Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“TEORI DAN KONSEP KEBIJAKAN PUBLIK”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan publik merupakan tulang punggung dari tatanan sosial,
ekonomi, dan politik suatu negara. Sebagai instrumen utama yang
digunakan oleh pemerintah untuk mengatasi berbagai tantangan dan
memenuhi kebutuhan masyarakat, kebijakan publik memainkan peran
penting dalam membentuk arah dan karakter suatu bangsa. Namun, proses
pembuatan kebijakan publik tidaklah sederhana. Ia melibatkan berbagai
aktor, kepentingan, dan dinamika yang kompleks.
Dalam memahami dan menganalisis fenomena kebijakan publik,
teori dan konsep memiliki peran yang tak terbantahkan. Teori-teori
kebijakan publik memberikan kerangka kerja analitis yang memungkinkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang proses pembuatan kebijakan,
faktor-faktor yang memengaruhinya, serta konsekuensi dari implementasi
kebijakan tersebut. Konsep-konsep yang terkait dengan kebijakan publik
juga memberikan pandangan yang kaya tentang berbagai aspek kebijakan,
mulai dari perumusan hingga evaluasi.
Dalam konteks global yang terus berubah, di mana tantangan
seperti kemiskinan, perubahan iklim, dan ketimpangan semakin mendesak
untuk diatasi, pemahaman yang kuat tentang teori dan konsep kebijakan
publik menjadi semakin penting. Pemerintah dan pembuat kebijakan perlu
mampu mengadopsi pendekatan yang tepat dan efektif dalam menghadapi
masalah-masalah kompleks ini.
Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang
berbagai teori dan konsep dalam studi kebijakan publik. Dengan

1
memperkuat pemahaman kita tentang kerangka kerja analitis ini,
diharapkan kita dapat mengidentifikasi solusi yang lebih baik, mengurangi
risiko kegagalan kebijakan, dan mencapai hasil yang lebih positif bagi
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan publik ?
2. Apa saja tingkatan kebijakan pubik ?
3. Apa makna penting kebiijakan publik ?
4. Bagaimana ruang lingkup kebijakan publik ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memaparkan dan menjelaskan konsep kebijakan publik,
2. Memaparkan dan menjelaskan tingkatan kebijakan pubik,
3. Memaparkan dan menjelaskan makna penting kebiijakan publik,
4. Memaparkan dan menjelaskan ruang lingkup kebijakan publik.

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan tentang konsep kebijakan publik,
2. Menambah wawasan tentang tingkatan kebijakan pubik,
3. Menambah wawasan tentang makna penting kebiijakan publik,
4. Menambah wawasan tentang ruang lingkup kebijakan publik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kebijakan Publik


Kebijakan publik terdiri atas dua kata, yaitu kebijakan dan publik.
Kebijakan diartikan menjadi sebuah pernyataan yang menjadi pedoman dasar
sebuah tindakan, menjadi arah tujuan sebuah tindakan tertentu, suatu strojtur
kegiatan atau sebuah rencana tertentu (United Nations: 1975).
Devinisi kebijakan dari beberapa ahli:
1. Anderson (1984), kebijakan adalah suatu tindakan yang memiliki tujuan dan
diikuti oleh seorang aktor atau sekelompok aktor dalam menangani masalah
atau masalah yang menjadi perhatian.
2. Lasswell dan Kaplan, mendefinisikan kebijakan sebagai suatu program
pencapaian tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah
3. Rakasasataya, mendefinisikan kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi
yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
4. Friedrich, mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang
diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu dengan rnenunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-
kesempatan pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai
tujuan tertentu.
5. Mac Rae dan Wilde, mendifinisikan kebijkan sebagai serangkaian tindakan
yang dipilih dan mempunyai arti penting dalam mempengaruhi sejumlah
orang.

Publik mengandung muatan aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk


diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya oleh
tindakan bersama (Robbins: 2006). Konsep publik dalam perkembangan ilmu
administrasi publik menurut Frederickson (2002) memiliki makna yang lebih
luas dari govemment. Luasnya konsep ini berimplikasi pada kajian-kajian
mengenai nilai-nilai keadilan, kewarganegaraan, etika, patriotisme, dan

3
responsiveness menjadi kajian penting disamping kajian mengenai nilai-nilai
efisiensi dan efektivitas.
Selanjutnya diperoleh pengertian kebijakan publik menurut Dye (2005)
yaitu sebagai segala pemerintah berhak memilih untuk melakukan atau tidak
melakukan. Pengertian ini memiliki penekanan bahwa kebijakan publik ialah
bentuk suatu tindakan serta bukan sebuah pernyataan yang dikehendaki oleh
pemerintah atau pejabat publik. Pemerintah memiliki hak untuk memilih
melakukan atau tidak melakukan kebijakan tersebut. Ketika pemrintah memilih
untuk tidak emlakukan kebijakan itu juga dapat disebut sbeuah kebijakan
dikarenakan pemerintah memiliki alasan khusus untuk tidak melakukan
kebiajkan tersebut. Ketika sebuah kebijakan dipilih untuk dilaksanakan maka
alsan utamanya yaitu kebijakan tersebut memiliki hanyak manfaat bagi
kehidupan bersama dan tidak menimbulkan kerugian hagi warga, hal itulah
yang harus menjadi pertimbangan utama kebijaka publik tersebut dipilih untuk
dilaksanakan.
Menurut Samodra Wibawa, kebijakan publik adalah apa yang dilakukan
oleh pemerintah suatu negara dengan tujuan dapat melaksanakan tujuan dari
negara tersebut, maka kebijakan publik harus memiliki konsep yang jelas
karena suatu kebijakan harus berbentuk suatu perundang-undangan.
Menurut Easton (1965) kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai
secara sah kepada seluruh anggota masyarakat. Sedangkan Anderson (1970)
menyatakan bahwa kebijakan publik adalah kebijakan yang dikembangkan
oleh badan dan pejabat pemerintah. Anderson mengimplikasikan kebijakan
publik yaitu sebagai berikut:
1. Setiap pendekatan harus memiliki poin atau tujuan tertentu yang ingin
dicapai;
2. Strategi terdiri dari serangkaian langkah atau contoh kegiatan yang
diprakarsai oleh otoritas pemerintah;
3. Pengaturan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh otoritas publik dan
bukan apa yang diyakini atau perlu dilakukan oleh otoritas publik;
4. Strategi bisa positif atau negatif; dan

4
5. Pendekatan publik dalam struktur positifnya bergantung pada regulasi dan
bersifat definitif.
Makna kebijakan publik menurut pandangan Anderson (1970) adalah:
1. Strategi publik dilakukan oleh seorang entertainer (pemimpin, misalnya
pengumuman resmi) atau berbagai entertainer (kepala dan regulatif,
misalnya peraturan dan eksekutif hukum untuk melihat peraturan materi,
dll) bahkan pada masa pemerintahan (administrasi) penghibur non-legislatif,
misalnya, yayasan dan kawasan rahasia Asosiasi administrasi komunitas
(asosiasi administrasi wilayah lokal), komunikasi umum, perguruan tinggi,
dan juga diingat untuk siklus pengaturan seperti strategi pada pembangunan
yang berkelanjutan
2. Sebagai kelanjutan dari kegiatan pemerintahan yang mempunyai alasan
tertentu, misalnya untuk mengatasi persoalan-persoalan tertentu, yang
bergantung pada prinsip-prinsip hukum. yang bersifat memaksa (definitif),
menyiratkan balıwa sangat penting untuk dipatuhi oleh perkumpulan-
perkumpulan yang bersangkutan, untuk mengalahkan pihak-pihak tertentu.
masalah.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah kegiatan atau tindakan-tindakan yang
sengaja dilakukaan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau
pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupaya upaya
pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan
tujuan tertentu.

Tujuan Kebijakan Publik


Pemerintah merumuskan sebuah kebijakan karena didasarkan pada tujuan
tertentu. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Nugroho (2011) bahwa
kebijakan publik adalah keputusan otoritas negara yang bertujuan mengatur
kehidupan bersama. Adapun tujuan kebijakan publik tersebut antara lain:
1. Distributif versus absortbtif

5
a. Distributif adalah tujuan kebijakan baik secara langsung maupun tidak
langsung mengalokasikan sumber daya negara kepada masyarakat,
termasuk alokatif, realokatif, dan redistribusi,
b. Absortbtif adalah tujuan kebijakan untuk menyerap sumber daya kepada
negara.
2. Regulatif versus deregulatif
a. Regulatif adalah kebijakan yang sifatnya mengatur dan membatasi,
b. Deregulatif adalah kebijakan yang sifatnya membebaskan.
3. Dinamisasi versus stabilisasi
a. Dinamisasi adalah kebijakan yang bertujuan menggerakkan sumber daya
nasional untuk mencapai kemajuan tertentu,
b. Stabilisasi adalah kebijakan yang bertujuan untuk membatasi atau
mengatur dinamika yang terlalu cepat sehingga tidak merusak sistem,
baik sistem politik, sistem keamanan, sistem ekonomi, maupun sistem
sosial yang ada.
4. Memperkuat negara versus memperkuat masyarakat/pasar.
a. Kebijakan yang memperkuat negaranya artinya kebijakan tersebut
mendorong peran negara yang lebih besar,
b. Kebijakan yang memperkuat pasar artinya kebijakan tersebut mendorong
peran publik atau mekanisme pasar lebih besar daripada negara.

Ciri-Ciri Kebijakan Publik


Menurut Suharno, kebijakan publik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kebijakan publik adalah jumlah aktivitas yang lebih besar yang mendorong
suatu tujuan daripada cara berperilaku atau aktivitas yang tidak teratur dan
tidak terencana. Strategi publik dalam kerangka politik mutakhir merupakan
kegiatan yang tersusun.
2. Kebijakan pada dasarnya terdiri dari kegiatan yang saling terkait dan
dirancang yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh otoritas
pemerintah.

6
3. Kebijakan berkaitan dengan apa yang sebenarnya dilakukan oleh otoritas
publik di bidang tertentu.
4. Kebijakan publik mungkin positif, bisa juga negatif, mungkin termasuk
pilihan otoritas pemerintah untuk tidak bertindak atau tidak mengambil
langkah apa pun dalam masalah yang memerlukan mediasi pemerintah.

Sedangkan ciri-ciri kebijakan publik menurut Wahab adalah berikut:


1. Kebijakan dibedakan dengan keputusan, kebijakan tidak dapat semata-mata
tidak disamakan dengan administrasi.
2. Kebijakan menggabungkan cara berperilaku dan asumsi, kebijakan
menggabungkan 2 kelambanan atau kelambanan.
3. Kebijakan sebagai suatu peraturan memiliki hasil akhir yang harus dicapai,
setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu, baik yang tegas
maupun yang pasti.
4. Kebijakan muncul dari siklus yang terjadi dalam jangka panjang
5. Kebijakan menggabungkan antara koneksi otoritatif dan intra-hierarki
6. Kebijakan publik, meskipun tidak elit, menyangkut pekerjaan vital instansi
pemerintah.

B. Tingkatan Kebijakan
Tiga tingakatan yang membedakan pada kebijakan publik menurut Abidin
(2004) yaitu:
1. Kebijakan publik adalah rencana yang menjadi suatu standar atau aturan
pelaksanaan, baik positif maupun negatif, yang mencakup seluruh wilayah
atau pemerintahan yang bersangkutan.
2. Kebijakan eksekusi adalah teknik yang menggambarkan suatu metodologi
umum. Untuk tingkat pusat, peraturan informal tentang pelaksanaan
pedoman.
3. Kebijakan khusus adalah sistem utilitarian yang termasuk dalam metodologi
eksekusi.

7
Lembaga Administrasi Negara (LAN) (1997) menyampaikan tingakatan
kebijakan secara teknik adalah dibawah ini:
1. Lingkup Nasional
a. Kebijakan Nasional
Kebijakan Nasional adalah pengaturan negara yang merupakan prinsip
dan kunci dalam mencapai tujuan publik/negara sebagaimana tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945. MPR, Presiden, dan DPR disetujui untuk
memutuskan pengaturan umum. Pendekatan publik yang tertuang dalam
undang-undang dan pedoman dapat berupa UUD, Ketetapan MPR,
Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(PERPU).
b. Kebijakan Umum
Kebijakan umum merupakan kebijakan seorang kepala Negara (Presiden)
dimana Presiden bertindak menjadi pelaksana Undang-undnag dasar.
Ketetapan MPR, Undang-undang guna mencapai tujuan nasional yang
ehndak dicapai. Kewenangan Presiden adalah untuk membuat ketetapan
kebijakan umum. dimana kebijakan umum tersebut dapat berupa PP atau
peraturan Presiden, Keputusan Presiden serta Instruksi Presiden.
c. Kebijakan Pelaksanaan
Kebijaksanaan pelaksanaan merupakan penjabaran dari kebijakan umum
sebagai strategi pelaksanaan tugas di bidang tertentu. Dalam menetapkan
kebijakan pelaksanaan, yang berwenang adalah menteri/pejabat setingkat
menteri dan pimpinan LPND. Kebijakan pelaksanaan yang tertulis dapat
berbentuk peraturan, keputusan, atau in struksi pejabat.
2. Lingkup Wilayah Daerah
a. Kebijakan Umum
Kebijakan umum di lingkup daerah adalah kebijakan pemerintah daerah
sebagai pelaksanaan asas desentralisasi dalam rangka mengatur urusan
Rumah Tangga Daerah. Dalam menetapkan kebijakan umum di daerah
provinsi, yang berwenang adalah Gubernur dan DPRD Provinsi. Di
daerah Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati Walikota dan DPRD

8
Kabupaten/Kota. Kebijakan umum di tingkat daerah dapat berbentuk
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
b. Kebijakan Pelaksanaan
Kebijakan pelaksanaan di lingkup Wilayah/Daerah ada tiga macam,
yaitu:
1) Kebijakan pelaksanaan desentralisasi adalah pengakuan terhadap
pelaksanaan Peraturan Daerah.
2) Kebijakan pelaksanaan dekonsentrasi adalah pelaksanaan pendekatan
publik di kabupaten.
3) Kebijakan pelaksanaan gotong royong (medebewind) adalah
pelaksanaan tugas Pemerintah Pusat di Daerah yang dikoordinasikan
oleh Pemerintah Daerah.

C. Makna Penting Kebijakan Publik


1. Kebijakan sebagai Suatu Konsep
Makna yang berbeda dari gagasan kebijakan (publik) sebagaimana
dikemukakan oleh Thomas Dye (Mulyadi, 2010: 33) bahwa strategi adalah
segala sesuatu yang diputuskan oleh otoritas publik untuk dilakukan atau
tidak dilakukan (kebijakan publik adalah segala sesuatu yang diputuskan
untuk dilakukan atau tidak dilakukan oleh administrasi.). Selain itu, menurut
Bullock et al. (PKP2A I LAN, 2009:11), untuk dikenal sebagai strategi,
suatu pilihan harus diikuti dengan melakukan langkah-langkah kegiatan
yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.
2. Kebijakan Publik Merupakan Produk Pemerintah
Keban (2004:55) memaknai bahwa kebijakan publik harus dilihat dari
ide filosofis, sebagai item. sebagai interaksi, dan sebagai sistem. Sebagai ide
filosofis, kebijakan adalah sekelompok standar, atau kondisi yang
diinginkan, sebagai item, kebijakan dipandang sebagai perkembangan
tujuan atau proposal, dan sebagai interaksi, kebijakan dipandang sebagai
cara di mana asosiasi dapat mengetahui apa ummumnya diantisipasi itu,
khususnya proyek dan sistem dalam menyelesaikan item mereka, dan

9
sebagai struktur, strategi adalah kursus tawar-menawar dan diskusi untuk
merencanakan masalah dan teknik untuk pelaksanaan.
Para ahli kebijakan memiliki pemahaman yang sama, bahwa kebijakan
publik adalah hasil dari otoritas publik (menghitung dasar-dasar
pemerintahan) yang direncanakan untuk memberikan bimbingan dan arahan
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yang berhubungan
dengan cara yang paling umum untuk mengendalikan pemerintah
(menghitung masalah yang berhubungan dengan administrasi), dengan
daerah/penduduk setempat). Sementara itu, penataan publik harus lengkap,
artinya berfokus pada berbagai hal yang mungkin berdampak atau
terpengaruh olehnya.
3. Elemen-Elemen dalam Sistem Kebijakan Publik
Memang tidak mudah untuk menerapkan atau menjalankan kebijakan.
Mengingat alam dapat memiliki konsekuensi yang luas, baik bagi otoritas
publik maupun daerah, proses penataan publik dalam perinciannya perlu
fokus pada iklim. Terkait siklus ini, Dunn (PKP2AILAN, 2009:13)
merencanakan tiga komponen penting dalam kerangka kebijakan publik,
khususnya sebagai berikut.
a. Iklim kebijakan, khususnya kondisi dasar atau peristiwa yang mengarah
pada munculnya "isu pendekatan", yang berdampak dan dipengaruhi oleh
pelaku pendekatan dan strategi.
b. Kebijakan publik, khususnya pilihan atas sejumlah atau rangkaian
keputusan yang saling terkait (menghitung pilihan untuk tidak bertindak)
yang dibuat oleh kantor pemerintah atau tempat kerja dan direncanakan
untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Mitra kebijakan, yaitu orang atau perkumpulan tertentu yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pilihan pemerintah.

D. Ruang Lingkup Kebijakan Publik


1. Jenis Kebijakan Publik Menurut James Anderson
a. Kebijakan Substantive vs Prosedural

10
Kebijakan substantive merupakan kebijakan-kebijakan tentang apa
yang akan atau ingin dilakukan oleh pemerintah, penekanannya terletak
pada subject-matternya. Substantive policies (kebijakan substantif),
adalah kebijakan tentang apa yang hendak dilaksanakan oleh pemerintah,
seperti kebijakan standar upah buruh: kebijakan pembangunan
berkelanjutan; kebijakan kesehatan; kebijakan pendidikan, dan
sebagainya. Sedangkan kebijakan procedural merupakan kebijakan-
kebijakan tentang siapa atau pihak mana saja yang terlibat dalam
perumusan kebijakan, serta cara bagaimana perumusan kebijakan
dilaksanakan.
Procedural policies (kebijakan prosedural), adalah kebijakan
tentang siapa yang akan terlibat dalam perumusan dan pelaksanaan
kebijakan tersebut serta bagaimana kebijakan itu hendak dilaksanakan,
seperti kebijakan perumusan UU; kebijakan pilkada: kebijakan ekspor &
impor; kebijakan uji materi UU dan sebagainya.
b. Kebijakan Material vs Simbolik
Kebijakan material adalah kebijakan tentang pengalokasian atau
penyediaan sumber-sumber material yang nyata atau kekuasaan yang
hakiki bagi para penerimanya atau pengenaan beban bagi yang harus
mengalokasikannya. Sedangkan kebijakan simbolik: kebijakan-kebijakan
yang memaksa, karena kebijakan tersebut akan memberikan keuntungan
atau kerugian yang hanya relative kecil bagi masyarakat, material adalah
pengaturan pemberian aset yang jelas atau posisi yang cukup besar
kepada individu yang akan mendapat untung dari kebijakan tersebut.
Misalnya kebijakan penginapan umum. Sedangkan pengaturan lambang
adalah pendekatan yang dapat memberikan keuntungan atau kemalangan
yang benar-benar mempengaruhi individu. Seperti kebijakan pembatasan
olahraga pada hari Minggu merupakan kebijakan representatif dengan
alasan bahwa kebijakan tersebut tidak dapat dilaksanakan dan sedikit
mempengaruhi cara berperilaku individu.

11
Kebijakan publik yang semula merupakan tatanan material dapat
berubah menjadi tatanan yang representatif, begitu pula sebaliknya.
Misalnya saja kebijakan "Walker Lane" yang awalnya bersifat material
dengan tujuan agar orang yang berjalan kaki menggunakan jalan tersebut
namun sejujurnya berubah menjadi sebuah simbol ketika jalan tersebut
digunakan oleh pengendara sepeda motor! Selain itu, kebijakan "Jangan
Injak Rumput yang awalnya pendekatan material, berubah menjadi
kebijakan representatif dengan alasan banyak orang bermain sepak bola,
berjualan, makan, bersepeda, dll di atas rumput.
c. Kebijakan Regulatory vs Distributive vs Redistributive
Kebijakan regulatory adalah tentang pengenaan pembatasan atau
larangan-larangan perbuatan. atau tindakan-tindakan perilaku bagi
seseorang atau sekelompok orang. Regulatory policies (kebijakan
regulatory), adalah kebijakan untuk mengatur atau mengendalikan
tindakan individu atau kelompok. Kebijakan ini dimaksudkan untuk
mengurangi kebebasan atau diskresi/keleluasaan bertindak dari mereka
yang diatur atau hendak dikendalikan perilakunya. Dapat dicontohkan di
sini, misalnya kebijakan tindak kriminal: kebijakan peredaran minuman
beralkohol: kebijakan persaingan usaha: kebijakan merokok di tempat
umum; dan sebagainya.
Kebijakan distributive adalah tentang pemberian pelayanan dan
berbagai keuntungan bagi sejumlah khusus penduduk, individu,
kelompok, perusahaan dan masyarakat tertentu. Pengaturan distributif
adalah kebijakan untuk memberikan atau menyebarluaskan administrasi
atau keuntungan tertentu untuk pertemuan penduduk tertentu, misalnya,
orang, pertemuan lokal, atau organisasi dari cadangan pemerintah.
Intinya adalah untuk mendorong orang atau perkumpulan atau organisasi
untuk mengembangkan latihan mereka yang dianggap memiliki misi
sosial atau sangat diinginkan oleh daerah setempat. Contoh kebijakan
semacam ini mengingat strategi BOS untuk area instruksi; pendekatan
asuransi pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin; kontrak sponsor

12
penginapan langsung, dan seterusnya. Sedangkan pendekatan
redistributif adalah kebijakan yang secara sengaja diberikan oleh otoritas
publik untuk memindahkan kelimpahan para eksekutif, membayar,
memiliki atau hak properti di antara kelas dan pertemuan masyarakat.
Pendekatan redistributif adalah kebijakan untuk mendistribusikan
kembali kekayaan atau kemakmuran moneter atau kebebasan, dimulai
dengan satu pertemuan kemudian. ke pertemuan berikutnya. Model
menggabungkan kebijakan konflik melawan kebutuhan; kebijakan
penilaian pribadi, pilihan untuk memberikan suara dalam keputusan;
kebijakan bantuan sosial pemerintah; dan seterusnya.
d. Public Goods vs Private Goods
Public goods merupakan kebijakan-kebijakan tentang penyediaan
barang-barang dan pelayanan keperluan orang banyak. Sedangkan
private goods kebijakan tentang penyediaan barang-barang atau
pelayanan bagi kepentingan orang tertentu atau untuk kepentingan orang
tertentu atau untuk kepentingan perseorangan yang tersedia di pasaran
bebas dan orang yang memerlukannya harus membayar dengan biaya
tertentu.
2. Jenis Kebijakan Publik Menurut Solichin Abdul Wahab
a. Policy Demands
Tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat pemerintah
yang dilakukan oleh actor-aktor lain, baik swasta maupun kalangan
pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan. tindakan
tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan pada suatu
masalah tertentu.
b. Policy Decision
Keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang dimaksudkan
untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan publik. Dalam
hal ini, termasuk didalamnya keputusan-keputusan untuk menciptakan
statuta (ketentuan-ketentuan dasar), ketetapan-ketetapan, ataupun
membuat penalsiran terhadap undang-undang.

13
c. Policy Statement
Pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kehijakan publik tertentu.
Misalnya; ketetapan MPR, keputusan presiden atau dekrit presiden,
keputusan peradialn, pernyataan ataupun pidato pejabat pemerintah yang
menunjukkan hasrat, tujuan pemerintah, dan apa yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Policy Outputs
Wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan dirasakan,
Karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan guna
merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan
pernyataan kebijakan.
e. Policy Outcomes
Akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat,
baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai konsekuensi
dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah dalam
bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang ada dalam
masyarakat.

3. Jenis Kebijakan Publik Menurut William N. Dunn


William N. Dunn (2000: 21) membedakan jenis kebijakan menjadi lima
bagian, yaitu:
a. Masalah Kebijakan (Public Problem)
Masalah kebijakan adalah nilai, kebutuhan dan kesempatan yang belum
terpuaskan, tetapi dapat diidentifikasi dan dicapai melalui tindakan
publik. Pengetahuan apa yang hendak dipecahkan membutuhkan
informasi mengenai kondisi-kondisi yang mendahului adanya problem
maupun informasi mengenai nilai yang pencapaiannya menuntut
pemecahan masalah.
b. Alternatif Kebijakan (Policy Alternatives)
Alternatif kebijakan adalah arah tindakan yang secara potensial tersedia
yang dapat member sumbangan kepada pencapaian nilai dan pemecahan

14
masalah kebijakan. Informasi mengenai kondisi yang menimbulkan
masalah pada dasarnya juga mengandung identifikasi terhadap
kemungkinan pemecahannya.
c. Tindakan Kebijakan (Policy Actions)
Tindakan kebijakan adalah suatu gerakan atau serangkaian gerakan
sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih, yang dilakukan untuk
mencapai tujuan bernilai.
d. Hasil Kebijakan (Policy Outcomes)
Hasil kebijakan adalah akibat-akibat yang terjadi dari serangkaian
tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan. Hasil dari setiap tindakan
tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum tindakan dilakukan, juga
tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti yang diharapkan atau dapat
diduga sebelumnya.
e. Hasil Guna Kebijakan
Hasil guna kebijakan adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan
memberikan sumbangan pada pencapaian nilai. Pada kenyataanya jarang
ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas, umumnya pemecahan
terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem sehingga perlu
pemecahan kembali atau perumusan kembali.

4. Jenis Kebijakan Publik Menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gunn


Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gunn (1984) mengemukakan tentang 10
jenis penggunaan istilah policy, yaitu:
a. Policy as a label for afield of activity
Kebijakan sebagai sebuah sebutan untuk medan atau wilayah kegiatan
tertentu. Misalnya Kebijakan Upah Minimal Regional, Kebijakan
Perumahan, Kebijakan Kesehatan, Kebijakan Wilayah Tangkap Ikan,
Kebijakan Transportasi, dan lain-lain adalah wilayah kegiatan dan
keterlibatan pemerintah dalam proses kebijakan.
b. Policy as an expression of general purposes or desired state of affairs

15
Kebijakan merupakan pernyataan tentang tujuan dan keinginan negara
secara umum. Pernyataan kebijakan acap kali disampaikan oleh pejabat
negara misalnya eksekutif yang menyangkut hal-hal yang besar dan
strategis. Contohnya pernyataan tentang Perang Melawan Ketertinggalan
dan Kemiskinan, Pertahanan Nasional, Pengembangan Hutan Rakyat,
Industri Migas dan Nonmigas, Pendidikan Anak Usia Dini, dan
seterusnya.
c. Policy as specific proposals
Kebijakan publik dipandang sebagai usulan kegiatan atau tindakan yang
akan diambil oleh pemerintah. Usulan kegiatan ini bisa bersifat adhoc
(sementara) ataupun berupa representasi atau bagian dari cara yang
ditempuh pemerintah untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Pemerintah mengusulkan Pendidikan Dasar dan Menengah Grati,
Pembangunan Jembatan Selat Bali, Peningkatan Produksi Terigu,
Penetapan Harga Eceran Tertinggi Minyak Goreng, dan sebagainya.
d. Policy as decisions of government
Kebijakan publik sebagai keputusan yang dibuat oleh pemerintah.
Kebijakan publik sebagian besar merupakan usulan pemerintah setelah
memperhatikan dengan seksama adanya masalah yang sangat urgen dan
menyentuh kepentingan rakyat banyak. Pemerintah mempunyai tanggung
jawab membuat pilihan tindakan berupa keputusan/kebijakan publik.
Misalnya keputusan di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya,
teknologi, informasi, keamanan, pertahanan. dan sebagainya.
e. Policy as formal authorization
Kebijakan publik adalah merupakan salah satu bentuk produk dari
kewenangan formal pemerintah untuk merumuskan, melaksanakan dan
menilai kebijakan tersebut. Pemerintah memang diberi otoritas formal
berupa wewenang dan tanggung jawab untuk merumuskan,
melaksanakan dan menilai kebijakan publik dalam rangka untuk
meningkatkan kesejahteraan kepada rakyatnya. Misalnya pemerintah
membuat dan melaksanakan kebijakan tentang alat transportasi massa

16
yang murah, hal ini memang telah menjadi wewenang dan tanggung
jawah pemerintah untuk melaksanakannya.
f. Policy as programme
Kebijakan publik sebagai program mempunyai arti bahwa kebijakan itu
terdiri dari banyak program, atau dikatakan dengan kata lain bahwa
program itu bagian dari kebijakan. Misalnya program menanam sejuta
pohon adalah bagian dari kebijakan lingkungan hidup yang sehat.
g. Policy as output
Kebijakan publik sebagai keluaran. Hal ini berarti bahwa kebijakan itu
adalah merupakan produk dari proses mengubah input menjadi output,
yaitu tindakan yang dilakukan. pemerintah untuk membuahkan masalah
tertentu. Misalnya pemberian kredit lunak atau tanpa bunga bagi para
pengusaha mikro dan kecil, pendirian badan layanan umum, reformasi
birokrasi di tingkat pusat dan daerah dan seterusnya.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah berupa tindakan-tindakan
pemerintah. Kebijakan publik, baik untuk melakukan maupun tidak
melakukan sesuatu mempunyai tujuan tertentu. Kebijakan publik ditujukan
untuk kepentingan masyarakat. Tujuan kebijakan publik adalah
seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil
tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai konstituen pemerintah.
Kebijakan publik memiliki tiga elemen penting yaitu lingkungan kebijakan
(policy environments). kebijakan publik (public policies), dan pelaku
kebijakan (policy stakeholders).
Kepercayaan publik mencakup inner public dan outer public,
keduanya harus berada dalam satu pola yang saling percaya dalam
keseimbangan dan proporsionalitas peran dan fungsinya. Para ahli
mengemukakan berbagai jenis kebijakan publik, William N. Dunn (2000)
membedakan jenis kebijakan menjadi lima bagian, yaitu masalah
kebijakan (public problem), alternatif kebijakan (policy alternatives),
tindakan kebijakan (policy actions), hasil kebijakan (policy outcomes) dan
hasil guna kebijakan.

B. Saran
Sebaiknya sebelum mengambil keputusan, kita harus melakukan
evaluasi yang cermat dan mempertimbangkan konsekuensi dari setiap
pilihan yang tersedia. Dengan memahami teori dan konsep pengambilan
keputusan dapat membantu kita mengembangkan kerangka kerja yang
lebih baik untuk mempertimbangkan berbagai faktor, risiko, dan potensi
hasil dari setiap keputusan yang akan diambil.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ardyansyah, Dhani. 2020. “Kebijakan Publik Sebagai Kebijakan Publik.” Jurnal


MEDTEK 2(3):78–91.
Desrinelti, Desrinelti, Maghfirah Afifah, and Nurhizrah Gistituati. 2021.
“Kebijakan Publik: Konsep Pelaksanaan.” JRTI (Jurnal Riset Tindakan
Indonesia) 6(1):83. doi: 10.29210/3003906000.
Dewi, Dian Suluh Kusuma. 2019. “Buku Ajar Kebijakan Publik.” UM Jakarta
Press 188.
Maulana, Delly, and Arif Nugroho. 2019. KEBIJAKAN PUBLIK (Cara Mudah
Memahami Kebijakan Publik). Serang Banten: CV. AA Rizky.
Raviansyah dkk. 2022. Kebijakan Publik. Padang, Sumatera Barat: PT. GLOBAL
EKSEKUTIF TEKNOLOGI.
Satispi, Evi, and Kurniasih Mufidayaiti. 2019. BUKU AJAR KEBIJAKAN
PUBLIK TEORI DAN APLIKASINYA. edited by Retnowati WD Tuti.
Ciputat, Tangerang Selatan.
Widodo, Joko. 2021. “Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Dan Aplikasi Proses
Kebijakan Publik.” Malang: Bayu Media 1–186. Retrieved March 23, 2024
(https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=1zQXEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=related:ybDXWkI
zd_0J:scholar.google.com/
&ots=NjN41b17AL&sig=OZXt36tuMhLgTq3nhlny4X9zHwg&redir_esc=y
#v=onepage&q&f=false).

19

Anda mungkin juga menyukai