Anda di halaman 1dari 5

NAMA : DIAH SANTIKA

NIM : 20306011006

TUGAS : MERESUME

MATA KULIAH : SEMINAR PENDIDIKAN EKONOMI

DOSEN PENGAMPU : KHAIRI MURDY M.Pd.

1. Teori Stolper Samuelson

Teori Stolper Samuelson adalah teorema dasar dalam model Heckscher Ohlin Model ini
mendeskripsikan hubungan antara harga relatif barang dengan perolehan faktor relatif, seperti
gaji dan pendapatan modal. Teori ini diusulkan oleh Wolfgang Stolper dan Paul Samuelson
pada tahun 1941.

Menurut teori keunggulan komparatif perdagangan internasional ini berdasarkan beberapa


asumsi ekonomi seperti skala hasil yang konstan, persaingan sempurna, dan kesetaraan
jumlah faktor yang di gunakan untuk sejumlah produksi. Peningkatan harga relatif suatu
barang akan mengakibatkan peningkatan skala hasil faktor yang di gunakan secara intensif
untuk produksi barang tersebut, dan kejatuhan untuk skala hasil faktor lain.

Peningkatan pada harga komoditas akan meningkatkan pendapatan riil faktor (input) yang
dipakai secara insentif pada suatu sektor dan menurunkan pendapatan riil faktor (input) lain"

Negara yang mensuplai faktor produksi yang langka justru akan memperoleh keuntungan
pendapatan riil dalam suatu nilai absolut dan merentangkan proteksi yang dapat menghambat
laju impor, sehingga konsumen dirugikan dalam memenuhi preferensinya.

2. Teori Paradoks Liontief

seorang pelopor utama dalam analisis matriks input-output. Melalui studi empiris yang
dilakukannya pada tahun 1953, dia menemukan sebuah fakta. Fakta tersebut mengenai
struktur perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) Amerika Serikat sekitar tahun 1947 yang
bertentangan dengan teori H-O sehingga teori ini disebut sebagai ParadoksLeontief
Adapun teori yang di kemukakan oleh Leontief, yaitu: teori paradoks Leontief yang
merupakan kebalikan dari teori H-O yang menyebutkan bahwa ekspor Amerika Serikat akan
terdiri atas barang barang yang padat modal (capital intensive). Dan sebaliknya, import akan
terdiri atas barang-barang yang padat karya atau tenaga kerja (labor insentive). Sedangkan
menurut teori Liontief bahwa ekspor Amerika Serikat justru terdiri atas padat karya (labor
intensive) dan impornya terdiri atas barang-barang padat modal (capital intensive).

Kelebihan dari teori keunggulan dalam perdagangan internasional ini adalah jika suatu negara
memiliki banyak tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih banyak Sebaliknya jika
suatu negara kurang memiliki tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.

Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangat mungkin terjadi
ketika modal tidak bergerak antar industri pada jangka pendek. Faktor spesifik merujuk ke
pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak
secara mudah dipindahkan antar industri

Teori ini menyugestikan jika ada peningkatan dalam harga sebuah barang pemilik dari faktor
produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai tambahan
pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah
peningkatan dalam pemenuhan modal.

Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini juga cocok untuk memahami
distribuspendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola perdagangan internasional.
3. Teori Rybczynski

Teori ini menjelaskan jika intensitas suatu barang dari mengalami penurunan dapat dikatakan
penyebab yang terjadi dikarenakan peningkatan suatu faktor produksi. Dengan kata lain
perubahan faktor produksi yang didukung digunakan secara berkala atau terus menerus akan
menciptakan jumlah nilai output yang begitu tinggi pada masalah produksi tertentu dan
menghasilkan kerugian output pada sektor lain.

