Anda di halaman 1dari 10

MODUL

ANALISIS DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional yang
diampu oleh Arin Tsamrotul Fitriah, S. E. M. Ev. Dev

Disusun oleh
Syifa Pertiwi 1831710035

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SAMARINDA
2021
Analisis Dalam Perdagangan Internasional

A. Pengertian Ekonomi Internasional


Liberalisasi ekonomi dunia ditandai dengan semakin meluasnya transaksi
perdagangan internasional. Dengan berdagang diharapkan hubungan antar negara
semakin membaik, karena dapat meningkatkan keuntungan di kedua belah pihak,
yaitu konsumen akan mendapatkan barang dan jasa yang lebih murah dengan
berbagai ragam coraknya; dan bagi pemilik sumber faktor produksi akan memperoleh
peningkatan pendapatan dengan adanya peningkatan permintaan produksi.
Peningkatan perdagangan akan menyebabkan harga menjadi lebih murah karena akan
meningkatkan persaingan antar produsen.1
Adapun pengertian dari perdagangan internasional adalah suatu bidang studi
yang mengaplikasikan model-model ekonomi mikro untuk membantu pemahaman
ekonomi internasional. Di mana dalam perdagangan internasional ini antara lain
mencakup alat-alat dan instrumen yang ada dalam mata kuliah mikro ekonomi yaitu:
analisis permintaan dan penawaran, perilaku produsen dan konsumen, persaingan
sempurna, oligopoli dan struktur pasar monopolistik serta efek distorsi pasar. Tujuan
dari bidang studi perdagangan internasional ini adalah untuk memahami efek pada
perseorangan dan bisnis perdagangan internasional itu sendiri, perubahan dalam
kebijakan perdagangan dan perubahan kondisi-kondisi ekonomi. Selain
mengelaborasi argumen-argumen yang mendukung kebijakan perdagangan bebas. 2
Analisis mengenai teori perdagangan internasional memberi arah kepada kita
untuk memahami bagaimana terjadinya perdagangan internasional. Hingga kini, teori
perdagangan internasional masih didasarkan pada pendekatan teori ekonomi mikro.
Secara mendasar, terdapat tiga model atau teori yang dapat menjelaskan bagaimana
terjadinya perdagangan internasional (Evenett dan Keller, 2002), yaitu: model

1
Yanto, “Analisis Model Perdagangan Indonesia di Kawasan Asia Tenggara Menggunakan
Data Panel Spasial” dalam http://feb.untan.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/5.-Yanto.pdf dikutip
pada 22 Maret 2021 pkl 13.20
2
Losina Purnastuti, “Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi Internasional”, dalam
http://repository.ut.ac.id/4077/1/PKOP4426-M1.pdf dikutip pada 22 Maret 2021 pkl. 15.40
Ricardian (comparative advantage), model Heckscher– Ohlin (factor proportions
theory), model Return To Scale (RTS)

Teori Dalam Anaisis Perekonomian Internasioanal


Teori-teori ekonomi yang selama ini dijadikan dasar bagi pemahaman konsep
daya saing suatu komoditas tertentu atau beberapa komoditas terangkum secara
sistematis dalam lingkup teori ekonomi perdagangan internasional. Teori-teori yang
terlibat di dalamnya pun terus berkembang dari waktu ke waktu. Dibawah ini adalah
beberapa teori yang diungkapkan oleh para ahli yaitu:
1. Adam Smith
Konsep sistematis awal tentang istilah daya saing diungkapkan oleh Adam
Smith (1729-1790) merumuskan konsepnya dalam teori keunggulan absolut. Dalam
bukunya, The Wealth of Nations (1776), Adam Smith menyatakan bahwa setiap
negara hanya akan melakukan perdagangan apabila masing-masing negara, dari
perdagangan tersebut, dapat memperoleh keuntungan. Apabila yang terjadi justru
sebaliknya, maka perdagangan tidak akan tercipta. 3
Selanjutnya, dalam teorinya, Adam Smith menyatakan bahwa perdagangan
antara dua negara akan berdasar pada unsur keunggulan absolut pada komoditas-
komoditas tertentu yang dimiliki oleh suatu negara. Negara yang memiliki
keunggulan absolut (absolute advantage) pada komoditas tertentu relatif
dibandingkan dengan negara mitra dagangnya, akan mengekspor komoditas tersebut
ke negara mitra dagangnya. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor komoditas
yang memiliki ketidakunggulan absolut (absolute disadvantage). Keuntungan
perdagangan diperoleh melalui adanya spesialisasi produksi oleh masing-masing
negara pada komoditas yang memiliki keunggulan absolut, yang akan dipertukarkan
dengan output dari komoditas yang tidak memiliki keunggulan absolut. Melalui
proses tersebut, sumber daya akan digunakan secara lebih efisien dan output yang

