Oleh :
HELMIN SAFITRI
NIM. A1C018066
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sholichah, Nihayatus. 2018. DAMPAK DANA DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi
Di Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari Malang) [Thesis]. Surabaya (ID) : Universitas Dr.
Soetomo Surabaya.
2
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tahun 2005 tentang Desa. Pemisahan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan
desa dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada
masyarakat. Di dalam proses ini sendiri terdapat konsep desentralisasi dan
demokrasi antara penyelenggaraan pemerintah desa dengan pemerintah
kabupaten.3
7
Satriajaya,Johan, dkk. 2017. Turbulensi Dan Legalisasi Kleptokrasi Dalam Pengelolaan
Keuangan Desa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL. 8(2) : 245.
inventaris kantor dengan dana desa tetapi diperuntukkan secara pribadi. 8
Terdapat juga penelitian lainnya yang dilakukan oleh Andi Siti Sri Hutami
(2017) yang menyatakan bahwa terdapat kemungkinan terjadinya perilaku
menyimpang terkait pengelolaan dana desa itu berasal dari proses-proses
pengelolaan itu sendiri. Proses pengelolaan dana desa diantaranya adalah
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa.9
8
Sahrir. 2017. TINJAUAN YURIDIS PENYALAHGUNAAN DANA DESA DALAM TINDAK PIDANA
KORUPSI (Putusan Nomor : 05 / Pid / 2011 / PT.Mks.) [skripsi]. Makassar (ID) : Universitas
Hasanuddin.
9
Siti Sri Hutami, Andi. 2017. Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa
Abbatireng Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo. Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan.
10(1):11-13.
1.2 Rumusan Masalah
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti
sejenis dan bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan
terutama menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan berbagai
permasalahan tentang pengelolaan Alokasi Anggaran Desa (ADD)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga/instansi yang diteliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk
pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kleptokrasi dalam pengelolaan ADD. Hasil penelitian
dapat dijadikan bahan/alat evaluasi mengenai tindakan apa yang
perlu dilakukan untuk menghindari faktor-faktor tersebut dan
mencegah terjadinya perilaku menyimpang atau disfunctional
behavior.
3. Manfaat Kebijakan
Di harapkan mampu memberikan masukan kepada pemerintah
dalam hal membuat regulasi atau kebijakan terkait dengan
pencegahan pengelolaan ADD yang menyimpang dari semestinya.
4. Manfaat Akademi
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata
kuliah metode kualitatif di semester 5 Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Wahyuni Novianti, Sri. 2019. Pengaruh Ketepatan Waktu Penerimaan Dana, Kecukupan
Dana, Sasaran Pengguna Dana Bantuan Operasional Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Siswa (Studi pada SMP dan SMA se-Kota Mataram) [skripsi]. Mataram (ID) : Universitas
Mataram.
2.1.2 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Istilah desa berasal dari bahasa India swadesi yang berarti tempat
asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada
suatu kesatuan hidup dengan kesatuan norma serta memiliki batas yang
jelas. Bintarto mendefinisikan desa dilihat dari aspek geografis yaitu
sebagai suatu hasil dari perwujudan antara kegiatan sekelompok
manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu
wujud atau penampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-
unsur fisiografi, sosial ekonomis, politis dan kultural yang saling
berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan
daerah lain.12 Istilah desa juga disebut secara beragam diberbagai wilayah di
Indonesia, seperti : gampong (Aceh), kampong (Sunda), nagari (Padang),
wanus (Sulawesi Utara), huta (Batak), dusun dan marga (Sumatera Selatan),
tiuh atau pekon (Lampung), lembang (Toraja), banua dan wanua (Kalimantan).
Berbagai nama lain selain desa menunjukkan bahwa desa atau sebutan lain
telah ada sejak zaman dahulu, bahkan sebelum adanya Negara Kesatuan
Republik Indonesia13
12
Nurman.2015.Strategi Pembangunan Daerah (h.266). Jakarta : Rajawali Pers.
13
Yuliansayah.2016.Akuntansi Desa (h.1). Jakarta : Salemba Empat
14
Hanif, Nurcholis. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta:
ERLANGGA.
Negara Kesatuan Republik Indonesia.15 UU Nomor 6 Tahun 2014
dikenal dengan sebutan UU Desa, di dalamnya disebutkan bahwa Desa
atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan
Republik Indonesia terbentuk. Adapun menurut UU Nomor 72 Tahun
2005 Tentang Desa, dijelaskan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.16
15
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
16
Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
17
Yuliansayah.2016.Akuntansi Desa (h.3). Jakarta : Salemba Empat
d. Aspek hukum, desa merupakan kesatuan wilayah hukum
tersendiri, yang aturan atau nilai yang mengikat masyarakat
disuatu wilayah. Tiga sumber hukum yang dianut dalam desa,
yakni :
1) Adat asli, yaitu norma-norma yang dibangun oleh penduduk
sepanjang sejarah dan dipandang sebagai pedoman warisan
dari masyarakat.
2) Agama/kepercayaan, yaitu sistem norma yang berasal dari
ajaran agama yang dianut oleh warga desa itu sendiri.
3) Negara Indonesia, yaitu norma-norma yang timbul dari UUD
1945 dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
e. Aspek sosial budaya, desa itu tampak dari hubungan sosial antar
penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan,
bersifat pribadi, tidak banyak pilihan, dan kurang tampak adanya
pengkotaan, dengan kata lain bersifat homogen, serta bergotong
royong.
Sedangkan dalam hal kelembagaan, Kelembagaan desa
merupakan kelembagaan yang mendukung penyelenggarana
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Kelembagaan desa terdiri atas:18
a. Pemerintah Desa
Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama
lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa. Sesuai dengan penjelasan dalam UU. No. 6
Tahun 2014, kepala desa/desa adat atau yang disebut dengan nama
lain merupakan kepala pemerintahan desa/desa adat yang memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa. Dalam melaksanakan tugasya,
kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Perangkat desa terdiri atas :
1) Sekretariat Desa
18
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah. 2015. Petunjuk
Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa [internet]. [diunduh
2020 Okt 24]. Tersedia pada : www.bpkp.go.id.
Sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa dibantu oleh
unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala desa
dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretaris desa
bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan
desa dan bertanggung jawab kepada kepala desa, mempunyai
tugas menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
APBDes, meyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
barang desa, menyusun Raperdes APBDes, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes dan menyusun
rancangan keputusan kepala desa tentang pelaksanaan peraturan
desa tentang APBDes dan perubahan APBDes.
2) Pelaksana Wilayah
Pelaksana wilayah merupakan unsur pembantu kepala desa
sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana
kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana
kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan desa.
3) Pelaksana Teknis
Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala desa
sebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana teknis paling
banyak terdiri atas tiga seksi.
b. Badan Permusyawaratan Desa
Badan permusyawaratan desa adalah lembaga yang melaksanakan
fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis. Badan permusyawaratan desa mempunyai fungsi
membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama
kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, dan
melakukan pengawasan kinerja kepala desa.
c. Lembaga Kemasyarakatan Desa
Lembaga kemasyarakatan desa bertugas membantu pemerintah desa
dan merupakan mitra dalam pemberdayaan masyarakat desa.
Lembaga masyarakat desa diantaranya seperti rukun tetangga, rukun
warga, pembinaan kesejahteraan keluarga, karang taruna, dan
Lembaga pemberdayaan masyarakat desa atau yang disebut dengan
nama lain. Lembaga kemasyarakatan desa berfungsi sebagai wadah
partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan, pemerintahan,
kemasyarakatan, dan pemberdayaan yang mengarah terwujudnya
demokratisasi dan transparansi ditingkat masyarakat, serta
menciptakan akses agar masyarakat lebih berperan aktif dalam
kegiatan pembangunan.
d. Lembaga Adat Desa
Lembaga adat desa merupakan mitra pemerintah desa dan lembaga
desa lainnya dalam memberdayakan msayarakat desa. Dalam
eksistensinya, masyarakat hukum adat memiliki wilayah hukum adat
dan hak atas kekayaan didalam wilayah hukum adat tersebut, serta
berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus, dan meyelesaikan
berbagai permasalahan kehidupan masyarakat desa berkaitan dengan
adat istiadat dan hukum adat yang berlaku.
1. Perencanaan
Perencanaan pembangunan desa diselenggarakan dengan
melibatkan masyarakat desa melalui musyawarah perencanaan
pembangunan desa. Secara dokumentatif pencanaan dan
pembangunan desa tertuang dalam Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJMDes) yang berlaku 6 (enam) tahun dan
Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut dengan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang berlaku 1 (satu)
tahun. RKPDes harus mengacu kepada RPJMDes. RKPDes
merupakan rencana program kegiatan desa yang dijadikan sebagai
acuan dalam menyusun APBDes. RPJMDes disusun dan
ditetapkan pada saat kepala desa dilantik melalui musyawarah
desa. RKPDes disusun dan ditetapkan pemerintah desa melalui
musyawarah rencana pembangunan desa (musrenbangdes) yang
21
Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 113
Tahun 2014
dihadiri oleh masyarakat dan unsur-unsur desa pada saat
mendekati akhir dari tahun anggaran berjalan. Setelah penetapan
RKPDes langkah selanjutnya adalah menetapkan APBDes.
Sebelum menetapkan APBDes, sekretaris desa menyusun
rancangan anggaran pendapatan dan belanja desa (RAPBDes).
Dokumen RAPBDes diserahkan kepada kepala desa, selanjutnya
dibawa kedalam forum musyawarah desa (musdes) untuk
ditetapkan menjadi APBDes berdasarkan kesepakatan bersama
dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). APBDes
ditetapkan paling lambat pada bulan desember tahun berjalan.
RKPDes dan APBDes ditetapkan melalui peraturan desa (perdes).
Perdes merupakan produk kesepakatan antara pemerintah desa
dan BPD.
2. Penganggaran
Penganggaran dilaksanakan setelah RKPDes ditetapkan. Rencana
kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah ditetapkan
dalam RKPDes dijadikan pedoman dalam proses
penganggarannya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) merupakan rencana anggaran keuangan tahunan
pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
program dan kegiatan yang menjadi kewenangan desa.
3. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, terdapat beberapa
prinsip umum yang harus ditaati yang mencakup penerimaan dan
pengeluaran. Prinsip itu diantaranya bahwa seluruh penerimaan
dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa.
Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan
kegiatan harus disertai dengan dokumen Rencana Anggaran
Biaya (RAB). Pelaksana kegiatan bertanggungjawab terhadap
tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran
belanja kegiatan. Pelaksana kegiatan mengajukan surat perintah
pembayaran (SPP) kepada kepala desa melalui sekretaris desa.
SPP yang telah disetujui oleh kepala desa maka selanjutnya
dilakukan pembayaran oleh bendahara desa. Pencairan dana
dalam Rekening Kas Desa ditandatangani oleh kepala desa dan
bendahara desa.
4. Penatausahaan
Penatausahaan keuangan desa adalah kegiatan pencatatan yang
khususnya dilakukan oleh Bendahara desa. Bendahara desa wajib
melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa
penerimaan dan pengeluaran. Bendahara Desa melakukan
pencatatan secara sistematis dan kronologis atas transaksi-
transaksi keuangan yang terjadi. Bendahara desa wajib
mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban yang
dimaksud disampaikan setiap bulan kepada kepala desa. Saat ini
penatusahaan dilakukan secara otomatis dengan menggunakan
aplikasi bernama sistim keuangan desa (siskeudes). Siskeudes
dikembangkan oleh Kementerian Dalam Negeri (kemendagri)
bersama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) untuk membantu pemerintah desa dalam mengelola
keuangan desa.
5. Pelaporan
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya
dalam pengelolaan keuangan desa, kepala desa memiliki
kewajiban untuk menyampaikan laporan. Laporan tersebut
bersifat periodik semesteran dan tahunan yang disampaikan ke
Bupati/Walikota. Laporan semester pertama berupa laporan
realisasi APBDesa. Laporan realisasi semester pertama
disampaikan paling lambat pada bulan juli tahun berjalan.
Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada
akhir bulan januari pada tahun berikutnya.
6. Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes
setiap akhir tahun anggaran disampaikan kepada Bupati/Walikota
melalui camat terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan
yang telah ditetapkan dengan peraturan desa. Setelah pemerintah
desa dan BPD telah sepakat terhadap laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes dalam bentuk
peraturan desa, maka perdes ini disampaikan kepada
Bupati/Walikota sebagai bagian tidak terpisahkan dari laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa. Laporan pertanggung
jawaban diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan
dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.
2.1.7 Kleptokrasi
26
Auliadini, Fatma. 2019. Turbulensi dan Legalisasi Kleptokrasi Dalam Pengelolaan
Keuangan Desa Kalipecabean Kabupaten Sidoarjo [thesis]. Surabaya (ID): STIESIA
Surabaya.
2.1.8 Penelitian Terdahulu
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti,
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
1 Andi Siti Sri “Analisis Pengelolaan Proses Pengelolaan ADD meliputi
Hutami. 2017 Alokasi Dana Desa Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan,
(ADD) di Desa Pelaporan dan Pertanggungjawaban. Penge-
Abbatireng Kecamatan lolaan ADD yang dilakukan oleh Pemerintah
Gilireng, Kabupaten Desa Abbatireng Kecamatan Gilireng
Wajo” Kabupaten Wajo telah mengikuti aturan
petunjuk teknis yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Namun dalam
prosesnya masih belum optimal. Hal ini terlihat
dari proses pelaporan dan pertanggungjawaban
yang mengalami keterlambatan. Untuk pro- ses
Pelaporan Realisasi Penggunaan ADD belum
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sehingga menyebabkan keterlambatan
pencairan Dana untuk tahapan berikutnya.
Begitu pula dengan Pertanganggung jawaban
penggunaan ADD sehingga masyarakat tidak
dapat mengevaluasi hasil kerja Pemerintah desa
dan Pertanggungjawaban kepada Pemerintah
daerah yang tidak dilaksanakan dengan tepat
waktu.
2 Mega Elvira “Kinerja Pemerintah Dalam Permasalahan-permasalahan yang di hadapi
Maumeha, Daud Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dokulamo khususnya untuk menerima
Liando, Josef Desa (Suatu Studi Di Desa kebijakan anggaran yang terbilang cukup besar
Kairupan. 2017 Dokulamo Kecamatan yang akan diterima oleh desa, antara lain :
Galela Barat)” 1. Permasalahan Sumber Daya Manusia
2. Permasalahan Fasilitas, Sarana dan
Prasarana Desa
Desa belum dapat membedakan pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan (seperti,
penyelenggaraan pelatihan–pelatihan dan
bimbingan teknis untuk pemerintah desa),
pembangunan (seperti, perbaikan jalan,
pembukaan jalan, jembatan dan sarana
prasarana fisik sosial lainnya), pemberdayaan
masyarakat (seperti, dalam bidang ekonomi
yaitu bantuan untuk meningkatkan taraf
perekonomian masyarakat desa lebih baik lagi,
penyuluhan untuk masyarakat desa dalam hal
pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa lainnya yang akan
meningkatkan Sumber Daya Manusia yang
lebih baik lagi) dan juga bagi kemasyarakatan
(hal ini berupa peningkatan sarana sosial
seperti pembangunan rumah ibadat, sarana
kesehatan yang baik dan memadai dan sarana
pendidikan yang baik dan bermutu).
3 Sri Wulandari. “Analisis Kemampuan Pengelolaan ADD di Desa Margolembo
2017 Pemerintah Desa Dalam Kecamatan Mangkutana untuk saat ini sudah
Pengelolaan Alokasi berjalan secara optimal. Hal tersebut
Dana Desa (Add) Di dikarenakan. Kemampuan pemerintah desa
Desa Margolembo baik dari aspek administratif maupun dalam
Kecamatan Mangkutana penentuan program kerja dalam penggunaan
Kabupaten Luwu Timur” ADD yang sudah membaik, Permasalahan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Kurangnya sumber daya manusia
(SDM) untuk ditempatkan di kantor
Desa Margolembo itu sendiri.
2. Pembinaan dan pengawasan oleh
pemerintahan diatasnya masih kurang.
Dasar hukum pelaksanaan pemerintahan yang
tidak konsisten membuat pemerintah desa
menjadi dilema dalam menjalankan
pemerintahan.
4 Johan “Turbulensi Dan Didapatkan hasil dan kesimpulan bahwa
Satriajaya, Lilik Legalisasi Kleptokrasi terjadinya dysfunctional behavior di Desa
Handajani, I Dalam Pengelolaan Gambo disebabkan adanya ‘turbulensi’ yang
Nyoman Keuangan Desa” dialami pengelola keuangan desa. Hal ini
Nugraha Ardana ditandai dengan adanya berbagai bentuk
Putra. 2017 tekanan yang diterima atau dihadapi pengelola
keuangan desa, antara lain adanya arahan dan
instruksi aparatur pemerintah daerah yang tidak
konsisten dan tidak sesuai dengan amanat
regulasi yang sesungguhnya. Hal itu
disebabkan kompetensi dan motivasi individu
yang bervariasi sehingga memunculkan
pluralitas interpretasi terhadap regulasi terkait.
Maka, pelaksanaan tugasnya sebagai
implementor dalam membina, mengawasi, dan
mendampingi pengelola keuangan desa ataupun
sebagai hermes dalam menyampaikan berbagai
arahan dan instruksi sebagai pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya
belum optimal.
5 Fatma Auliadini. “Turbulensi Dan Didapatkan hasil dan kesimpulan bahwa
2019 Legalisasi Kleptokrasi pengelolaan keuangan di Desa Kalipecabean
Dalam Pengelolaan sesuai dengan Peraturan Bupati No 50 Tahun
Keuangan Desa 2017, dalam mengelola keuangan perangkat
Kalipecabean Kabupaten desa masih mendapatkan sedikit tekanan karena
Sidoarjo” harus menyesuaikan porsi belanja operasional
serta belanja non operasional sesuai dengan PP
43 Tahun 2014, tidak terdapat kecurangan yang
dilakukan oleh perangkat Desa Kalipecabean.
Hal tersebut dikarenakan dalam mengelola
keuangan desa sudah dilakukan sesuai dengan
peraturan yang diterbitkan serta kepala desa
menampung aspirasi masyarakat untuk
melakukan perbaikan sarana dan prasarana.
2.2 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian Analisis Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Kleptokrasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Di
Desa Doromelo dan Desa Nusajaya, Kecamatan Manggelewa, Kabupaten Dompu dapat digambarkan dalam bagan kerangka
penelitian sebagai berikut :
FAKTOR-FAKTOR PENDORONG
KLEPTOKRASI
BAB III
METODE PENELITIAN
27
Creswell, J. W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogjakarta : PT Pustaka Pelajar.
28
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
2.2 Lokasi Penelitian
1. Data Primer
Menurut Hasan (2002: 82) data primer adalah data yang
diperoleh dan dikumpulkan langsung dari lapangan. Data
primer didapatkan dari sumber informan yaitu individu atau
perorangan dan kelompok dalam bentuk wawancara yang
dilakukan peneliti. Wawancara itu sendiri berisikan
pertanyan-pertanyaan terkait dengan fokus penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002 : 58). Data
ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang
didapatkan sebelumnya. Data sekunder dapat berupa bahan
pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain
29
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Bogor : Ghalia Indonesia
sebagainya. Pada penelitian ini data sekunder yang digunakan
adalah penelitian-penelitan terdahulu yang memiliki fokus
permasalahan yang sama yaitu mengenai pengelolaan dana
desa.
Instrumen Penelitian
Daftar Pertanyaan Wawancara untuk Pemerintah Desa yaitu Aparat Desa dan Masyarakat
Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dalam bentuk data primer maupun
sekunder, tahapan selanjutnya dalam proses analisis data antara lain :
a. Reduksi Data
Peneliti mengambil dan merangkum informasi yang telah diperoleh sesuai dengan
fokus penelitian, seperti mengambil inti dari hasil wawancara yang sesuai
indikator pertanyaan yang disusun, kemudian dilakukan dokumentasi untuk
memperkuat hasil wawancara.
b. Membandingkan Data Hasil Dokumentasi dan Wawancara
Proses ini bertujuan untuk melihat kebenaran dari data yang telah dikumpulkan
sebelumnya, sekaligus melihat gambaran dari bagaimana pengelolaan dana desa
dilakukan.
c. Mengadakan Member Check
Member Check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti dari
pemberi data. Tujuan dilakukan member check adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan yang diberikan pemberi data. Sehingga
informasi yang digunakan peneliti selanjutnya sesuai dengan yang dimaksud
sumber data atau informan.
d. Melakukan Analisis Data
Peneliti menganalisis dokumen-dokumen yang terkait dalam hal pengelolaan dana
alokasi desa di Desa Doromelo dan Desa Nusajaya, apakah dokumen-dokumen
tersebut objektif adanya dan dapat dipercaya serta dapat dibuktikan.
e. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat sehingga memudahkan
peneliti memahami kondisi yang terjadi sebenarnya. Uraian tersebut berasal dari
hasil wawancara dan telah diperkuat dan dinarasikan dengan hasil dokumentasi.
f. Menarik Kesimpulan
Peneliti menarik kesimpulan apabila telah ditemukan perbedaan atau kesamaan
dari hasil wawancara dan dokumentasi.
g. Analisis dan Deskripsi
Peneliti menganalisis dan mendeskripsikan kesimpulan dari data yang didapatkan
mengenai bagaimana pengelolaan alokasi dana desa di Desa Doromelo dan Desa
Nusajaya dan faktor-faktor apa yang dapat mendorong terjadinya kleptokrasi
dalam pengelolaan keuangan desa.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Rizqa., Rita Anugerah, dan Zulbahridar. 2016. Analisis Penerimaan Auditor atas
Dysfunctional Audit Behavior : Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah
Sumatra. Jurnal Akuntansi. 4(2) : 114-128
Auliadini, Fatma. 2019. Turbulensi dan Legalisasi Kleptokrasi Dalam Pengelolaan Keuangan
Desa Kalipecabean Kabupaten Sidoarjo [thesis]. Surabaya (ID): STIESIA Surabaya.
Damayanti, Dionisia Nadya Sri. 2016. Pengaruh Pengendalian Internal dan Moralitas
Individu Terhadap Kecurangan Akuntansi (Studi Eskperimen pada Pegawai Bagian
Keuangan dan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta) [skripsi]. Yogyakarta (ID) :
Universitas Negeri Yogyakarta.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor :
Ghalia Indonesia
Joni. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa
di Desa Tanjung Ria Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang [thesis]. Jakarta (ID) :
Universitas Terbuka.
Peraturan Bupati Dompu Nomor 05 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pembagian dan Penetapan
Rincian Pengalokasian Alokasi Dana Desa Setiap Desa Tahun 2019
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007
Sahrir. 2017. Tinjauan Yuridis Penyalahgunaan Dana Desa Dalam Tindak Pidana Korupsi
(Putusan Nomor : 05 / Pid / 2011 / PT.Mks.) [skripsi]. Makassar (ID) : Universitas
Hasanuddin.
Satriajaya, Johan., Lilik Handajani, dan I Nyoman Nugraha Ardana Putra. 2017. Turbulensi
Dan Legalisasi Kleptokrasi Dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma JAMAL. 8(2) : 245.
Sholichah, Nihayatus. 2018. Dampak Dana Desa Dalam Pembangunan Desa (Studi Di Desa
Tunjungtirto Kecamatan Singosari Malang) [Thesis]. Surabaya (ID) : Universitas Dr.
Soetomo Surabaya.
Siti Sri Hutami, Andi. 2017. Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa
Abbatireng Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo. Government: Jurnal Ilmu
Pemerintahan. 10(1):11-13.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/640/SJ tanggal 22 maret tahun 2005
Wahyuni Novianti, Sri. 2019. Pengaruh Ketepatan Waktu Penerimaan Dana, Kecukupan
Dana, Sasaran Pengguna Dana Bantuan Operasional Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Siswa (Studi pada SMP dan SMA se-Kota Mataram) [skripsi]. Mataram (ID) :
Universitas Mataram.