Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULAAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan masyarakat modern kebijakan publik atau populernya sering
di sebut sebagai kebijakan pemerintahan, merupakan suatu hal yang umum di jumpai,
dan senyatanya adalah suatu gejala yang tak dapat dihindari. Kebijakan adalah output
atau hasil dari penyelenggaraan pemerintahan negara, disampiing hasil berupa
peraturan perundan-undangan, barag-barang publik dan pelayana publik yang secara
sederhana dapat disebut dengan produk peerintah. Kebijakan publik merupakan suatu
aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dan meruakan bagian dari keputusan
politik untuk mengatasi berbagai persoalan dan isu-isu yang ada dan berkembang di
masyarakat. Kebijan publik juga merupakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah
untuk melakukan tindakan tertenu untuk tidak melakukan sesuatu maupun untuk
melakukan tindakan tertentu.
Dalam konteks indonesia, wilayahnya ditandai dengan ciri keragaman.
Ungkapan bahwa indonesia adalah negara kepulawan, yang pulau-pulaunya bagaikan
rangkaian mutu manikam yang terhampar di sepanjang garis khatulistiwa, juga
memberi warna dari isi atau dari nilai kebijakan publik. Selain karakter wilayah
negara, derajat keefektifan perasanaan kebijakan publik akan sangat di warnai oleh
kemampuan negara atau pemerintah untuk melakukan penegakan aturan.
Sepanjang proses kehidupannya setiap warganegaranya dipengaruhi oleh
kebijakan publik hal ini dapat dilihat daam berbagai bentuk, antara lain : perijinan,
peraturan, pajak, dan retribusi, pelayanan kesejahteraan, pembangunan infrastruktur,
dan perlindungan keamanan dan ketertiban. Singkatnya, setiap individu atau anggota
masyarakat akan berhadapan dengan kebijakan publik sejak lahir ( dalam bentuk
perlunya akte kelahiran) sampai meninggal (dalam bentuk perlunya keterangan
kematian dan dalam beberapa kasus juga perlunya izin penguburan dan retribusi
penguburan). Secara langsung atau tidak langsung, kehidupan warga negara selalu
dibingkai dengan kebijakan publik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah
mengenai esensi nilai value dalam kebijakan.
BAB II

1
PEMBAHASAN

A. NILAI VALUE
Masalah nilai (value) dalam diskursus (discourse) analisis kebijakan public,
akan menyentuh aspek metapolicy. Karena akan menyangkut hakikat (substance),
perspektif, sikap dan perilaku yang tersembunyi atau yang dinyatakan secara terbuka
dari actor-aktor yang bertanggungjawab dalam perumusan atau pembuatan kebijakan
publik ( hodgkinson, 1978,121) metapolicy mempersoalkan mengapa kebijakan
tertentu dipikirkan dan bagaimana ia diimplementasikan.
Di Negara-negara maju isu menyangkut persoalan keamanan, hukum, dan
ketertiban sudah lama tidak lagi menjadi isu yang controversial dalam keputusan-
keputusan kebijakan pemerintah (policy decision). Oleh sebab itu, bagi para pembuat
kebijakan di Negara-negara ini isu yang selalu menyedot perhatian mereka ialah
menyangkut nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan.
Pembuat kebijakan public adalah para pejabat-pejabat public, termasuk para
pegawai senior pemerintah yang tugasnya tidak lain untuk memikirkan dan member
pelayanan demi kebaikan public/lemas lahatan umum (public good) dalam hal ini
Fisterbusch ( 1983) membagi kebijakan dalam 5 (lima) unsur ;
1. Keamanan (security)
2. Hukum dan ketertiban umum ( law and order)
3. Keadilan (justice)
4. Kebebasan (liberty)
5. Dan kesejahteraan (welfare)

B. ESENSI KEBIJAKAN PUBLIK


Istilah kebijakan publik terdiri dari dua kata, yaitu kebijakan dan publik.
Kebijakan merupakan suatu kumpulan keputu-san yang diambil sese-orang / badan /
lembaga yang pada umumnya memegang kekuasaan untuk mengatasi masalah
masalah atau tujuan tertentu, terutama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Publik artinya hal yang berkenaan dengan masyarakat luas atau umum.
Kebijakan publik pada dasarnya adalah kebijakan yang dinyatakan, dikeluarkan,
dilakukan ataupun yang tidak dilakukan oleh pemerintah yang memuat program dan
kegiatan yang dijalankan. Kebijakan publik mencakup hukum, peraturan perundang
undangan, keputusan dan pelaksanaan yang dibuat oleh lembaga eksekutif, legislatif

