Anda di halaman 1dari 9

MATERI 3

TEORI-TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan dapat


menjelaskan konsep teori-teori perdagangan internasional: modern.

URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN
Hampir tidak ada negara yang mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri tanpa
mengimpor barang/jasa dari negara lain. Kesenjangan antara sumber daya yang dimiliki dengan
kemampuan pemenuhannya, telah mendorong negara-negara untuk melakukan perdagangan. Di
banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan
GDP.
Teori perdagangan internasional adalah teori yang menjelaskan arah dan komposisi
perdagangan antar negara serta bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara.  Teori
perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya
keuntungan perdagangan (gain from trade). Pada materi ini akan dijelaskan teori perdagangan
internasional modern.
Perdagangan antar negara terjadi karena masing-masing negara tidak secara penuh
mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya karena keterbatasan sumber daya yang ada.
Alasan negara-negara melakukan perdagangan internasional, antara lain:
1. Karena negara-negara yang berdagang berbeda satu sama lain (berbeda dalam
kepemilikan sumber daya, baik dalam jenis maupun kualitasnya).  Setiap negara dapat
memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui pengaturan dimana setiap pihak
melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik.
2. Negara-negara berdagang satu sama lain bertujuan mencapai skala ekonomi (economies
of scale) dalam produksinya. 
II. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL: MODERN

A. (Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli
Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan
internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Akibat
kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative
advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan
dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara
(Salvatore, 2004). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaaan
produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai
penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab
perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
(endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan
harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai The
Proportional Factor Theory. Jadi teori ini menyatakan bahwa perdagangan internasional akan
terjadi jika terjadi perbedaan faktor produksi.

Contohnya: Negara A memiliki tenaga kerja lebih banyak dari negara lainnya dan negara
lainnya memiliki kapital lebih banyak dari negara A.

Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam
memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya.
Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut
memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya..

Teori H-O menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, dimana negara-negara
cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif
melimpah secara intensif. Menurut H-O, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan
negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan
dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:

a. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.


b. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah labor
intensity atau capital intensity.

Teori H-O ini menggunakan dua kurva, yaitu:


1. Kurva isocost, yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama.
Misalnya: Negara X memiliki tenaga kerja yang banyak dan relatif sedikit kapital, maka untuk
sejumlah pengeluaran uang tertentu akan memperoleh tenaga kerja lebih banyak dari capital.
• contoh : Uang Rp 10.000.000 dapat utk membeli 20 unit tenaga kerja atau 5 unit mesin,
Jadi 20 unit TK = 5 unit mesin. Atau 4 TK = 1 unit mesin.

GAMBAR 1. Isocost Negara X

Misalnya: Negara Y lebih banyak memiliki kapital/mesin dan relatif sedikit tenaga kerja. Maka
di negara B pengeluaran Rp 10.000.000 akan memperoleh tenaga kerja 10 unit atau 20 unit
mesin. Harga 1 unit TK = 2 unit mesin

GAMBAR 1. Isocost Negara Y

Jadi, harga di Negara A akan lebih murah apabila memproduksi barang yang relatif
menggunakan banyak tenaga kerja dan sedikit kapital,hingga disebut labor intensive. •
Sedangkan Negara B, lebih murah apabila memproduksi barang yang relatif menggunakan
kapital dan sedikit tenaga kerja sehingga disebut capital intensive.

2. Kurva isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama.
Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada
suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan
biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis hipotesis teori H-O dikatakan
bahwa:

a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara.
b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara
akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.
c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan
murah untuk memproduksinya.
d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara
tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya.

Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-
masing negara relatif sama, maka harga barang yang sejenis akan sama pula, sehingga
perdagangan internasional tidak akan terjadi.

Teori faktor proporsional (The Proportional Factor Theory) H-O menggunakan asumsi
2 x 2 x 2 sebagai berikut:
a) Perdagangan internasional terjadi antara dua negara.
b) Masing-masing negara memproduksi dua macam barang (misal, pakaian dan radio).
c) Masing-masing negara menggunakan dua macam faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan
capital.
Untuk memudahkan analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade) berdasarkan
teori H-O, lihat tabel berikut:
Tabel 1. Gain From Trade berdasarkan Teori H-O

Isoquant 100 unit pakaian dilakukan dengan padat tenaga kerja (labor intensive).
 Indonesia
Isoquant untuk 100 unit pakaian akan menyinggung isocost $ 400 pada titik A dengan kombinasi
34 tenaga kerja (TK) dan 3 kapital (K). Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian
yang padat karya di Indonesia akan lebih Murah, jumlah/proporsi faktor produksi yang dimiliki
oleh Indonesia relatif banyak dan murah.
Isoquant 100 unit pakaian dilakukan dengan padat tenaga kerja (labor intensive).
 Jepang
100 unit pakaian akan menyinggung isocost $ 600 pada titik B dengan kombinasi 28 unit TK dan
7 unit K. Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di Jepang
(yang
notabenenya adalah negara capital intensive) relatif mahal, karena faktor produksi kapital relatif
sedikit dan mahal.