3
Ahmad Jamli, dkk, “Kinerja Komoditas Elektronika Indonesia: Pendekatan Keunggulan
Komparatif”, dalam jurnal , Vol. 13 No. 3 thn. 2016 h. 16
dihasilkan oleh masing-masing negara akan meningkat. Peningkatan tersebut
mengukur perolehan keuntungan dari spesialisasi produksi yang dinikmati oleh
masing-masing negara lewat perdagangan internasional yang dilakukannya.
Bagaimanapun juga, teori keunggulan absolut hanya mampu memberikan sebagian
kecil penjelasan dari konsep perdagangan dunia saat ini. teori ini memiliki berbagai
kelemahan mendasar, misalnya ketidak mampuan teori ini dalam menjelaskan
terjadinya perdagangan antara negara maju dengan negara berkembang.
2. David Ricardo
David Ricardo (1772-1823), malalui teori keunggulan komparatifnya, mampu
memberi penjelasan yang menyempurnakan konsep keuntungan perdagangan secara
lebih terperinci dan jelas. Dalam bukunya yang berjudul Principal of Political
Economy and Taxation (1817), David Ricardo mengemukakan pendapatnya tentang
perdagangan internasional melalui salah satu teorinya yang berpengaruh pada dunia
ilmu ekonomi sampai saat ini yaitu, teori keunggulan komparatif. Ricardo
merumuskan perbedaan antara pembentukan harga perdagangan dalam negeri dengan
pembentukan harga dalam perdagangan internasional. 4
Asumsi yang mendasari pemikiran Ricardo adalah : (1) dua negara dan dua
komoditi, (2) perdagangan Bebas, (3) tenaga kerja bebas bergerak dengan sempurna
dalam suatu negara akan tetapi tidak bebas bergerak secara internasional (4)
biayabiaya produksi tetap, (5) biaya-biaya transportasi nol, (6) tidak ada perubahan
tekhnologi, (7) teori nilai tenaga kerja, (8) pasar persaingan sempurna.
Secara singkat, model Ricardian memberi penjelasan bahwa negara-negara
akan mengekspor barang-barang yang tenaga kerjanya memproduksi dengan relatif
lebih efisien, dan mengimpor barang-barang yang tenaga kerjanya memproduksi
dengan relatif kurang efisien. Dengan kata lain, pola produksi suatu negara ditentukan
oleh keunggulan komparatifnya.

4
Ahmad Jamli, dkk, “Kinerja..., h. 18
Selanjutnya Ricardo berargumen, bahwa negara-negara yang melakukan
aktivitas perdagangan internasional, akan memperoleh keuntungan lewat dua jalan.
Pertama, sebagai alternatif memproduksi sendiri suatu barang, suatu negara dapat
memproduksi barang lain dan memperdagangkannya sebagai penukar untuk
memperoleh barang yang diinginkan. Kedua, perdagangan akan memperluas
kemungkinan-kemungkinan konsumsi suatu negara, yang pada gilirannya
menciptakan keuntungan perdagangan.
Model Ricardian yang dikemukakan oleh David Ricardo ternyata tidak
terlepas dari beberapa kelemahan, antara lain, banyaknya asumsi yang mendasari
pembentukan teori-teori perdagangan internasional dalam model Ricardian tersebut.
Asumsi-asumsi tersebut pada akhirnya justu memperlemah korelasi antara teori yang
dibentuk dengan kenyataan yang ada. Contoh penting dari asumsi teori Ricardo yang
tidak relevan dengan realita adalah asumsinya mengenai biaya produksi yang
dianggap tetap atau perekonomian mengalami kondisi constant cost. Di dunia nyata,
kondisi tersebut sangatlah sulit dicapai. Kasus yang sering terjadi adalah kasus
increasing cost dan decreasing cost pada sektor-sektor produksi di negara tersebut,
terutama negara berkembang.
3. Eli Hecksher
Kelemahan dari teori keunggulan komparatif Ricardo selanjutnya
disempurnakan kembali oleh dua ekonom Swedia yaitu, Eli Hecksher pada tahun
1919 dan Bertil Ohlin pada tahun 1933 dengan teori mereka tentang persediaan faktor
produksi relatif dan spe-sialisasi Internasional atau yang lebih dikenal dengan Teori
H-O (Hecksher-Ohlin).
Di dalam model Hecksher-Ohlin yang sederhana diasumsikan; (1) dua faktor
produksi, yaitu tenaga kerja dan kapital, (2) dua barang yang mempunyai "kepadatan"
faktor produksi yang tidak sama, yaitu padat karya, dan padat kapital, (3) dua negara
yang memiliki jumlah kedua faktor produksi yang berbeda, (4) Teknologi dianggap
tetap (Krug-man dan Obstfeld, 1991: 86)
Berbeda dengan teori keunggulan komparatif Ricardo, teori H-O tidak
menggunakan asumsi constant cost atau biaya produksi tetap tetapi increasing cost
atau biaya produksi menaik. Hal ini berimplikasi pada terciptanya pola produksi yang
berbeda pada setiap penggunaan atau kombinasi faktor produksi yang dalam hal ini
dianggap berupa tenaga kerja dan kapital.
Dalam kasus increasing cost setiap negara cenderung untuk berspesialisasi
dalam produksi barang-barang yang mempunyai keunggulan komparatif, meskipun
spesialisasi tersebut tidak penuh seperti dalam kasus constant-cost. Walaupun
demikian dalil dasar keunggulan komparatif masih tetap berlaku, yaitu bahwa
masing-masing negara cenderung memiliki keunggulan komparatif dalam
produksinya.
Menurut Hecksher-Ohlin perdagangan internasional terutama digerakkan oleh
perbedaan karunia sumberdaya antar negara. Suatu negara cenderung untuk
mengekspor barang yang menggunakan lebih banyak faktor produksi relatif
melimpah di negara tersebut (factor endowments). Teori ini menekankan pada saling
keterkaitan antara perbedaan proporsi faktor-faktor produksi, antar negara dan
perbedaan proporsi penggunaannya dalam memproduksi barang-barang, teori ini juga
dinamakan teori proporsi faktor (Krugman dan Obstfeld, 1991 : 86).
Teori H-O ini ternyata juga masih belum mampu melepaskan diri dari
beberapa kelemahan. Kenyataan bahwa volume perdagangan antara kelompok negara
sedang berkembang dengan kelompok negara industri adalah lebih kecil daripada
volume perdagangan antara negara-negara industri sendiri.
4. Raymond Vernon
Kegagalan teori H-O dalam menjelaskan fenomena tersebut telah mendorong
munculnya teori Product Life Cycle (PLC) yang dirumuskan oleh Raymond Vernon
dalam tulisannya yang berjudul International Investment and International Trade in
the Product Cycle. Menurut teori PLC, teknologi memegang peranan penting
terhadap tingkat kepuasan akan pemenuhan kebutuhan. Teknologi senantiasa berubah
dari waktu ke waktu. Perubahan tingkat teknologi dipengaruhi oleh tingkat inovation
dan invention yang merupakan hasil dari pengembangan research and Development
yang selanjutnya menyebabkan perubahan pemilikan input (factor endowment).
Tingkat teknologi dan perkembangannya antar negara satu dengan negara yang lain
berbedabeda, terutama antara negara maju dengan negara berkembang.
5. Return To Scale (RTS)
Return To Scale (RTS) perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan
dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant atau
decreasing return to scale. Dalam suatu proses produksi, perluasan skala usaha pada
hakekatnya merupakan suatu upaya maksimalisasi keuntungan dalam jangka panjang.
Dengan perluasan skala usaha, rata-rata komponen biaya input tetap per unit output
menurun sehingga keuntungan produsen meningkat. Dalam hal ini tidak selamanya
perluasan skala usaha akan menurunkan biaya produksi, sampai suatu batas tertentu
perluasan skala usaha justru dapat meningkatkan biaya produksi. 5
Analisis skala usaha sangat penting untuk menetapkan skala usaha yang
efisien. Dalam hubungan antara faktor produksi atau input dengan tingkat produksi
atau output, skala usaha (returns to scale) menggambarkan respon dari output
terhadap perubahan proporsional dari input. Dalam hal ini (Teken dalam Sigit Larsito,
2005) menyebutkan ada tiga kemungkinan hubungan antara input dengan output,
yaitu :
a. Skala usaha dengan kenaikan hasil bertambah (increasing returns to scale) yaitu
kenaikan satu unit input menyebabkan kenaikan output yang semakin bertambah.
Pada keadaan demikian elastisitas produksi lebih besar dari satu (Ep>1), atau
marginal product (MP) lebih besar dari average product (AP). Disamping itu
dalam skala usaha ini average variabel cost (AVG) lebih besar dari marginal cost
(MC).

5
Septi P, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tembakau Rakyat (Studi Kasus Desa
Tegalroso Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung)”. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012.
b. Skala usaha dengan kenaikan hasil tetap (constan return to scale). Yaitu
penambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output dengan proporsi yang
sama. Pada keadaan ini elastisitas produksi sama dengan satu (Ep=1), atau
marginal product (MP) sama dengan average product (AP) dan average variable
cost (AVC) sama dengan marginal cost (MC).
c. Skala usaha dengan kenaikan hasil yang berkurang (decreasing return to scale)
yaitu bila pertambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output yang
semakin berkurang. Pada keadaan elastisitas produksi lebih kecil dari satu (Ep<1),
atau marginal product (MP) lebih kecil average product (AP) dan average variabel
cost (AVC) lebih kecil marginal cost (MC).
Pengetahuan mengenai keadaan skala usaha sangat penting sebagai salah satu
pertimbangan mengenai pemilihan ukuran perusahaan. Kalau keadaan skala usaha
dengan kenaikan hasil berkurang telah tercapai, hal ini berarti luas usaha sudah perlu
dikurangi. Sebaliknya kalau keadaan skala usaha berada pada keadaan kenaikan hasil
bertambah, maka luas usaha diperbesar untuk menurunkan biaya produksi rata-rata
dan diharapkan dapat menaikkan keuntungan. Kalau keadaan skala usaha dengan
kenaikan hasil tetap, maka luas rata-rata unit perusahaan yang ada tidak perlu
dirubah. Dalam hubungan antara faktor produksi atau input dengan tingkat produksi
atau output, skala usaha (returns to scale) menggambarkan respon dari output
terhadap perubahan proporsional dari input.
Kesimpulan
Perdagangan internasional adalah suatu bidang studi yang mengaplikasikan
model-model ekonomi mikro untuk membantu pemahaman ekonomi internasional.
Di mana dalam perdagangan internasional ini antara lain mencakup alat-alat dan
instrumen yang ada dalam mata kuliah mikro ekonomi yaitu: analisis permintaan dan
penawaran, perilaku produsen dan konsumen, persaingan sempurna, oligopoli dan
struktur pasar monopolistik serta efek distorsi pasar
Teori Analisis Dalam Ekonomi Internasional
1. Adam Smith menyatakan bahwa setiap negara hanya akan melakukan
perdagangan apabila masing-masing negara, dari perdagangan tersebut, dapat
memperoleh keuntungan. Apabila yang terjadi justru sebaliknya, maka
perdagangan tidak akan tercipta.
2. David Ricardo mengemukakan pendapatnya tentang perdagangan internasional
melalui salah satu teorinya yang berpengaruh pada dunia ilmu ekonomi sampai
saat ini yaitu, teori keunggulan komparatif. Ricardo merumuskan perbedaan
antara pembentukan harga perdagangan dalam negeri dengan pembentukan harga
dalam perdagangan internasional.
3. Menurut Hecksher-Ohlin perdagangan internasional terutama digerakkan oleh
perbedaan karunia sumberdaya antar negara. Suatu negara cenderung untuk
mengekspor barang yang menggunakan lebih banyak faktor produksi relatif
melimpah di negara tersebut (factor endowments). Teori ini menekankan pada
saling keterkaitan antara perbedaan proporsi faktor-faktor produksi, antar negara
dan perbedaan proporsi penggunaannya dalam memproduksi barang-barang, teori
ini juga dinamakan teori proporsi factor
4. Raymond Vernon dalam tulisannya yang berjudul International Investment and
International Trade in the Product Cycle. Menurut teori PLC, teknologi
memegang peranan penting terhadap tingkat kepuasan akan pemenuhan
kebutuhan. Teknologi senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Perubahan tingkat
teknologi dipengaruhi oleh tingkat inovation dan invention yang merupakan hasil
dari pengembangan research and Development yang selanjutnya menyebabkan
perubahan pemilikan input (factor endowment).
5. Return To Scale (RTS) Analisis skala usaha sangat penting untuk menetapkan
skala usaha yang efisien. Dalam hubungan antara faktor produksi atau input
dengan tingkat produksi atau output, skala usaha (returns to scale)
menggambarkan respon dari output terhadap perubahan proporsional dari input.

Anda mungkin juga menyukai