Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Hadis Pendidikan Keimanan

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis

Dosen Pengampu: Ahmad Sulthon, M.Pd.I

Disusun oleh :

Notiani Nabilatussa’adah (23030190020)

TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis. Adapun
isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang Hadis Pendidikan Keimanan.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik yang positif dan membangun dari agar makalah ini menjadi lebih baik dan
berdaya guna di masa yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.

Salatiga, 21 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

C. Tujuan .................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

A. Hadis Pendidikan Keimanan, Terjemahnya ......................................................................... 3

B. Relevansi Hadis Dengan Surah Luqman (31): 34................................................................ 5

C. Analisis Terhadap Kualitas Hadis ........................................................................................ 6

D. Penjelasan Hadis .................................................................................................................. 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 11

B. Saran .................................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Quran dan hadis secara pasti mengandung berbagai isu-isu keimanan yang perlu
dielaborasi lagi dalam sudut pandang pendidikan. Pendidikan iman menjadi mutlak
dilakukan untuk menghasilkan anak-anak dan peserta didik yang memiliki kemantapan
akidah dan keimanan. Menurut Saroni (2010) pendidikan “dapat membantu manusia menjadi
sosok yang memiliki nilai dengan eksistensinya yang dapat diakui dalam lingkungan
masyarakat.” Pendapat ini mempertegas bahwa pendidikan dapat membantu menjadikan
manusia sebagai insan yang bernilai dan ditinggikan derajatnya oleh Allah, sebagaimana
ditegaskan dalam firman Allah QS. Al-Mujadalah (58): 11 yang artinya “Niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu
pengetahuan beberapa derajat...”.

Berdasarkan firman Allah di atas jelaslah bahwa Islam menempatkan pendidikan sebagai
suatu yang urgen dan merupakan kewajiban bagi umat manusia dalam rangka memenuhi
fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi, terutama jika dikaitkan dengan kekuatan akal dan
fikiran yang dimiliki manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan (pendidikan) diberikan
Allah kepada manusia bertujuan untuk mengurus bumi agar menjadi lebih baik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hadis pendidikan keimanan dan terjemahnya?

2. Bagaimana relevansi hadis dengan ayat-ayat Al-Qur’an?

3. Bagaimana analisis terhadap kualitas hadis?

4. Bagaimana penjelasan hadis?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana hadis pendidikan keimanan dan terjemahnya


2. Mengetahui bagaimana relevansi hadis dengan surah Luqman (31): 34

3. Mengetahui bagaimana analisis terhadap kualitas hadis

4. Mengetahui bagaimana penjelasan hadis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis Pendidikan Keimanan dan Terjemahnya

Dialog Jibril dengan Nabi saw. tentang Iman, Islam dan Ihsan

Artinya: “Diriwayatkan dari Musaddad berkata, diriwayatkan dari Isma’il bin Ibrahimia
meriwayatkan dari Abu Hayyan at-Taimi dari Abi Zur’ah diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
Berkata: Pada suatu hari, Rasulullah saw. berada bersama kaum muslimin, lalu datang seorang
laki-laki, kemudian ia bertanya kepada Rasulullah saw: “Wahai Rasulullah, Apakah iman itu?
”Beliau menjawab: “Iman adalah kamu harus percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya,semua Kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para Rasul-Nya, dan percaya kepada Hari
Kebangkitan di akhirat nanti,” Laki-laki itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?”

