Anda di halaman 1dari 20

PENILAIAN PEMBELAJARAN FIQH DI MTS DAN MA

Makalah dikerjakan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen Pendidikan PAI Untuk
Difabel supaya mahasiswa belajar mandiri, terampil menggunakan media internet,
laptop, LCD, sehingga dimasa mendatang mereka mampu merealisasikannya di
masyarakat.

Dosen Pembimbing
Drs. H. Tahrir, M.Pd.I
Di susun oleh :
Kelompok 6 / Semester 6
1. Diana Qur’ani
2. Nunung Haryani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI (STAIS)


JL. KH. Sufyan Tsauri Telp. (0280)623562 Majenang 53257
Tahun Akademik 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh swt yang telah memberikan kita semua
kesehatan dan juga kesempatan sehingga dapat menyusun tugas makalah pembelajaran
fiqh yang berjudul Penilaian Pembelajaran Fiqh di MTS dan MA.
Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Tahrir, M.Pd.I selaku dosen
pengampu mata kuliah ini dan juga rekan-rekan semua yang telah memberi support dan
kerjasamanya dalam menyelesaikan tugas makalah ini secara baik.
Dengan terbentuknya makalah ini, semoga dapat memberikan manfaat untuk
kita semua. Kami menyadari sekali bahwa makalah ini masih banyak sekali kekurangan.
Maka dari itu, untuk para pembaca kami senantiasa menerima kritik dan saran dari
Anda semua. Terimakasih.

Wanareja , 9 April
2022
Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG...................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
TUJUAN PEMBAHASAN...........................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN PENILAIAN PEMBELAJARAN FIQH A...................................6
2.2 FUNGSI PENILAIAN PEMBELAJARAN..................................................7 FIQH
2.3 TUJUAN PENILAIAN FIQH DI MTS DAN MA..................................................8
2.4 PRINSIP PENILAIAN FIQH DI MTS DAN MA..................................................9

BAB III............................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berhasil atau tidaknya pendidikan dalam mencapai tujuannya pembelajaran
dapat dilihat setelah dilakukan penilaian terhadap out put atau lulusan yang
dihasilkannya. Jika output lulusan, hasilnya sesuai dalam tujuan pendidikan, maka
usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka ia dinilai
gagal. Dari sisi ini dapat dipahami bahwa penilaian sangat penting dilakukan oleh
guru agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan efektif. Dalam ruang lingkup
terbatas, penilaian pembelajaran dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat
keberhasilan peserta didik. Sedangkan dalam ruang lingkup luas, penilaian
pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan
suatu proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan yang di cita-citakan.
Adapun mata pelajaran fiqih merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan
pada jenjang madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah. Setiap kegiatan
pembelajaran memerlukan kegiatan penilaian untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kelemahan suatu proses pembelajaran, termasuk dalam
pembelajaran fiqih di madrasah. Kegiatan penilaian disini memegang peranan
penting sebab dengan adanya penilaian maka guru dapat mengetahui batas
kemampuan siswa dalam menguasai materi-materi yang telah diberikan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk memaparkan materi
tentang Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Fiqih di MTs dan MA
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian penilaian pembelajaran fiqh ?
2. Apa fungsi penilaian pembelajaran fiqh ?
3. Apa tujuan penilaian pembelajaran fiqh ?
4. Apa prinsip penilaian pembelajaran fiqh ?
5. Apa jenis penilaian pembelajaran fiqh ?
6. Apa teknik penilaian pembelajaran fiqh ?
7. Bagaimana pelaksanaan penilaian pembelajaran fiqih di MTs dan MA ?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk
mendeskripsikan:

1. Pengertian penilaian pembelajaran fiqh


2. Fungsi penilaian pembelajaran fiqh
3. Tujuan penilaian pembelajaran fiqh
4. Prinsip penilaian pembelajaran fiqh
5. Jenis penilaian pembelajaran fiqh
6. Teknik penilaian pembelajaran fiqh
7. Pelaksanaan penilaian pembelajaran fiqh
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 PENGERTIAN PENILAIAN FIQH
Penilaian dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Assessment yang berarti
menilai sesuatu. Menilai itu sendiri bararti mengambil keputusan terhadap sesuatu
dengan mengacu pada ukuran tertentu seperti menilai baik atau buruk, sehat atau sakit,
tinggi atau rendah, dan sebagainya.  Istilah asesmen (assessment) diartikan sebagai
penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes).
Secara umum, assessment dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan
informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan
keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program
pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Pendapat yang
serupa juga disampaikan oleh Akhmad sudrajat yang berpendapat bahwa penilaian
adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata).
Berdasarkan peryataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam
pembelajaran adalah suatu kegiatan membandingkan atau menerapkan hasil
pengukuran untuk memberikan nilai terhadap objek penilaian dalam konten
pembelajaran (memberikan nilai terhadap siswa).
2.2 Fungsi Penilaian Pembelajaran
Adapun fungsi penilaian pembelajaran, diantaranya adalah:
1. Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru
sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan
program remedial bagi peserta didik.
2. Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan
laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus-
tidaknya peserta didik.
3. Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang (psikologis, fisik dan
lingkungan) peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, dimana hasilnya
dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitankesulitan tersebut.
4. Fungsi motivasi, yaitu pelaksanaan penilaian dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk berprestasi yang lebih tinggi.
Penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar-mengajar juga berfungsi sebagai
berkut:
1. Untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan pengajaran, dalam hal ini adalah
tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat
penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh para siswa. Dengan
perkataan lain dapat diketahui hasil belajar yang dicapai para siswa.
2. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar-mengajar yang telah dilakukan
oleh guru. Dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil tidaknya ia
mengajar. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak semata-mata
disebabkan oleh kemampuan siswa tetapi juga bisa disebabkan kurang
berhasilnya guru mengajar. Melalui penilaian, berarti menilai kemampuan guru
itu sendiri dan hasilnya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya,
yakni tindakan mengajar berikutnya.

Dengan demikian fungsi penilaian dalam proses belajar-mengajar bermanfaat ganda,


yakni bagi siswa dan bagi guru. Penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan dalam dua
tahap.
1. Tahap jangka pendek, yakni penilaian yang dilaksanakan oleh guru pada akhir
proses belajar-mengajar. Penilaian ini disebut penilaian formatif.
2. Tahap jangka panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar-
mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu,
misalnya penilaian tengah semester atau penilaian pada akhir semester. Penilaian
ini disebut penilaian sumatif.

2.3 Tujuan Penilaian Pembelajaran Fiqh


Ada beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui penilaian pembelajaran.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana yang menyebutkan bahwa tujuan
penilaian pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan
dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang
ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula
posisi kemampuan peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lainnya.

- Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni


seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku peserta didik ke
arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

- Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan


penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem
pelaksanaannya.

- Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak satuan


pendidikan kepada pihak yang berkepentingan.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa penilaian pembelajaran fiqih


dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran fiqih dapat berjalan sesuai yang
diharapkan baik terhadap siswa maupun guru. Dalam pembelajaran, evaluasi
tidak hanya tertuju pada siswa semata namun juga pada guru-guru yang
mengajar siswa tersebut.

2.4 Prinsip Penilaian Pembelajaran Fiqh


Prinsip-prinsip Penilaian Pembelajaran, dalam konteks hasil belajar
menurut Depdiknas, terdapat prinsip-prinsip umum penilaian yaitu:
-Mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai
dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran;
-Mengukur sampel tingkah laku yang representatif dari hasil belajar dan bahan-
bahan yang tercakup dalam pengajaran; mencakup jenis-jenis instrumen
penilaian yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan;
-Direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang digunakan
secara khusus;
-Dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara
hati-hati;
-Dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian.
Setidaknya ada tujuh prinsip yang harus diperhatikan oleh guru atau pengajar
yang pada intinya menjadi faktor penunjang dalam melakukan kegiatan
penilaian.
1. Prinsip berkesinambungan (continuity)
Kegiatan penilaian hasil belajar yang baik adalah penilaian yang dilaksanakan
secara terus menerus, artinya guru harus selalu memberikan penilaian kepada
peserta didik sehingga kesimpulan yang diambil akan lebih tepat. Penilaian yang
dilakukan secara teratur, terencana dan terjadwal maka memungkinkan bagi
guru untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai
kemajuan dan perkembangan peserta didik dari awal hingga akhir program
pembelajaran.
2. Prinsip menyeluruh (comprehensive) 
Penilaian hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila penilaian
tersebut dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh, mencakup keseluruhan aspek
tingkah laku siswa, baik aspek berfikir (cognitive domain), aspek nilai atau sikap
(affective domain), maupun aspek ketrampilan (psychomotor domain) yang ada
dimasing-masing siswa.
3. Prinsip obyektivitas (obyectivity)
Prinsip obyektivitas ini terutama berhubungan dengan alat penilaian yang
digunakan. Maksudnya, alat penilaian yang digunakan hendaknya mempunyai
tingkat kebebasan dari subyektivitas atau bias pribadi guru yang bisa
mengganggu. Suatu penilaian dikatakan memiliki obyektivitas apabila dalam
pelaksanaannya tidak ada factor subyektif yang mempengaruhi, baik yang
menyangkut bentuk penilaian maupun dari pihak penilai sendiri.
4. Prinsip validitas (validity)
Validitas atau kesahihan merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa alat
penilaian yang dipergunakan benar-benar dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Validitas merupakan ketepatan, misalnya untuk mengukur besarnya
partisispasi siswa dalam proses pembelajaran, bukan diukur melalui nilai yang
diperoleh saat ulangan, tetapi dilihat melalui kehadiran, konsentrasi pada saat
belajar, dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
dalam arti relevan dengan permasalahannya.
5. Prinsip reliabilitas (reliability)
Reliabilitas adalah suatu pengukuran sejauhmana pengukuran tersebut tanpa bias
(bebas kesalahan) dan karena itu menjamin pengukuran yang lintas waktu dan
lintas beragam item dalam instrument. Dalam kata lain kehandalan suatu
pengukuran merupakan suatui indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi
dimana instrument mengukur konsep dan membantu menilai ketepatan sebuah
pengukuran. Artinya hasil dari suatu penilaian yang dilakukan menunjukkan
suatu ketepatan ketika diberikan kepada para siswa yang sama dalam waktu
yang berlainan.
6. Prinsip penggunaan kriteria
Penggunaan kriteria yang diperlukan dalam penilaian adalah pada saat
memasuki tingkat pengukuran dengan menggunakan standar mutlak ( penilaian
acuan patokan) maupun pengukuran dengan standar relatif ( penilaian acuan
norma). Dalam penilaian acuan patokan, misalnya apabila siswa diberi 100 soal
dan setiap soal memiliki bobot 1, maka kedudukan siswa ditentukan berdasarkan
jumlah jawaban yang benar terhadap pertanyaan tersebut. Apabila angka 70
dianggap bahwa siswa telah menguasai materi maka siswa dinyatakan berhasil
apabila mendapat angka 70 atau lebih. Sedangkan penilaian acuan norma
dilakuikan dengan membandingkan nilai yang diperoleh seorang siswa dengan
nilai siswa-siswa lainnya di kelas tersebut.
7. Prinsip kegunaan
Prinsip kegunaan ini menyatakan bahwa penilaian yang dilakukan hendaklah
merupakan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi siswa maupun bagi pelaksana
atau guru. Apabila pelaksanaan penilaiani hanya akan menyusahkan siswa, tanpa
ada manfaat bagi dirinya secara pedagogis, maka sebaiknya penilaian itu tidak
dilakukan. Kemanfaatan ini diukur dari aspek waktu, biaya, dan fasilitas yang
tersedia maupun jumlah siswa yang akan mengikutinya.
2.5 Jenis Penilaian Pembelajaran Fqih
Adapun jenis-jenis penilaian sebagai berikut:
1. Penilaian formatif
Penilaian yang pdilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk
melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan
penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan
strategi pelaksanaannya.
2. Penilaian sumatif
Penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan,
akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang
dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai
oleh para siswa.
3. Penilaian diagnostik
Penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor
penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar,
pengajaran remidial (remidial teaching), menemukan kasus-kasus kesulitan
belajar, dan sebagainya.
4. Penilaian selektif
Penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan
masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
5. Penilaian Penempatan
Penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang
diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang
diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan
kata lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi
program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.
2.6 Teknik Penilaian Pembelajaran Fiqh
Evaluasi dan penilaian pembelajaran yang dilakukan baik dengan teknik tes
maupun dengan teknik non-tes ditujukan untuk dua hal. Pertama, untuk
mengukur prestasi atau kemajuan belajar siswa. Kedua, untuk memberikan
umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki atau meningkatkan
pembelajaran, baik yang menyangkut kelemahan atau kekurangan siswa maupun
guru dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran.
1. Tekinik Tes
a. Tes Formatif
Tes formatif (formative test) adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui, sudah sejauh mana peserta didik telah terbentuk (sesuai
dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif ini biasa
dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan
berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah tes formatif ini biasa dikenal
dengan istilah ulangan harian. Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah
diketahuinya hasil tes formatif adalah: jika materi yang diteskan itu telah
dikuasai dangan baik, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok
bahasan yang baru; dan jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka
sebelum dilanjutkan dengan pokok-pokok bahasan baru, terlebih dahulu
diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum dikuasai oleh
peserta didik.
b. Tes Sumatif
Tes sumatif (summative test) adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan
setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Di
sekolah tes ini dikenal dengan istilah ulangan umum atau EBTA (Evaluasi
Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya digunakan untuk mengisi nilai rapor
atau mengisi ijazah. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah
mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu,
sehingga dapat ditentukan: kedudukan dari masing-masing peserta didik
ditengah-tengah kelompoknya; dapat atau tidaknya peserta didik untuk
mengikuti program pengajaran berikutnya; serta kemajuan peserta didik
untuk diinformasikan kepada pihak orang tua, petugas bimbingan dan
konselin, lembaga-lembaga pendidikan lainnya atau pasaran kerja yang
tetuang dalam bentuk rapor atau ijazah.
2. Teknin Non-Tes
Penilaian nontes adalah proses penilaian yang dilakukan tidak dengan
melakukan tes atau ujian.Teknik ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
-Pengamatan (Observasi)
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-
bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
-Wawancara (Interview)
Secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya
jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta
tujuan yang telah ditentukan.
2.7 Pelaksanaan Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Fiqih di Madrasah
Berbicara tentang pelaksanaan evaluasi dan penilaian pembelajaran
dalam proses belajar mengajar, berarti tidak terlepas dari sistem atau cara
pelaksanaannya itu sendiri. Agar suatu pekerjaan evaluasi dan penilaian
dapat terlaksana dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan
hendaknya terlebih dahulu mengambil langkah-langkah sebagai berikut
(langkah dibawah ini juga bisa diterapkan dalam pembelajaran fiqih di
madrasah):

1. Menetapkan Perencanaan Penilaian Pembelajaran

Perencanaan adalah langkah penting yang harus dilalui dalam


melaksanakan evaluasi dan penilaian, supaya dalam pelaksanaannya ada
kesesuaian antara perencanaan dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk
itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan disiapkan dalam
membuat perencanaan tersebut, yaitu:

 -Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan


evaluasi sangat penting, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi
akan berjalan tanpa arah dan jadi kehilangan arti dan fungsi.

-Menetapkan aspek apa saja yang akan dievaluasi, seperti pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.

-Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan dalam


pelaksanaan evaluasi, misalnya menggunakan metode tes atau metode
non-tes

-Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi belajar itu sendiri (kapan


dan berapa kali evaluasi itu dilaksanakan).
Setelah guru membuat perencanaan tersebut dalam pelaksanaan evaluasi
dan penilaian, selanjutnya penyusunan soal tes yang akan diberikan
kepada peserta didik. Penyusunan soal tes tersebut harus sesuai dengan
tujuan penilaian, bahan pengajaran yang diberikan, metode apa yang
digunakan dalam penilaian dan bentuk soal yang disusun agar soal tes
yang disusun dapat mengukur kemampuan anak secara tepat dan
objektif.

2. Menentukan Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran

Setelah membuat perencanaan, maka langkah selanjutnya adalah


melaksanakan penilaian pembelajaran tersebut, dalam pelaksanaannya
dapat digunakan tiga macam teknik tes, yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes
perbuatan. Sebelum dilaksanakannya tes tertulis, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu: soal yang telah ditulis sebelumnya; menentukan
jumlah pertanyaan; pertanyaan mencakup seluruh bahan; kalimat
pertanyaan harus jelas; dan ada kunci jawaban.

Untuk tes formatif pelaksanaannya tidak membutuhkan perencanaan dan


langkah yang kompleks karena pelaksanaan dan penyusunan soal tes itu
dilakukan oleh guru mata pelajaran masing-masing. Tetapi untuk tes
sumatif membutuhkan perencanaan dan kerja sama dari semua staf
sekolah. Sedangkan untuk tes lisan atau perbuatan penilaiannya langsung
dilakukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan, tes ini biasanya
digunakan pada pre tes atau post tes.

3. Menentukan Pemberian Nilai Hasil Evaluasi

Setelah pelaksanaan evaluasi berakhir, maka langkah selanjutnya adalah


mengoreksi atau memberi nilai/angka pada setiap hasil tes siswa. Namun
demikian penetapan skor harus sudah dilakukan sebelum tes itu
dilaksanakan, sehingga tinggal membandingkan skor yang diperoleh
siswa dengan skor yang secara keseluruhan. Maka akan di peroleh hasil
evaluasi tersebut.

4. Tindak Lanjut Terhadap Evaluasi

Sebagai tindak lanjut terhadap hasil evaluasi yang telah dicapai siswa,
ada dua hal yang bisa dilakukan guru yaitu: program perbaikan dan
program pengayaan. Program perbaikan diadakan bagi siswa yang
nilainya dianggap masih kurang, sedangkan program pengayaan
diadakan bagi siswa yang nilainya sudah baik. Kedua hal tersebut
dilakukan agar nilai yang diperoleh siswa akan maksimal, namun
demikian tingkat kepentingan berbeda. Kegiatan pengayaan tingkat
kepentingannya terletak pada para siswa yang tidak mengalami kesulitan
belajar, sedangkan kegiatan perbaikan tingkat kepentingannya khususnya
bagi para siswa yang mengalami kesulitan belajar atau kegagalan belajar.
Sehinnga apabila kedua tingkat kepentingan ini dibandingkan, maka
kegiatan perbaikan mempunyai kedudukan yang lebih penting, karena
menyangkut masa depan para siswa yang memerlukan bantuan baik yang
berupa bimbingan memecahkan kasus kesulitan atau kegagalan belajar
mereka. Dengan demikian, guru yang telah menyelenggarakan
pengajaran pokok disertai dengan kegiatan perbaikan dan pengayaan
berarti menunaikan tugas sepenuhnya.

-Program Perbaikan

Program perbaikan adalah suatu bentuk pengajaran yang bermaksud


untuk menyembuhkan, membetulkan, dan membuat jadi lebih baik”.
Kegiatan perbaikan ini dapat dilaksanakan dengan lebih dahulu melihat
hasil penilaian tes formatif bagi siswa taraf penguasaannya terhadap
bahan pengajaran kurang dari 70%. Tujuan dilaksanakannya program
perbaikan ini supaya mereka dapat secara tuntas menguasai bahan
pelajaran yang telah diajarkan. Dalam pembelajaran fiqih, tentu saja
program perbaikan sangat perlu dilakukan, karena keterampilan-
keterampilan yang ditekankan dalam pembelajaran fiqih tentu saja harus
dikuasai oleh semua siswa agar tujuan pembelajaran fiqih tersebut dapat
tercapai. Adapun bentuk-bentuk kegiatan perbaikan antara lain:
mengajarkan kembali (kegiatan perbaikan dilaksanakan dengan jalan
mengajarkan kembali bahan-bahan yang sama) kepada para siswa yang
memerlukan bantuan dengan cara penyajian yang berbeda dalam hal-hal
sebagai berikut: 

Mengajarkan belajar mengajar dalam situasi kelompok yang telah


dilakukan.
Melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Memberikan dorongan (motivasi) kepada siswa pada kegiatan belajar.
Bimbingan individu/kelompok kecil.
Memberikan pekerjaan rumah.
Menyususn siswa mempelajari bahan yang sama dari buku-buku.
Pelajaran, buku paket atau sumber-sumber bacaan yang lain.
Guru menggunakan alat bantu audio visual yang lebih banyak.
Bimbingan: oleh wali kelas, guru bidang studi, guru BP, atau tutor.
-Program Pengayaan

Program pengayaan adalah kegiatan tambahan yang diberikan kepada


siswa yang telah mencapai ketentuan dalam belajar yang dimaksudkan
untuk menambah wawasan atau memperkuat pengetahuannya dalam
materi yang telah dipelajari. Program pengayaan dapat berupa vertikal
atau horizontal, pengayaan yang bersifat vertikal dimaksudkan agar
siswa merasa lebih mantap dan lebih meyakini materi yang telah
dipelajari. Dalam hal ini mata pelajaran yang diberikan lebih tinngi
daripada materi yang sudah dipelajari.

Program pengayaan ini diberikan kepada siswa yang taraf


penguasaannya terhadap materi pelajaran lebih dari 70% dan bagi siswa
yang yang taraf penguasaannya lebih dari 80% sudah bisa dikatakan
berhasil dan bahan pelajaran dapat dilanjutkan pada pembahasan materi
berikutnya. Bentuk pelaksanaan program pengayaan berupa: membantu
teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan belajar; kegiatan
perorangan berupa membaca, mempelajari bahan pelajaran,
menyelesaikan tugas atau mengerjakan pekerjaan rumah (PR); serta
mengulang lagi latihan-latihan yang sebelumnya pernah dikerjakan.

BAB III
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan membandingkan
atau menerapkan hasil pengukuran untuk memberikan nilai terhadap objek
penilaian dalam konten pembelajaran (memberikan nilai terhadap siswa).
Pada umumnya, fungsi penilaian pembelajaran terdiri dari fungsi
formatif, sumatif, diagnostic, penempatan, dan motivasi.
Secara umum tujuan penilaian pembelajaran adalah untuk
mendeskripsikan kecakapan belajar siswa; mengetahui keberhasilan proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah; menentukan tindak lanjut hasil
penilaian; dan memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak
satuan pendidikan kepada pihak yang berkepentingan.
Penilaian pembelajaran meliputi teknik tes dan teknik non-tes. Tes yaitu
cara untuk mendapatkan hasil dari pengukuran atau perbandingan
kemampuan yang dimiliki antar dua orang atau lebih yang dilaksanakan
secara sistematis dan mempunyai standar objektif seperti pada tes tulis
berupa pilihan ganda atau soal uraian. Adapun teknik non-tes di antaranya
seperti pengamatan (observasi), wawancara, dan pemeriksaan dokumen.
Penilaian pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan memperoleh
hasil yang memuaskan hendaknya terlebih dahulu mengambil langkah-
langkah sebagai berikut: menetapkan perencanaan evaluasi dan penilaian,
menentukan pelaksanaan evaluasi dan penilaian, menentukan pemberian
nilai hasil evaluasi, dan tindak lanjut terhadap evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Departemen Agama RI. T.th. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Dinbaga.
NK, Roestiyah. 1982. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.
Pusdiklat Pegawai Kemendikbud RI. 2016. Penilaian Hasil Belajar: Pendidikan dan
Pelatihan Teknis Kegiatan Belajar Mengajar Bagi Pamong Belajar. Jakarta:
Kemendikbud RI
SW, Ischak dan Warji R. 1987. Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar.
Yogyakarta: Liberty.
Usman, Uzwar dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wulan, Elis Ratna dan H. A. Rusdiana. 2014. Evaluasi Pembelajaran dengan
Pendekatan Kurikulum 2013. Bandung: Pustaka Setia Bandung.

Anda mungkin juga menyukai