Anda di halaman 1dari 8

KONTROVERSI NEGARA DENGAN PARADOKS LEONTIEF

MATA KULIAH BISNIS INTERNASIONAL

Dosen Pembimbing : Febrina Hambalah, S.IP., MBA

Disusun Oleh :

Nabilah Putri Mulyananda (20170520049)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2020
Bisnis internasional terdiri dari transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari lebih
dari satu negara. Bisnis internasional sendiri merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari segala
bentuk transaksi komersial yang dilakukan oleh dua negara atau lebih (John D. Daniels : 2013).
Bisnis internasional meliputi perdagangan internasional, pemanufakturan di luar negeri, industri
jasa yang berkembang di bidang-bidang seperti transportasi, pariwisata, perbankan, periklanan,
konstruksi, perdagagan eceran, perdagangan besar, dan komunikasi massa. Perdagangan menjadi
salah satu kegiatan yang terpenting dalam kehidupan manusia. Perdagangan internasional
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di suatu negara yang tidak tersedia di negara tersebut,
tetapi ada di negara lain. Kedua belah pihak yang melakukan perdagangan akan sama-sama
mendapatkan untung. Negara yang menjadi penyedia barang akan mendapat untung, sedangkan
negara yang membeli akan terpenuhi kebutuhannya.

Dengan adanya perdagangan internasional ini sekaligus membuka tingkat persaingan


global yang lebih luas. Negara yang mampu bersaing di ranah internasional akan memiliki nilai
dan potensi yang tinggi untuk mendapat keuntungan besar. Karena itu, kemudian muncullah
teori-teori perdagangan internasional, seperti halnya teori perdagangan internasional modern
yang merupakan sebuah produk evolusi dari pemikiran ekonomi. Perkembangan teori
perdagangan sebenarnya dimulai sejak zaman merkantilisme kemudian sampai dengan teori
klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith dan David Ricardo yang kemudian mempelopori
munculnya teori perdagangan internasional modern. Kemunculan teori perdagangan
internasional modern disebabkan karena adanya kritik tajam terhadap teori ekonomi klasik yang
muncul pada saat terjadinya depresiasi di tahun 1930-an.

Teori perdagangan internasional modern menjawab kelemahan yang dimiliki oleh teori
klasik. Secara garis besar, kemunculan teori modern ini merupakan upaya pengembangan bagian
keilmuan. Sebagaimana yang tidak bisa disangkal adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang akan membuat manusia berfikir untuk mendapatkan teori yang lebih relevan dan
bisa digunakan sepanjang masa. Salah satu teori perdagangan modern adalah Paradoks Leontief
atau Teori Wassily Leontief.

Paradoks Leontief dikemukakan oleh Wassily Leontief, seorang ekonom Rusia. Wassily
Leontief adalah seorang pelopor utama dalam analisis input dan output matriks. Teori ini
merupakan teori yang bertentangan dengan teori Heckscher-Ohlin atau teori H-O yang
dikemukakan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin. Teori Heckscher-Ohlin merupakan model
analisis perdagangan internasional antara dua negara yang mempunyai karakteristik tersendiri.
Teori ini mempunyai dua kondisi penting sebagai dasar dari munculnya perdagangan
internasional, yaitu ketersediaan faktor produksi dan intensitas dalam pemakaian faktor produksi
atau proporsi faktor produksi (Tambunan, 2004).

Teori faktor dukungan Heckscher-Ohlin ini, mengatakan dimana perdagangan


internasional terutama digerakkan oleh perbedaan karunia sumber daya antar negara. Suatu
negara cenderung untuk mengekspor barang yang menggunakan lebih banyak faktor produksi
yang relatif melimpah di negara tersebut atau biasa disebut factor endowments. Teori ini
menekankan pada saling keterkaitan antara perbedaan proporsi faktor-faktor produksi, antar
negara, dan perbedaan proporsi penggunaannya dalam memproduksi barang-barang. Negara
yang mempunyai sumber daya modal lebih besar dari tenaga kerja akan memproduksi barang
modal-insentif sementara negara dengan sumber daya tenaga kerja yang berlebih dibandingkan
modal yang diasumsikan modal tidak dapat berpindah-pindah akan memproduksi barang tenaga
kerja-insentif.

Heckscher-Ohlin juga mengemukakan bahwa suatu negara melakukan perdagangan


internasional karena adanya perbedaan opportunity cost atau biaya peluang/biaya kesempatan
suatu produk antara suatu negara dengan negara lain dikarenakan adanya perbedaan jumlah
faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara. Negara-negara yang memiliki faktor
produksi relatif lebih banyak dan murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barangnya. Begitu pula sebaliknya, masing-masing negara akan
mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka dan
mahal dalam memproduksinya (Panjaitan dan Hartono, 2008). Menurut Krug-man dan Obstfeld
(1991:86) Teori Heckscher-Ohlin didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan kapital atau modal;
2. Dua barang yang mempunyai kepadatan faktor produksi yang tidak sama, yaitu padat karya
dan padat modal;
3. Dua negara yang memiliki jumlah kedua faktor produksi yang berbeda;
4. Teknologi dianggap tetap.
Teori Heckscher-Ohlin masih memiliki kelemahan, ketidakmampuan teori H-O dalam
menjelaskan faktor yang melatarbelakangi keputusan suatu negara yang memiliki faktor modal
atau kapital berlebih dalam mengekspor barang yang memiliki kecenderungan barang capital-
intensive menjadi pertanyaan besar. Sehingga memunculkan beberapa pemikiran sebagai bentuk
respon atas ketidakmampuan teori tersebut. Respon tersebut diawali oleh Wassily Leontief yang
melakukan pengujian empiris pada teori Heckscher-Ohlin dengan menggunakan table input-
output. Tabel input-output menjelaskan secara lengkap untuk semua industri dalam
perekonomian, aliran output masing-masing industri untuk semua industri lainnya, pembelian
input dari semua industri lain, dan pembelian faktor jasa. Selain itu, tabel ini juga digunakan
untuk menunjukkan kebutuhan faktor langsung dari industri seperti modal dan tenaga kerja
digunakan dengan barang setengah jadi pada tahap produksi tertentu tetapi juga kebutuhan faktor
total. Kebutuhan total melibatkan kebutuhan langsung sebaik dengan modal dan tenaga kerja
yang digunakan dalam menyuplai semua input industri ke industri. Tabel ini sangat berguna
untuk menghitung kebutuhan modal dan tenaga kerja negara secara keseluruhan untuk
memproduksi barang seperti ekspor dan pengganti impor.

Wassily Leontief melakukan pengujian akan teori Heckscher-Ohlin yang dilakukan pada
perdagangan Amerika Serikat tahun 1947, apakah sesuai dengan karakteristik faktor modal yang
tersedia dalam teori H-O. Dalam teori Heckscher-Ohlin menyebutkan bahwa ekspor Amerika
Serikat akan terdiri atas barang-barang yang padat modal atau capital insentive, sebaliknya
impor akan terdiri atas barang-barang yang padat karya atau labor insentive. Leontief
menggunakan data ekspor dan impor Amerika Serikat pada tahun 1947 yang pada saat itu
Amerika Serikat mengalami penurunan senilai US$ 1.000.000. Tabel input-output digunakan
untuk menentukan berapa banyak modal dan tenaga kerja yang akan dikeluarkan dari
memproduksi barang ekspor dan berapa banyak modal dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
memproduksi di dalam negeri sejumlah US$ 1.000.000 barang yang tidak sedang diimpor.
Leontief membatasi analisisnya pada impor kompetitif yang berarti bahwa Leontief tidak
memasukkan barang yang Amerika Serikat tidak produksi.

Sejak usainya Perang Dunia Kedua, Amerika Serikat merupakan negara yang lebih
makmur dibandingkan dengan hampir semua negara lain di dunia. Pekerja-pekerja Amerika
Serikat bisa bekerja dengan pembagian hasil modal terhadap tenaga kerja yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pekerja-pekerja dari negara lain. Beberapa negara di Eropa Barat dan juga
Jepang dewasa ini mampu menandingi kekuatan ekonomi Amerika, namun Amerika Serikat
masih merupakan negara yang memiliki peringkat tinggi dalam pembagian hasil modal kerja.
Amerika Serikat juga merupakan sebuah negara yang melimpah faktor produksi modalnya. Atas
dasar itulah, Leontief menduga wajar jika Heckscher-Ohlin memperkirakan Amerika Serikat
merupakan pengekspor barang-barang yang padat modal dan pengimpor barang-barang padat
karya yang merupakan faktor produksi langka di negara tersebut.

Namun, dari hasil penelitiannya Leontief menemukan kenyataan yang berbeda, dimana
Leontief menemukan bahwa Amerika Serikat ternyata banyak sekali mengekspor barang-barang
yang justru kurang padat modal kalau dibandingkan dengan barang-barang yang diimpornya.
Hasil temuan ini menjadi sumber kontroversi selama bertahun-tahun dan menjadi bukti tunggal
terbesar yang menggoyahkan keberlakuan atau kesahihan teori Heckscher-Ohlin. Hasil pengujian
Leontief tersebut mengejutkan, dimana ternyata hanya sekitar 30% substitusi impor Amerika
Serikat yang bersifat lebih padat modal daripada ekspornya. Itu berarti, Amerika Serikat ternyata
cenderung mengekspor barang-barang yang padat karya dan mengimpor barang-barang yang
padat modal.

Dalam penelitian berikutnya, Leontief yang juga merasa heran atas penemuannya
tersebut mencoba untuk merasionalkan dan meninjau kembali hasil penelitiannya itu. Leontief
mengatakan bahwa apa yang terungkap tersebut sekedar merupakan ilusi optik, dan bukan
merupakan kenyataan yang sebenarnya. Sejak tahun 1947, tenaga kerja Amerika Serikat rata-rata
memiliki tingkat produktivitas tiga kali lipat lebih tinggi daripada tenaga kerja yang ada di
negara-negara lain. Jika dilihat dari sudut pandang tersebut, maka Amerika Serikat bisa pula
dipandang sebagai sebuah negara yang melimpah tenaga kerjanya. Dengan demikian, tidaklah
aneh apabila ekspor Amerika Serikat nampak padat karya bila dikaitkan dengan substitusi
impornya. Namun penjelasan tersebut kurang memuaskan, dan pada akhirnya Leontief
membatalkannya.

Lebih lanjut Leontief menyatakan bahwa hasil analisisnya sekedar merupakan suatu
penyimpangan dari keberlakuan teori Heckscher-Ohlin. Penelitian tersebut dianggap tidak
memuaskan karena keunggulan produktivitas tenaga kerja yang dikemukakan Leontief tidak
cukup besar untuk menjalankan Paradoks tersebut, mengingat modal di Amerika Serikat juga
memiliki tingkat produktivitas yang jauh lebih tinggi daripada di negara-negara lain. Jadi, jika
jumlah pekerja di Amerika Serikat harus dikalikan dengan kelipatan produktivitasnya, maka
faktor produksi modalnya juga harus diperlakukan demikian. Sedangkan, dari hasil perhitungan
terungkap bahwa Amerika Serikat tetap merupakan sebuah negara yang lebih banyak memiliki
modal daripada tenaga kerja. Selera konsumen Amerika Serikat yang mengarah pada barang-
barang padat modal membuat harga relatifnya menjadi lebih tinggi, karena itulah Amerika
Serikat mengimpor barang serupa yang harga relatifnya lebih murah dari negara-negara lain dan
sebagai pengimbangnya ia pun mengekspor barang-barang yang padat karya.

Kelebihan dari teori Paradoks Leontief ini adalah jika suatu negara memiliki tenaga kerja
yang melimpah maka ekspornya akan naik atau lebih banyak, sebaliknya jika suatu negara
memiliki jumlah tenaga kerja sedikit maka jumlah ekspornya akan lebih sedikit pula. Walaupun
teori ini dianggap bertentangan dengan teori Heckscher-Ohlin, namun ada penjelasan yang
menyatakan bahwa penemuan Leontief tidak sepenuhnya bertentangan dengan teori Heckscher-
Ohlin. Oleh karena itu, penemuan Leontief tersebut dalam batasan tertentu sesuai dan
mendukung teori Heckscher-Ohlin.
DAFTAR PUSTAKA

Darwanto. 2020. Model Perdagangan Hecksher-Ohlin (Teori, Kritik dan Perbaikan). Diakses
pada tanggal 29 Maret 2020 pukul 19:02.

Dosensosiologi. 2018. “Perdagangan Internasional” Pengertian, Faktor, dan Contohnya


Lengkap. Dipublikasikan pada tanggal 02 April 2018 pukul 10:20.
http://dosensosiologi.com/perdagangan-internasional-pengertian-faktor-dan-contohnya-
lengkap/

Fadel. 2014. Teori Perdagangan Internasional Leontief. Dipublikasikan pada tanggal 10 April
2014. https://id.scribd.com/doc/217558412/Hasil-Uji-Empiris-Tabel.

Jamli, Ahmad dan Ryan Rizaldy. 1998. “Kinerja Komoditas Elektronika Indonesia 1981-1995:
Pendekatan Keunggulan Komparatif”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 13 No 3.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Portalilmu. 2020. Teori Perdagangan Internasional: Keunggulan Absolut, Keunggulan


Komparatif, Teori H-O. Diakses pada tanggal 29 Maret 2020 pukul 08:43. https://portal-
ilmu.com/teori-perdagangan-internasional/

Purwanti, Puput. 2018. 4 Teori Perdagangan Internasional Modern Menurut Para Ahli.
Dipublikasikan pada tanggal 14 Februari 2018. https://dosenekonomi.com/ilmu-
ekonomi/teori-perdagangan-internasional-moderen.

Rizal, Ragil Khoiru. 2018. “Analisis 19 Mitra Dagang Perdagangan Manufaktur di Indonesia:
Aplikasi Model Gravitasi”. Journals of Economics Development Issues. Vol 1 No 1.
Surabaya: Universitas Airlangga.

Septiani, Hanum. 2018. 10+ Contoh Teori Perdagangan Internasional Sederhana, Kamu Harus
Tahu!. Dipublikasikan pada tanggal 15 September 2015. https://misterexportir.com/contoh-
teori-perdagangan-internasional/

Sitorus, Berlian. 2014. Perbedaan Teknologi Produksi: Implikasi pada Konten Faktor
Perdagangan Indonesia-Amerika Serikat. Page 2-3. Indonesia: Kementrian Dalam Negeri.
Widodo, Tri. 2012. Ekonomi Internasional. Page 3.21-3.36. Banten: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai