I. Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa yang terjadi diantara negara yang
berbeda.
Keterangan:
Contoh lain:
Tabel di atas menunjukkan bahwa Malaysia memiliki kemampuan produksi beras dan minyak
sawit yang lebih baik dibandingkan Indonesia. Artinya Malaysia mempunyai keunggulan absolute.
Berarti, Malaysia tidak perlu beli beras maupun sawit dari Indonesia? Tapi berdasarkan teori
keunggulan komparatif, perdagangan antara Malaysia dan Indonesia bisa terjadi.
Di tabel tersebut, kita bisa lihat bahwa
Biaya peluang Malaysia untuk memproduksi 1 beras per hari adalah dengan membuang
kesempatan memproduksi 2 sawit perhari, artinya Malaysia lebih baik dan effisien untuk
memproduksi sawit dan meng ekspor nya ke Indonesia, dan meng impor beras dari Indonesia.
1
Sebaliknya, biaya peluang Indonesia untuk memproduksi 1 beras per hari adalah dengan
membuang kesempatan memproduksi 0,75 sawit perhari, artinya Indonesia lebih baik dan effisien
untuk memproduksi beras, meng ekspor nya ke Malaysia dan meng impor sawit dari Malaysia.
Biaya peluang Malaysia untuk memproduksi sawit adalah = 0,5, dibanding bila Malaysia
memproduksi beras yang biaya peluangnya adalah = 2
Biaya peluang Indonesia untuk memproduksi beras adalah = 0,75, dibanding bila Indonesia
memproduksi sawit yang biaya peluangnya adalah = 1,33
Perhatikan: Biaya Peluang adalah biaya yang timbul atau harus dikorbankan akibat
seseorang memilih peluang atau kebutuhan yang dianggap paling terbaik dari pada
pilihan yang ada.
Catatan juga:
Teori keunggulan komparatif ini mengatakan bahwa tiap negara dapat memperoleh
keuntungan dari perdagangan internasional, baik negara itu memiliki atau tidak memiliki
keunggulan mutlak, dikarenakan adanya labor efficiency atau cost comparative advantage
1. Teori ini menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan
fungsi faktor produksi (tenaga kerja). Perbedaan fungsi ini menimbulkan terjadinya perbedaan
produktivitas (production comparative advantage) ataupun perbedaan efisiensi (cost
comparative advantage). Akibatnya terjadilah perbedaan harga barang yang sejenis diantara dua
negara.
2. Jika fungsi faktor produksi (tenaga kerja) sama atau produktivitas dan efisiensi di dua negara
sama, maka tentu tidak akan terjadi perdagangan internasional karena harga barang sejenis akan
menjadi sama di dua negara.
3. Pada kenyataannya, walaupun fungsi faktor produksi (produktivitas dan efisiensi) sama
diantara dua negara, ternyata harga barang yang sejenis dapat berbeda, sehingga dapat terjadi
perdagangan internasional. Dalam hal ini teori klasik tak dapat menjelaskan mengapa
terjadi perbedaan harga untuk barang sejenis walaupun faktor produksi (produktivitas dan
efisiensi) sama di dua negara.
2
Untuk itu teori perdagangan internasional modern dari Hecksher- Ohlin atau teori H-O
menjelaskan bahwa walaupun fungsi faktor produksi (tenaga kerja) di kedua negara sama,
perdagangan internasional akan tetap dapat terjadi. Ini disebabkan karena adanya perbedaan
jumlah/proporsi faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara, sehingga terjadilah
perbedaan harga barang yang dihasilkan
Menurut John Stuart Mill selama ada perbedaan dalam rasio produksi konsumsi antara kedua
negara, maka manfaat dari perdagangan selalu bisa dilaksanakan di kedua negara tersebut. Dan
sebuah negara akan mendapat manfaat seandainya jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk
menciptakan semua barang-barang ekspornya lebih kecil dibanding jumlah jam kerja yang
dibutuhkan seandainya seluruh barang impor tadi, diproduksi sendiri.
Teori Reciprocal demand ini juga dapat dijelaskan dengan teori Offer curve di dalam meng analisis
equilibrium perdagangan anatar dua negara.
3
• Sistem ekonomi terdiri dari 3 komponen: sektor manufaktur, sektor pedesaan dan daerah
jajahan/koloni.
• Kaum pedagang sebagai kelompok penting dalam sistem ekonomi, tenaga kerja sebagai
faktor produksi paling penting. (Labor theory value)
• Positive trade balance (ekspor > impor)
Peran pemerintah
• Bullionism : kebijakan mengawasi penggunaan dan pertukaran logam mulia. Negara
melarang ekspor logam mulai yaitu emas, perak, oleh individu dan mengatur keluarnya
mata uang dari dalam negeri.
• Memberikan hak istimewa pada perusahaan-perusahaan tertentu untuk rute-rute
perdagangan sebagai monopoli dan monopsoni.
Teori modern H-O ini biasa dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory” atau Proporsi
faktor produksi, dimana Negara yang memiliki factor produksi yang relative dalam jumlah besar
dan harga yang murah, maka akan terjadi spesialisasi produk untuk kemudian dilakukan kegiatan
ekspor ke Negara lain.
Sebaliknya, jika suatu Negara memiliki factor produksi yang relative dalam jumlah kecil dan
dengan harga yang mahal, maka Negara akan mengimpor barang tertentu]
Tetapi dalam perkembangannya ada dua gejala yang tampaknya bertentangan dengan teori
Heckscher-Ohlin (H-O) ini:
1. Volume perdagangan antara kelompok negara berkembang dengan negara industri, lebih
kecil dari volume perdagangan antara sesama negara industri. Padahal seharusnya kalau
menurut teori H-O perdagangan antara negara berkembang dengan negara industri harus
lebih tinggi volumenya karena negara berkembang diketahui adalah negara padat karya
(labour intensive) dan negara industri adalah negara padat modal (capital intensive)..
2. Paradox Leontief
Hasil penelitian dari ekonom Wassily Leontief dari Universitas harvard mengenai pola
perdagangan AS tahun 1947 yang bertentangan dengan teori Heckscher – Ohlin. Ternyata
AS banyak mengekspor padat karya padahal basis faktor produksi AS adalah padat
modal. Fenomena inilah yang disebut sebagai “Paradox Leontief”.
Ternyata Paradox Leontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama, yaitu :
5
II. Beberapa Kebijakan Ekonomi Internasional
Negara sedang berkembang (Developing countries), biasanya lebih memilih kebijakan
ekonomi terbuka, yaitu melakukan hubungan ekonomi dengan luar negeri. Kebijakan ini akan
membuka akses pasar ekspor bagi produk-produk mereka, sekaligus membuka sumber pengadaan
barang modal dan bahan baku industri dari negaranegara lain. Secara teoretis, jika pengelolaan baik
dan transparan, kebijakan ekonomi terbuka dapat mempercepat pembangunan ekonomi.
Namun demikian NSB hendaknya juga mempunyai Kebijakan perdagangan internasional
terdiri atas kebijakan promosi ekspor, kebijakan substitusi impor, dan kebijakan proteksi industri,
terutama infant industries untuk supaya mampu bersaing secara global.
1. Kebijakan Promosi Ekspor (Export Promotion)
Selain menghasilkan devisa, kebijakan promosi ekspor dapat melatih dan meningkatkan daya
saing atau produktivitas para pelaku ekonomi dornotik. Umumnya negara sedang berkembang
mengekspor hasil-hasil sektor primer (pertanian dan pertambangan) atau hasil-hasil industri yang
telah ditinggalkan negara-negara yang lebih dahulu maju.
b) Kuota
Kuota adalah bentuk hambatan perdagangan yang menentukan jumlah maksimum suatu
jenis barang yang dapat diimpor dalam suatu periode tertentu. Sama halnya tarif, pengaruh
diberlakukannya kuota mengakibatkan harga-harga barang impor menjadi tinggi karena
jumlah barangnya terbatas. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pembatasan jumlah
barang impor sehingga menyebabkan biaya rata-rata untuk masing-masing barang
meningkat. Dengan demikian, diberlakukannya kuota dapat melindungi barang-barang
dalam negeri dari persaingan barang luar negeri.
6
c) Larangan Impor
Larangan impor adalah kebijakan pemerintah yang melarang masuknya barang-barang
tertentu ke dalam negeri. Kebijakan larangan impor dilakukan untuk menghindari barang-
barang yang dapat merugikan masyarakat.
d) Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah dengan memberikan bantuan kepada produk dalam
negeri. Subsidi yang dilakukan pemerintah dapat berupa keringanan pajak, pemberian
fasilitas, pemberian kredit bank yang murah ataupun pemberian hadiah atau insentif dari
pemerintah. Adanya subsidi, harga barang dalam negeri menjadi murah, sehingga barang-
barang hasil produksi dalam negeri mampu bersaing dengan barang-barang impor.
e) Dumping
Dumping adalah kebijakan yang dilakukan oleh suatu negara dengan cara menjual barang
ke luar negeri lebih murah daripada dijual di dalam negeri.