Anda di halaman 1dari 4

PENGANTAR KEPENDUDUKAN

(EKI301) GP1 EP

RMK: Keterkaitan Antara Tenaga Kerja,

Mobilitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi

DOSEN PENGAMPU

Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibia, S.U.

Oleh:

KELOMPOK 1

Anak Agung Istri Yudiantari (1907511017)

Reina Marciela Silaban (2007511005)

Ni Luh Putu Withari Asriningsih (2007511011)

Ni Luh Putu Padmayanti (2007511016)

Samantha Elisabeth Jade De Kruyff (2007511020)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
Membahas mengenai ketenagakerjaan, tentu saja tidak dapat terlepas juga dari yang namanya
pembangunan, karena ketengakerjaan dan pembangunan memiliki hubungan yang sangat erat.
Misalnya dalam hal tenaga kerja yang berkualitas akan mampu mempercepat suatu proses
pembangunan di dalam suatu negara, karena dengan tenaga kerja yang berkualitas, suatu
negara akan mampu bersaing dengan negara- negara yang sudah lebih maju, begitu pula
sebaliknya dengan semakin majunya pembangunan dalam suatu negara, akan mampu
menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan baru yang secara otomatis akan memberikan
pekerjaan untuk tenaga kerja dan sekaligus mengurangi angka pengangguran. Oleh karena itu,
jelas bahwa antara ketenagakerjaan dan pembangunan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Tenaga kerja atau ketenagakerjaan adalah hal yang sangat penting dalam akas bisnis dan
ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan terlaksana dengan tersedianya
para tenaga kerja yang handal dan berkualitas, namun realitanya di Indonesia masih banyak
tenaga kerja yang dak mempunyai pekerjaan karena kualitasnya dirasa kurang oleh perusahaan.
Tenaga kerja yang belum atau memiliki pekerjaan seperti ini sering disebut dengan
pengangguran.

Ketenagakerjaan memiliki hubungan yang sangat erat dengan proses pembangunan di


Indonesia. Sudah saatnya pemerintah Indonesia untuk mengupayakan perbaikan mutu para
tenaga kerja yaitu dengan memberikan pendidikan yang layak dengan mengubah sistem
pendidikan yang lebih baik, selain itu juga harus banyak dikembangkan tempat- tempat untuk
pelakerja agar para tenaga kerja bisa mengasah kemampuannya terlebih dahulu sebelum terjun
ke dunia kerja yang sebenarnya, sehingga dengan pelahan yang cukup seorang tenaga kerja
sudah akan siap jika suatu saat mendapatkan pekerjaan dan terjun langsung ke dunia kerja.

Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya. Mereka
melakukan mobilitas untuk memperoleh sesuatu yang tidak tersedia di daerah asalnya. Alasan
tersebut sangat beragam tetapi umumnya karena alasan ekonomi. Perbedaan karakteristik
ruang dan sumber daya yang dimiliki pada berbagai wilayah di Indonesia mendorong penduduk
untuk melakukan mobilitas penduduk. Pergera kan tersebut mencakup pula pergerakan sumber
daya berupa barang atau komoditas antar ruang. Mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua
yaitu mobilitas penduduk vertikal atau perubahan status dan mobilitas penduduk horizontal
atau mobilitas penduduk geografis. Mobilitas penduduk vertikal adalah perubahan status
seseorang. Perubahan status tersebut baik perubahan status sosial maupun ekonomi. Misalnya
status pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan lainnya.
Pola migrasi penduduk di Indonesia belum mengalami perubahan dengan arus migrasi masih
berada di sekitar Pulau Jawa dan Sumatera. Migrasi keluar dari Pulau Jawa terbanyak masuk
ke Pulau Sumatera. Demikian juga migrasi keluar dari pulau-pulau di Kawasan Timur
Indonesia seperti Kalimantan, Papua, Maluku, kebanyakan masuk ke Pulau Jawa.

Pola migrasi di Indonesia belum mampu mendorong pembangunan sumber daya manusia
secara merata diseluruh kawasan Indonesia. Ada kecenderungan migrasi internal yang terjadi
justru berdampak negatif pada pembangunan daerah di luar Pulau Jawa, khususnya Kawasan
Timur Indonesia. Tenaga kerja terdidik dari luar Jawa pada umumnya pindah ke Pulau Jawa
terutama ke DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sebaliknya penduduk yang pindah keluar Pulau Jawa
pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kurangnya kesempatan kerja di luar
Pulau Jawa merupakan alasan utama mengapa para tenaga kerja terdidik dari Pulau Jawa
enggan pindah ke luar Pulau Jawa. Selain itu terpusatnya kegiatan ekonomi, pendidikan, dan
politik di Pulau Jawa juga memberikan pengaruh pada pola perpindahan penduduk tersebut.

Kebijaksanaan langsung dalam mengendalikan gerak perpindahan penduduk dilandasi


pemikiran untuk mencegah gejala migrasi penduduk menuju ke satu tempat saja, dan sekaligus
berupaya meghilangkan kesenjangan ekonomi. Dari perspektif moral, kebijaksanaan langsung
semacam itu bertentangan dengan hak azasi warga negara. Karena pada dasarnya setiap warga
negara berhak untuk bertempat tinggal dimana saja. Oleh karenanya, pendekatan kebijaksanaan
langsung tersebut kurang populer dan tidak banyak negara yang menganut pendekatan tersebut.
Bagi Indonesia, justru era reformasi saat ini, kebijaksanaan seperti itu perlu dikaji dan
dipertimbangka n kembali.

Program trasmigrasi pada awal perkembangannya dapat dicirikan sebagai upaya langsung
mengarahkan mobilitas dan distribusi panduduk. Namun sejalan dengan perkembangan waktu
dan perubahan keadaan, baik dalam tingkat kebijaksanaan maupun langkah-langkah
pelaksanaan, program trasmigrasi saat ini sudah mulai dikaitkan dengan pembangunan daerah
dan pembangunan wilayah. Pada dasarnya hal ini merupakan inti dari pendekatan secara tidak
langsung dari upaya pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk. Oleh karenanya, untuk
mempercepat kemampuan daerah untuk berkembang, otonomi yang seluas-luasnya perlu
segera diberlakukan.

Pola mobilitas penduduk dimasa mendatang akan banyak mengalami perubahan sejalan
dengan perkembangan tingkat sosial ekonomi masyarakat dan semakin maraknya hubungan
antar negara. Mobilitas internal yang bersifat antar daerah dan perdesaan- perkotaan akan terus
berlangsung sampai kesenjangan pendapatan, kesempatan bekerja dan fasilitas sosial antar
daerah, semakin berkurang. Pada waktu yang bersamaan mobilitas sirkuler juga akan
meningkat. Jika tingkat kesenjangan pembangunan antar daerah relatif kecil, angka migrasi
penduduk akan menurun. Sebaliknya mobilitas sirkuler akan cenderung meningkat. Gejala ini
disebabkan banyak penduduk yang bertempat tinggal cukup jauh dari tempat bekerja atau pusat
pendidikan. Untuk itu, perlu dikembangkan perangkat data dan sistem pemantauan yang
mampu berperan sebagai masukan bagi penyusunan kebijaksanaan mobilitas penduduk dan
sekaligus bagi pengembanga n pembangunan daerah dan wilayah setempat.

Anda mungkin juga menyukai