I. PENDAHULUAN
Hampir tidak ada negara yang mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri tanpa
mengimpor barang/jasa dari negara lain. Kesenjangan antara sumber daya yang dimiliki dengan
kemampuan pemenuhannya, telah mendorong negara-negara untuk melakukan perdagangan. Di
banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan
GDP.
Teori perdagangan internasional adalah teori yang menjelaskan arah dan komposisi
perdagangan antar negara serta bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara. Teori
perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya
keuntungan perdagangan (gain from trade). Pada materi ini akan dijelaskan teori perdagangan
internasional modern.
Perdagangan antar negara terjadi karena masing-masing negara tidak secara penuh
mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya karena keterbatasan sumber daya yang ada.
Alasan negara-negara melakukan perdagangan internasional, antara lain:
1. Karena negara-negara yang berdagang berbeda satu sama lain (berbeda dalam
kepemilikan sumber daya, baik dalam jenis maupun kualitasnya). Setiap negara dapat
memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui pengaturan dimana setiap pihak
melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik.
2. Negara-negara berdagang satu sama lain bertujuan mencapai skala ekonomi (economies
of scale) dalam produksinya.
II. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL: MODERN
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli
Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan
internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Akibat
kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative
advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan
dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara
(Salvatore, 2004). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaaan
produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai
penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab
perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
(endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan
harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai The
Proportional Factor Theory. Jadi teori ini menyatakan bahwa perdagangan internasional akan
terjadi jika terjadi perbedaan faktor produksi.
Contohnya: Negara A memiliki tenaga kerja lebih banyak dari negara lainnya dan negara
lainnya memiliki kapital lebih banyak dari negara A.
Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam
memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya.
Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut
memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya..
Teori H-O menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, dimana negara-negara
cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif
melimpah secara intensif. Menurut H-O, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan
negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan
dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:
Misalnya: Negara Y lebih banyak memiliki kapital/mesin dan relatif sedikit tenaga kerja. Maka
di negara B pengeluaran Rp 10.000.000 akan memperoleh tenaga kerja 10 unit atau 20 unit
mesin. Harga 1 unit TK = 2 unit mesin
Jadi, harga di Negara A akan lebih murah apabila memproduksi barang yang relatif
menggunakan banyak tenaga kerja dan sedikit kapital,hingga disebut labor intensive. •
Sedangkan Negara B, lebih murah apabila memproduksi barang yang relatif menggunakan
kapital dan sedikit tenaga kerja sehingga disebut capital intensive.
2. Kurva isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama.
Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada
suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan
biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis hipotesis teori H-O dikatakan
bahwa:
a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara.
b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara
akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.
c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan
murah untuk memproduksinya.
d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara
tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya.
Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-
masing negara relatif sama, maka harga barang yang sejenis akan sama pula, sehingga
perdagangan internasional tidak akan terjadi.
Teori faktor proporsional (The Proportional Factor Theory) H-O menggunakan asumsi
2 x 2 x 2 sebagai berikut:
a) Perdagangan internasional terjadi antara dua negara.
b) Masing-masing negara memproduksi dua macam barang (misal, pakaian dan radio).
c) Masing-masing negara menggunakan dua macam faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan
capital.
Untuk memudahkan analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade) berdasarkan
teori H-O, lihat tabel berikut:
Tabel 1. Gain From Trade berdasarkan Teori H-O
Isoquant 100 unit pakaian dilakukan dengan padat tenaga kerja (labor intensive).
Indonesia
Isoquant untuk 100 unit pakaian akan menyinggung isocost $ 400 pada titik A dengan kombinasi
34 tenaga kerja (TK) dan 3 kapital (K). Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian
yang padat karya di Indonesia akan lebih Murah, jumlah/proporsi faktor produksi yang dimiliki
oleh Indonesia relatif banyak dan murah.
Isoquant 100 unit pakaian dilakukan dengan padat tenaga kerja (labor intensive).
Jepang
100 unit pakaian akan menyinggung isocost $ 600 pada titik B dengan kombinasi 28 unit TK dan
7 unit K. Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di Jepang
(yang
notabenenya adalah negara capital intensive) relatif mahal, karena faktor produksi kapital relatif
sedikit dan mahal.
Di bawah ini akan dikemukakan hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara
lain:
1. Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap negara
turun.
2. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara.
3. Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua negara cenderung
sama
demikian pula harga barang B dikedua negara cenderung sama.
4. Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan negara yang kaya labor.
5. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan
murah
untuk melakukan produksi. Sehingga negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital
dan impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya
padat kapital.
1. Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi adalah
tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi yang berbeda.
2. Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi
masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang
bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan
model
faktor endowment H-O.
3. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor secara internasional
mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan kesamaan relatif
harga
produk dan faktor antar negara. Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi
tidak
mengurangi validitas model H-O.
4. Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan
perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak negara yang masih memproduksi
komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.