Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

Dosen Pengampu

Annas Ribab Sibilana M.Pd.I

PAI 5G

Kelompok 2
1. Vika Chandra Amaliah (126201201035)
2. Faikhotul Wardah (126201202045)
3. Kahfi Latifuddin (126201202087)
4. Pandu Agung Mahendra (126201203220)
5. Ahmad Najihuddin (126201203289)
6. Muhammad Amar Al-Hasan (126201203353)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan taqwa
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul
“TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK”. Sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita
mampu menjadi umatnya yang dapat meneladaninya. Dengan terselesaikannya makalah
ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung, yang telah memfasilitasi semua kebutuhan Mahasiswa.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Dr. Muhammad Zaini, M.A. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
4. Ibu Indah Komsiyah, M.Pd. selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Agama Islam.
5. Bapak Annas Ribab Sibilana M.Pd.I selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Pembelajaran Akidah Akhlak yang telah berkontribusi membimbing kami.
6. Civitas Akademika UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang selalu
memberikan dukungan selama perkuliahan.
7. Teman-teman mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung khususnya
prodi Pendidikan Agama Islam kelas 5G.
8. Dan semua pihak yang telah membantu atas terselesainya proses penyusunan
makalah ini.

Semoga Allah SWT memberi balasan yang atas jasa-jasanya. Kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya saran dan kritik terhadap makalah ini, demi kesempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya.

Tulungagung, 15 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN......................................................................................................................... 3
A. Pengertian Teori Belajar .................................................................................................. 3
B. Jenis-jenis Teori Belajar .................................................................................................. 4
C. Karakteristik Pembelajaran Akidah Akhlak .................................................................... 8
D. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak ........................................................................... 10
E. Hubungan Teori Belajar Dan Pembelajaran Akidah Akhlak ........................................ 12
BAB III ..................................................................................................................................... 15
PENUTUP ................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akidah Akhlak merupakan bagian dari pendidikan agama Islam yang lebih
mengedepankan aspek efektif, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak
ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam peserta didik sehingga tidak hanya
berkonsentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata, tetapi sekaligus juga
mampu mengubah pengetahuan akidah akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna
dan dapat diinternalisasikan serta diaplikasikan kedalam perilaku sehari-hari.1 Indikator
keberhasilan pembelajaran Akidah Akhlak adalah mencakup tiga ranah, yaitu aspek
efektif, kognitif, dan psikomotorik.

Pembelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk membentuk keimanan dan


perkembangan perilaku dari setiap peserta didiknya, pembelajaran ini akan berhasil
dilaksanakan apabila ditunjang dengan penggunaan saranaprasarana, alat pembelajaran,
media pembelajaran dan metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik dan
materi pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dalam proses ini akan
memudahkan kegiatan penyampaian materi pembelajaran, apabila dirancang berdasarkan
pendekatan pembelajaran yang dipilih.

Jika suatu metode pembelajaran yang akan disampaikan tidak disesuaikan dengan
materi pelajaran, situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta didiknya maka pembelajaran
tersebut akan menjadi kurang maksimal. Pembelajaran menjadi kurang mengena pada
sasaran dan tidak efektif, sehingga yang terjadi pada peserta didik tersebut adalah suatu
kebosanan, merasa tertekan, dan pembelajaran yang monoton. Apabila hal ini terus
dibiarkan maka akan menjadikan suatu masalah yang besar, dan berdampak pada prestasi
belajar dari peserta didik tersebut menjadi menurun, serta mutu pendidikan juga terjadi
perubahan yang signifikan.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk


mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan definisi atau pengertian metode
pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar

1
terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan. Tujuan proses pembelajaran
adalah agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai
tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik. Setiap proses
pembelajaran termasuk Aqidah Akhlak, metode pembelajaran mempunyai peran yang
sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Tanpa metode, suatu pesan
pembelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar
ke arah yang dicapai.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian teori belajar?


2. Apa saja jenis-jenis teori belajar?
3. Apa karakteristik pembelajaran akidah akhlak?
4. Bagaimana metode pembelajaran akidah akhlak?
5. Apa hubungan teori belajar dan pembelajaran akidah akhlak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar?


2. Untuk mengetahui Apa saja jenis-jenis teori belajar?
3. Untuk memahami karakteristik pembelajaran akidah akhlak
4. Untuk memahami Bagaimana metode pembelajaran akidah akhlak?
5. Untuk memahami hubungan teori belajar dan pembelajaran akidah akhlak?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar

Menurut Wheeler mengatakan bahwa teori adalah suatu prinsip atau rangkaian prinsip
yang menerangkan sejumlah hubungan antara fakta dan meramalkan hasil-hasil baru
berdasarkan fakta-fakta tersebut. Sedangkan teori belajar sebagai prinsip yang saling
berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar.1

Menurut kelinger dalam Sugiyono dan Hariyanto, teori merupakan sebuah konsep atau
definisi menggambarkan sekaligus menjelaskan sesuatu dari sudut pandang tertentu
terhadap sebuah fenomena secara sistematis dengan cara menghubungkan berbagai variabel
yang ada didalamnya. Berbeda dengan pendapat tersebut, Sugiyono dan Hariyanto sendiri
menjelaskan bahwa teori merupakan sebuah penjelasan tentang hubungan antara dua atau
lebih konsep dalam bentuk hukum, gagasan, prinsip, atau tentang teknik tertentu. Atas dasar
pengertian tersebut, pada dasarnya teori merupakan sebuah konsep dasar atas suatu
kejadian, aktivitas, atau sebagainya yang sudah teruji dan dibuktikan secara empiris dan
dipertanggungjawabkan.2

Teori belajar pada dasarnya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar terjadi pada
seorang individu. Artinya, teori belajar akan membantu dalam memahami bagaimana
proses belajar terjadi pada individu sehingga dengan pemahaman tentang teori belajar
tersebut akan membantu guru untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik,
efektif, dan efisien. Dengan kata lain, pemahaman guru dalam mengorganisasikan proses
pembelajaran dengan lebih baik sehingga siswa dapat belajar dengan lebih optimal. Dengan
demikian, teori belajar dalam aplikasinya sering digunakan sebagai dasar pertimbangan
untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Teori belajar penting diketahui oleh
para pendidik dan calon pendidik. Hal ini disebabkan, bahwa pemahaman guru terhadap
sebuah teori belajar akan mempermudah seorang guru dalam menerapkannya dalam proses
pembelajaran.

1
Rohmalia Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), hal. 35
2
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikas idalam proses
pembelajaran. (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013). Hal. 145
3
B. Jenis-jenis Teori Belajar

Adapun jenis-jenis teori belajar yang terkenal dalam psikologi antara lain :

1. Teori belajar konstruktivisme (Piaget)


Konstruktivisme merupakan proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Teori konstruktivisme
merupakan pembelajaran yang bersifat generative, yaitu tindakan mencipta sesuatu
makna dari apa yang dipelajari. Teori konstruktivisme lebih menekankan belajar sebagai
kegiatan manusia dalam membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi
makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.3
Menurut teori skema ini, seluruh pengetahuan diorganisasikan menjadi unit-unit,
didalam unit-unit pengetahuan ini, disimpanlah informasi. Sehingga skema dapat
dimaknai sebagai suatu deskripsi umum atau suatu sistem konseptual untuk memahami
pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan itu dinyatakan atau pengetahuan itu
diterapkan.
Menurut teori ini pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari pikiran guru
kepada pikiran siswa. Artinya, siswa harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Sehubungan
dengan itu, Tasker seperti dikutip oleh Hamzah mengemukakan tiga penekanan dalam
teori belajar konstruktivisme sebagai berikut :
a. Pertama, peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
b. Kedua, pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara
bermakna.
c. Ketiga, mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.4
2. Teori belajar behaviorisme (J.B. Watson)
J.B. Watson mengemukakan dua prinsip dasar dalam pembelajaran, yaitu
prinsip kekerasan dan kebaruan.
a. Prinsip kekerapaan menyatakan bahwa semakin kerap individu bertindak balas
terhadap suatu rangsangan, akan lebih besar kemungkinan individu memberikan
tindak balas yang sama terhadap rangsangan itu.

3
Herman, Pendekatan Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran Akidah Akhlak, Jurnal Penelitian Sosial
Agama, Vol. 4, No. 1, 2019. Hal. 12
4
Suyono dan Haryono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 108
4
b. Prinsip kebaruan menyatakan bahwa apabila individu membuat tindak balas yang baru
terhadap rangsangan, apabila kelak muncul lagi rangsangan, besar kemungkinan
individu tersebut akan bertindak balas dengan cara yang serupa terhadap rangsangan
itu.
Teori Watson ini disebut pula teori classical conditioning yang dipelopori oleh
Pavlov, seorang ahli psikologi-refleksologi dari Rusia. Pavlov mengawali teori ini
dengan mengadakan percobaan terhadap anjing. Berdasarkan hasil percobaannya itu,
Pavlov mendapatkan kesimpulan bahwa gerakan-gerakan reflex dapat dipelajari dan
dapat berubah karena mendapat latihan. Kemudian, gerak reflex tersebut dibedakan
menjadi dua, yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan reflex bersyarat atau reflex
yang dipelajari (conditioned reflex).
Menurut teori ini, belajar adalah proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat yang kemudian menimbulkan reaksi (respons). Penganut teori ini
mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia adalah hasil conditioning, yakni hasil
dari latihan-latihan atau kebiasaan bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu
yang dialaminya di dalam kehidupannya.5
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang berdasarkan atas
perilaku. Teori belajar ini dikembangkan atas dasar perubahan perilaku individu yang
diberikan stimulus tertentu.6
3. Teori belajar kognitif (Jean Piaget)
Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan yaitu,
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibirasi (penyeimbang). Piaget berpendapat bahwa proses
belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa.
Tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap
praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif siswa melalui suatu
proses asimilasi dan akomodasi. Didalam pikiran seseorang, sudah terdapat struktur
kognitif atau kerangka kognitif yang disebut skema. Setipa orang akan selalu berusaha
untuk mencari suatu keseimbangan, kesesuaian, atau ekuilibrium antara apa yang baru
dialami (pengalaman barunya) dan apa yang ada pada struktur kognitifnya.

5
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal.
37
6
Herman, Pendekatan Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran Akidah Akhlak, Jurnal Penelitian Sosial
Agama, Vol. 4, No. 1, 2019. Hal. 9
5
Piaget juga mengemukakan bahwa selain disebabkan proses asimilasi dan
akomodasi diatas, perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh
kematangan dari otak sistem saraf anak, interaksi anak dengan objek-objek disekitarnya
(pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan kerangka kognitifnya
(pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamannya
dengan kerangka kognitifnya (pengalaman logicomathematics), dan interaksi anak
dengan orang disekirnya.7
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar bukan sebatas stimulus dan respon,
melainkan bagaimana pengetahuan itu dipahami, dan bagaimana orang belajar mencapai
pemahaman atas diri dan lingkungan (Marganet E. Gredler, 2011: 424).

Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada


proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi
pengalaman. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Belajar lebih diarahkan pada
experiental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman
konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sejawat, yang kemudian
dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Prinsip-orinsip
teori konstruktivistik adalah: pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid
sendiri untuk menalar, murid aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah, guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi
agar proses kontruksi berjalan lancar, menghadapi masalah yang relevan dengan siswa,
struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan, mencari
dan menilai pendapat siswa, menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan
siswa.8

4. Teori belajar humanistik

7
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal.
95-98
8
Dr. Hj. Herliani, M.Pd., Dr. Didimus Tanah Boleng, M.Kes., dan Dr. Elsye Theodora Maasawet, M.Pd., Teori
Belajar dan Pembelajaran, (Jawa Tengah, Penerbit Lakeisha, 2021), hal. 127-128
6
Menurut Arden N. Frandsen dalam Darsono (2001: 192), menyatakan hal yang
mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain adanya sifat ingin tahu dan ingin
menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
guru, dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi, adanya
keinginan untuk mendapatkan rasa aman, adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir
dari pada belajar.
Salah satu teori belajar yaitu humanistik yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Teori ini menyakini bahwa klien
sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist
hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, dalam
Sudrajat bahwa teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang
penting dalam melakukan treatment kepada klien (Sudrajat, 2013).
Teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada
ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya,
seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat
dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri
dan sebagainya) dapat tercapai.
Teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan
bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang
dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah,
sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif. Pendekatan sistem bisa dapat di
lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka
dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah

7
pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas
kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu
mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam
pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan
ini (Uno, 2006). Prinsip-prinsip teori belajar humanistik adalah: manusia mempunyai
belajar alami, belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu, belajar yang menyangkut perubahan di
dalam persepsi mengenai dirinya, tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasarkan bila ancaman itu kecil, bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta
didik dalam memperoleh cara, belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik
melakukannya, belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar, belajar
yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam,
kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk
mawas diri, belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.9

C. Karakteristik Pembelajaran Akidah Akhlak

Karakteristik mata pelajaran aqidah akhlak yang dimaksudkan ialah ciri khas mata pelajaran
tersebut jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya dalam lingkup pendidikan agama
Islam. Untuk menggali karakteristik mata pelajaran bisa bertolak dari pengertian dan ruang
lingkup mata pelajaran tersebut, serta tujuannya.

Dari beberapa uraian diatas dapat dipahami bahwa secara umum karakteristik mata
pelajaran aqidah akhlak lebih menekankan pada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan
peserta didik terhadap keyakinan/kepercayaan (iman), serta perwujudan keyakinan (iman)
dalam bentuk perilaku peserta didik, baik perkataan maupun amal perbuatan, dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari.10

Dapat dipahami bahwa ciri khas (karakteristik) pembelajaran aqidah akhlak di


madrasah tsanawiyah menekankan pada aspek-aspek berikut :

1. Pembentukan keyakinan atau keimanan yang benar dan kokoh pada diri peserta
didik terhadap Allah, Malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Hari akhir, dan Qadla
dan Qadar. Pendidikan Akidah Akhlak juga menekankan pada kemampuan

9
Ibid, hal. 105-107
10
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam..., hal. 309.
8
memahami keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang
kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan keimanannya serta menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai al- asma’ al -husna, yang kemudian diwujudkan dalam
bentuk sikap dan perbuatan dalam kehidupan nyata sehari-hari .
2. Proses pembentukan tersebut dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu :
a. Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap akidah yang benar (rukun iman),
serta mana akhlak yang baik dan yangburuk terhadap diri sendiri, orang lain, dan
alam lingkungan yang bersifat pelestarian alam, hewan dan tumbuh-tubuhan
sebagai kebutuhan hidup manusia.
b. Penghayatan siswa terhadap aqidah yang benar (rukun iman), serta kemauan
yang kuat dari diri peserta didik untuk mewujudkannya dalam perilaku sehari-
hari.
c. Kemauan yang kuat (motivasi iman) dari peserta didik untuk membiasakan diri
dalam mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang buruk,
baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama
manusia, maupun dengan lingkungan sekitar, sehingga menjadi manusia yang
berakhlak mulia, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Pembentukan akidah akhlak pada peserta didik tersebut berfungsi sebagai upaya
peningkatan pengetahuan siswa tentang aqidah akhlak, pengembangan atau
peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa,perbaikan terhadap kesalahan
keyakinan dan perilaku, dan pencegahan terhadap akhlak tercela. 11 Akhlak juga
menekankan pada pembiasaan untuk membentuk dan menghiasi diri akhlak terpuji
mahmudah dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak tercela mazmumah
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pendidikan Akidah akhlak merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari
ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari Al-
Qur'an dan Al-Hadits. Untuk kepentingan pendidikan, dikembangkan materi Aqidah
akhlak pada tingkat yang lebih rinci sesuai tingkat yang lebih rinci sesuai tingkat
dan jenjang pendidikan.
5. Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan yang menancap kuat
di dalam lubuk jiwa atau hati manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli,

11
Ibid,..., hal. 311.
9
dan wijdani atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman yang
enam yaitu, iman kepada Allah, malaikat- Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari akhir dan iman kepada takdir.
6. Mata pelajaran Aqidah Akhlak tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk
menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang Aqidah dan Akhlak dalam ajaran
Islam, melainkan yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat
mengamalkan Aqidah dan Akhlak itu dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran
Aqidah dan Akhlak menekankan keutuhan dan keterpaduan antara pengetahuan,
sikap, dan perilaku atau lebih menekankan pembentukan ranah efektif dan
psikomotorik yang dilandasi oleh ranah kognitif.12

D. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak

1. Metode Ceramah

Metode ini adalah metode yang paling populer dalam sistem pembelajaran. Sebelum
metode pembelajaran yang lain, metode ceramah adalah yang paling dahulu digunakan.
Metode ceramah merupakan suatu model pembelajaran yang baik untuk menanamkan
suatu kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk menghimbau kebiasaan-
kebiasaan yang baik. Dalam metode ini guru berperan sangat penting dan paling aktif
menyampaikan materi dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa lebih aktif
menyimak dan mendengarkan penjelasan materi dari guru.

a. Kelebihan metode ceramah :


1) Memperoleh kecakapan motorik.
2) Memperoleh kecakapan mental dan intelektual.
3) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta
kecepatan pelaksanaan.
b. Kelemahan metode ceramah :
1) Menghambat dan menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
2) Ceramah biasanya dilakukan secara berulang sehingga lebih monoton.
2. Metode Keteladanan

12
INDONESIA, KEMENTRIAN AGAMA, Akidah Akhlak Buku Guru/Kementrian Agama, (Jakarta:
Kementerian Agama, 2004) hal.xii.
10
Keteladanan dalam bahasa Arab adalah Uswah, Iswah, Qudwah, Qidwah yang
berarti perilaku baik yang dapat ditiru orang lain ( peserta didik). Metode ini mempunyai
peranan yang sangat signifikan dalam pencapaian keberhasilan pendidikan. Dalam
metode ini guru harus bisa mencerminkan perilaku yang baik kepada peserta didik,
karena diharapkan peserta didik meniru teladan yang baik dari seorang guru.

a. Kelebihan metode keteladanan :


1) Memudahkan peserta didik dalam menerapkan ilmu yang telah dia pelajari.
2) Memudahkan guru dalam pengevaluasian hasil belajar siswa.
3) Mendorong guru agar selalu berperilaku baik dalam kehidupannya.
b. Kelemahan metode keteladanan :
1) Jika teladan mereka (guru) tidak berperilaku baik, maka mereka cenderung
untuk mengikutinya.
2) Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.
3. Metode Pembiasaan

Secara Etimologi pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata “biasa” adalah lazim dan umum. Dalam metode pembelajaran ini,
pembiasaan dinilai sangat baik diterapkan kepada peserta didiksejak dini, karena anak
memiliki rekaman ingatan yang sangat kuat dan kondisi kepribadiannya yang belum
matang sehingga mereka mudah terlarut dalam kebiasaan-kebiasaan yang mereka
lakukan sehari-hari. Tetapi bukan tidak mungkin bila metode pembelajaran pembiasaan
ini diterapkan pada tingkat awal remaja dan anak remaja.

Syarat-syarat dalam pemakaian model pembelajaran pembiasaan :

a. Memulai pembiasaan sejak dini.


b. Harus dalam penguasaan yang ketat.
c. Dilakukan secara kontinue.
d. Pembiasaan yang bersifat mekanis, secara berangsung dirubah menjadi bersifat
verbalistik.
a. Kelebihan metode pembiasaan :
1) Menghemat tenaga dan waktu.
2) Pembiasaan bukan hanya dilakukan secara lahiriah, tetapi juga dilakukan secara
batiniah.
3) Pembiasaan akan membantu pembentukan kepribadian peserta didik.
11
b. Kelemahan metode pembiasaan :
1) Membutuhkan tenaga pendidik yang dapat dijadikan contoh yang baik dalam
menanamkan sebuah nilai-nilai kepada anak didik.
2) Proses pembiasaan berintikan pengulangan.
3) Harus dilakukan secara terus-menerus dan konsisten sehingga memerlukan
waktu yang lama.13

E. Hubungan Teori Belajar Dan Pembelajaran Akidah Akhlak

Teori belajar pada dasarnya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar terjadi
pada seorang individu. Artinya, teori belajar akan membantu dalam memahami bagaimana
proses belajar terjadi pada individu sehingga dengan pemahaman tentang teori belajar
tersebut akan membantu guru untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik,
efektif dan efisien. Dengan demikian, teori belajar dalam aplikasinya sering digunakan
sebagai dasar pertimbangan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.14

Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan


pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat oleh seorang manusia
serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.15

Aqidah akhlak merupakan gabungan dari dua kata, yakni aqidah dan akhlak. Aqidah
yaitu kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan dimana hati
membenarkannya sehingga timbulah ketenangan jiwa. Sedangkan pengertian lain dari
aqidah adalah kepercayaan kepada Allah SWT. dimana kepercayaan tersebut mencakup
enam kepercayaan atau disebut dengan rukun iman yaitu kepercayaan kepada: Allah,
malaikat, rasul utusan Allah, kitab yang diturunkan-Nya, hari kiamat, serta Qada’ dan Qadar
Allah.

13
Jurnal Studi Islam (Madinah), Heru Siswanto, Volume 1 No.2, Desember 2014, hal.85-92.
14
Herman, Pendekatan Teori Belajar dalam Proses Pembelajaran Aqidah Akhkak, Jurnal Penelitan Sosial
Agama, Vol. 4, No. 1, 2019, hal. 12.
15
Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish (2018), hal. 7.
12
Aqidah secara umum adalah kepercayaan, keimanan, keyakinan secara mendalam
dan benar lalu merealisasikannya dalam perbuatannya. Sedangkan aqidah dalam agama
Islam berarti percaya sepenuhnya kepada ke-Esa-an Allah, dimana Allah-lah pemegang
kekuasaan tertinggi dan pengatur atas segala apa yang ada di jagad raya.

Aqidah diibaratkan sebagai pondasi bangunan. Sehingga aqidah harus dirancang


dan sibangun terlebih dahulu dibanding bagian-bagian lain, aqidah pun harus dengan kuat
dan kokoh agar tidak mudah goyah yang akan menyebabkan bangunan menjadi runtuh.
Bangunan yang dimaksud disini adalah Islam yang benar, menyeluruh, dan sempurna.
Aqidah merupakan misi yang ditugaskan Allah untuk semua Rasul-Nya, dari pertama
sampai dengan yang terakhir. Aqidah tidak dapat berubah karena pergantian nama, tempat,
atau karena perbedan pendapat suatu golongan.

Sedangkan akhlak merupakan wujud realisasi dan aktualisasi diri dari aqidah
seseorang. Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk jamak dari kata khuluqun yang
artinya tabiat, budi pekerti, al-‘aadat yang artinya kebiasaan, al-muruu’ah yang artinya
peradaban yang baik, dan ad-din yang artinya agama.

Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang berakibat
timbulnya berbagai perbuatan secara spontan tanpa disertai pertimbangan. Akhlak dapat
juga diartikan sebagai perangai yang menetap pada diri seseorang dan merupakan sumber
munculnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara spontan tanpa adanya
pemaksaan, dari berbagai pengertian tentang akhlak, maka dapat ditarik sebuah benang
merah bahwa akhlak adalah sifat dasar manusia yang dibawa sejak lahir dan tertanam dalam
dirinya.

Dikarenakan akhlak berasal dari dalam diri seseorang secara spontan, maka
aktualisasinya adalah timbulnya akhlak mulia dan akhlak tercela. Akhlak mulia terlihat
pada berbagai perbuatan yang benar, terpuji, serta mendatangkan manfaat bagi dirinya dan
lingkungannya. Sedangkan akhlak tercela terlahir karena dorongan nafsu tercemin dari
berbagai perbuatan buruk, rusak, dan merugikan dirinya sendiri maupun lingkungannya.16

Jadi hubungan antara teori belajar dan pembelajaran aqidah akhlak yaitu secara
umum teori belajar berfungsi untuk mempermudah proses pembelajaran, jadi teori belajar

16
Dedi Wahyudi, Pengantar Aqidah Akhlak Dan Pembelajarannya, Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Book
(2017), hal. 2-3.
13
akan mempermudah proses pembelajaran aqidah akhlak yang nanti output-nya peserta didik
akan mampu memahami pembelajaran aqidah akhak dengan baik serta dapat
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapainya tujuan dari
pembelajaran aqidah akhlak dan terciptanya manusia yang berbudi luhur.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun jenis-jenis teori belajar yang terkenal dalam psikologi antara lain : pertama
yaitu teori belajar konstruktivisme (Piaget) yang lebih menekankan belajar sebagai kegiatan
manusia dalam membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Kedua yaitu teori belajar behaviorisme
(J.B. Watson) merupakan teori belajar yang berdasarkan atas perilaku. Teori belajar ini
dikembangkan atas dasar perubahan perilaku individu yang diberikan stimulus tertentu.
Ketiga yaitu teori belajar kognitif (Jean Piaget). Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya
terjadi dari tiga tahapan yaitu, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibirasi (penyeimbang). Piaget
berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. Keempat yaitu teori belajar humanistik yang menekankan
perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Teori ini menyakini bahwa
klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist
hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Teori belajar humanistik,
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Karakteristik mata pelajaran aqidah akhlak yang dimaksudkan ialah ciri khas mata
pelajaran tersebut jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya dalam lingkup
pendidikan agama Islam. Untuk menggali karakteristik mata pelajaran bisa bertolak dari
pengertian dan ruang lingkup mata pelajaran tersebut, serta tujuannya.
Ada beberapa metode dalam pembelajaran akidah akhlak. Diantaranya ppertama
metode ceramah yang merupakan suatu model pembelajaran yang baik untuk menanamkan
suatu kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk menghimbau kebiasaan-
kebiasaan yang baik. Kedua yaitu metode keteladanan mempunyai peranan yang sangat
signifikan dalam pencapaian keberhasilan pendidikan. Dalam metode ini guru harus bisa
mencerminkan perilaku yang baik kepada peserta didik, karena diharapkan peserta didik
meniru teladan yang baik dari seorang guru. Ketiga yaitu metode pembiasaan. Dalam
metode pembelajaran ini, pembiasaan dinilai sangat baik diterapkan kepada peserta
15
didiksejak dini, karena anak memiliki rekaman ingatan yang sangat kuat dan kondisi
kepribadiannya yang belum matang sehingga mereka mudah terlarut dalam kebiasaan-
kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari.

Hubungan antara teori belajar dan pembelajaran aqidah akhlak yaitu secara umum teori
belajar berfungsi untuk mempermudah proses pembelajaran, jadi teori belajar akan
mempermudah proses pembelajaran aqidah akhlak yang nanti output-nya peserta didik
akan mampu memahami pembelajaran aqidah akhak dengan baik serta dapat
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapainya tujuan dari
pembelajaran aqidah akhlak dan terciptanya manusia yang berbudi luhur.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rohmalia Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016).


Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam
proses pembelajaran. (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013).
Herman, Pendekatan Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran Akidah Akhlak, Jurnal
Penelitian Sosial Agama, Vol. 4, No. 1, 2019.
Suyono dan Haryono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014)
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2013).
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam.
INDONESIA, KEMENTRIAN AGAMA, Akidah Akhlak Buku Guru/Kementrian Agama,
(Jakarta: Kementerian Agama, 2004).
Jurnal Studi Islam (Madinah), Heru Siswanto, Volume 1 No.2, Desember 2014.
Herman, Pendekatan Teori Belajar dalam Proses Pembelajaran Aqidah Akhkak, Jurnal
Penelitan Sosial Agama, Vol. 4, No. 1, 2019, hal. 12.
Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish (2018).
Wahyudi Dedi, Pengantar Aqidah Akhlak Dan Pembelajarannya, Yogyakarta: Lintang Rasi
Aksara Book (2017), hal. 2-3.
Dr. Hj. Herliani, M.Pd., Dr. Didimus Tanah Boleng, M.Kes., dan Dr. Elsye Theodora
Maasawet, M.Pd., Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jawa Tengah, Penerbit
Lakeisha, 2021)

17

Anda mungkin juga menyukai