2
dan yudikatif, birokrasi pemerintahan, aparat penegak hukum dan badan badan
pembuat keputusan publik.
Menurut Kartasasmita, kebijakan publik adalah merupakan upaya memahami
dan mengartikan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah mengenai
satu masalah, apa penyebabnya dan apa pengaruhnya. Sedangkan menurut Anderson :
Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan
oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah.
Menurut Anderson (1994:5) mengartikan kebijakan sebagai suatu rangkaian
tindakan bertujuan yang diakui oleh seseorang atau sekelompok aktor berkenaan
dengan suatu masalah atau suatu hal yang menarik perhatian. Dengan pengertian ini
anderson juga mengingatkan bahwa kebijakan publik adalah unik, karena berkaitan
dengan institusi pemerintah. Adapun implikasi dari konsepnya mengenai kebijakan
publik tersebut antara lain:
1. Kebikan publik adalah tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2. Kebijakan publik adalah rangkaian tindakan yang diambil sepanjang waktu.
3. Kebijakan publik adalah tanggapan dari kebutuhan akan adanya suatu kebijakan
mengenai hal-hal tertentu
4. Kebijakan publik merupakan gambaran dari kegiatan pemerintah.
5. Kebijakan pemerintah merupakan kegiatan aktif atau pasif dalam menghadapi
suatu masalah.
Dari berbagai pandangan tentang kebijakan publik bahwa kebijakan publik
adalah pola tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah dn terwujud dalam bentuk
peraturan perundang-undangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahaan.

C. KARAKTER UTAMA KEBIJAKAN PUBLIK


Karakter utama dari kebijakan publik adalah sebagai berikut:
1. Setiap kebijakan publik selalu memiliki tujuan yakni untuk menyelesaikan
masalah publik. Setiap kebiajan publik akan selalu mengandung makna sebagai
suatu upaya masyarakat untuk mencari pemecahan masalah yang mereka hadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Setiap kebijakan publik selalu merupakan pola tindakan yang terjabarkan dalam
program dan kegiatan. Oleh karena itu, suatu kebijakan publik secara lebih konkrit
dapat diamati dalam wujud terencana, program, dan kegiatan. Dalam konteks ini,
aspek kas dari kebijakan publik adalah esensinya sebagai suatu upaya untuk
menemukan jawaban terhadap persoalan atau masalah yang sulit. Kenyataan ini
akan memunculkan berbagai implkasi, pertama, tidak akan ada suatu jawaban

3
yang dirumuskan yang akan dapat memenuhi semua kegiatan dari masyarakat atau
warga negara. Akibatnya, setiap kebijakan publik akan menghasilkan oposisi atau
paling tidak reaksi dan pada gilirannya akan mendorong lahirnya kebijakan publik
berikutnya. Kedua, solusi yang termuat dalam satu kebijakan jarang yang bersifat
final dan lengkap. Oleh karena itu, perubahan kebijakan merupakan kecendrungan
yang akan sering terjadi baik karena subtansinyayang tidak relavan lagi maupun
karena terjadi pergeseran kekuasaan dalam proses pemerintahan negara. Ketiga,
kebijakan publik juga dapat mengalami ketidak konsistenan pelaksanaan.
Keempat, kebijakan publik dalam bidang tertentu akan selau berkaitan dengan
kebijakan publik dalam bidang yang lain.
3. Setiap kebijakan publik selalu termuat dalam hukum positif. Keberadaan suatu
sistem politik atau suatu pemerintahan akan selalu mencerminkan dua
keistimewaan, pertama, pemerintahan merupakan badan yang memiliki
kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat atau mesti dipatuhi oleh semua
warga negara. Kedua, untuk menegakan keberlakuan atauran yang telah
dibuatnya, pemerintahan juga memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi
kepada para pelanggarnya.
Berdasarkan uraian di atas, ada banyak manfaatnya dari keikutsertaan
masyarakat dalam merumuskan kebijakan publik.
Ada beberapa manfaatnya, yaitu :
1. Dapat membentuk perilaku atau budaya demokrasi
2. Dapat membentuk masyarakat hukum
3. Dapat membentuk masyarakat yang bermoral dan berakhlak mulia
4. Dapat membentuk masyarakat madani masyarakat madani memiliki ciri ciri
sebagai berikut :
a. Kesukarelaan, masyarakat madani terbentuk bukan karena paksaan. Mereka
secara sukarela membentuk kehidupan bersama karena punya cita cita yang
sama.
b. Keswasembadaan, artinya setiap individu mandiri atau tidak menggantungkan
dari orang lain.
c. Kemandirian yang tinggi terhadap negara. Anggota dari sebuah masyarakat
madani tidak mau bergantung pada negara, suatu lembaga atau organisasi.
d. Keterikatan pada nilai nilai yang disepakati bersama. Masyarakat madani
berdiri di atas hukum yang disepakati bersama.
Tujuan pembuatan kebijakan publik pada dasarnya untuk :
1. Mewujudkan ketertiban dalam masyarakat

4
2. Melindungi hakhak masyarakat
3. Mewujudkan ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat
4. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

D. POLITIK KEBIJAKAN PUBLIK


Sebagaimana yang kita ketahui, suatu kebijakan selalu memiliki tujuan. Dalam
konteks tujuan tersebut, setiap subtansi kebiakan publik diharapkan selalu bermanfaat
untuk pemenuhan kepentingan rakyat. Hanya saja dalam konteks pemanfaatan, setiap
kebijakan publik memberikan memberikan manfaat yang berbeda untuk
berbagai kelompok masyarakat. Manfaat terbesar dari suatu kebijakan publik
cenderung akan dinikamati oleh inisiator kebijakan publik. Dengan menginisiasi
terbentuknya kebijakan publik inisiator merancang siapa yang mendapat apa, kapan
dan bagaimana. Gejala ini dapat disebut sebagai politik kebijakan publik.
Dalam upaya memahami politik kebijakan publik, howlet dan rames (1995 :
19-39) menyajikan taksonomi pendekatan umum terhadap gejala politik. Mereka
menggunakan dua variabel utama, yakni metode konstruksi teori, dengan dua dimensi
(deduktif dan induktif) dan unit analisis dasar dengan tiga dimensi (individu,
kelompok dan institusi).
Model pilihan publik (public choice) memiliki asumsi bahwa aktor politik
cenderung bertindak rasional dalam upaya memaksimalkan kepuasan mereka.
Rasional tersebut berfokus pada kepentingan perorangan. Oleh karena itu, menurut
model public choice, setuap aktor politik, baik pemilih maupun politisi, dipandu oleh
kepentingan pribadi dalam memilih rangkaian tindakan untuk kemanfaatan terbaik
bagi dirinya. Pemilih memberikan suara untuk partai dan kandidat yang terbaik
memenuhi kepentingannya. Sedangkan politisi secara terus menerus bersaing untuk
pemilihan dalam upaya meningkatkan kepentingannya dalam pendapatan, kekuasaan,
pretise yang berasal kedudukan, dan menawarkan kebijakan yang memenangkan
dukungan pemilih. Pada gilirannya, pilihan tindakan dari pemilih dan politisi tersebut
berimplikasi paa pilihan partai atau biroktar. Partai politik beroperasi sama seperi
politisi, menawarkan paket kebijakan yang menarik bagi pemilih. Sedangkan self-
interest birokratmengarahkan mereka untuk memaksimalkan budge instansinya
karna budge yang lebih besar merupakan sumber kekuasaan (power) prestise,
penghasilan tambahan, dan gaji tinggi.

