Anda di halaman 1dari 8

PAPER BISNIS INTERNASIONAL

“ TEORI PERDAGANGAN DAN INVESTASI INTERNASIONAL ”

Dosen :
Ketut Satya Haridyantha Mustika, S.E., M.Ec. Dev

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Ni Kadek Shintia Christina Guna Putri ( 120113375 )


Aprillia Nurul Setiawan ( 120113378 )
Ghossan Wilanputra ( 120113481 )
Ida Bagus Gede Danendra Upadana ( 120113535 )

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI MANAJEMEN
2022/2023
ISI

1.1 Perdagangan Internasional


Perdagangan Internasional adalah bentuk interaksi ekonomi berupa aliran atau pertukaran
( exchange ) produk atau jasa yang dilakukan antara setidaknya dua negara yang berbeda.
Perdagangan internasional juga didefinisikan sebagai bentuk aktivitas transaksi produk
ataupun jasa-jasa yang dilakukan para pelaku subjek ekonomi antar negara. Perdagangan
menunjukan pertukaran produk dan jasa antara dua orang atau entitas dari negara yang
berbeda. Aktivitas aliran produk atau jasa antar negara ini dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Setiap negara melakukan perdagangan internasioonal karena dua alasan utama, yang
masing-masing menjadi sumber bagi adanya keuntungan perdagangan bagi mereka. Alasan
pertama, negara-negara berdagang adalah karena mereka berbeda satu sama lain. Kedua,
negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan untuk mencapai apa yang lazim
disebut sebagai skala ekonomis dalam produksi. Maksudnya, sendainya setiap negara bisa
membatasi kegiatan produksinya untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu saja, maka
mereka berpeluang memusatkan perhatian dan segala macam sumber dayanya sehingga ia
dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya
lebih efisien dibandingkan dengan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi
berbagai jenis barang secara sekaligus.

