Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

Dasar-Dasar Managemen Raden Yani Gusriani,S.E. M.M

CONTROLLING

Nur laila 180104020206


Neneng Alawiyah 180104020205
Alfisyah Nor Amalia 180104020307
Nur Annisa Tafwida 180104020308

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
2.1 Memahami Arti Pengontrolan .......................................................................................... 4
2.2 Prinsip-Prinsip Pengawasan atau pengontrolan ............................................................... 5
2.3 Jenis-Jenis Pengawasan atau Pengontrolan ...................................................................... 6
2.4 Cara-Cara Pengawasan atau pengontrolan ....................................................................... 6
2.5 Proses Pengontrolan ......................................................................................................... 7
2.3 Tipe Dan Metoda Pengontrolan ....................................................................................... 9
2.4 Kriteria Untuk Kontrol Efektif .................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10
3.1 Simpulan......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Managemen didefinisikan sebagai kegiatan mendayagunakan sumber-sumber (manusia
dan non manusia) dan tugas melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, peraturan staf,
pemimpinan dan pengontrolan sehingga individu atau kelompok yang bekerja bersama dapat
bekerja efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Disini kami akan menjelaskan tentang “controlling atau pengawasan”. Walaupun
perencanaan, menyusun organisasi, menjuruskan dan menkoordinasi pekerjaan telah
dilaksanakan dengan baik, namun tetep perlu bagi managemen untuk mengadakan
pengontrolan dan penelitian atas segala macam pekerjaan itu.
“Control” tidaklah berarti mengontrol saja; ia meliputi juga aspek penelitian , apakah
yang dicapai itu sesuai dan sejalan dengan tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan, lengkap
dengan rencananya, kebijaksanaan, program dan lain sebagainya daripada managemen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengontrolan itu?
2. Apa Prinsip-Prinsip Pengontrolan?
3. Apa Jenis-Jenis Pengontrolan?
4. Bagaimana Cara-Cara pengontrolan?
5. Bagaimana proses pengontrolan tersebut dilakukan?
6. Bagaimana tipe dan metoda pengontrolan?
7. Bagaimana kriteria kontrol efektif?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pengontrolan.
2. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Pengontrolan.
3. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Pengontrolan.
4. Untuk mengetahui Cara-Cara pengontrolan.
5. Untuk mengetahui proses pengontrolan tersebut dilakukan.
6. Untuk mengetahui tipe dan metode pengontrolan.
7. Untuk mengetahui bagaimana kriteria kontrol efektif.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memahami Arti Pengontrolan
Pengontrolan merupakan satu dari fungsi manajemen dasar dan penting untuk
sukses manajemen. Fungsi vital untuk survival dan keefektifan organisasi.
Pengontrolan merupakan fungsi yang harus dijalankan oleh tiap manajer dari manajer
puncak hingga manajer bawah atau supervisor untuk keberhasilan manajemen atau
tercapainya tujuan organisasi dengan efektif. Namun untuk banyak orang kontrol
mempunyai konotasi negatif.1
Untuk mengetahui pengertian yang lebih jelas mengenai pengontrolan, maka
beberapa definisi mengemukakan sebagai berikut:
 Controlling is the measuring and correcting of performance in order to make
sure that enterprise objectives and the plans devised to attain them are being
accomplished.
(Harold koontz dan Heinz Weihrich,1993:578).
 Controlling is concerned with:(1)comparing events with plants and (2) making
necessary corrections where events have deciated from plans (Herbert
G.Hicks,1972)
 Control refers to the merhod and mechanism used to ensure that behaviors and
performance conform to an organization’s objectives plans,and standards .
(Hellriegel dan Slocum,1992:618)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan,bahkan kegiatan


pengontrolan dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan dari
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan sekaligus melakukan tindakan perbaikan
apabila penyimpangan sudah terjadi dari apa yang sudah direncanakan. Dengan
demikian kegiatan pengontrolan mengusahakan agar pelaksanaan sesuai dengan yang
ditentukan dalam rencana. Oleh karena pengontrolan dimaksudkan agar tujuan yang
dicapai dengan sesuai atau tidak penyimpang dari rencana yang telah ditentukan,
maka kegiatan pengontrolan mengandung kegiatan pemberian bimbingan,petunjuk
dan instruksi. Maksud pengontrolan adalah mewaspadai manajer untuk satu masalah
sebelum hal itu menjadi semakin parah,membahayakan atau krisis secara potensial.
Pada tingkat manajemen puncak, masalah terjadi bila tujuan manajemen tdak tercapai.
Sedangkan pada tingkat menengah atau bawah, suatu masalah terjadi jika sasaran-
sasaran departemental untuk mana manajer bertanggung jawab tidak tercapai, ini
dapat di ketahui dengan membandingkan hasil atau kinerja aktual dengan standar
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kemudian mengambil tindakan preventif
atau korektif untuk memperbaiki tiap penyimpangan dari standar .
Berdasarkan definisi di atas juga menjadi jelas, bahwa pengontrolan
mempunyai hubungan yang erat dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, terutama
dengan fungsi perencanaan. Demikian erat hubungan antara pengontrolan dan
perencanaan, sering dikatakan:”planning and controlling are two sides of the same
coin” Perencanaan merupakan kegiatan penentuan tujuan, sumber daya manusia dan
materil yang digunakan atau dibutuhkan serta operasional kegiatan, sedangkan
pengontrolan ditujukan agar kegiatan-kegiatan untuk merealisasikan tujuan serta
efektivitas pendayagunaan sumber-sumber tidak menyimpang dari rencana melalui
pelaksanaan fungsi pengontrolan dapat diketahui secara dini apakah tercapai tujuan
sesuai rencana atau malah terjadi kesenjangan akibat adanya penyimpangan-

1
Ulbert Silalahi, Asas-Asas Managemen (Bandung: Mandar Maju,1996), h.296.

4
penyimpangan. Bagaimanapun juga setiap kesenjangan yang terjadi antara harapan
dan pelaksanaan pada setiap kesenjangan yang terjadi antara harapan dan pelaksanaan
pada setiap unit dari keseluruhan organisasi akan lebih mudah dipecahkan apabila
diketahui secara dini dari pada menunggu setelah terjadi penyimpangan yang serius.
Melalui kegiatan pengontrolan langkah-langkah perbaikan atas penyimpangan yang
terjadi. Jadi aktifitas pengontrolan diperlukan terutamanuntuk menjawab pertanyaan
apakah kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan sudah sesuai dengan yang diinginkan.
Hasil tindakan perbaikan bagaimanapun menjadi umpan balik bagi perencanaan.
Karena pangkal atau standar dari pengontroalan ialah rencana dan karenanya kegiatan
pengontrolan harus bersifat plan oriented (berorientasi pada rencana).
Oleh karena kegiatan pencapaian tujuan diselenggarakan berdasarkan
pembagian tugas dan pelimpahan wewenang (delegation of authority). Maka
pengontrolan juga berhubungan erat dengan pengorganisasian, khususnya dalam hal
struktur organisasi. Amitai etzioni seperti dikutip oleh Stephen P.Robbins
(1980):mengatakan “....the organizational structure is one of control element of the
organizational structure”. Dengan demikian menjadi jelas, bahwa sistem pengontrolan
menghendaki adanya dua syarat mutlak (Koontz & Weihrich,1993) yaitu:
pengontrolan menghendaki rencana,dan pengontrolan menghendaki struktur
organisasi.
2.2 Prinsip-Prinsip Pengawasan atau pengontrolan
Pengawasan yang efektif memiliki dua prinsip pokok, yaitu adanya rencana tertentu
dan adanya pemberian instruksi-instruksi, serta wewenang kepada bawahan. Prinsip pokok
yang pertama merupakan standar atau alat pengukur dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan
bawahan. Rencana tersebut menjadi penunjuk apakah rencana pelaksanaan pekerjaan berhasil
atau tidak. Prinsip pokok yang kedua juga harus ada, agar sistem pengawasan dapat benar-
benar efektif dilaksanakan. Wewenang dan juga instruksi-instruksi yang jelas harus diberikan
kepada bawahan karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah
menjalankan tugas-tugasnya dengan baik atau tidak.2
Selain kedua prinsip diatas, maka suatu sistem pengawasan haruslah mengandung
prinsip-prinsip berikut :
1. Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang
harus diawasi.
2. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan.
3. Fleksibel.
4. Dapat mereflektir pola organisasi.
5. Ekonomis.
6. Dapat dimengerti.
7. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.
Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem pengawasan tertentu yang berlainan
dengan sistem pengawasan bagi kegitan lain. Tujuan utama dari pengawasan ialah
mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karenanya agar sistem
pengawasan benar-benar efektif artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem
pengawasan setidak-tidaknya harus dapat dengan segera melaporkan adanya penyimpangan-
penyimpangan dari rencana.

2
Anang Firmansyah dan Budi W. Mahardhika,Pengatar Managemen( Yogyakarta: Deepublish, 2018), h.144.

5
2.3 Jenis-Jenis Pengawasan atau Pengontrolan
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dilakukan , yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang
ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.“ Pengawasan dalam bentuk ini
dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in
control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap
kementerian.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang
berada di luar unit organisasi yang diawasi. Seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang
merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam
menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat
pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu
terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “ pengawasan yang
dilakukan terhadap suatu kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah
terjadinya penympangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukanpemerintah dengan
maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang
akan membebankan dan merugikan negara lebih besar.
Pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini dilakukan pada akhir
tahun anggaran, dimana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan
laporannya. Selain itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya penyimpangan.
3. Pengawasan Aktif dan Fasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “ pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan
pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan yang melakukan pengawasan
melalui “penelitian dann pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang
disertai dengan bukti-bukti penerimaan pengeluaran.
4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan
kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (deolmatigheid).
Ada empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan yakni:
1. Waktu pengawasan
2. Objek pengawasan
3. Subjek pengawasan
4. Cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan.
2.4 Cara-Cara Pengawasan atau pengontrolan
Supaya pengawasan yang dilakuakn seseorang atasan efektif, maka haruslah
terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yang bersangkutan. Guna maksud pengawasan
seperti ini, ada beberapa cara untuk mengumpukan fakta-fakta yaitu:
1. Peninjauan Pribadi
Peninjauan pribadi (personnel inspectioan, personnel observation) adalah
mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi sehingga dapat dilihat sendiri
pelaksanaan pekerjaan.

6
2. Pengawasan Melalui Pengawasan Lisan
Pengawasan melalui orang report. Dengan cara ini, pengawasan dilakukan
dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan.
3. Pengawasan Melalui Laporan Tertulis
Laporan tertulis (writte report) merupakan suatu pertanggungjawaban kepada
atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai instruksi dan tugas-tugas
yang diberikan atasannya kepadanya.
4. Pengawasan Melalui Laporan Kepada Hal-Hal yang Bersifat Khusus
Pengawasan yang berdasarkan kekecualian, atau control by ex-ception, adalah
suatu sistem pengawasan dimana pengawasan itu ditunjukkan kepada soal-soal
kekecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima laporan yang
menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.
5. Cara-Cara Membuat Laporan Guna Pengawasan
Di atas telah dikemukakan tentang adanya kelemahan-kelebihan laporan
tertulis. Pertama, tidak dapat menyajikan semua kejadian atau aktivitas seluruhnya;
kedua, laporan dapat disusun sedemikian rupa sehingga bersifat berlebih-lebihan.
Mengingat keburukan-keburukan tersebut, agar laporan itu dapat diambil manfaatnya
dengan cepat, maka sebaiknya pembuatan laporan itu sedapat-dapatnya
distandarisasi.3
2.5 Proses Pengontrolan
Proses pengontrolan secara garis besar terdiri dari tiga tahap: penetapan
standar, mengukur tampilan kerja, dan melakukan tindakan perbaikan.
a. Penetapan standar
Standar secara singkat dapat diartikan sebaimana kriteria sederhana tentang
tampilan kerja (Heinz Weihrich & harold Koontz,1992:579). Namun juga dapat
diartikan sebagai satu nilai yang di gunakan sebagai titik referensi untuk
membandingkan dengan nilai lain (Rue & Byars,1992:460) Standar digunakan
sebagai alat ukur pengontrolan atau yang menggambarkan hasil pekerjaan yang
dikehendaki menetapkan suatu standar akan memberi suatu nilai atau petunjuk yang
menjadi suatu ukuran atau model sehingga hasil-hasil yang nyata dapat dibandingkan.
Untuk itu objek-objek yang akan diawasi perlu ditentukan dengan skala prioritas
sesuai dengan urgenisitas proses pelaksanaan seuatu rencana atau faktor-faktor
strategis yang menentukan berhasil tidaknya suatu usaha.
b. Mengukur tampilan kerja
Mengukur kinerja organisasi merupakan tugas manajer sesuai dengan lingkup
danbidang pekerjaannya. Namun hanya setelah standar,prosedur,waktu dan cara-
cara,metode-metode atau teknik-teknik pengukuran standar yang digunakan
ditetapkan kerja atau pelaksanaan kerja (performance) diartikan sebagai:”the level of
the individual’s work achievement that comes only after effort has been exerted”
(Hellriegel & Slocum,1992:446). Tampilan kerja ini diukur dalam tiga elemen :
tampilan kerja individu, tampilan kerja kelompok, dan tampilan kerja organisasi, yang
dapat diukur perjam, perhari, perminggu, perbulan, pertriwulan, persemester atau
pertahun sesuai dengan kebutuhan. Meskipun demikian masing-masing sumber
informasi dalam mengukur pelaksanaan (hasil) kerja tidak selalu berdiri sendiri, tetapi
akan lebih efektif apabila dilakukan secara kombinasi atau terpadu untuk
kemungkinan mendapatkan informasi yang dapat dipercaya. Agar pelaksanaan
pengukuran tampilan kerja berlangsung dengan tepat, maka peru dikumpulkan data

3
Anang Firmansyah dan Budi W. Mahardhika,Pengatar Managemen( Yogyakarta: Deepublish, 2018), h.151

7
dan mendeteksi lokasi permasalahan. Kegiatan ini disebut: “monitoring
performance”.
c. Tindakan perbaikan
Melakukan tindakan-tindakan perbaikan terhadap sesuatu penympangan atau
penyimpangan-penyimpangan yang berarti (significant) wajib dilakukan oleh
manajer. Tindakan ini dilakukan bila kinerja menyimpang dari,tidak sesuai dengan
atau belum mencapai standar. Melalui tindakan koreksi atau perbaikan atas suatu
penyimpangan diharapkan pelaksanaan kerja akan berjalan sebagaimana mestinya
atau sesuai dengan standar. Hasil yang berbeda oleh adanya penyimpangan tidak
boleh ditunda, dimanfaatkan, dikompromikan, tetapi harus sesegera mungkin
ditangani dan diperbaiki oleh sebab itu adalah keharusan. Tindakan perbaikan
dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab atas hasil terakhir. Tindakan perbaikan
mungkin dalam hal perencanaan seperti perubahan dalam memotifasi pekerja untuk
mendapatkan pandangan dan pemahaman baru atau lebih mendalam atas
kebijaksanaan yang ada, mungkin juga perubahan dalam prosedur atau cara baru
mengecek hasil. Cara mendapatkan hasil terbaik, perbaikan penyimpangan harus di
sertai dengan tanggung jawab dari individu. Tanggung jawab disesuaikan dengan
tugas yang dipikil, sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Perlu diingat bahwa
tindakan mengatasi persoalan lebih baik dari pada tindakan korektif. Sebab tindakan
terakhir dari proses pengontrolan lebih banyak meliputi tindakan mencari sumber
kesulitan dan menggoreksinya oleh sebab itu fungsi kontrol antara lain adalah:
1) Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah
direncanakan
2) Agar proses pekerja sesuai dengan prosedur yang telah di garisakan atau di
tetapkan
3) Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan,sedang dan
mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan
4) Mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya
5) Mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan

Agar tujuan tersebut tercapai, akan lebih baik jika tindakan kontrol dilakukan
sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah
(prevenif control) dibandingkan dengan tindakan control sesudah terjadi
penyimpamgan (corrective repressive control).
Sementara itu menurut (Anderson 1984:590), ada empat alasan mengapa
pekalsanaan konrol penting dalam organisasi. Empat alasan yang dimaksud adalah:
1) Kontrol menyediakan suatu kepercayaan kembali kepada pihak luar bahwa
suatu organisasi berjalan lancar
2) Kontrol menyediakan jaminan kepada manajer bahwa organisasi yang
dipimpinnya berjalan sesuai dengan arah yang manajer inginkan
3) Kontrol memungkinkan manajer membimbing bawahannya melalui
kontrol,bawahan akan mengetahui apa yang penting dilakukan dan apa yang
manajer harapkan
4) Kontrol menyediakan bimbingan kepada manajer pada tingkat yang lebih
rendah oleh manajer yang lebih tinggi.4

4
Ulbert Silalahi, Asas-Asas Managemen (Bandung: Mandar Maju,1996), h.307

8
2.3 Tipe Dan Metoda Pengontrolan
Ada dua katagori metoda kontrol yaitu:Behavor control (kontrol perilaku) dan
autput control (kontrol keluaran) (Rue & Byars,1992:466). Kontrol perilaku atau
personal dilakukan secara langsung, pengangkatan peribadi atas perilaku pekerja.
Penyedia pada lini pertama yang mengamati subordinasi atau bawahannya
menggunakan kontrol perilaku. Kontrol keluaran atau empersonal didasarkan pada
pengukuran keluaran atau hasil kerja. Laporan jumlah penjualan adalah contoh dari
kontrol keluaran, dan metoda kontrol ini tidak saling mengganti satu dengan yang
lainnya, namun manajer dapat menggunakan keduanya sekaligus hingga tercapai
proses pengontrolan yang efesien atau efektif.
Sedangkan tipe kontrol dibedakan atas: kontrol preventif dan kontrol
korektif. Kontrol preventif dimaksudkan untuk mengurangi atau mencegah kesalah-
kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan. Sebaliknya kontrol korektif
dimaksudkan untuk mengubah perilaku yang salah dan membuat kinerja sesuai
dengan aturan-aturan atau standar yang ditetapkan.
2.4 Kriteria Untuk Kontrol Efektif
Merancang sistem dalam suatu organisasi bukan pekerjaan yang sederhana,
sebab banyak issu-issu harus dipertimbangkan. Namun sistem kotrol atau menjadi
efektif jika kontrol (Hellriegel & Slocum,1992:624-625):
1. Dihubungkan dengan hasil yang diinginkan.
Kontrol harus membantu organisasi mencapai tujuan yang diinginkan, seperti
pembuatan standar kinerja, perlindungan asset- asset organisasi dan atau
memelihara koalitas produk dan jasa pelayanan serta menyediakan informasi
umpan balik atas kinerja kepada manajer dan kariawan.
2. Objektif
Objektifitas dari kontrol keorganisasian adalah tingkat dimana realisasi kontrol
tidak memihak atau membeda-bedakan perlakuan terhadap kariawan dan tidk
dapat dimanipulasi oleh kariawan atau manajer untuk keuntungan peribadi.
3. Lengkap
Kelengkapan adalah tingkat dimana kontrol meliputi semua hasil dan perilaku
yang diinginkan.
4. Tepat waktu
Kontrol menyediakan informasi pada waktu yang tepat informasi itu dibutuhkan.
5. Dapat diterima
Jika kontrol keorganisasian secara luas ditentang atau di abaikan atau tidak
diterima, maka manajer yang menjalankan fungsi kontrol tersebut harus mencoba
menemukan jawaban mengapa hal itu terjadi.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pengawasan atau pengontrolan merupakan salah satu fungsi dalam dalam managemen
suatu organisasi. Dimana memiliki arti proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan.
Suatu pengawasan dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya
akan menghasilakan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri
maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang
digunakan. Dan juga dalam proses pengawasan di perlukan tahap-tahap pengawasan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, Ulbert. Asas-Asas Managemen. Bandung: Mandar Maju.1996.


Firmansyah. Anang dan Budi W. Mahardhika. Pengantar Managemen. Yogyakarta:
Deepublish. 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai