Internasional
Modern
Mila Kristiana (135190074)
Zahra Ranadhifa P (135190075)
Nuha Mufida (135190083)
Regita Indardhini (135190086)
Tujuan Penulisan
Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara
tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor
Produksi.
Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva, pertama adalah kurva isocost yaitu
kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Dan kurva isoquant yaitu kurva yang
menggambarkan total kuantitas produk yang sama.
Teori ekonomi mikro menyatakan bahwa jika terjadi persinggungan antara kurva isoquant dan kurva isocost
maka akan ditemukan titik optimal. Sehingga dengan menetapkan biaya 2 tertentu suatu negara akan
memperoleh produk maksimal atau sebaliknya dengan biaya yang minimal suatu negara dapat memproduksi
sejumlah produk tertentu. Penjelasan dengan menggunakan kedua kurva tersebut misalnya dengan contoh
angka hipotesis perdagangan antara Indonesia yang padat labor dengan Korea Selatan yang padat modal.
Teori Faktor Proporsi (Model Hecksher &
Ohlin)
Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing
negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional
tidak akan terjadi.
Kesamaan Harga Faktor Produksi
Upah tenaga kerja di Indonesia lebih rendah dan harga kapital lebih tinggi daripada di negara
Jepang. Setelah kedua negara tersebut mengadakan perdagangan produksi pakaian (labor
intensive product) bertambah dan barang radio (capital intensive product) berkurang.
Konsekuensinya, bagi negara Indonesia bahwa permintaan tenaga kerja bertambah dan
permintaan kapital berkurang. Kurva permintaan tenaga kerja bergeser ke D2 sehingga upah
naik menjadi W2, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah L2.
Kesamaan Harga Faktor Produksi
Selanjutnya, dengan berkurangnya permintaan kapital maka
kurva permintaan akan kapital bergeser ke D2 sehingga
harga kapital turun menjadi R2 dan jumlah kapital yang
digunakan adalah C2. Negara Jepang, yang memiliki lebih
banyak faktor produksi kapital dengan makin banyaknya
produksi barang radio, permintaan akan kapital bertambah
sehingga harganya cendrung naik. Sebaliknya, semakin
sedikit produksi barang pakaian maka permintaan akan
tenaga kerja berkurang sehingga upahnya turun. Sebelum
berdagang upah lebih tinggi di Jepang, tetapi harga kapital
lebih tinggi di Indonesia. Dengan berdagang tendensi upah
dan harga kapital akan sama di kedua negara tersebut.
Teori ini menekankan bahwa perdagangan bebas saling
menggantikan (sekalipun tidak sempurna) untuk
perpindahan faktor antar negara, dan menjelaskan
dampaknya terhadap harga faktor produksi. Inti dari teori ini
adalah perdagangan bebas (perdagangan internasional)
mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama
diberbagai negara.
Permintaan Penawaran
Pada prinsipnya perbedaan antara permintaan dan penawaran menjadi penyebab terjadinya perdagangan antara
dua negara. Contoh dari perbedaan permintaan adalah perbedaan selera dan pendapatan. Sedangkan contoh
dari perbedaan penawaran adalah perbedaan di dalam jumlah dan kualitas dari berbagai faktor produksi,
eksternalitas dan tingkat teknologi. Teori permintaan dan penawaran secara sederhana dapat dijelaskan pada
gambar
Berbagai asumsi yang dapat dipakai dalam analisis teori permintaan dan penawaran adalah
1. Persaingan sempurna
2. Faktor produksi Yang tepat
3. Biaya angkut tidak ada
4. Penuh Kesempatan untuk bekerja
5. Teknologi tidak berubah
6. Biaya produksi yang meningkat
7. Kapita tidak berpindah
Permintaan Penawaran
Sebelum terjadinya perdangan internasional, harga wool di negara
A(Australia) adalah Pa dimana kurva penawaran berpotongan
dengan kurva permintaan. Harga wool di Negara B (Inggris)
dikatakan sebesar Pb di mana harga tersebut lebih tinggi
daripada di negara A. Jika produksi dilakukan dengan keadaan
constant cost, maka negara A dapat menjual wool dalam jumlah
yang terbatas pada pada harga Pa, sedangkan negara B tidak
dapat menjual wool satu unit pun pada harga yang lebih rendah
daripada Pb. Dalam keadaan perdagangan internasional di mana
terjadi kondisi constant cost, maka akan terjadi spesialisasi. Wool
hanya akan dihasilkan di negara A, sedangkan Negara B akan
mengimpor sejumlah OF’ pada harga PA.
Berdasarkan keterangan di atas, perdagangan internasional dapat dijelaskan sebagai bentuk interaksi yang lebih luas dari
aktivitas permintaan dan penawaran. Sisi permintaan merepresentasikan pihak yang membutuhkan komoditas di pasar
internasional atau dikenal dengan istilah importir. Pihak yang disebut eksportir adalah pihak yang menjalankan peran
sisi penawaran. Dalam hal ini, sesuai dengan model dasar teori permintaan dan penawaran, peran yang dijalankan
adalah interaksi keduanya terhadap adanya perubahan pada faktor harga (price) dan kuantitas komoditas yang
diperdagangkan..
Permintaan Penawaran
Pendekatan teori permintaan merupakan pokok pembahasan utama untuk menerangkan terjadinya perdagangan
internasional. Prinsip dasar yang digunakan masih bersumber pada prinsip-prinsip dalam keseimbangan
permintaan dan penawaran. Faktor-faktor yang menentukan tercapainya keseimbangan terutama dari sisi
permintaan akan dijelaskan sesuai dengan pendekatan teori permintaan. Dalam model umum, nilai konsumsi
dalam suatu perekonomian adalah sama dengan nilai produksinya (Krugman dan Obstfeld, 1991: 117). Jika
DC dan DF masing-masing merepresentasikan konsumsi atas kain dan makanan, maka dapat dituliskan:
Kurva kemungkinan produksi menunjukkan teori yang berlaku ketika produsen memproduksi 2 jenis barang x
dan y. Jika hendak memproduksi lebih banyak barang x, maka harus mengurangi atau mengorbankan barang y
dan sebaliknya.
Kurva Kemungkinan Produksi
B. MENGANALISIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL DENGAN PPC
1. Kurva indiferen dan PPC constant cost
Kurva kemungkinan produksi (PPC) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi barang yang
dapat dihasilkan dengan sejumlah tertentu faktor produksi yang digunakan sepenuhnya (full employment).
Bentuk kurva PPC ini tergantung pada anggapan (asumption) yang digunakan, apakah dengan biaya konstan
(PPC constant cost) atau biaya meningkat (increasing cost).
a. Sebelum perdagangan
Jadi dengan
Kurva PPC
melakukan
bersinggungan
perdagangan
denganinternasional,
kurva IC= jumlah
kesejahteraan
produksimasyarakatnya
yang dihasilkanakan
adalah
meningkat,
sama dengan
hal inikonsumsi
dapat
dicerminkan
masyarakat
dari secara
pergeseran
keseluruhan.
kurva indiferen
Keseimbangan
ke kanan.di Seperti
titik A kita ketahui, semakin jauh kurva indiferen dari titik O
(origin)
b. Setelah
mengindikasikan
perdaganganbahwa kesejahteraan meningkat.
melakukan perdagangan dengan negara lain akan menguntungkan, hal ini tercermin dari pergeseran kurva
indiferen kekanan atas yaitu IC'. Keseimbangan di titik B
Kurva Kemungkinan Produksi
2. Kurva indiferen dengan PPC increasing cost (biaya meningkat)
Persamaan PPC menunjukkan kesamaan faktor-faktor produksi serta teknik produksi yang sama antar negara.
Perbedaan pada kurva Indiferen disebabkan oleh perbedaan dalam pendapatan, rasa atau preferensi konsumen
di masing-masing negara.
b. Setelah
a. Sebelum perdagangan
perdagangan
Setelah
Negarakedua
A : Dengan
negara kurva
(negara
kemungkinan
A dan Negara produksi
B) melakukan
PP, negara
perdagangan,
A akan menghasilkan
dan dasar tukar
barang
Internasional
X sebesar X1
yang
dan
terjadi adalahmenghasilkan
DTI, maka: barang Y sebesar Y1. Keseimbangan produksi dan konsumsi negara A sebelum
- Kedua negaraperdagangan
akan berpoduksi
akan terjadi
pada di
titik
titik
yang
C, yaitu
samapada persinggungan PP dan Ica
- Negara
ManfaatBperdagangan
: Dengan kurva
internasional
kemungkinan dapatproduksi
dilihat PP,
darinegara
peningkatan
B akankesejahteraan
menghasilkanyang
barangdicerminkan
X sebesar oleh
X3 dan
pergeseranYkurva
sebesar
indiferen
Y3. Keseimbangan
masing masing produksi
negaradan konsumsi tercapai di titik E, yaitu persinggungan
- Negara A mengkonsumsi
antara PP dan ICb
di titik B
-. Negara B akan mengkonsumsi di tiitk D
Kurva Kemungkinan Produksi
Dengan demikian perdagangan internasional akan dapat meningkatkan kesejahteraan di masing-masing negara.
Gambar tersebut hanya menggambarkan dua negara yang berdagang, yaitu negara A dan negara B. Ekspor bagi
negara A merupakan impor bagi negara B, demikian sebaliknya. Prinsip ini juga dapat diterapkan pada banyak
negara. Penggunaan grafik hanya terbatas pada dua negara saja, sedangkan untuk banyak barang dan banyak
negara dapat dilakukan analisis secara matematis, seperti penggunaan persamaan simultan dansebagainya.
Alternatif Teori dan Faktor Produksi
1. International Product Life Cycle (IPLC) Theory
Teori siklus hidup produk internasional (IPLC) dibangun dari pandangan bahwa banyak sekali produk industri yang tidak
selamanya dapat diandalkan sebagai produk unggulan. Perubahan selera, teknologi dan faktor-faktor ceteris paribus lainnya
menyebabkan suatu produk harus mengikuti pola siklus teratur. Menurut Vernon, pola siklus terbagi 3 tahap yaitu: tahap awal
(new product stages), tahap kejayaan (maturity product stages), dan tahap penurunan (standardized product stages).
Daur hidup produk–periode (product’s life cycle – period) pada umumnya terdiri dari lima tahapan utama:
1. Product Development Phase (Tahap Pengembangan Produk)
Perusahaan menemukan dan mengembangkan suatu gagasan produk baru.
2. Introduction Phase (Tahap Pengenalan Produk)
Meliputi peluncuran produk beserta persyaratan untuk diluncurkan sedemikian rupa sehingga akan
mempunyai dampak maksimum pada saat penjualan.
3. Growth Phase (Tahap Pertumbuhan Produk)
Tahap pertumbuhan menawarkan kepuasan untuk melihat produk memiliki tempat di pasar. Ini menjadi
waktu yang tepat untuk memusatkan pada peningkatan pangsa pasar.
4. Maturity Phase (Tahap Kedewasan Produk)
Dalam tahap ini, pertumbuhan pangsa pasar merupakan biaya pengeluaran bisnis orang lain, disbanding
pertumbuhan pasar itu sendiri. Periode ini menjadi periode return tertinggi dari produk tersebut.
5. Decline Phase (Tahap Kemunduran Produk)
Keputusan penarikan suatu produk sepertinya suatu tugas yang kompleks dan terdapat banyak isu untuk
dipecahkan sebelum memutuskan untuk menarik produk ke luar dari pasar itu.
Alternatif Teori dan Faktor Produksi
2. Competitive Advantage of Nation
Untuk menjelaskan teorinya, Porter mengidentifikasi empat determinan yang dia kaitkan bersama. Keempat
faktor penentu adalah (1) sumber daya dan kapabilitas pasar lokal, (2) kondisi permintaan pasar lokal, (3) pemasok
lokal dan industri pelengkap, dan (4) karakteristik perusahaan lokal.
Dalam perspectif Porter, faktor penentu dari ‘Internationally competitiveness’ adalah interaksi dari empat faktor
spesifik (country–specifis determinants) dan dua faktor eksternal, bauran ‘diamond’ domestic merupakan sumber
competitive advantage bagi suatu perusahaan (Porter, 1990). Ke empat faktor spesifik adalah :
1. Factor Conditions
2. Demand Conditions
3. Related and supporting industries
4. Firm strategy, structure and rivalry
Dua faktor eksternal yang juga ikut memberikan kontribusi dalam penciptaan nation competitiveness, namun tidak
langsung adalah :
1. Peluang (chance)
2. Faktor Pemerintah dalam penciptaan situasi ‘competitiveness’ dalam suatu negara
Alternatif Teori dan Faktor Produksi
3. Hyper Competitive
Proses liberalisasi perdagangan dunia, baik secara ragional maupun internasional yang berlangsung hingga
saat ini, telah menyebabkan persaingan global yang semakin ketat, bahkan menuju kepada “hyper competitive”.
Kondisi persaingan global yang “hyper competitive” tersebut memaksa setiap negara/perusahaan untuk
memikirkan/menemukan suatu strategi yang tepat. Strategi yang tepat tersebut berupa perencanaan dan kegiatan
operasional terpadu yang mengkaitkan lingkungan eksternal dan internal, sehingga dapat mencapai tujuan jangka
pendek dan jangka panjang dengan disertai keberhasilan dalam mempertahankan/meningkatkan “sustainable” real
income secara efektif dan efisien. Strataegi ini dikenal atau disebut sebagai “Sustainable Competitive Advantage”
atau SCA, yaitu “keunggulan daya saing berkelanjutan” (terus-menerus). Akan tetapi, menurut Richard D’Aveni
(1994), pada situasi “hyper competitive”, tidak ada lagi perusahaan/negara yang dapat memiliki “keunggulan daya
saing berkelanjutan” atau SCA.
Alternatif Teori dan Faktor Produksi
4. Competitive Liberalization
“Competitive Liberalization” atau “persaingan liberalisasi” ini dilakukan karena masing-masing negara
berusaha untuk membuat situasi dan kondisi ekonominya menjadi menarik/favorable bagi investor/penanam
modal uang asing (H. Hady, 1996).
Persaingan liberalisasi yang dilakukan oleh masing-masing negara yang didasarkan kepada comparative
advantage dinamis dan atau competitive advantage menurut diagram “diamond” Porter’s akan menyebabkan suatu
negara dapat mengekspor atau lebih baik mengimpor produk tertentu. Sebaliknya, negara lain lebih baik
mengimpor dan mengekspor produk tertentu, sehingga akan terjadi perdagangan internasional yang
menguntungkan bagi masing-masing negara.
Terima Kasih
-Kelompok 3-