Munculnya populasi suatu bangsa mengacu pada pertumbuhan tenaga kerja yang ada. Begitu
juga dengan modal, tumbuh seiring dengan adanya sumber daya manusia yang ada. Modal
mengacu pada semua alat produksi buatan manusia, seperti mesin, pabrik, gedung
perkantoran, transportasi, dan komunikasi,

serta pendidikan dan pelatihan angkatan kerja. yang kesemuanya sangat meningkatkan
kemampuan bangsa untuk menghasilkan barang dan jasa. Begitupun juga, akan muncul
asumsi bahwa semua unit kerja dan modal bersifat homogen dengan penjelasan faktor tenaga
kerja (L) dan modal (K). Dalam hal ini akan terus berasumsi bahwa bangsa yang mengalami
pertumbuhan menghasilkan dua komoditi (komoditi X. yaitu L. intensif, dan komoditi Y.
yaitu K intensive) di bawah imbal hasil konstan

Teorema Rybczynski dikembangkan pada tahun 1955 olch ekonom Inggris kelahiran
Polandia Tadeusz Rybczynski (1923-1998). Teori Rybeynski menjelaskan, pada harga barang
yang relatif konstan, peningkatan jumlah suatu faktor (factor endowment) akan meningkatkan
output sektor yang menggunakan faktor tersebut secara intensif, dan penurunan absolut
output sektor lain. Sebagai contoh dalam permasalahan yaitu jika L tumbuh secara nasional
sebesar 1. maka komoditas output X (L komoditas intensive) akan meningkat lebih dari
proporsinya. Sedangkan output dari komoditas Y (K komoditas intensive) menurun terhadap
Py dan Py

4. Competitive Advantage Of Nation

Michael Porter (1985) dalam Awwad (2013) menyatakan bahwa keunggulan bersaing
(competitive advantage) adalah kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik dan sumber
daya suatu perusahaan untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan
lain pada industri atau pasar yang sama. Isu tentang keunggulan bersaing menjadi sangat
popular setelah Porter mengembangan konsep tersebut. Keunggulan kompetitif berasal dari
kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan kekuatan internalnya untuk merespon peluang
lingkungan eksternal sambil menghindari ancaman eksternal dan kelemahan internal
(Mooney, 2017). Keunggulan bersaing merupakan suatu proses dinamis bukan sekedar dilihat
sebagai hasil akhir. Hal ini dikarenakan keunggulan bersaing berasal dari banyaknya aktivitas
berlainan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan,
menyerahkan dan mendukung produknya. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa keunggulan bersaing merupakan suatu kondisi yang dimiliki perusahaan
dimana melebihi pesaingnya.

MODEL COMPETITIVE ADVANTAGE OLEH MICHAEL POTER

5. Daya Saing Internasional Berdasarkan Model 9

Faktor (Dong-Sung Cho) Dong-Sung Cho, presiden dari The Institute of Indusrial Policy
Studies, Korea Selatan, dalam karya cemerlangnya yang berjudul Determinan of International
Competitiveness: How Can a Developing Country Transform Itself to an Advance Economy?
melengkapi hasil kajian dari Michael E. Porter. Dong-Sung Cho menjelaskan bahwa
bukannya seberapa banyak tingkat sumber daya yang sekarang dimiliki oleh sebuah negara,
tetapi siapa yang bisa menciptakan sumber daya dan kapan seharusnya sumber daya itu
diciptakan. Dong-Sung Cho kemudian. mengembangkan model yang dikenal sebagai model 9
faktor. Beberapa perbedaan antara model berlian yang dikembangkan oleh Porter dibanding
dengan model 9 faktor dari Dong-Sung Cho adalah terletak pada keberadaan 4 faktor, yaitu
meliputi tenaga kerja, birokrasi dan politisi, kewirausahaan dan manajer, teknisi serta
perancang profesional. Juga faktor akses dan kesempatan dalam melakukan sesuatu bagi
masyarakat merupakan faktor tidak kalah penting.

Dong-Sung Cho (1997) menjelaskan bahwa kita membutuhkan model yang bisa mengatakan
kepada kita, bukannya seberapa banyak tingkat sumberdaya yang sekarang. dimiliki oleh
suatu negara, tetapi siapa yang menciptakan sumberdaya dan kapan seharusnya setiap
sumberdaya itu diciptakan. Model 9 faktor yang diciptakan oleh Dong-Song Cho merupakan
pengembangan dari model Porter.

Anda mungkin juga menyukai