karena
setiap kali murid melakukan apa yang disampaikan oleh guru maka
sebesar itu pula balasan yang didapat guru. Tentunya hadits ini
menggugah bagi siapa saja untuk tidak segan-segan memberikan
nasehat baik dan ajaran baik kepada siapapun, karena pahala dan
kebaikan itu akan sangat bernilai bukan hanya buat dia, tetapi buat yang
mengajak dan mengajrkan kebaikkan. Kemulian yang sangat luar biasa
bagi seorang yang menjarkan ilmu.
1.
2.

4.

Hadist ke empat






( )

Artinya:

Said bin Mansur telah menceritakan kepada kami Abdul Azis bin Abi
Hazim telah menceritakan kepada kami dari Abih dari Sahlin Yani bin
Sadin dari Nabi Muhammad saw. berkata: Demi Allah sesungguhnya
Allah member petunjuk kepada seseorang dikarenakan petunjukmu, hal
tersebut itu lebih beik bagimu dari pada kendaraan mewah harta yang
berharga. (HR.Abu Daud)
Asbabul Wurud Hadist
Asbabul wurud hadist ini adalah ketika seorang sahabat Rasul yang
bernama Ibn Sad (dalam beberapa hadits ada pula yang meriwayatkan
bahwa ini dari Ali bin Abi Thalib) yang diutus oleh Rasul untuk menjadi
gubernur di Syiria, sebelum Ibn Sad berangkat rasul meberinya motivasi
kepadanya Bahwa satu orang yang engkau beri petunjuk itu lebih baik
dari kendaraan mewah harta yang berharga (di hadits lain dunia dan
isinya).
Syarah Hadits

Hadist ini adalaha berita gembira dari Rasul mengenai mereka yang
memberikan seseorang petunjuk kebaikan, ajaran baik seharusnya
disampaikan kepada siapapun itu, lantaran manfaat itu sangat terasa
baik untuk nya atau orang lain. Sehingga tidak salah jika Rasul
memberikan motovasi kepada mereka yang memberi petunjuk hidayah
dengan kemulian yang luar biasa, yang tidak cukup dibandingkan
dengan kemewahan dunia. Maka posisi guru dan penuntut ilmu
dihadapan Allah sangat mulia dan sangat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai