Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINIRISET

MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH ( MDTA )

KUSUMA SEI KERA HULU NO. 262 KECEMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA
MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Disusun Oleh :

1. Tengku Muhammad Alfi Syahrin ( 0301203269 )


2. Neliana Pohan ( 0301203284 )
3. Mawadatus Shifa ( 0301203302 )
4. Pebi Nurmala ( 0301203297 )
5. Evy Rizky Sari Siregar ( 0301203306 )
6. Alfina Azisi Br Purba ( 0301201174 )
7. Afifatuh Rahma ( 0301203293 )

Dosen Pengampu Pendidikan MDTA :

Nuristiqamah Awaliyahputri B., S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MEDAN

SUMATERA UTARA

2022
PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian kami yang berjudul, “Penelitian
MDTA Kusuma” dapat kami selesaikan dengan baik. Begitu pula atas limpahan kesehatan
dan kesempatan yang Allah Swt karunia kepada kami sehingga penelitian ini dapat kami
susun melalui beberapa sumber yakni melalui informasi masyarakatt maupun dan tenaga
pendidikan.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas riset ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dan Dosen Pembimbing
kami, Ibu Nuristiqamah Awaliyahputri B., S.Pd., M.Pd, dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan
dokumentasi yang terdapat dalam riset ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah Swt. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan riset kami selanjutnya.

Demikian penelitian ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, yang kami
angkat pada riset ini, kami mohon maaf. Tim peneliti menerima kritik dan saran seluas-
luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya ilmiah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Medan, 12 Desember 2022

Penulis
A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di
Dunia, sekitar 89% dari 224 juta penduduknya adalah beragama Islam menurut laporan Biro
Pusat Statistik (dalam (Zainuri, 2017, hal. 1). Dengan jumlah populasi penduduk mayoritas
muslim terbesar tesebut, maka sudah selayaknyalah pemerintah sangat serius menangani
kebutuhan akan pengetahuan tentang agama Islam. Di samping itu adanya peningkatan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agama untuk kebutuhan individu
mereka. Perkembangan lembaga pendidikan Al-Qur’an yang begitu pesat saat ini
mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah lembaga pendidikan dan siswa yang terus bertambah. Keberadaan lembaga
pendidikan Al-Qur’an membawa misi yang sangat mendasar terkait dengan pentingnya
memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an sejak dini. Pada masa penjajahan
hampir di semua desa yang penduduknya mayoritas beragama Islam terdapat Madrasah
dengan nama dan bentuk yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain. “Di
daerah padang misalnya disebut dengan Madras, di daerah sunda disebut dengan Sakola
Agama atau Madrasah dan di daerah lainnya yang sejenis dengan Madrasah banyak
menggunakan istilah atau penamaan yang berbeda” (Muhlis, 2016),
http://fkdtkotabandungjuara.org). Saat ini pemerintah telah menyediakan lembaga
pendidikan yang dikhususkan untuk mendalami ilmu Agama Islam yang bersumber dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah baik yang formal, non-formal dan informal. Pemerintah menetapkan
hal tersebut, melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Adapun terkait fungsi pendidikan keagamaan sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat


yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan / atau menjadi ahli ilmu
agama. Pendidikan keagamaan diselenggarakan pada jalur formal, non-formal, dan
informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,
pabinaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. Ketiga jalur pendidikan tersebut
merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain. Terkait dengan pendidikan
non formal, maka pemerintah dalam hal ini membentuk suatu wadah pendidikan yang
disebut dengan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT). MDT Berdasarkan keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3201 Tahun 2013 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Minimal Madrasah Diniyah Takmiliyah, menerangkan bahwa “Madrasah
Diniyah Takmiliyah merupakan salah satu bentuk pendidikan keagamaan non formal yang
telah memberi kontribusi besar terhadap pembangunan bangsa”. Keberadaannya bukan
hanya sebagai pelengkap pendidikan formal, juga mempersiapkan siswa dan membangun
bangsa berkarakter Islami dan berwawasan kebangsaan. Sebagai bentuk usaha serius
pemerintah dalam hal pengelolaan MadrasahMadrasah di seluruh Indonesia, maka
pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama telah mengupayakan suatu sistem informasi
yang dapat dimanfaatkan untuk memudahkan informasi tentang perkembangan sekolah,
pondok pesantren maupun perguruan tinggi Islam yang disebut dengan Education
Management Information System Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (EMIS
DIRJENPENDIS). Manfaat EMIS DIRJENPENDIS adalah “Untuk melakukan pendataan
lembaga pendidikan keagamaan Islam yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, seperi Pondok Pesantren, Diniyah Takmiliyah, Lembaga Pendidikan Al-
Qur’an (LPQ), Pendidikan Diniyah Formal yang berada di bawah naungan Pondok
Pesantren” (Pd-Pontren, 2017), http://emispendis.kemenag.go.id). Hasil dari pendataan
EMIS ini menurut Biro Humas Data dan Informasi Kementerian Agama (2018),
https://kemenag.go.id) diperoleh bahwa sebanyak 84.566 Madrasah Diniyah Takmiliyah
yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Tercatat ada 489.448 tenaga pengajar, dan
6.000.062 siswa usia pendidikan dasar hingga menengah yang belajar. Sedangkan hasil
pendataan khusus di wilayah Kota Bandung apabila dikhususkan kepada Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah.

(MDTA) yang kedudukannya setingkat jenjang pendidikan SD, terdata sebanyak 1.134
MDTA dan sebanyak 6.201 guru yang mengajar serta 75.264 siswa yang tersebar di 30
kecamatan. Demikian menurut Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat. Kondisi ideal Madrasah berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3201 Tahun 2013 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Minimal Diniyah Takmiliyah, bahwa Madrasah Diniyah Takmiliyah seharusnya
mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai tolak ukur kinerja pelayanan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama dan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Perubahan paradigma baru dalam penyelenggaraan Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah pada era ini, mengubah anggapan sebelumnya yang hanya sebagai
pengajian biasa untuk mengisi waktu luang anak-anak di rumah setelah pulang sekolah.
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukaan melalui sesuatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku
objek sasaran. Dalam tindak lanjut yang dilakukan oleh tim peneliti, kami
melakukan teknik tersebut yaitu dengan teknik pengamatan, hal itu dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara keseluruhan dan dapat dipastikan pula untuk
membantu informasi di teknik wawancara yang apabila berkemungkinan berbeda
dengan teknik informasi yang kami dapatkan, contohnya ialah kami mengamati
lingkungan sekitas MDTA melihat proses pembelajaran yang sedang berlangsung
hingga multicultural didalamnya.

2. Wawancara

Teknik wawancara merupakan cara sistematis untuk memperoleh informasi-


informasi dalam bentuk pernyataan-pernyataan lisan mengenai suatu obyek atau
peristiwa pada masa lalu, kini, dan akan datang. Adapun data wawancara yang kami
lakukan ialah :

Pertanyaan Jawaban
Kapan berdirinya Madrasah Diniyah Madrasah Diniyah kusuma medan berdiri
Takmiliyah Awaliyah Kusuma pada tanggal 16 Juli 2017. Yang disahkan
Medan ? oileh PPAI Slahung Bapak Zaenal Abidin.
Yang disaksikan oleh perangkat desa dan
Kepala lurah Sei kera hulu.
Motivasi apakah yang mendorong Motivasi yang mendorong berdirinya
berdirinya Madrasah Diniyah Madrasah Diniyah Kusuma Medan adalah
Takmiliyah Awaliyah Kusuma untuk menanggulangi atau memberantas buta
Medan ? huruf Al-Qur’an dan mendidik agar anak
berakhlakul kharimah sesuai dengan ajaran
Islam.
Berapa jumlah seluruh santri Jumlah keseluruhan santri hanya 40 Orang
Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah Kusuma Medan ?
Kapan Kapan pelajaran di MDTA Pembelajaran di madin dimulai jam 15.15,
kusuma ini dimulai? tetapi kadang ada anak yang terlambat.
Mereka yang terlambat akan dikenai sanksi,
biasanya disuruh menghafalkan surat pendek
atau membersihkan halaman sekolah. Sanksi
ini diadakan agar anak tidak mengulangi
kesalahan lagi.
Materi apa saja yang diberikan, Selain dituntut berkemampuan membaca Al-
khususnya mengenai pembinaan Qur’an, anak (santri) dibimbing pula dengan
akhlak anak? materi tambahan yang berfungsi sebagai
bekal amalan dan ibadah. Meskipun sebagai
materi tambahan, namun dalam
penyampaiannya termasuk diprioritaskan
khususnya dalam rangka pembinaan akhlak
anak. Materi-materi yang sangat menunjang
pembinaan akhlak adalah fiqih dan akhlak.
Fiqih berkaitan dengan pendidikan ibadah
dan akhlak berkaitan dengan pendidikan
akhlak.
Bagaimana metode yang diterapkan Melalui nasihat kepada santri, sanksi bagi
Madrasah Diniyah, khususnya yang melanggar peraturan
mengenai pembinaan budi pekerti
anak untuk mendorong anak
bersikap baik atau berakhlak mulia?
Kegiatan apa saja yang dilakukan di Kegiatan yang dilakukan dengan penanaman
Madrasah Diniyah? akhlak anak adalah pidato, hafalan surat
pendek, hafalan doa sehari-hari, hafalan Juz
‘amma. Selain itu santri juga diajarkan cara
wudhu dan sholat dengan benar. Selain itu,
Ketika anak sering tidak masuk madin, kita
sebagai pengganti orang tua di sekolah, harus
mencari tau alasannya dengan cara
pendekatan secara individu. Pemberian
bantuan ini diharapakan mampu
memecahkan kesulitan yang dialami dengan
langkah-langkah bijaksana dan baik untuk
dirinya dan juga orang lain.
Faktor apa saja yang menjadi Faktor yang menjadi pendukung terhadap
pendukung di Madrasah Diniyah? pelaksanaan kegiatan di Madrasah Diniyah
adalah mereka yang aktif dengan kesadaran
sendiri mengikuti segala kegiatan di
Madrasah Diniyah kusuma medan.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan transkip,
buku, surat, dokumentasi, dan sebagainya. Pemanfaatan data sekunder akan menghemat
waktu karena tidak menyusun instrument penelitian, mencari sumber data yang di perlukan.
C. HASIL RISET DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan observasi, wawancara, dan mengumpulkan beberapa dokumen di
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (MDTA) Kusuma Sei Kera Hulu No. 262
Kecematan Medan Perjuangan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara, maka akan kami
uraikan hasil riset tersebut secara terperinci.

1. Profil Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (MDTA) Kusuma


MDTA kusuma berdiri tahun 1997 atas saran dari ibu asra salah satu pendidik di
RA KUSUMA karena untuk menambah kegitan dan ilmu anak" RA agar tidak
hanya bermain setelah pulang sekolah akan tetapi mendapat ilmu tambahan
seperti bisa membaca Al-Quran, bahasa arab, berahklak baik. Alamat MDTA
tersebut di desa Sei Kera Hulu No. 262 Kecematan Medan Perjuangan Kota
Medan Provinsi Sumatera Utara.

2. Struktut Lembaga
Dalam lembaga ini setiap kelasnya hanya dipegang oleh satu orang guru pada
semua mata pelajaran.
Nama guru dan Kelas :
Kelas 1 : Ummi Cahaya
Kelas 2 : Ummi Ita
Kelas 3 : Ummi Nabila

3. Data santri
Jumlah Santri 30 Orang, dan setiap kelas berjumlah 10 orang.

4. Kondisi Ruang Kelas


Kondisi ruang kelas saat ini masih layak dipakai, sebab tidak ada kerusakan
fasilitas didalamnya, adapun media alat pembelajaran seperti papan tulis, meja,
kursi, buku, jam ada , namun ruangan tersebut kurang luas sehingga hanya di
tempat 10 orang perkelas.
5. Waktu dan Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran di MDTA dimulai jam 15.15, tetapi kadang ada anak yang
terlambat. Mereka yang terlambat akan dikenai sanksi, biasanya disuruh
menghafalkan surat pendek atau membersihkan halaman sekolah. Sanksi ini
diadakan agar anak tidak mengulangi kesalahan lagi.
.

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )


RPP dari MDTA tersebut tidak ada dan tidak tersedia

7. Mata Pelajaran dan Buku Rujukan


Selain dituntut berkemampuan membaca Al-Qur’an, anak (santri) dibimbing pula
dengan materi tambahan yang berfungsi sebagai bekal amalan dan ibadah.
Meskipun sebagai materi tambahan, namun dalam penyampaiannya termasuk
diprioritaskan khususnya dalam rangka pembinaan akhlak anak. Materi-materi
yang sangat menunjang pembinaan akhlak adalah fiqih dan akhlak. Fiqih
berkaitan dengan pendidikan ibadah dan akhlak berkaitan dengan pendidikan
akhlak.
8. Penilaian
Penilaian dari UTS , UAS , dan Penilaian harian para ustadzah dapat menentukan
angka kuantitatif pada setiap kualitas yang disajikan di raport, misalnya untuk
kriteria perlu bimbingan antara 0-60, kriteria cukup antara 61-70, kriteria baik
antara 71-80, dan sangat batik antara 81-100. Ustadzah menentukan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran pada kualitas yang diyakininya, misalkan pada
kualitas cukup, peserta didik dianggap telah mencapai kriteria ketercapaian
kompetensi.

9. Penerimaan Santri
Usia Minimal Untuk bisa mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah
Awaliyah, anak santri perlu memiliki usia minimal yang ditetapkan oleh
Madrasah Diniyah Awaliyah tersebut. Biasanya untuk masuk ke tingkatan
Madrasah Diniyah jenjang kelas satu hingga empat, usia anak minimal adalah
sudah berada pada tingkatan kelas tiga sekolah dasar. Murid kelas tiga sekolah
dasar dianggap telah memiliki pemahaman untuk menerima materi-materi
pendidikan Islam yang diajarkan di Madrasah Diniyah Awaliyah. Syarat lain
yang perlu dilakukan untuk mendaftarkan calon santri ke Madrasah Diniyah
Awaliyah adalah dengan membayar biaya pendaftaran atau infaq yang ditetapkan
oleh Madrasah Diniyah Awaliyah tersebut.Besaran biaya pendaftaran ini tentunya
bervariasi di setiap Madrasah Diniyah Awaliyah dan biasanya juga sudah
termasuk biaya-biaya lain seperti biaya foto, rapor, serta seragam yang akan
didapatkan oleh murid tersebut. Itulah beberapa syarat pendaftaran masuk MDA
Madrasah Diniyah Awaliyah.

10. Dokumen Pendukung Lainnya


D. PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil mini riset yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa Madrasah Diniyah merupakan salah satu lembaga yang terus berusaha untuk
memberikan kontribusi berarti bagi masyarakat sekitar khususnya dalam bidang
pendidikan agama. Dalam eksistensinya Madrasah Diniyah Awaliyah Islamiyah
memiliki beberapa kekuatan seperti memiliki bangunan sendiri, sumber daya manusia
yang rata-rata S1, serta lokasi yang mudah dijangkau dari berbagai daerah sekitar,
namun demikian Madrasah Diniyah Awaliyah Islamiyah ini masih memiliki kelemahan
dalam pengadimistrasian pembelajaran, proses pembelajaran yang monoton dan
kesadaran orang tua yang semakin menurun akan pentingnya pendidikan diniyah.

Dari hasil pengamatan penulis, Madrasah Diniyah Awaliyah Islamiyah ini memiliki
peluang yang cukup besar untuk menjadi Madrasah Diniyah yang handal jika mampu
memaksimalkan manajemen madrasah khususnya yang berhubungan dengan
administrasi dan sumber daya manusia. Madrasah Diniyah Awaliyah Islamiyah juga
harus bisa membangun komunikasi dengan orang tua khususnya dalam mendukung
proses pembelajaran bagi anak-anaknya dengan melakukan pembatasan bagi anak
dalam melihat tayangan televise.

2. KENDALA DAN SOLUSI

KENDALA SOLUSI

3. PROFIL TIM PENELITI

FOTO IDENTITAS
Tengku Muhammad Alfi Syahrin.Usia
21 tahun, lahir di Bahorok, 25
September 2001. Asal daerah dari
Kel. Pekan Bahorok, Kecamatan
Bahorok, Kabupaten Langkat,
Provinsi Sumatera Utara.
LAMPIRAN

Surat Izin Mini Riset dari Prodi PAI

Foto Kegiatan Kerjasama Pembuatan Laporan Mini Riset

Anda mungkin juga menyukai