3
Beliau menjawab: “Islam adalah kamu harus menyembah Allah dan jangan menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun, mendirikan salat yang telah di fardhukan, membayar zakat yang
diwajibkan, berpuasa pada bulan Ramadhan.” Laki-laki itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah,
Apakah Ihsan itu?” Beliau menjawab: “Engkau menyembah Allah, seolah-olah engkau melihat-
Nya, sekiranya engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya pasti Dia melihatmu.” Laki-laki
itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat akan tiba?” Beliau menjawab: “Orang
yang bertanya lebih mengetahui dari pada orang yang ditanya. Akan tetapi akan aku ceritakan
kepadamu tentang tanda-tandanya, yaitu: Apabila seorang hamba sahaya telah melahirkan
tuannya, maka itulah diantara tanda-tanda hari kiamat. Apabila seorang miskin menjadi
pemimpin umat manusia, maka itulah di antara tanda-tanda hari kiamat. Apabila penggembala-
penggembala kambing telah berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan pencakar langit, maka
itulah di antara tanda-tanda hari kiamat. Ada lima hal dimana tidak ada seorang pun yang
mengetahuinya hanya Allah saja Yang Maha Mengetahuinya. Kemudian Rasulullah
saw.membaca Surat Luqman ayat 34 yang artinya: “Sesungguhnya hanya disisi Allah sajalah
pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apayang
ada di dalam rahim ibu yang mengandung. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahuidi bumi manakah dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”Kemudian setelah laki-laki tadi pergi, Rasulullah saw. bersabda: “Suruhlah laki-laki
tadi kembali kepadaku.” Sahabat-sahabat Nabi saw. segera mencarinya untuk menyuruhnya
kembali, tetapi mereka tidak menemukannya. Setelah itu Rasulullah SAW bersabda: “Dia adalah
Jibril, datang untuk mengajarkan agama kepada umat manusia.” 1

1
Muhammad bin Isma’il al-Bukhari (Saudi Arabia: Idarah al-Bahtsi Ilmiah wa Ifta’ wa ad-Da’wah wa al-Irsyad,t.t.),
juz 1, h. 19-20. Lihat juga Shahih Muslim, Kitab Iman, hadis no. 10, Nasa’i, Kitab Iman dan Syariat-syariatnya,
hadis no. 4905, Ibnu Majah, Kitab Pendahuluan, hadis Shahih Bukhari no. 63, Fitnah hadis no. 4034, Ahmad Ibn
Hanbal, Kitab Musnad, juz 1, h. 426.

4
B. Relevansi Hadis dengan Ayat-ayat Al-Qur’an

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari melalui sahabat Ibnu Umar ra, Nabi
Muhammad bersabda, “Lima hal yang hanya diketahui Allah.” Kemudian Rasulullah
menyebutkan firman Allah berikut

Surah Luqman (31) : 34

‫س َّماذَا‬ٌ ‫ْث َو َي ْعلَم َما فِى ْاْل َ ْر َح ِام ۖ َو َما تَد ِْرى َن ْف‬َ ‫ع ِة َوين َِزل ْالغَي‬ َّ ‫َّللا ِع ْندَهۥ ِع ْلم ال‬
َ ‫سا‬ َ َّ ‫إِ َّن‬
‫ير‬
ٌ ‫ع ِلي ٌم َخ ِب‬ َ َّ ‫ض تَموت ۖ ِإ َّن‬
َ ‫َّللا‬ ٍ ‫ى أ َ ْر‬
ِ َ ‫س ِبأ‬
ٌ ٌۢ ‫غدًا ۖ َو َما تَد ِْرى َن ْف‬
َ ‫تَ ْكسِب‬

Artinya : "Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun
yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha
Mengenal." (QS. Luqman 31: Ayat 34) 2

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, hal-hal yang disebutkan oleh ayat ini merupakan kunci-
kunci kegaiban yang hanya Allah sendirilah yang mengetahuinya. Yaitu; 3

Pertama, waktu hari kiamat terjadi. Dalam QS. al-A’raf 187, juga disinggung bahwa hanya Allah
yang mengetahuinya dan tidak ada seorang pun yang tahu bahkan Nabi Muhammad Saw sendiri.
Hanya tanda-tandanya saja yang diberitahukan kepada umatnya..

Kedua, waktu hujan turun. Malaikat pun tidak mengetahui apakah dengan mendung pasti akan
terjadi hujan. Terkadang sering kali langit hanya pekat tanpa diiringi rintikan hujan.

2
http://quran-id.com. (Diakses pada 27 Mei 2021 pukul 13.09 WIB)

3
https://bincangsyariah.com/kalam/tafsir-surat-luqman-ayat-34-lima-kunci-ghaib-yang-hanya-diketahui-allah/.
(Diakses pada 27 Mei 2021 pukul 11.43 WIB)

5
Ketiga, keadaan janin dalam rahim. Zaman sekarang memang teknologi memungkinkan
seseorang mengetahui jenis kelamin janin, namun terkadang ada saja keadaan dimana sang janin
tidak bisa dideteksi kelaminnya. Di samping itu, alam rahim merupakan salah satu fase
kehidupan yang dialami manusia, dan kita tidak bisa mengetahui apa yang dialami sang anak
dalam alam tersebut.

Keempat, sesuatu yang terjadi esok hari. Setiap manusia tidak ada yang tahu apakah yang
diusahakannya esok hari akan membuatnya jadi orang yang celaka ataukah bahagia. Apakah
sesuatu yang buruk terjadi ataukah sesuatu yang baik.

Kelima, waktu dan tempat ketika kematian menjemput. Rasulullah dalam sebuah hadis
menjelaskan, apabila Allah berkehendak mencabut nyawa seseorang di suatu negeri maka Allah
akan menjadikan keperluan bagi orang tersebut di negeri itu.

C. Analisis Terhadap Kualitas Hadis

Hadis ini tergolong syarif marfu’dengan kualitas perawi sebagian shaduq (tingkatannya
berada dibawah tsiqah) dan tsiqah (hapalannya kuat). Hadis marfu’ sendiri memiliki banyak
varian yang perlu diketahui oleh pembaca. Pertama adalah marfu’ qauli (perkataan), marfu’ fi’li
(perbuatan), marfu’ taqriri (ketetapan), dan marfu’ washfi (sifat). Salah satu hadits pendidikan
yang hampir mencakup semua aspek pendidikan menurut penulis adalah hadits kedatangan
malaikat Jibril ketika menemui Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Umar bin Khatab
dan Abu Hurairah, radhiyallahuanhuma. Hadits Jibril adalah sebuah hadits yang memuat definisi
tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat menurut akidah umat Islam, yang
terdapat dalam kitab Shahih Muslim no. 8, Shahih Bukhari no. 50, Arbain Nawawi hadits ke-2.

Dari Umar bin Khattab berkata: “Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat
rasululah Saw. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat
putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada
seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan nabi, lalu lututnya

6
disandarkan kepada lutut nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha nabi.
Kemudian ia berkata: “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah Saw.
menjawab, ”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat;
menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika
engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata, ”Engkau benar,” maka kami heran, ia
yang bertanya ia pula yang membenarkannya.”Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan
kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah;
malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang
baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku
tentang ihsan”. Nabi Saw.menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan
engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”Lelaki
itu berkata lagi: “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”Nabi menjawab, ”Yang ditanya
tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku
tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab, ”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya;
jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin) serta
pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang
tinggi.”Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga nabi bertanya
kepadaku: “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah
dan RasulNya lebih mengetahui,” Dia bersabda, ”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian
tentang agama kalian.”(HR. Muslim no.8) Hadits ini juga diriwayatkan dari Abu Hurairah yang
dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab hadits shahihnya, Dengan redaksi di akhir hadits
yang berbunyi: “...hari Kiamat termasuk dalam lima perkara yang tidak diketahui kecuali oleh
Allah.” Kemudian dia pergi, lalu nabi bersabda, ”Panggil dia kembali!” Tetapi orang-orang tidak
menemukannya. Dia kemudian bersabda, ”Dia adalah Jibril, datang kemari untuk mengajari
manusia tentang agamanya". Abu Abdullah berkata: Dia menyatakan semua hal tersebut
merupakan bagian dari keyakinan.”(HR. Al-Bukhari, no. 50) 4