Isoquant 20 unit radio dilakukan dengan padat modal (capital intensive).


 Indonesia
Isoquant untuk 20 unit radio akan menyinggung isocost $ 600 pada titik C dengan kombinasi 20
tenaga kerja (TK) dan 10 kapital (K). Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang
padat karya di Indonesia (yang notabenenya adalah negara labor intensive) akan lebih mahal,
karena jumlah/proporsi faktor produksi (kapital) yang dimiliki oleh Indonesia relatif sedikit dan
mahal.

Isoquant 20 unit radio dilakukan dengan padat modal (capital intensive)


 Jepang
20 unit radio akan menyinggung isocost $ 400 pada titik D dengan kombinasi 13 unit TK dan 20
unit K. Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang padat modal di Jepang relatif
murah, karena faktor produksi kapital relatif banyak dan murah.

Kelebihan dari teori H-O


Kelebihan dari teori H-O adalah jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik
maka ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki tenaga kerja
terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.

Kelemahan dari teori H-O


Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
masing-masing negara relatif sama, maka harga barang yang sejenis akan sama pula, sehingga
perdagangan internasional tidak akan terjadi. Pada kenyataannya bisa juga terjadi perdagangan
itu.
Hipotesis Teori H-O

Di bawah ini akan dikemukakan hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara
lain:

1. Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap negara
turun.
2. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara.
3. Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua negara cenderung
sama
demikian pula harga barang B dikedua negara cenderung sama.
4. Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan negara yang kaya labor.
5. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan
murah
untuk melakukan produksi. Sehingga negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital
dan impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya
padat kapital.

Kelemahan Asumsi Teori H-O

Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan


internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:

1. Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi adalah
tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi yang berbeda.
2. Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi
masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang
bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan
model
faktor endowment H-O.
3. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor secara internasional
mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan kesamaan relatif
harga
produk dan faktor antar negara. Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi
tidak
mengurangi validitas model H-O.
4. Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan
perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak negara yang masih memproduksi
komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.

B. Teori Biaya Oportunitas (G. Haberler)

• Menjelaskan hukum keunggulan komparatif berdasarkan teori biaya oportunitas, dimana


biaya sebuah komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan agar dapat
diperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi tambahan satu unit komoditi
pertama. Biaya oportunitas sebuah komoditi sama dengan harga relatif komoditi tersebut.
Contoh:
 Dengan adanya perdagangan, AS harus melepaskan 2/3K (Kapital) untuk memperoleh
tambahan sumber daya agar dapat memproduksi 1unit tambahan gandum (G).
 Maka biaya oportunitas gandum = 2/3K di AS
 Jika di Inggris 1G = 2K, maka biaya oportunitas gandum lebih rendah di AS daripada di
Inggris → AS memiliki keunggulan komparatif gandum dibanding Inggris.

C. Teori Permintaan dan Penawaran


Perdagangan luar negeri akan terjadi apabila terdapat perbedaan permintaan dan
penawaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain: pendapatan perkapita,
selera masyarakat dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran yaitu: jumlah
dan kualitas faktor produksi, derajat teknologi dan faktor eksternalis.

D. Paradigma Baru Mengenai Perdagangan Internasional


 Beberapa kelemahan teori Klasik dan Modern, khususnya yang berkaitan dengan asumsi-
asumsinya adalah:
- Tenaga Kerja dianggap homogen, padahal heterogen
- Tidak menganggap penting teknologi
 Timbul pemikiran baru, bahwa perkembangan ekspor tidak hanya ditentukan oleh
keunggulan komperatif saja, tetapi juga oleh keunggulan kompetitif.
 Menurut Michael Porter, hal-hal yang harus dikuasai agar suatu negara dapat
meningkatkan keunggulan kompetitifnya adalah :
 Teknologi
Proses teknologi cenderung menjadi faktor produksi yang dominan dan menentukan
perkembangan ekspor dan volume perdagangan.
 Sumber Daya Manusia dan Enterpreneurship
Entrepreunership merupakan semangat inovasi dan kreativitas dari para pengusaha
 Inovasi
Tidak hanya diperlukan pada proses awal produksi saja, tetapi juga pada saat sebelum
maturity (kejenuhan)
 Skala Ekonomis
 Produk Diferensiasi

Anda mungkin juga menyukai