1.2 Teori- Teori Perdagangan Internasional


Teori perdagangan internasional dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu teori berbasis negara klasik ( classical country-based theories ) dan teori berbasis
perusahaan modern ( modern firm-based theories ). Classical country-based theories digagas
oleh Adam Smith dan David Ricardo yang berasumsi ada dua negara yang memproduksi dua
produk, dua negara ini memiliki ukuran ekonomi yang sama dan memiliki mobilitas factor-
faktor produksi yang sempurna. Teori klasik ini terdiri dari pandangan merkantilisme (
mercantilism ), keunggulan mutlak ( absolute advantage ), keunggulan komparatif (
comparative advantage ) dan teori Heckscher-Ohlin yang dikenal dengan factor proportions
theory. Disisi lain teori berbasis perusahaan modern menggabungkan factor produk dan
layananan lainnya termasuk loyalitas merek dan pelanggan, teknologi dan kualitas ke dalam
perrdagangan.
1. Teori Berbasis Negara Klasik ( Classical Country-Based Theories )
a. Merkantilisme
Merkantilisme adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa pemerintah
pemerintah sebuah negara berusaha mengatur ekonomi dan perdagangan untuk
mendorong perekonomian domestic mereka. Pendukung merkantilisme meyakini
pentingnya produk kapal komersial serta berpandangan tentang kemakmuran suatu
negara lebih penting dari kemakmuran perseorangan. Dalam pandangan ini menekankan
pentingnya intervensi pemerintah dalam perdagangan internasional untuk menghasilkan
kekayaan dan memrperkuat kekuatan ekonomi domestik.
b. Keunggulan Mutlak ( Absolute Advantage )
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dalam pemikirannya berjudul “ The
Wealth of Nations “. Adam Smith menunjukan bahwa sebuah negara dapat memperoleh
keuntungan dengan mengkhususkan diri dalam memproduksi dan mengekspor produk
yang mereka produksi lebih efesien daripada negara lain, dan mengimpor produk yang
diproduksi negara lain lebih efisien. Keunggulan absolut ini dicapai suatu negara apabila
negara tersebut memiliki efisiensi dalam produksi suatu produk daripada negara atau
individu lain atau disebut memiliki keunggulan absolut dalam produksi.
c. Keunggulan Komparatif ( Comparative Advantages )
David Ricardo, seorang ahli ekonomi inggris pada awal abad ke-19,
memperkenalkan teori keunggulan komporatif. Jika suatu negara relative lebih efesien
dalam produksi dan jasa dari negara lain maka negara tersebut memiliki keunggulan
komporatif dalam memproduksi produk atau jasa tersebut. Keunggulan ini berfokus pada
produktivitas relative, sedangkan keunggulan absolut melihat produktifitas absolut.
Keunggulan komporatif menyiratkan konsep opportunity cost dalam memproduksi suatu
produk atau jasa dibandingkan dengan negara lain.
d. Heckscher-Ohlin ( Factor Proportions Theory )
Teori ini digagas oleh ekonom Swedia, Eli Heckschers dan Bertil Ohlin pada awal
1900-an. Teori ini didasarkan pada factor produksi suatu negara, tanah, tenaga kerja, dan
modal yang menyediakan dana untuk investasi pabrik dan peralatan. Menurut mereka,
suatu negara dapat memperoleh keunggulan komparatif dengan menghasilkan produk
yang melimpah yang dimiliki suatu negara.
2. Teori Berbasis Perusahaan Modern ( Modern Firm-Based Theories )
a. Teori Kesamaan Negara ( Country Similarity Theory )
Teori ini dikembangkan oleh ekonom Swedia, Steffan Linder pada tahun 1961.
Linder mengusulkan bahwa konsumen di negara-negara yang memiliki tahap
perkembangan yang sama atau serupa akan memiliki kesamaan ( country similarity )
dalam preferensi. Dalam teori ini Linder menyatakan bahwa Sebagian besar perdagngan
produk-produk manufaktur akan terjadi antara negara-negara yang memiliki karakteristik
ekonomi yang sama.
b. Teori Siklus Hidup Produk ( Product Life Cycle Theory )
Teori siklus hidup produk internasional ini menelusuri peran dari inovasi,
ekspansi pasar, keunggulan komparatif, dan respons strategis dari rival global dalam
produksi, perdagangan, dan keputusan investasi internasional. Menurut teori Vernon, siklus
hidup produk internasional terdiri dari tiga tahapan: produk baru ( new product ), produk
yang matang ( maturity stage ), dan produk standar ( standardized product stage ). Teori
ini memiliki asumsi bahwa produksi suatu produk akan terjadi di negara tempat produk itu
ditemukan. Namun teori ini tidak menjelaskan pola perdagangan internasional saat ini
dalam hal manufaktur dan inovasi di seluruh dunia.
c. Teori Keunggulan Kompetitif Nasional Porter ( Porter’s National Competitive
Advantage Theory )
Teori ini dikembangkan oleh Michael Porter dari Harvard Business School pada
tahun 1990. Teori ini menjelaskan mengapa industry tertentu dalam suatu negara memiliki
daya saing yang baik atau kompetitif secara internasional. Porter meyakini bahwa
keberhasilan dalam perdagangan internasional berasal dari interaksi kempat unsur spesifik
negara dan spesifik perusahaan : (1)kondisi factor, yaitu posisi negara dalam factor produksi
seperti tenaga kerja terampil dan infrastruktur, (2)kondisi pemintaan(demand conditions),
yaitu terkait dengan karakteristik pelanggan di pasar, (3)industri terkait dan industri
pendukung,yaitu pentingnya penglompokkan dan (4)strategi, struktur dan persaingan
perusahaan, yang berkaitan dengan kondisis untuk organisasi perusahaan dan sifat persaingan
domestik.
1.3 Investasi Internasional
Investasi internasional didefinisikan sebagai penanaman modal dari investor maupun
kerjasama antara investor asing dan dalam negeri untuk melakukan usaha disuatu negara.
Investasi internasional dapat memiliki beberapa bentuk yaitu (1)Investasi Asing Langsung (
Foreign Direct Investment/FDI ), yaitu investasi modal yang dimiliki dan dioperasikan oleh
entitas luar negeri, (2)Investasi Fortopolio Luar Negeri ( Foreign Direct
Investment/FDI )yaitu investasi yang dibiayai oleh sumber dari luar negeri namun
dioperasikan oleh penduduk/perusahaan di sebuah negara lain.
Investasi internasional terjadi karena beberapa argument. Pertama,adanya keinginan dari
investor untuk memperoleh sumber daya alam ( bahan baku ) maupun sumber daya manusia (
upah pekerja ) yang lebih murah dan efisien. Kedua,selain itu apabila suatu produk dari
perusahaan lain ingin masuk aka nada tarif yang dapat menghambat jalur perdagangan dan
dapat mengurangi tingkat keuntungan sehingga mendirikan perusahaan di negara tersebut
merupakan upaya untuk menghindari tarif. Ketiga, dimestic market oriented atau pasar dari
negara tuan rumah yang sangat menjanjikan dan dapat memperoleh profit yang lebih banyak
juga menjadi factor pendorong terjadinya investasi internasional jika dibandingkan dengan
produksi di negara asalnya sendiri.

1.4 Teori Investasi Internasional


a. Ownership Advantages Theories
Teori ini menekankan bahwa perusahaan pemilik aset yang memiliki keunggulan
kompetitif domestic dapat menggunakan keunggulannya untuk menembus pasar luar negeri
melalui Penanaman Modal Asing ( PMA ) dengan adanya keunggulan kompetitif domestik
tersebut perusahaan akan memiliki daya saing di luar negeri.
b. Internalization Theories
Teori ini menerangkan jika biaya transaksi lebih besar di dalam negeri, maka
produksi di luar negeri lebih menguntungkan. Biaya transaksi menjadi suatu hal yang penting
dalam perdagangan internasional dimana biaya transaksi adalah segala biaya yang tidak
berhubungan langsung dengan produksi, seperti biaya negoisasi, biaya mobilisasi karyawan,
biaya pengawasan dll. Dalam perdagangan internasional, jika satu perusahaan bisa memasuki
pasar dalam sifat pasar yang oligopolistic, maka perusahaan lainpun akan mengikuti.
c. The Follow-The-Leader Theory ( Knickboxer )
Saat perusahaan yang memimpin/memulai masuk ke sebuah pasar untuk
melakukan investasi ke sebuah negara, maka perusahaan atau investor lainpun akan
mengikuti strategi tersebut.
d. Investasi Silang
Ada sejumlah alas an investasi oleh perusahaan multinasional yang mengambil
tempat di negara-negara asing, seperti mengikuti konsumen, mencari pengetahuan dan
mengambil manfaat dari stabilitas ekonomi negara tuan rumah.
e. Ketidaksempurnaan Pasar
Keunggulan pengetahuan memungkinkan perusahaan asing yang melakukan
investasi, memproduksi suatu produk yang disukai konsumen sama dengan buatan local,
dengan demikian perusahaan asing dapat mengendalikan harga jual dan lebih unggul dari
perusahaan lokal.

1.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi FDI


a. Market Size
Besarnya pasar atau market size akan memengaruhi keputusan investor untuk
menanamkan modalnya ke negara tujuan, khususnya bagi investor yang ingin
mengembangkan jangkauan pasarnya Dengan demikian,Indonesia yang merupakan salah
satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia merupakan sebuah pasar besar bagi
investasi asing.
b. Ketersediaan SDA dan SDM
Bagi negara sedang berkembang,seperti Indonesia, ketersediaan SDA merupakan
daya tarik bagi investor asing, terutama yang bergerak di industri primer. Sebaliknya,
langkanya SDA di negara - negara maju memberikan peluang bagi produk ekspor negara
sedang berkembang yang bernilai ekonomis. Investor asing akan lebih memilih untuk terjun
langsung sebagai pengekspor di negara tujuan karena akan memberikan keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan mengimpor di negaranya sendiri.
d. Infrastruktur
Faktor lain yang menjadi penarik investor asing adalah kemudahan akses, melalui
ketersediaan fasilitas umum dan infrastruktur. Kemudahan akses ini menjadi faktor penting
bagi investor, khususnya di Indonesia, terbukti dari realisasi FDI yang lebih dari 50% di
koridor Jawa yang disebabkan karena selama ini pembangunan infrastruktur yang masih
berpusat di koridor Jawa. Kemudahan akses serta tersedianya fasilitas dan infrastruktur akan
memudahkan investor, baik dalam proses produksi maupun dalam pendistribusian produk.
e. Kebijakan Perdagangan dan Kondisi Perekonomian di Negara Tujuan
Masuknya investasi asing,khususnya FDI juga sangat tergantung pada kebijakan
makroekonomi dan kebijakanperdagangan di negara tujuan. Suatu negara menganut sistem
ekonomi tertutup tidak akan membuka peluang bagi investor asing untuk menanamkan
modal di negara tersebut. Semakin terbuka sebuah negara dalam perdagangan internasional
(ekspor dan impor), maka akan semakin banyak FDI yang masuk ke negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Fajar, Harini N. 2012. BISNIS INTERNASIONAL : Perdagangan dan Investasi Dalam Bisnis

Internasional. Hal 15 – 32

Iriani T.R dan Ernawati P. 2017. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FOREIGN

DIRECT INVESTMENT (FDI) DI ENAM KORIDOR EKONOMI INDONESIA:

MARKET SEEKING ATAU RESOURCE SEEKING?. Jurnal Aplikasi Statistika &

Komputasi Statistik. 9.1. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai