PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap orang sesuai
dengan amanat undang undang dasar dan Pancasila. Bagi kalangan menengah
kebawah atau rakyat miskin mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik menjadi
kebutuhan yang sangat sulit karena akses pelayanan kesehatan sulit dijangkau, baik
karena kurangnya fasilitas kesehatan maupun distribusi tenaga kesehatan yang
tidak merata di semua daerah. Banyak faktor yang mempengaruhi kurangnya
fasilitas kesehatan maupun tidak meratanya distribusi tenaga kesehatan di negara
ini. Tidak semua fasilitas kesehatan dasar yang ada di kota kecamatan yaitu
Puskesmas bisa memberikan pelayanan yang optimal dikarenakan tenaga dokternya
belum ada, kemudian pelayanan kesehatan rujukan atau rumah sakit hanya
terdapat di kota /kabupaten dan itupun tidak semua Rumah Sakit tipe D memiliki
dokter spesialis dasar yaitu spesialis penyakit dalam, Spesialis Obgyn, Spesialis
Bedah, Spesialis Anak dan Spesialis penunjang yang lainnya.
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memenuhi itu semua dalam
kerangka memberikan pelayanan kesehatan bagi siapapun seperti yang amanatkan
dalam undang undang dasar 1945. Banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah
dalam mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan untuk menjangkau daerah
terpencil, daerah perbatasan dan daerah kepulauan seperti melalui program PTT ,
Nusantara Sehat, WKDS sebagai upaya pemerataan tenaga kesehatan. Dalam
proses munculnya suatu program seperti halnya diatas tentunya pemerintah tidak
mudah, karena untuk membuat suatu kebijakan ini perlu adanya keputusan
keputusan yang diambil oleh eksekutif baik itu pemerintah pusat maupun daerah
dan keputusan legislative yaitu dewan baik pusat maupun daerah, sehingga
dinamika politik dan pemerintahan di suatu negara sangat berpengaruh terhadap
kebijakan – kebijakan dalam pembangunan bidang kesehatan. Politik erat kaitanya
dengan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, tak jarang komoditi
kesehatan dijadikan alat untuk mendapatkan dukungan pada saat kampanye oleh
partai politik. Janji pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan berkualitas
menjadi slogan dalam visi misi yang didengungkan jika pada saatnya nanti parpol
atau dewan , bupati, gubernur dan presiden yang terpilih berkuasa, sehingga
konsekwensinya kebijakan kebijakan dibidang kesehatan ini pada akhirnya
memerlukan bargaining atau kesepakatan – kesepakatan diantara para pemimpin /
penguasa, dewan dan juga para pengusaha. Hal hal inilah yang mendasari bahwa
kesehatan tidak bisa dipisahkan dari pengaruh politik atau kesehatan memerlukan
dukungan politik dalam istilah Politik Kesehatan.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui tentang politik dalam kebijakan publik
2. Mengetahui tentang kekuasaan dan sistem politik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Kebijakan Publik
Robert Eyestone dalam bukunya The Threads of Public Policy (1971)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai “hubungan antara unit pemerintahan
dengan lingkungannya”. Definisi lain oleh Thomas R. Dye (1963) menyatakan
bahwa “kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk
dikerjakan atau tidak dikerjakan. Sementara James Anderson (1979)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai “serangkaian kegiatan yang
mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
seorang aktor atau kelompok aktor yang berhubungan dengan suatu
permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan”.4
Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh
badan dan pejabat pemerintah. Karena itu karakteristik khusus dari kebijakan
publik adalah bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan oleh “otoritas”
dalam sistem politik yaitu “para senior, kepala tertinggi, eksekutif, legislatif,
para hakim, administrator, penasihat, para raja, dan sebagainya.4
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan beberapa karakteristik utama
dari kebijakan publik,3 yaitu:
a. Kebijakan publik ditujukan pada tindakan mempunyai maksud dan tujuan
tertentu
b. Kebijakan publik mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan
oleh aktor-aktor kebijakan
c. Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dirumuskan oleh
otoritas dalam sistem politik
d. Kebijakan publik secara positif didasarkan pada hukum dan merupakan
tindakan yang bersifat memerintah.
Menurut Thomas R. Dye (1995) dan James Anderson (1984) ada tiga
alasan yang melatarbelakangi kebijakan publik perlu untuk dipelajari, yaitu:4
a. Pertimbangan ilmiah (scientific reasons). Kebijakan publik dipelajari dalam
rangka untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam, untuk tujuan
ilmiah. Kebijakan publik dapat dipandang baik sebagai variabel dependen
maupun variabel independen.
b. Pertimbangan profesional (professional reason). Kebijakan publik dipelajari
untuk menerapkan ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah sosial
secara praktis.
c. Pertimbangan politis (political reason). Kebijakan publik dipelajari pada
dasarnya agar pada setiap perundangan dan regulasi yang dihasilkan dapat
tepat guna mencapai tujuan yang sesuai target.
2. Sistem Politik
Gabriel Almond (1960) dalam Sukoco (2012) menjelaskan bahwa
system politik merupakan organisasi melalui manamasyarakat merumuskan dan
berusaha mencapai tujuan bersama .Selanjutnya Almond juga menjelaskan
system politik sebagai system interaksi yang ditemui dalam masyarakat merdeka
yang menjalankan fungsi integrase dan adaptasi.7
Pendapat lain dari David Easton dalam Sukoco (2012) mengemukakan,
system politik merupakan seperangkat interaksi yang diabstraksi dari totalitas
perilaku sosial, melalui mana nilai-nilai disebarkan untuk suatu masyarakat.7
Dengan demikian secara konseptual bahwa system politik ialah, prinsip-
prinsip dan mekanisme yang membentuk suatu kesatuan yang berkaitan, utuh
dan saling berhubungan untuk mengatur pemerintahan dan mempertahankan
kekuasaan dengan cara mengatur hubungan antara individu atau kelompok
individu satu sama lain dengan negara dan hubungan negara dengan negara.7
Model
Model ini menunjukkan Analisis
adanya Sistem antara
hubungan Umumsistem politik dengan
(David Easton)
lingkungannya. Komponen-komponen sistem politik dalam model ini terdiri
dari :
Input (masukan), meliputidemand (tuntutan), support (dukungan), dan
apathy (apatis).
Proses konversi , yakni jalannya mekanisme politik yang akan mengubah
input menjadi output
Output (keluaran), meliputi persetujuan atau penolakan input.
Persetujuan input akan menghasilkan kebijakan.
Dalam sistem politik ada 3 kelompok yang menjadi subyek input, dalam
arti berperanmengajukan tuntutan dan dukungan. Ketiga kelompok itu
adalah :
Komunitas politik, adalah kelompok yang berperan untuk menyelesaikan
perbedaanatau mengupayakan pengambilan keputusan dengan cara-cara
damai.
Rezim, adalah tatanan konstitusional yang mencakup pengelolaan
tuntutan-tuntutan dan pelaksanaan keputusan/kebijakan.
Pemerintah, adalah pelaksana kebijakan-kebijakan.
b. Gabriel Almond
Almond mengemukakan Model Fungsionalisme-Struktural
Model Fungsionalisme Strukturan
(Almond)
c. Robert Mitchell
Mitchell mengemukakan Model Polity
Model Polity
(Mitchell)
Menurut Mitchell inputs sistem politik terdiri dari tuntutan-
tuntutan (demands) dan harapan-harapan (expectations), sumber-sumber
(resources) dan dukungan (support).
Harapan-harapan adalah apa yang diinginkan oleh anggota
masyarakatsecara individual tetapi tidak mereka sadari
Sumber-sumber (resources) yaitu tempat beroperasinya sistem juga
penting.
Outputs sistem politik terdiri dari tujuan-tujuan/sasaran-sasaran (goals,)
nilai-nilai (values), biaya-biaya (cost),dan kontrol-kontrol (controls)
Nilai-nilai (Values),dan biaya (cost),merupakan interpretasi
ekonomidimana nilai bermakna positif, sedangkan biaya bermakna
negatif.
Kontrol berarti cara-cara mengontrol implementasi tujuan-tujuan/sasaran-
sasaran, nilai-nilai, dan biaya-biaya tersebut
Dalam polity berlangsung hubungan timbal balik antara pemerintahdan
masyarakat. Pemerintah mendistribusikan pendapatan(incomes), status,
peluang, pengawasan, dan pelayanan publikkepada masyarakat. Sebaliknya
masyarakat mendistribusikantuntutan, dukungan, dan sumber-sumber daya
kepada pemerintah.
d. Jean Blondel
Blondel mengemukakan Model Sistem Politik Blondel
e. David Apter
Apter mengemukakan Model Sistem Politik Apter
1. ,,,,,,,
2. ,,,,,,,
3. Hidayah, N. Pengertian, makna, hakikat, dan perkembangan ilmu politik. 2015.
Available from http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PENGERTIAN,
%20MAKNA,%20HAKIKAT%20ILMU%20POLITIK.pdf [cited: 11/11/2017].
4. Sari, D.I. Politik dan kebijakan publik. 2015. Available from
https://diahindrisari.wordpress.com/2015/05/26/politik-dan-kebijakan-publik/ [cited:
11/11/2017].
5. Dewayanie, D.R.V. Proses politik dalam kebijakan publik dan kebijakan
pendidikan. 2012. Available from
https://www.scribd.com/doc/115279698/PROSES-POLITIK-DALAM-
PERUMUSAN-KEBIJAKAN-PUBLIK-DAN-KEBIJAKAN-PENDIDIKIAN
[cited:11/11/2017].
6. Suharti, L.D. Teori politik dan kebijakan publik. 2017. Available from
https://www.academia.edu/4828185/Teori_Politik_dan_Kebijakan_Publik [cited:
11/11/2017].
7. Sukoco, M. Kajian sistem politik dan pemerintahan di Indonesia. 2012. Available
from
https://www.researchgate.net/publication/288670683_Kajian_Sistem_Politik_dan_P
emerintahan_di_Indonesia [cited: 11/11/2017].
8. Mariana, D, Caroline .P dan Neneng Y.Y. Model analisa sistem politik. Available
from https://www.scribd.com/doc/31865968/Model-Analisa-Sispol [cited:
11/11/2017]