5
Model ekonomi kesejahteraan memiliki pandangan bahwa individu, melalui
mekanisme pasar seharusnya menjadi andalan bagi pembuatan kebanyakan keputusan
yang menyangkut masyarakat. Pandangan tersebut jelas berdampak besarnya peranan
mekanisme pasar untuk mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan. Namun demikian model ini juga mengakui bahwa pada suatu tahap
tertentu mekanisme pasar todak dapat berjalan lancar, sehingga pasar tidak
dapatmendistribusikan sumber daya secara efisiensi.kondisi ini di sebut sebagai
kegagalan pasar model class theories bermula dari pandangan bahwa keanggotaan
kelas umumnya ditentukan oleh ada tidaknya karakteristik tertentu.
Dalam hal ini karl mark berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai
struktur kelas yang dikotomis dengan dua kelas yang bersaing untuk kekuatan politik
dan ekonomi. Masyarakat berkembang melalui sejumlah tahap tertentu (mede
produksi ), yang masing-masing mempunyai seperangkat khas kondisi produksi
teknologis (sarana produksi ) dan suatu cara unik dalam berbagai aktor dalam proses
produksi berhubungan satu dengan yang lain ( struktur class atau relasi produksi).
Setiap mode produksi mengsyaratkan sistem class tertentu, yang akhirnya di tentukan
oleh kepemilikan sarana produksi. Oleh karana itu, menurut model ini, kebijan publik
di masyarakat kapitalis merupakan pencermianan kepentingan class kapitalis.
Model neo-institusionalisme meyakini bahwa dalam kehidupan kolektif akan
selalu terbangun institusi. Fungsi institusi dalam masyarakat adalah untuk mengatasi
rintangan informasi dan pertukaran dalam organisasi sosial. Salah satu institusi
tersebuta adalah pasar. Hanya saja, menurut model ini, pasar tidak selalu dapat
mendistribusikan sumber daya secara efisien dengan kata lain, pasar tidak dapat
mengagregasikan perilaku pemaksimalan pemanfaatan(utility) perseorangan untuk
mengoptimalkan kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Gejala ini di sebut sebagai
kegagalan pasar (market failure), yang sebabnya dapat berupa: natural monopoly,
imperfect information, externalities, public goods. bila kegagalan terjadi, institusi
politik dapat bertindak untuk menambah untuk mengganti pasar. Namun demikian,
pemerintah, sama seperti pasar juga dapat mengalami kegaggalan goverment filures
(yang bersumber dari terjadinya: organizational this placement, rising costs, dan
deriwed externalities.
Model pluralism dan corperatiesm berbasis pada pandangan bahwa kelompok
kepentingan menjadi unsur utama proses politik. Kelompok sangat beraneka ragam,
bebas di bentuk, keanggotaan yang overlapping, dan ketiadaan monopoli perwakilan.

6
Overlapping keanggotaan (membership) merupakan mekanisme kunci untuk
rekonsiliasi konlik dan promosi kerja sama antar kelompok. Kelompok di organizir
kedalam sejumlah terbatas kategori tunggal, wajib, tidak kompetitif, tertata secara
hirarkis , fungsi yang berbeda diakui atau diberi izin (kalo tidak diciptakan) oleh
negara dan di beri monopili perwakilan dalam kategori masing-masing sebagai
pertukaran bagi kontrol tertentu atas pemilihan ketua serta artikulasi tuntuan dan
dukungan. Kebijakan publik di bentuk oleh interaksi antara negara kelompok
kepentingan atau kelompok yang diakui oleh negara. Interaksi antara kelompok
dilembagakan dan dimediasi oleh negara.
Dalam model stasism, negara dipandang sebagai aktor otonom yang
mempunyai kapasitas untuk merencanakan dan melaksanakan tujuan sendiri, tidak
mesti semata-mata untuk merespon tekanan yang diberikan oleh kelompok atau kelas
soasial yang dominan. Otonomi dan kapasitasnya didasarkan pada keahliaan
penjabatnya. Pemahama tentang model gejala politik menjadi landasan dalam
memahami pendekatan studi kebijakan publik. Pendekatan studi kebijkan publik
digunakan adalah pendekatan teori sistem politik. Menurut pendekatan tersebut,
kebijakan publik dipandang sebagai respon sistem politik terhadap tuntutan yang
muncul dari lingkungannya.
Pendekatan-pendekatan teori baru kebijakan publik, pertama, teori pendekatan
kelompok memiliki pandangan bahwa kebijakan publik merupakan produk dari
perjuangan kelompok. Kedua pendekatan teori elit memandang kebijakan publik
dipandang sebagai pencerminan nilai dan referensi elite yang berkuasa. Ketiga,
pendekatan instituationalism berpandangan bahwa kebijakan publik secara otoritatif
ditentukan dan pada awalnya dilaksanakan oleh institusi pemerintah.

E. STUDI KEBIJAKAN PUBLIK


Tujuan kegiatan dari studi kebijakan publik adalah deskritif dan eksplanatif.
Sedangkan analisis kebijakan bertujuan untuk memperoleh pengkajian dan penyajian
alternatif yang tersedia kepada aktor poliitk dalam upaya menyelesaikan masalah
publik. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh para birokrat atau kalangan
penyelenggaraan pemerintahan. Sifat kegiatan yang dilakukan umumnya adalah
preskriptif. Salah satu contoh mengenai esensi analisis kebijakan tersebut
dikemukakan oleh weimer dan vining (1992 : 1-2) yang menyatakan tentang tiga hal
yang pertama, analisis kebijakan merupakan suatu nasehat atau pandangan yang

7
memberi arah pada pelaksanaan kegiatan. Kedua, analisis kebijakan harus relavan
dengan keputusan yang akan diambil oleh pemerintah. Ketiga, analisis kebijakan
perlu mencerminkan proses dimana negara yang menjadi tonggak utama dan
pemerintah sebagai penjalan kebijakan yang berhubungan dengan masyarakat melalui
sebuah tujuan dan kegiatan, bagaimana pelaksanaannya.

F. KOMPARASI KEBIJAKAN PUBLIK


Kenyataan bahwa kebijakan publik dapat ditemui disemua sistem
pemerintahan menjadikan tersedianya berbagai praktik dan proses kebijakan publik
yang berbeda beda. keadaan ini membuat terbukanya ruang bagi suatu study yang
bersifatkomparatif mengenai kebijakan publik. Berkembangnya komparasi kebijakan
publik merupakan sumbangan besar bagi penguatan perkembangan kebijakan publik
sebagai suatu ilmu yang mandiri. Dalam kondisi saat sekarang, beberapa aspek
menyertai berkembangnya komparasi kebijakan publik, yakni isu metodologi
perbandingan , pendekatan perbandingan , dan metode perbandingan.
Isu metodologi perbandingan menjadi bahan pencernaan yang menarik
bermula dari pengertian mengenai makna atau perumusan menenai perbandingan
kebijakan publik. Feldman (dalam Parsons, 1995:40)mengartikan perbandingan
kebijakan publik adalah suatu moteda pengkajian kebijakan publik. Makana lain yang
dikemukan oleh Heinderheimer (dalam Parsons,1995:40) yang menyatakan bahwa
perbandingan kebijakan publik adalah study mengenai bagaimana ,mengapa, dan
dengan akibat apa pemerintahan yang berbeda melakuakn suatu pola tindakan atau
pola tindak bertindak tertentu.
Kedua rumusan tersebut menunjukan bahwa perbandingan kebijakan publik
mengenai hal yang sama , tetapi dibuat oleh pemerintahan yang berbeda. Sandingan
persamaan ditengah tengah perbedaan tersebut, menurut Teodoulou (2002:5),
memunculkan lima isu metodologi perbandingan sebagai berikut :
1. Apakah mungkin menemukan ukuran perbandingan yang tepat waktu mengenai
gejala yang sama dalam bangsa yang berbeda ?
2. Apakah ada indikator yang tepat yang dapat digunakan sebagai perwakilan yang
bermanfaat dari tepri kebijakan secara umum.
3. Apakah fakta yang tersedia cocok lebih dari satu teori ?
4. Dapatkan hasil atau akibat yang sama dicapai melalui sejumlah instrumen
kebijakan , sementara terlihat bahwa kebijakan yang sama mungkin dapat
dikaitkan dengan hasil yang jelas berbeda ?

8
5. Konteks dalam mana tindakan diambil adalah penting untuk dipahami tetapi
konteks berbeda antara satu dengan lainnya .
Dengan tercatatnya perbandingan tersebut maka Parsons (1995:40) mencatat
lima pendekatan pebandingan kebijakan , yakni sebagai berikut :
1. Pendekatan ekonomi-sosial, yakni pendekatan yang mencermati bagaimana
kebijakan publik sebagai dampak dari faktor faktor sosial ekonomi.
2. Pendekatan pemerintahan partai , yakni pendekatan yang mengkaji bagaimana
kompetisi partai dan kontrol partisan dari pemerintah benar benar nermakna bagi
kebijakan .
3. Pendekatan perjuangan kelas , yakni pendekatan yang menjelaskan kebijakan
publik dalam pengertian sebagai suatu bentuk politik (the political forms ) dari
perjuangan kelas dalam negar negara kapitalis yang berbeda.
4. Pendekatan korporatis-baru , yakni pendekatan yang berfokus pada pengaruh dari
kepentingan terorganisrir dalam penentuan kebijakan publik.
5. Pendekatan kelembagaan, yakni pendekatan yang mengkaji peraanan yang
dimiliki oleh negara dan institusi sosial dalam perumusan dan pembentukan
kebijakan publik.
Pandangan lain mengenai pendekatan yang doipakai dalam perbandingan
kebojakan publik dikemukaan oleh Theodoulou (2002:7-8). Menurutnya , pendekatan
perbandingan kebijakan dapat dikelompokkan kedalam lima pendekatan sebaagai
berikut :
1. Pendekatan nilaikultural (the cultural delius falues app roach)
2. Pendekatan korporasi-baru (neo-corporatit app roach)
3. Pendekatan kelembagaan (institutional app roach)
4. Pendekatan sosial-ekonomi (socioeconomic app roach)
5. Pendekatan masalah politik (the polotics matters app roach )

Dari kelima pendekatan tersebut terdapat dua pendekatan yang berbeda dari
pendekatan yang disampaikan oleh Parsons , yankni pendekatan nilai budaya (the
culturan app roach ) dan pendekatan politik yang bermakna (the politics the matters
app roach). Pendekatan nilai budaya mengasumsikan bahwa bangsa bangsa memiliki
nilai yang khas yang kemudian terwadahkan dalam budaya mereka.
Nilai nilai tersebut membentuk sikap masyarakat dan pada gilirannya ,
menjadi landasan bagi dukungan atau tantangan untuk bermacam kebijakan tertentu.
Pendekatan politik bermakna memiliki pandangan bahwa terdapat perbedaan yang
khas (distincedifferences) antara bangsa bangsa ademokrasi liberal yang makmur.

9
Perbedaan tersebut jelas terlihat dalam pilihan-pilihan politik yang dibuat oleh
bangsa-bangsa tersebut dan pada dampak kebijakan (policiy out comes) yang terjadi.
Penggunaan pendekatan perbandingan kebijakan mengerucut pada metode
perbandingan kebijakan yang digunakan Persons (1995:40) dan Theodoulou (2002:5-
6) mencatatt tiga metode yang lazim digunakan dalam perbandingan kebijakan publik,
yakni sebagai berikut:
1. Study kasus tunggal dari satu bidang kebijakan publik dalam satu negara
2. Analisis statistik dari beberapa study kasus dari beberapa negara
3. Perbandingan bidan atau sektor kebijakan yang lebih fokus antara sejumlah negara
yang dapat diperbadingan (comparabele countries).
Dalam lingkup ilmu pengetahuan sosial yang lebih luas , penggunaan metode
komparatif merupan kecendrungan yang umum. Alasan utama nya berpangkal pada
pandangan bahwa dengan melalui study yang bersifat komparatif , makan diperoleh
pengetahuan yang memiliki keandalan universalitas yang besar . seperti yang
dinyatakan oleh Fred W.Riggs (dalam Jreissat 2005:231) , berkaitan dengan
perbandingan administrasi publik bahwa proses untuk menghasilkan pengetahuan
admisnistratif yang reliabel dan mengembangkan prinsip prinsip administratif yang
terpercaya secara inheren bersifat koporatif.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pandangan tentang kebijakan publik bahwa kebijakan publik adalah pola
tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah dn terwujud dalam bentuk peraturan
perundang-undangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahaan.
Dengan mempelajari kebijakan publik maka kita dapat memahami isi
kebijakan publik/kebijakan pemerintah, menilai dampak dari kekuatan-kekuatan
lingkungan ,menganalisa akibat dari pengaturan berbagai kelembagaan, proses-proses
politik , meneliti akibat kebijakan publik terhadap sistem politik dan evaluasi dampak
kebijakan terhadap negara.

B. Saran
Pemerintah diharapkan memberikan kebijakan , dimana kebijakan tersebut
berlalu umum untuk semua pihak. Karena realitanya selama ini kebijakan yang
dilakukann pemerintah seolah olah hanya ditujukan untuk kalangan kalangan tertentu
saja bukan untuk kalangan masyarakat bawah sehingga kewajiban atau hak yang
diperoleh oleh setiap masyarakat tidak merata dan tidak efisien.

11
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.H.Solichin Abdul Wahab. 2012. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan


Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Budi Winarno, 2002, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Jakarta: Media Presindo.
Charles Lindblom, 1986, Proses Penetapan Kebijakan Publik, Jakarta: Airlangga.
David E. Apter, 1988, Pengantar Analisa Kebijakan Politik, Jakarta: CV. Rajawali Press.
Frans Bona Sihombing, 1984, Demokrasi Pancasila dalam Nilai-nilai Politik, Jakarta:
Erlangga.
James A. Anderson, 1984, Public Policy-Making, New York: Holt Rine Hart and Winstone.
Lili Romli, 2002, Dinamika Lembaga Perwakilan Lokal, Jakarta: P2P LIPI.

12

Anda mungkin juga menyukai