4
Syahrizal Afand, (2019), KAJIAN HADIS JIBRIL DALAM PERPEKTIF PENDIDIKAN: Kajian materi
pembelajaran dan metode pembelajaran, Jurnal Penelitian KeislamanVol.15 No.1 (2019): 31

7
D. Penjelasan Hadis

Ternyata materi akidah akhlak yang diajarkan disemua lembaga pendidikan baik pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi ternyata memuat materi tentang iman.Iman menurut bahasa berarti
kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati, atau keteguhan hati.5

Sedangkan dalam bahasa Arab dengan kata dasar amana-yu‟minu-imanan yang artinya beriman
atau percaya. Percaya dalam bahasa Indonesia artinya menyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang
dipercaya), memang benar atau nyata.6

Dalam hadits Jibril pengertian iman adalah:

Meski esensi iman itu tasdiq sebagai mana tersebut diatas,namun tidak cukup demikian, iman
menuntut lebih dari pengucapan lisan namun juga keyakinan dengan hati dan perilaku konkret
sebagai realisasi.Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah7

Maka dengan demikian bisa dikatakan bahwa iman adalah kesatuan tiga dimensi yakni
pembenaran, pengucapan dan pengalaman. Ketiga unsur ini harus berjalan serasi dan tidak boleh
timpang antara satu sama lainnya. Apa yang dipercaya hendaknya diikrarkan dengan lisan,
disesuaikan dengan perbuatan, bukan sebaliknya lain di mulut lain di hati dan lain pula apa yang
dilakukannya. Jika kita perhatikan dari hadits Jibril ada beberapa unsur iman dalam
haditstersebut yakni: (1) Iman kepada Allah (2) Iman kepada malaikat Allah (3) Iman kepada
kitab-kitab Allah (4) Iman kepada rasul-rasul Allah (5) Iman kepada hari kiamat (6) Iman kepada
takdir baik dan buruk.

5
WJS. Poerdarwinta, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm. 18.
6
Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 58
7
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz I Bab Muqadimah, (Semarang: Thaha Putra, tth), hlm. 26.

8
Al-Khaththabi mengatakan: “Pada hakekatnya pangkal keimanan adalah tashdiq (pembenaran
dalam hati kalau Allah Esa), sedangkan pangkal Islam adalah berserah diri dan bentuk
ketertundukan kepada Allah.8 Imam Asy-Syafi’i telah berkata, “Arti iman secara bahasa adalah
at-tashdiq (membenarkan dengan hati). Kalau dilihat dari sisi makna ini, maka iman tidak bisa
bertambah maupun berkurang. Karena tashdiq bukan merupakan sesuatu yang terbagi-bagi
sehingga sesekali mencapai kesempurnaan dan pada kesempatan yang lain mengalami
kekurangan.9

Imam Ahmad mengatakan bahwa seorang muslim dalam setiap waktu dapat sekaligus
merangkap sebagai seorang mukmin. Namun pada saat yanglain belum tentu berstatus sebagai
seorang mukmin. Hal ini sangat berbeda dengan seorang mukmin yang setiap saat selalu
berstatus muslim.`10 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap mukmin adalah muslim,
sedangkansetiap muslim tidak selalu mukmin.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kata Islam tidak mencakup keyakinandan amalan sekaligus,
sedangkan kata iman mencakup keduanya. Allah swt. berfirman, “Dan Kuridhai Islam sebagai
agamamu,” Kata “Islam” dalam ayat inimencakup iman dan amal, karena yang mengerjakan
tanpa keyakinan maka perbuatannya bukan termasuk perbuatan agama yang diridhai.11 Dengan
demikian, agama yang diridhai dan diterima hanyalah yang disertai dengan tashdiq (pembenaran
hati). Oleh karena itu makna iman yang berhak disandang seorang mukminadalah apabila dia
mampu mendatangkan ketiga unsur yaitu: membenarkan melalui hati, mengikrarkan melalui
lisan dan mengamalkan dengan organ tubuh.

Apabila diperhatikan maka makna keimanan telah tercakup dalam pengertianIslam. Karena pada
hakekatnya, segala bentuk ketaatan merupakan buah dari tashdiq yang dilakukan oleh batin yang
tidak lain merupakan pangkal dari keimanan. Aktivitas-aktivitas ibadah itulah yang sebenarnya
menjadi penyempurna keimanan seseorang. Sedangkan pengertian Islam adalah sebenarnya juga
mencakup pangkal keimanan, yakni tashdiq yang dilakukan oleh batin. Islamjuga mencakup
pangkal segala bentuk ketaatan. Karena kesemua itu padahakekatnya merupakan manifestasi
kepasrahan diri kepada Allah.

Ada yang berpendapat bahwa pertanyaan pertama tentang iman, karena iman adalah dasar
(pokok). Pertanyaan kedua tentang Islam, karena Islam sebagai tanda keyakinan atas apa yang

9
dinyatakan dan diyakininya. Pertanyaan ketiga tentang Ihsan, karena hal tersebut tergantung
kepada Iman dan Islam.12

8
Yahya ibn Syaraf An-Nawawi, Syarah An-Nawawi ‘ala Shahih Muslim (Beirut: DarAl-Fikri, 1401 H), juz 1, h.
283.
9
Ibid. h. 285.
10
Al-Asqalaniy, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, juz 1, h. 208. Lihat juga An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim,
juz 1, h. 283.
11
Ibid.
12
Al-Asqalaniy, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, juz 1, h. 212

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 mengenai Pendidikan nasional berfungsi


mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sudibyo, 2008). Jika dilihat dari
substansi undang-undang di atas, secara implisit bahwa salah satu lembaga pendidikan
adalah sekolah, ia merupakan salah satu institusi yang secara langsung bertanggung
jawab terhadap kinerja pendidikan yang berkualitas dan harus mampu membenahi segala
aspek yang menjadi wewenang dalam pelaksanaan manajemen sekolah, diantaranya
adalah dengan melakukan peningkatan proses pembelajaran agar menjadi lebih bermutu
sehingga mampu menghasilkan output yang diharapkan. Peningkatan proses
pembelajaran dapat dilakukan dengan peningkatan kompetensi guru. Oleh karena itu,
guru seharusnya dapat mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik
dengan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, terutama potensi
kecerdasan (inteligence) peserta didik dalam proses pendidikan melalui ayat-ayat Al-
quran dan hadis sebagai pertimbangan dalam evaluasi hasil belajar melalui pendidikan
keimanan.

B. Saran

1. Bagi Penulis

11
Penyusun menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan diatas.

2. Bagi Pembaca

Penyusun berharap bahwa Pembaca dapat memahami makalah ini dengan baik, dan
setelah membaca makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalaniy, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil. Fath al-BariSyarh Shahih Al-Bukhari.

Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H.

Al-Bukhari, Abu Abdullah bin Muhammad Ismail. Shahih al-Bukhari. Saudi Arabia: Idaratul

Bahtsi Ilmiah wa al-Ifta’ wa ad-Da’wah wa al-Irsyad, tt.

Al-Nawâwi, Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf. Syarah an-Nawâwi ‘ala Shahih Muslim. Beirut:

Dâr al-Fikri, 1401H.

AM, Rusydi. (2019). PENAFSIRAN KISAH LUQMAN DALAM AL-QUR’AN: Relevansinya

dengan PendidikanKeimanan dalam Keluarga. Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni, 107-


108.

Http://quran-id.com. (Diakses pada 27 Mei 2021 pukul 13.09 WIB)

Https://bincangsyariah.com/kalam/tafsir-surat-luqman-ayat-34-lima-kunci-ghaib-yang-hanya-
diketahui-allah/. (Diakses pada 27 Mei 2021 pukul 11.43 WIB)

Poerdarwinta,WJS. 2000.Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Saroni, M. (2010). Orang Miskin Harus Sekolah.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudibyo. (2008). UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah No. 47

tahun 2008 Tentang Wajib Belajar.Bandung: Citra Umbara.

13

Anda mungkin juga menyukai