Anda di halaman 1dari 27

KONSEP DASAR KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN SKOPE KEBIJAKAN

PENDIDIKAN SERTA KEBIJAKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM


BERBASIS WAHDATUL ULUM

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Kelompok pada mata kuliah

“ Kebijakan Pendidikan Islam ”

Dosen Pengampu : Rahmat Rifa’i Lubis, M.Pd.I

Disusun Oleh :

KELOMPOK I

1.Pebi Nurmala ( 0301203297)

2. Rabiatul Adawiyah Rangkuti ( 0301203295 )

3. Tengku Muhammad Alfi Syahrin ( 0301203269 )

KELAS PAI 7 / SEMESTER V

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN ( FITK )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
PENDAHULUAN

Kebijakan pendidikan merupakan suatu hal yang utama untuk menentukan


arah dan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan dalam suatu negara. Dalam
penyelenggaraan pendidikan di setiap lembaga pendidikan tidak akan pernah lepas
dari suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan dalam negera tempat lembaga
pendidikan itu ada. Di Indonesia, yang merupakan negara hukum juga
menitikberatkan sektor pendidikan sebagai wahana untuk memajukan negaranya.
Bagaimana tidak? Kebijakan demi kebijakan dibongkar pasang untuk
menghasilkan kualitas pendidikan yang optimal, meski realitanya masih jauh dari
harapan.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan


nasional Indonesia telah menetapkan bahwa segala bentuk proses pendidikan yang
ada dinegara Indonesia harus dilaksanakan dan dikembang secara maksimal agar
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Hakim, 2016). Berdasarkan
undang-undang tersebut tujuan pendidikan nasional yaitu menjadikan setiap
warga negara memiliki wawasan keilmuan yang luas serta memiliki kepribadian
yang luhur berlandaskan pancasila. Artinya bahwa tujuan pendidikan nasional di
Indonesia menjadikan setiap warga negara menguasai aspek pengetahuan dan
aspek keterampilan yang dilandasi oleh aspek sikap yang baik. Maka untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan pengelolaan dan pengawasan
mutu yang maksimal.

Dengan demikian, Kebijakan pendidikan adalah bagian dari kebijakan


publik yaitu sebuah aturan dan juga keputusan yang dibuat oleh pihak tertentu
(pemerintah) berdasarkan beberapa pertimbangan guna mengatur atau mengelola
Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) , demi kepentingan
umum, masyarakat, penduduk dan pihak-pihak yang terlibat agar diperoleh hasil
yang optimal (Kamars,2017) Kebijakan yang telah dibuat melalui tahapan-
tahapan diantaranya pembuatan suatu kebijakan, berawal dari perencanaan,
agenda kebijakan, latar belakang sebuah kebijakan dibuat, dan dilanjutkan

2
pengesahan lalu ke tahap pelaksanaan atau implementasi, dan berakhir dengan
penilaian (Simatupang, 2017).

Jadi pada dasarnya kebijakan pendidikan islam,harus didasari adanya


proses, dengan demikian kebijakan pendidikan ini tidak akan terjadi tanpa adanya
sejarah, maka dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang Konsep,
ruang lingkup, latar belakang, proses, skope kebijakan dan kebijakan dalam
perspektif islam berbasis wahdatul ulum.

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kebijakan Publik

Ketika istilah kebijakan dan publik digabung menjadi satu, yaitu


kebijakan publik, memiliki makna yang lebih luas daripada ketika diartikan
secara sendiri-sendiri. Kebijakan publik merupakan salah satu komponen
negara yang tidak boleh diabaikan. Negara tanpa komponen kebijakan publik
dipandang gagal, karena kehidupan bersama hanya diatur oleh seseorang atau
sekelompok orang saja, yang bekerja, dengan tujuan untuk memuaskan
kepentingan diri atau kelompok saja.

Kebijakan publik, termasuk di dalamnya adalah tata kelola negara


(governance), mengatur interaksi antara negara dengan rakyatnya. Pertanyaan
yang muncul adalah sejauh mana signifikansi kebijakan publik sebagai
komponen negara. Sebagaimana dijelaskan Nugroho (2009), setiap pemegang
kekuasaan pasti berkepentingan untuk mengendalikan negara, sekaligus juga
mengelola negara. Mengelola berarti mengendalikan dengan menjadikannya
lebih bernilai. Pemerintah suatu negara dalam mengelola negara, tidak hanya
mengendalikan arah dan tujuan negara, tetapi juga mengelola negara agar lebih
bernilai melalui apa yang disebut dengan kebijakan publik. Inilah tugas

3
pemerintah atau negara sesungguhnya. Gambar berikut memperjelas ilustrasi di
atas1.

Gambar 1.1. Dimensi Tugas Negara


Sumber. (Nugroho, 2009)

Kekuasaan yang dimiliki negara tidak dapat dipertahankan hanya


dengan kekuatan paksa, tetapi memerlukan kebijakan. Negara merupakan
pemegang kekuasaan yang sah, tetapi tidak akan efektif tanpa ada kebijakan
publik yang dibuat. Negara merupakan pemegang kekuasaan yang sah dan
karena kebijakan publik pada dasarnya merupakan kebijakan negara, maka
kebijakan publik dimaknai sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh
pemegang kekuasaan, untuk memastikan bahwa tujuan yang sudah dirumuskan
dan disepakati oleh publik dapat tercapai.
Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan publik tidak hanya dipahami sebagai
persoalan teknis administratif saja, tetapi juga dimengerti sebagai sebuah
persoalan politik. Kebijakan publik berkaitan dengan penggunaan kekuasaan,
oleh karenanya kebijakan publik berlangsung dalam latar (setting) kekuasaan
tertentu. Dalam konteks ini, berarti ada pihak yang berkuasa dan pihak yang
dikuasai.

Kebijakan pada dasarnya adalah suatu keputusan yang dimaksud untuk


mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu, yang

1
Muhammad Sawir, Ilmu Administrasi dan Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta:
Deepublish, 2021), Hlm. 123-135.

4
melakukan kegiatan tertentu, atau untuk mencapai tujuan tertentu, yang
dilakukan oleh lembaga pemerintah yang berwenang dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan negara dan pembangunan bangsa.
Batasan tentang kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye dalam
Ayuningtyas (2014: 8) yang mengatakan bahwa "kebijakan publik adalah apa
pun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan
(whatever governments choose to do or not to do)". Seorang ahli Jerman
lainnya, Crinson dalam Ayuningtyas (2014: 8) menyatakan kebijakan
merupakan sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkret, sehingga
pendefinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau dengan kata lain tidak
mudah. Selanjutnya Crimson (2005), juga membenarkan bahwa kebijakan akan
jauh lebih bermanfaat apabila dilihat sebagai petunjuk untuk bertindak atau
serangkaian keputusan atau keputusan yang saling berhubungan satu sama
lain2.

Selanjutnya oleh A. Hoogerwert, pengertian kebijakan publik diungkap


adalah unsur penting dari politik, dapat diartikan juga sebagai mencapai tujuan-
tujuan tertentu menurut waktu tertentu. Kemudian menurut Anderson (1984).
Kebijakan publik adalah hubungan antar unit unit pemerintah dengan
lingkungannya (Dalam Bambang Margono dkk.. 2003: 6)

Selanjutnya Gerston menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan


upaya yang dilakukan oleh pejabat pemerintah pada setiap tingkatan
pemerintahan untuk memecahkan masalah public (Gerston, L.N.1992) Lebih
lanjut menjelaskan bahwa proses penentuan suatu kebijakan mencakup lima
tahapan, yaitu:

1) Mengidentifikasikan isu-isu kebijakan publik


2) Mengembangkan proposal kebijakan publik
3) Melakukan advokasi kebijakan publik
4) Melaksanakan kebijakan publik

2
William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Jogjakarta: Gajah Mada
University Press, 2003), hlm.6.

5
5) Mengevaluasi kebijakan yang dilaksanakan.

Sedangkan menurut Dunn kebijakan publik merupakan pola yang


kompleks dari pilihan kolektif yang saling bergantungan yang dilakukan oleh
badan dan lembaga pemerintah (William N. Dunn, 1994: 98). Pendapat lain
diungkapkan oleh R. Thomas Dye, Horn Meter (1987: 3) kebijakan publik
adalahpublic policy adalah is whatever governments choose to do or not todo.
Note that we are focusing not only on government action. But also on government
inaction, that is, what government choose; not to do. We contend that government
inaction can have just a great an impact on socisty as government action"

Dari pendapat Dye ini menjelaskan bahwa kebijakan publik merupakan


kegiatan pemerintah yang harus diikuti masyarakat, baik pemerintah melakukan
sebuah kegiatan atau tindakan maupun tidak. Kebijakan merupakan upaya
memahami dan mengartikan sesuatu yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam
suatu masalah, penyebabnya, dan pengaruh serta dampak dari kebijakan publik
tersebut.Berbagai definisi yang disampaikan para ahli beragam, akan tetapi ada
beberapa karakteristik kebijakan publik yang dapat diidentifikasikan, yaitu:

1) Tujuan tertentu yang ingin dicapai berupa pemecahan masalah publik


2) Tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan
3) Fungsi pemerintah sebagai layanan publik
4) Ada kalanya berbentuk ketetapan pemerintah yang bersifat negatif,
ketetapan untuk tidak melakukan atau melarang melakukan suatu
tindakan.

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai
bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya. hukum, dan
sebagainya. Di samping itu dilihat dari hierarkinya kebijakan publik dapat bersifat
nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, peraturan menteri. peraturan pemerintah daerah/provinsi,
keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan

6
bupati/walikota. Kebijakan dalam arti peraturan perundangan mempunyai
sejumlah bentuk, untuk Indonesia kita melihat tiga jenis kebijakan publik, yaitu
yang dibuat oleh legislatif, eksekutif dan legislatif bersama eksekutif (dan
sebaliknya).

Thomas R. Dye memberikan pengertian dasar mengenai kebijakan Publik


sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah.
Sedangkan Easton memberikan pengertian kebijakan Publik sebagai
pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaannya mengikat, sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan
sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari
sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian
nilai-nilai kepada masyarakat. Menurut Woll dikutip Tangkilisan (2003: 2).

Kebijakan Publikadalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk


memecahkan masalah di masyarakat baik secara langsung maupun melalui
berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sedangkan James
E. Anderson memberikan definisi kebijakan Publik sebagai kebijakan-kebijakan
yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana
implikasi dari kebijakan itu adalah3:

1) Kebijakan Publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai


tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan
2) Kebijakan publik berisi tindakan pemerintah
3) Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan
4) Kebijakan publik yang diambil bias bersifat positif dalam arti merupakan
tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu atau
bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak
melakukan sesuatu

3
Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 75.

7
5) Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan
pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
Kebijakan publik merupakan suatu rangkaian pilihan-pilihan yang
saling berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak)
yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidangyang
menyangkut tugas pemerintahan. Kebijakan publik selalu mengandung
setidaknya tiga komponen dasar, yaitu tujuan yang luas, sasaran yang spesifik,
dan cara mencapai sasaran tersebut.Menurut Solichin Abdul Wahab (1997)
bahwa ciri-ciri kebijakan publik adalah sebagai berikut.

1) Kebijakan publik bertujuan pada perilaku atau tindakan yang


direncanakan.
2) Kebijakan publik terdiri atas tindakan-tindakan yang saling berkaitan dan
mengarah ke tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
pemerintah.
3) Kebijakan publik berkaitan yang dilakukan pemerintah di bidang-bidang
tertentu, dan di setiap kebijakan diikuti dengan tindakan-tindakan konkret.
4) Kebijakan publik berbentuk positif dan negatif, dalam positif kebijakan
mencakup tindakan pemerintah untuk mempengaruhi suatu masalah
sedangkan berbentuk negatif, kebijakan pejabat pejabat pemerintah untuk
tidak bertindak atau tidak melakukan masalah-masalah apapun yang mana
hal tersebut menjadi tugas pemerintah4.

Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) itu


ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya.
Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai the authoritative
allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilai nilai
secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell dan Kaplan juga
mengartikan kebijakan publik sebagai a projected program of goal, value, and
practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktik-

4
Ibid. hlm.77.

8
praktik yang terarah. Agustino (2017: 166) kebijakan adalah serangkaian
tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu di mana terdapat hambatan-
hambatan (kesulitan kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-
kesempatan) di mana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Sementara itu, Anderson dalam Agustino (2017: 17) mendefinisikan


kebijakan publik sebagai serangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu
yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang atau sekelompok aktor yang
berhubungan dengan permasalahan atau sesuatu hal yang diperhatikan.
Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip Budi Winarno (2002: 17)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi-
kondisi awal dan akibat-akibat yang bias diramalkan. Kebijakan publik itu
harus dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain misalnya kebijakan
swasta. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-faktor bukan pemerintah.
Robert Eyestone sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 6) mendefinisikan
kebijakan publik sebagai "hubungan antara unit pemerintah dengan
lingkungannya". Banyak pihak beranggapan bahwa definisi tersebut masih
terlalu luas untuk dipahami. karena apa yang dimaksud dengan kebijakan
publik dapat mencakup banyak hal.

Kebijakan dapat pula dipandang sebagai sistem. Sistem adalah


serangkaian bagian yang saling berhubungan dan bergantung dan diatur dalam
aturan tertentu untuk menghasilkan satu kesatuan. Menurut Dun (1994) sistem
kebijakan (policy system) mencakup hubungan timbal balik dari tiga unsur,
yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan. Hubungan
timbal balik antara ketiga komponen sistem kebijakan tersebut di gambarkan
dalam gambar berikut 5.

5
Dunn, William N, An Introduction to Public Policy Analysis, ( Prentice Hall, Englewood Cliff,
NJ,1981).

9
Tiga elemen sistem kebijakan

Pelaku

Lingkungan Kebijakan

Gambar 1.2. hubungan Komponen dalam Sistem Kebijakan menurut Dunn


dalam Ayuningtyas (2014:15)

Segitiga sistem kebijakan menjelaskan adanya aktor kebijakan yang


mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebijakan publik. Kesemuanya juga tidak
luput dari pengaruh lingkungan kebijakan. Ketiga komponen tersebut
selanjutnya dikenal sebagai sistem kebijakan, yaitu tatanan kelembagaan yang
berperan dalam penyelenggaraan kebijakan publik yang mengakomodasi aspek
teknis, sosiopolitik maupun interaksi antara unsur kebijakan. Penjelasan lebih
lanjut tentang sistem dan komponen kebijakan publik dikemukakan pula oleh
William Dunn dalam Ayuningtyas sebagai berikut;
1) Isi kebijakan (policy content)

Terdiri atas sejumlah daftar pilihan keputusan tentang urusan publik


(termasuk keputusan untuk tidak melakukan tindakan apa-apa) yang dibuat
oleh lembaga dan pejabat pemerintah. Isi sebuah kebijakan merespons berbagai
masalah publik (public issues) yang mencakup berbagai bidang kehidupan
mulai dari pertahanan, keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan,
dan lain-lain.

2) Aktor atau pemangku kepentingan kebijakan (policy stakeholder)

Pemangku kepentingan kebijakan atau aktor kebijakan adalah individu


atau kelompok yang berkaitan langsung dengan sebuah kebijakan yang dapat
memengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan atau kebijakan tersebut. Aktor
kebijakan tersebut bisa terdiri atas sekelompok warga, organisasi buruh,

10
pedagang kaki lima, komunitas wartawan, partai politik, lembaga
pemerintahan, dan semacamnya.

3) Lingkungan kebijakan (policy environment)

Lingkungan kebijakan merupakan latar khusus di mana sebuah


kebijakan terjadi, yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh aktor kebijakan serta
kebijakan publik itu sendiri.
Nugroho (2009), ada dua karakteristik dari kebijakan publik, yaitu: 1)
kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah untuk dipahami. karena
maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan nasional; 2)
kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur, karena ukurannya
jelas, yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-citasudah ditempuh.
Menurut Woll sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003: 2) menyebutkan bahwa
kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan
masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai
lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat6.
Anderson (1984), konsep kebijakan merupakan arah tindakan yang
mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor
dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan (Winarno. 2007: 18).
Kebijakan publik adalah apapun juga yang dipilih oleh pemerintah, apakah
mengerjakan sesuatu itu atau tidak mengerjakan (mendiamkan) sesuatu itu
(whatever government choose to do or not to do).

Menurut Carl Friedrich, kebijakan adalah serangkaian tindakan atau


kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
suatu lingkungan tertentu di mana terdapat hambatan-hambatan dan
kemungkinan-kemungkinan di mana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna
dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud (dalam Leo
Agustino, 2006: 7). Adapun pendapat David Easton (1965), tentang kebijakan
adalah "suatu konseptualisasi yang telah disiapkan guna membantu

6
Arwildayanto,dkk.Analisis Kebijakan Pendidikan,Kajian Teoretis, Eksploratif, dan
Aplikatif. (Bandung : Cv. Cendikia Press, 2018). hlm. 16.

11
mengidentifikasikan dan meneliti permasalahan utama yang akan dihadapi
dalam studi keluaran kebijakan.

Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan kebijakan publik sebagai


tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam merespons suatu krisis atau
masalah publik. Begitupun dengan Chandler dan Plano sebagaimana dikutip
Tangkilisan (2003: 1) yang menyatakan bahwa kebijakan publik adalah
pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya sumber daya yang ada untuk
memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya dikatakan
bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan
secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang
kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut
berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

David Easton sebagaimana dikutip Leo Agustino (2009: 19)


memberikan definisi kebijakan publik sebagai " the autorative allocation of
values for the whole society". Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik
otoritas dalam sistem politik (pemerintah) yang secara syah dapatberbuat
sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-
nilai.

Hal ini disebabkan karena pemerintah termasuk ke dalam "authorities in


a political system", yaitu para penguasa dalam sistem politik yang terlibat
dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggungjawab dalam
suatu masalah tertentu di mana pada suatu titik mereka diminta untuk
mengambil keputusan di kemudian hari kelak diterima serta mengikat sebagian
besar anggota masyarakat selama waktu tertentu. Berbuat sesuatu pada
masyarakatnya dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini
disebabkan karena pemerintah termasuk ke dalam "authorities in a political
system", yaitu para penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam urusan

12
sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggungjawab dalam suatu masalah
tertentu di mana pada suatu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan
di kemudian hari kelak diterima serta mengikat sebagian besar anggota
masyarakat selama waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa


kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna
memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik.
Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan
ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah
sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa. Pada dasarnya kebijakan
Publik adalah segala sesuatu yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan
masalah Publik demi kepentingan masyarakat yang bersifat mengikat dan
memaksa.7

B. KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI KEBIJAKAN


PUBLIK
Kebijakan pendidikan merupakan sebuah kebijakan publik, oleh sebab itu
setiap program-program dalam dunia pendidikan adalah program yan
dirancang oleh pemerintah dalam rangka mengasi permasalahan yang ada
dalam pendidikan demi memenuhi kewajiban pemerintah dalam hal
memberikan pendidikan bagi setiap warga negaranya. Istilah kebijakan publik
adalah memiliki keterkaitan erat dengan administrasi pemerintahan, mengingat
secara umum tertulis dan tercantum dalam bentuk peraturan-peraturan yang
harus ditaati. Sebagai modal utama pemerintah dalam menata masyarakat
termasuk berbagai macam aspek kehidupan. Sekaligus menjadi kekuatan
pemerintah lewat kewenangan hukum dalam mengatur masyarakat 8.

7
Muhammad Sawir, Ilmu Administrasi dan Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta:
Deepublish, 2021), hlm.135.
8
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik (Jakarta: Suara Bebas, 2006), hlm.17.

13
Seolah menjadi paksaan untuk masyarakat untuk mentaati segala
ketentuan yang sudah ditaati dan disiarkan oleh pemerintah setempat.
Walaupun bersifat memaksa, namun hal ini bersifat sah dan legitimate yang
didasari regulasi yang jelas. Kebijakan publik secara langsung memberi
dampak pada kehidupan masyarakat setiap harinya di suatu negara, begitulah
pentingnya mengetahui kebijakan ini.

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan adalah rangkaian konsep dari asas yang digunakan secara


garis besar adanya sebuah masalah. Rencana yang memiliki beberapa dasar
dalam pembuatan untuk kemudian dipakai dalam bidang pekerjaan, perilaku
bertindak, kepemimpinan hingga menangani masalah. Untuk kemudian
kebijakan yang dikeluarkan bakal dipakai sebagai pedoman aturan bertindak.

Menurut Hogwood dan Gunn (1990) menyatakan bahwa kebijakan


publik merupakan seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk
mencapai hasil-hasil tertentu. Ini tidak berarti bahwa makna kebijakanhanyalah
milik atau domain pemerintah saja. Organisasi non pemerintah seperti lembaga
pendidikan memiliki kebijakan-kebijakan pula. Namun kebijakan mereka tidak
dapat diartikan sebagai kebijakan publik karena tidak dapat memakai
sumberdaya publik atau memiliki legalitas hukum sebagaimana lembaga
pemerintah.

Kebijakan publik adalah aturan yang sudah disepakati untuk


dikeluarkan untuk kemudian dipakai mengatur orang hingga kelompok serta
pejabat. Tujuan adanya kebijakan publik atau public policy dalam memecahkan
masalah yang muncul atau juga sedang dihadapi. Pengertian kebijakan publik
sebenarnya memiliki banyak penjelasan dan terbatas dari kebijakan lainnya.

Jika dilihat secara terminologi, arti kebijakan publik memang diketahui


banyak dan kebanyakan tergantung dari sudut mana seseorang
mengartikannya. Kebijakan publik termasuk sebagai kewenangan milik
pemerintah, dilakukan dalam menjalankan tugas serta fungsi dalam hubungan

14
di terjadi di dalam masyarakat.Pada dasarnya kebijakan pemerintah digunakan
untuk menata kehidupan bermasyarakat dalam segala aspek. Merupakan
kebijakan uang orientasinya kepada kepentingan masyarakat tersebut, di setiap
munculnya kebijakan publik secara umum akan diawali dengan perumusan
masalah. Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup
berbagai sektor dan bidang.

Pemahaman kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik dapat digali


dari ciri ciri kebijakan publik. Adapun ciri kebijakan pendidikan sebagai
kebijakan publik diantaranya adalah:

a) kebijakan tersebut dibuat oleh negara/lembaga yang berkaitan dengan


eksekutif, yudikatif dan legislatif .
b) kebijakan ditujukan untuk mengatur kehidupan bersama .
c) mengatur masalah bersama. Kebijakan pendidikan seringkali di dengar,
dilakukan, tetapi seringkali tidak dipahami sepenuhnya. Kedua kata yaitu
kebijakan dan pendidikan memiliki makna luas dan bervariasi. Kebijakan
pendidikan sesungguhnya lahir dari ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis
merupakan kesatauan antara teori dan praktik pendidikan yang mengatur
kehidupan manusia berkaitan dengan kebutuhan layanan pendidikan untuk
mencerdaskannya.
2. Tingkatan Kebijakan Publik

a. Kebijakan Umum

Disebut juga sebagai strategi dan merupakan tingkat kebijakan dengan


lingkup batasan mengenai masalah-masalah dalam lingkup umum. Beberapa
bentuk produk kebijakan publik seperti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden dan lain sebagainya.

b. Kebijakan Manajerial

Batasan mengenai bidang utama yang juga disebut sebagai major area
pemerintahan, kebijakan ini dijadikan sebagai penjabaran terkait kebijakan

15
umum yang fungsinya sebagai langkah penentuan strategi serta administrasi
dalam masyarakat atau publik.

c. Kebijakan Teknis Operasional

Meliputi batasan dalam satu publik dilakukan dengan memilih satu


bidang utama, berbentuk sebuah prosedur, teknik dan cara dalam
mengimplementasikan sebuah rencana, kegiatan dan program. Dalam hal ini
wewenang berada di tangan pimpinan eselon pertama departemen
pemerintahan.

3. Tujuan Kebijakan Publik

Di balik alasan pembentukan sebuah kebijakan terhadap publik atau


masyarakat dalam lingkungannya, terdapat tujuan yang ingin dicapai.
Kebijakan publik dapat dikatakan sukses apabila kenyataan di lapangan
memperlihatkan fakta sesuai keinginan, dalam memenuhi kebijakan publik
yang baik setidaknya harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini.

1.Keinginan yang dicapai telah terpenuhi sesuai dengan target atau keinginan
awal.
2.Munculnya kebijakan publik bersifat rasional atau realistis sesuai dengan
kenyataan.
3.Sifat dari kebijakan publik yang dikeluarkan harus jelas dan diketahui
masyarakat.
4.Adanya kebijakan publik sebenarnya dibuat untuk orientasi ke depan.

16
C. RUANG LINGKUP, LATARBELAKANG, DAN PROSES
KEBIJAKAN PENDIDIKAN

1. Ruang Lingkup Kebijakan Pendidikan


Ruang lingkup kegiatan analisis kebijakan pendidikan meliputi:
a. Pengumpulan data statistik pendidikan
b. Pengembangan kurikulum.
c. Sistem pengujian.
d. Penelitian pendidikan dan kebudayaan.
e. Teknologi komunikasi pendidikan.
2. Latar Belakang Kebijakan Pendidikan

Kebijakan lahir seiring dengan bertambah banyaknya populasi manusia


dan kompleksitas kebutuhan, kepentingan dan tuntutan kehidupan. Perlakuan
terhadap anggota masyarakat tidak lagi bisa terjadi secara orang perorang 9.
Untuk tetap dapat menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup, manusia
membuat peraturan-peraturan yang ditetapkan penguasa maupun atas
kesepakatan diantara mereka untuk dipatuhi, dilaksanakan dan diawasi
bersama. Perjalanan kehidupan manusia yang dimulai dari adanya Adam Hawa
sampai kini berjumlah lebih dari 2 milyar merupakan sejarah panjang yang
telah melahirkan berbagai ”hasil budaya” yang salah satunya adalah adanya
prinsip-prinsip yang dipahami sebagai suatu disiplin
untukmengadministrasikan keberadaan organisasi dan permasalahan-
permasalahannya dengan segala kearifan dan kebijaksanaan (policies).

Pada mulanya, Kebijakan lahir karena ingin memberi aktiftas-aktifitas


yang bermakna bagi masyarakat untuk tetap dapat mewariskan nilai-nilai
budaya pada generasi penerusnya. Namun seiring dengan semakin
bervariasinya kebutuhan dan tuntutan yang melahirkan berbagai permalahan

9
Rahmasari, E. 2014. Implementasi Kebijakan SMP Satu Atap Di Desa Canggal
Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. ( Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, 2014 )
Vol. 3, No. 5.hlm.6.

17
dan dengan berkembangnya kajian-kajian keilmuan administrasi dan kebijakan.
Kebijakan menjadi suatu keputusan-keputusan sebagai ketetapan yang
mengikat warganegara dan ditunjukan untuk memecahkan masalah-masalah
pelik, sering terjadi dan bersifat umum10.

Pendidikan merupakan proses sosial untuk mewariskan nilai-nilai


kehidupan generasi pendahulunya ke generasi penerusnya agar tetap
terpelihara, terjaga dan terkembangkan. Untuk itu, keberadaan pendidikan
tidak dapat dipisahkan dengan peran yang diemban pemerintah sebagai
penguasa. Hal ini disebabkan karena kompleksitas penyelenggaraan, su bstansi
dan keberlanj utan (sustainability) pend id ikan yang diselenggarakan
masyarakat sangat beragam dan membutuhkan campur tangan
penguasa/pemerintah untuk memelihara danmengembangkannya secara
terintgrasi dan berkualitas.

Di samping itu, masyarakat memiliki keterbatasan sedangkan


pemerintah memiliki kekuatan (power) dan kewenangan (authority) yang dapat
menjamin keberadaan dan keberlangsungan pendidikan. Tidak menutup
kemungkinan dalam proses penyelenggaraan pendidikan diwarnai dengan
pertentangan dan konflik serta dihadapkan dengan berbagai permasalahan-
permasalahan yang sulit ditangani masyarakat dan intervensi pemerintah
berupa kebijakan diharapkan menjadi solusi terbaik

Berbagai alasan pentingnya kebijakan pendidikan adalah karena


pendidikan merupakan hajat hidup orang banyak yang substansi dan
penyelenggaraannya sangat beragam. Pendidikan sangat berkaitan dengan
nilai-nilai seperti agama, kepercayaan, adat istiadat, suku/ras, ekonomi, sosial
budaya, ekonomi, politik, dan pemerintahan.

10
Suryadi, Ace. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar. ( Bandung: Remaja
Rosdakarya,1993 ).

18
Oleh karena itu, kebijakan pendidikan sangat penting keberadaannya
sebagai power untuk menancapkan pengaruhnya agar pendidikan dapat
dikelola dengan memenuhi harapan masyarakat sesuai agama, kepercayaan,
tingkat ekonomi dan status sosial, politik, keamanan, budaya, tuntutan
pekerjaan dan kemajuan, dan kepentingan pemerintah. Artinya pertimbangan
dilahirkannya kebijkan pendidikan haruslah memperhatikan berbagai dimensi
dan persoalan-persoalan yang krusial darimasyarakat, pemerintah dan tuntutan
jaman.

Kegiatan yang terakhir yakni kegiatan pada nomor 6 berfungsi untuk


menyiapkan bahan-bahan rumusan kebijakan pendidikan, baik kebijakan
jangka panjang, menengah, dan jangka pendek, maupun bahan-bahan untuk
kebijakan departemen yang setiap saat diperlukan oleh pengambil keputusan.

Salah satu fungsi paling menonjol dari Badan Penelitian dan


Pengembangan adalah Analisis dan Perumusan Bahan Kebijakan dengan
tujuan untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan dan merumuskan
bahan-bahan kebijakan sesuai dengan isu-isu penting pendidikan yang
berkembang dalam dunia penelitian, pengembangan, dan masyarakat
luas.Dalam suatu proyek yang dinamakan Proyek Perencanaan dan Kebijakan
Pendidikan (Education Policy and Planning Project) atau proyek EPP yang
mendapat bantuan USAID (The United States Agency for International
Development). Proyek tersebut resmi dilaksanakan pada bulan Juli 1984
dengan tujuan pokok: “meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui
perumusan kebijakan dan perencanaan yang lebih baik yang didasarkan pada
informasi yang lebih lengkap dan teliti serta metode analisis yang lebih baik
terhadap informasi tersebut 11.”

Sejak dilaksanakannya proyek tersebut, berbagai upaya telah dilakukan


khususnya dalam melakukan identifikasi terhadap berbagai masalah
pendidikan sebagai sasaran dalam melakukan analisis kebijakan. Sejak saat itu

11
Rusdiana. Buku Daras, Kebijakan Pendidikan. ( Bandung : UIN Sunan Gunung Djati,
2014 ). hlm. 7.

19
analisis kebijakan dilaksanakan melalui koordinasi di antara berbaga unit di
lingkungan Depdikbud. Hasilnya adalah usulan-usulan kebijakan yang sangat
berguna dalam mempersiapkan Rumusan kebijakan Tahunan Mendikbud dan
Naskah Repelita.

3. Proses Kebijakan Pendidikan

Analisis kebijakan dapat dilakukan pada setiap fase proses kebijakan.


Ada enam fase dalam proses kebijakan , yaitu inisiasi, estimasi, seleksi,
implementasi, evaluasi dan terminasi12.

a. Inisiasi

Tahap inisiasi mulai ketika masalah yang potensial dirasakan timbul.


Pada saat itu berbagai cara yang mungkin untuk memecahkan, mengurangi
beban atau meringankan akibat masalah itu dapat dipikirkan secara tepat dan
tentatif.Fase inisiasi juga menunjuk kepada kegiatan inovatif untuk
mengkonseptualisasi dan membuat kerangka tentang masalah secara kasar,
mengumpulkan informasi untuk melihat secara kasar kebijakan yag perlu
diambil dan kemudian mulai mengancar-ancar pilihan kebijakan yang mungkin
paling tepat.

b. Estimasi

Dalam tahap estimasi dipikirkan risiko, biaya dan keuntungan dari


alternatif yang dipikirkan. Pada tahap ini ditekankan masalah itu secara ilmiah,
empirik dan proyektif untuk melihat konsekuensi apa yang akan timbul sebagai
akibat pilihan kebijakan itu. Penekanan juga diberikan terhadap penilaian
tentang keluaran yang diharapkan dengan bantuan berbagai pendekatan teknis.
Kebenaran yang bersifat normatif seringkali tidak dinilai secara tuntas karena
terbatasnya alat atau metode untuk hal tersebut.

12
Linda sari oktavia,dkk. Kebijakan pendidikan: kerangka, proses dan strategi.( JRTI
(Jurnal Riset Tindakan Indonesia), Universitas Negeri Padang, 2021 ). Vol.6.No.1. hlm. 4.

20
c. Seleksi

Seleksi menunjuk kepada kenyataan bahwa pada akhirnya seseorang


harus membuat keputusan. Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk
merumuskan masalah dan menilai alternatif di atas, maka pilihan kebijakan
harus dibuat.misalnya dari pihak-pihak yang terlibat dan mempunyai tujuan
yang berbeda mengenai informasi ideologis, moral serta kerangka acuan
penentu kebijakan. Seringkali keputusan yang dibuat adalah untuk tidak
membuat keputusan.

d. Implementasi

Dalam implementasi, yaitu pelaksanaaan dari “option‟ yang dipilih.


Implementasi merupakan kesempatan pertama yang memvalidasikan alternatif
yang dipilih dengan realitas. Sebelum implementasi tahap-tahap yang diambil
masih dalam bentuk harapan, imajinasi, dan penalaran, sedang dalam
implementasi hal tersebut secara nyata dilakukan, sambil memberikan balikan
kepada penentu kebijakan.

e. Evaluasi

Evaluasi dalam kenyataanya bersifat lebih restrospektif. Dalam fase


inisiasi dan estimasi sifat kegiatan adalah antisipatif dan dalam fase seleksi
bersifat kekinian. Implementasi merupakan kesempatan untuk
mentransformasikan sesuatu hal yang potensial ke dalam realitas dan evaluasi
melihat perbedaan antara keduanya. Evaluasi berusaha menjawab pertanyaan
seperti kebijakan mana yang sukses dan mana yang gagal, bagaimana unjuk
kerja dapat diukur serta kriteria apa yang digunakan untuk mengukurnya.

f. Terminasi

Terminasi berhubungan dengan penyesuaian kebijakan yang tidak


fungsional, tidak perlu, berlebihan atau tidak lagi cocok dengan keadaan. Ini
merupakan fase yang belum banyak dibahas secara ilmiah.

21
D. PERSPEKTIF ISLAM TENTANG KEBIJAKAN( DALIL – DALIL
KEBIJAKAN )

Secara Etimologi Kebijakan Di kosa kata Bahasa Arab yaitu Asy -


Syiyasah , Asy - Siyasah sendiri menurut kalangan ahli Bahasa Arab berasal
dari akar kata sasa-yasusu-siyasatan, berarti mengatur, memerintah atau
melarang.Menurut Terminologi Dalam Bahasa Arab Ialah :

‫السياسات في اإلسالم هي سياسات عامة تلد لصالح أو رفاهية الناس‬

Kebijakan dalam Islam adalah kebijakan umum yang melahirkan


kemaslahatan atau kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut para
ilmuwan dan cendekiawan Muslim klasik seperti Imam Al-Ghazali, Imam Asy-
Syatibi, menekankan pada pentingnya terpenuhinya pilar maqashid shari’ah
dalam seluruh kebijakan umum yang dilahirkan oleh para pemimpin (ulil amri)
atau pemerintah Islam.Islam semestinya menjadi kompas bagi kehidupan umat
manusia dalam menjalankan kehidupan di segala aspek, seperti agama,
ekonomi, sosial budaya, politik, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Kelengkapan ajarannya telah mendorong manusia bergerak menuju
pertumbuhan dan kebangunan intelektual dan kultural. Semuanya bersumber
pada ajarannya yang berasal dari Alqur’an dan Hadist 13.

Alqur’an pada hakekatnya adalah sebuah kebijakan, yakni kebijakan


AllahSWT turunkan melalui Rasulullah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasalam. Karena itu Alqur’an berisi pedoman (al-huda) yang memberikan
petunjuk, tuntunan, panduan, dan arahan bagi seluruh kaum mukminin untuk
menuju ke jalan yang benar, jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditunjuk
Allah untuk menuju surga.Islam semestinya menjadi kompas bagi kehidupan
umat manusia dalam menjalankan kehidupan di segala aspek, seperti agama,
ekonomi, sosial budaya, politik, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Kelengkapan ajarannya telah mendorong manusia bergerak menuju

13
Sawirdi. 2016. Impementasi Kebijakan SMP Negeri 4 Satu Atap di Desa Pongkar
Kecamatan Tebing Kabupaten Karimun. Jurnal Pendidikan. Vol. 7. No. 2.

22
pertumbuhan dan kebangunan intelektual dan kultural. Semuanya bersumber
pada ajarannya yang berasal dari Alqur’an dan Hadist.

Alqur’an pada hakekatnya adalah sebuah kebijakan, yakni kebijakan


AllahSWT turunkan melalui Rasulullah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasalam. Karena itu Alqur’an berisi pedoman (al-huda) yang memberikan
petunjuk, tuntunan, panduan, dan arahan bagi seluruh kaum mukminin untuk
menuju ke jalan yang benar, jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditunjuk
Allah untuk menuju surga.Kebijakan Publik dalam Islam adalah kebijakan
umum yang melahirkan kemaslahatan atau kesejahteraan rakyat. Untuk
mencapai tujuan tersebut para ilmuwan dan cendekiawan Muslim klasik seperti
Imam Al-Ghazali, Imam Asy-Syatibi, menekankan pada pentingnya
terpenuhinya pilar maqashid shari’ah dalam seluruh kebijakan umum yang
dilahirkan oleh para pemimpin (ulil amri) atau pemerintah Islam.

1. Dalil dalil Al-Qur'an Mengenai Kebijakan

Alqur’an pada hakikatnya adalah sebuah kebijakan, yakni kebijakan


Allah yang diturunkan melalui Rasulullah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasalam. Karena Alqur’an berisi pedoman (al-huda) yang memberikan
petunjuk, tuntunan, panduan, dan arahan bagi seluruh kaum mukminin untuk
menuju ke jalan yang benar, jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditunjuk
Allah untuk menuju surga.

Kebijakan publik dalam Islam adalah kebijakan umum yang melahirkan


kemaslahatan atau kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut para
ilmuwan dan cendekiawan Muslim klasik seperti Imam Al-Ghazali, Imam Asy-
Syatibi, menekankan pada pentingnya terpenuhinya pilar maqashid shari’ah
dalam seluruh kebijakan umum yang dilahirkan oleh para pemimpin (ulil amri)
atau pemerintah Islam.QS. An-Nahl ayat 125 bisa menjadi dasar melaksanakan
tahap-tahap kebijakan publik. Allah berfirman,

23
َ ْ‫سنَ ِة َو َجا ِد ْل ُه ْم ِبالَّتِ ْي ِه َي اَح‬
‫سنُ ۗ اِنَّ َربَّكَ ُه َو‬ َ ‫ع ا ِٰلى‬
َ ‫س ِب ْي ِل َر ِبكَ ِبا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِع َظ ِة ا ْل َح‬ ُ ‫ا ُ ْد‬
(125) َ‫علَ ُم بِا ْل ُمهْ ت َ ِد ْين‬ ْ َ‫س ِب ْي ِلهۗ َو ُه َو ا‬ َ ‫ض َّل ع َْن‬ َ ‫ا َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬

yang artinya “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan


hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk ”.Firman Allah ini memerintahkan kepada kita agar
melakukan dialog dengan suatu kebijaksanaan (policy) dan penyampaian lisan
yang benar sehingga berlangsung sebaik mungkin.

Konsep Kebijakan dalam Islam juga dapat dilihat dalam QS. Huud/11:6
yang berbunyi:

( 6 )‫ع َها كُل فِى ِك ٰت َب ُّم ِبين‬ ْ ‫ٱّلل ِر ْزقُ َها َو َي ْعلَ ُم ُم‬
ْ ‫ستَقَ َّرهَا َو ُم‬
َ ‫ست َْو َد‬ ِ َّ ‫علَى‬ ِ ‫َو َما مِن َدا ٓ َّبة فِى ْٱْل َ ْر‬
َ ‫ض ِإ َّّل‬

“Kesejahteraan tidak hanya diperuntukkan bagi umat manusia saja,


namun juga mahluk ciptaan Sang Khaliq lainnya “.Dimana konsep tersebut
tidak memiliki orientasi kesejahteraan dalam ukuran duniawi semata, seperti
kepentingan ekonomi, pendidikan atau pelayan publik. Namun perumusan
Kebijakan tersebut nantinya akan menjamin keseimbangan antara manusia
dengan alam, antara manusia kepentingan ekonomi dan spiritual. Yang
kemudian apabila Konsep Kebijakan tersebut di jalankan, maka akan
menjadikan kesejahteraan bagi umat manusia.

2. Prinsip Utama Kebijakan Dalam Perspektif Islam

Enam Prinsip Utama dalam memperbaiki kinerja Kebijakan Publik


dalam perspektif Islam Ketuhanan (Ilahiah) : setiap aktivitas yang dilakukan
dalam proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik harus berorientasi
pada ketuhanan.Kemanusiaan (Insaniah) : kebijakan apapun yang dilakukan
pada dasarnya ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia,
baik saat ini maupun masa yang akan datang.Keseimbangan (Tawazun) :
kebijakan yang dibuat harus memperhatikan semua dimensi secara seimbang

24
dan proporsional. Keadilan (Al- ‘Adalah) : kebijakan apapun yang dibuat harus
berorientasi pada keadilan (tepat sasaran) berdasarkan nilai-nilai ketuhanan dan
kemanusiaan serta keseimbangan.Pelayanan (Al-Khadimah) : sesuai dengan
keberadaan perumus kebijakan (pemimpin) sebagai abdi, khadam, atau pelayan
masyarakat, berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, keseimbangan
dan keadilan, maka kebijakan yang dibuat harus berorientasi pada pemberian
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

PENUTUP

KESIMPULAN

Kebijakan adalah serangkaian tujuan, rencana program-program yang


dibuat untuk menjadi pedoman ketika melakukankegiatan atau mengambil
keputusan di mana kebijakan tersebutmemiliki sanksi jika tidak dilaksanakan.
Sementara, kebijakanpendidikan merupakan rumusan dari berbagai cara
untukmewujudkan tujuan pendidikan nasional dijabarkan di dalam berbagai
kebijakan pendidikan.Kebijaksanaan adalah serangkaian tindakan yang
diarahkan untuk mencapai suatu tujuan dan dilakukan oleh seorang atau
sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Sebagai Calon – calon Guru hendaknya kita memahami kebijakan,


kebijaksanaan, serta kedekatan kepada peserta didik, Dan Model-model yang
dapat memudahkan kita dalam mengambil keputusan untuk memecahkan suatu
masalah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arwildayanto,dkk. 2018.Analisis Kebijakan Pendidikan, Kajian Teoretis,


Eksploratif, dan Aplikatif. ( Bandung : Cv. Cendikia Press.

Dunn, William N, 1981, An Introduction to Public Policy Analysis, Prentice Hall,


Englewood Cliff, NJ.

Linda sari oktavia,dkk.2021.Kebijakan pendidikan: kerangka, proses dan strategi.


JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), Universitas Negeri Padang.
Vol.6.No.1.

Muhammad Sawir, 2021.Ilmu Administrasi dan Analisis Kebijakan Publik,


Yogyakarta: Deepublish.

Rahmasari, E. 2014. Implementasi Kebijakan SMP Satu Atap Di Desa Canggal


Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Jurnal Universitas Negeri
Yogyakarta. Vol. 3, No. 5.

Rusdiana. 2014. Buku Daras, Kebijakan Pendidikan. Bandung : UIN Sunan


Gunung Djati.

Said Zainal Abidin, 2006. Kebijakan Publik. Jakarta: Suara Bebas.

Sawirdi. 2016. Impementasi Kebijakan SMP Negeri 4 Satu Atap di Desa Pongkar
Kecamatan Tebing Kabupaten Karimun. Jurnal Pendidikan. Vol. 7. No. 2.

26
Suryadi, Ace. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya .

Sutjipto, 1987. Analisis Kebijaksanaan Pendidikan (Suatu Pengantar). Padang:


IKIP.

Syafaruddin, 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

William N Dunn, 2003.Pengantar Analisis Kebijakan Publik Jogjakarta: Gajah


Mada University Press.

27

Anda mungkin juga menyukai