Anda di halaman 1dari 7

BISNIS INTERNASIONAL

“TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL”

OLEH KELOMPOK 4 :

Putu Ananda Mahardika Putra (1807521135)

Ida Bagus Wiwekananda (1807521140)

I Putu Galing Aryansuka Mautama Putra (1807521146)

Raja Cendana Sedana (1807521158)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REGULER DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN EKONOMI DUNIA

Perdagangan (trade) adalah pertukaran sukarela terhadap barang, jasa, aset, atau uang
antara satu orang atau organisasi dengan yang lain. Oleh karena sifatnya sukarela, kedua pihak
dari transaksi tersebut harus meyakini bahwa mereka mendapatkan keuntungan dari pertukaran
tersebut atau mereka tidak akan melakukannya. Perdagangan internasional (international trade)
adalah perdagangan antarpenduduk dari dua negara. Penduduk tersebut dapat berupa individu,
perusahaan, organisasi nirlaba, atau bentuk-bentuk asosiasi lainnya.

1. Teori Perdagangan Klasik Berbasis Negara

Teori perdagangan internasional pertama berkembang dengan munculnya negara Eropa


besar selama abad keenam belas. Tidaklah mengejutkan, teori-teori awal ini berfokus pada
negara individual dalam membahas pola ekspor dan impor.

a. Merkantilisme

Merkantilisme adalah praktik dan teori ekonomi, yang dominan di Eropa abad 16 ke abad
ke-18 yang dipromosikan lewat peraturan ekonomi pemerintahan suatu negara untuk tujuan
menambah kekuasaan negara dengan mengorbankan kekuatan nasional saingannya. Ini adalah
mitra dari politik ekonomi absolutisme atau monarki absolut. Merkantilisme termasuk kebijakan
ekonomi nasional yang bertujuan untuk mengumpulkan cadangan moneter melalui
keseimbangan perdagangan positif, terutama barang jadi. Secara historis, kebijakan tersebut
sering menyebabkan perang dan juga termotivasi untuk melakukan ekspansi kolonial.
Terminologi merkantilisme masih digunakan hingga hari ini, sebagai contoh, ketika komentator
televisi dan kepala berita surat kabar melaporkan bahwa sebuah negara mengalami neraca
perdagangan yang menguntungkan"-yaitu, ekspornya lebih sedikit dibandingkan impornya. Pada
saat itu merkantilisme tampak sebagai kebijakan ekonomi yang masuk akal. Simpanan emas dan
perak yang besar berarti kerajaan yang berkuasa mampu mempekerjakan pasukan untuk
memerangi negara lain dan dengan demikian memperluas daerah kerajaannya.

b. Teori Keunggulan Mutlak / Absolut Advantage (Adam Smith)


Teori ini menjadi salah satu teori perdagangan internasional yang paling dikenal. Teori
yang dikemukakan oleh Adam Smith ini menyatakan bahwa keuntungan mutlak merupakan
keuntungan yang didapahkan oleh sebuah negara karena berhasil membuat biaya produksi
barang dengan harga yang lebih murah dari negara lain. Dalam teori ini, jika biaya produksi
antar negara tidak berbeda, maka perdagangan internasional tidak ada alasan untuk dapat
melangsungkan perdagangan tersebut. Contoh sederhananya ialah, Indonesia memiliki
keunggulan dalam memproduksi kain yang lebih murah di bandingkan dengan Negara Belanda.
Sedangkan Belanda memiliki keunggulan dalam memproduksi Televisi dengan biaya yang lebih
murah dari kita. Kedua negara memiliki keunggulan mutlak terhadap dua komoditas yang
berbeda. Artinya bahwa antara indonesia dan Belanda dapat melakukan perdagangan
internasional melalui dua komoditas tadi. Belanda menjual TV kepada kita,sebaliknya kita
menjual Kain kepada Belanda

Smith mengembangkan teori keunggulan absolut (theory of absolute advantage), untuk


menyatakan bahwa negara harus mengekspor barang dan jasa yang mana mereka lebih produktif
dibandingkan negara lain dan mengimpor barang dan jasa yang mana negara untuk memperluas
dan yang manakah yang harus diimpornya? Untuk negara lain lebih produktif dibandingkan
mereka.

c. Keunggulan Komparatif ,
Dalam teorinya David Ricardo berpendapat bahwa meskipun sebuah negara tidak
memiliki keunggulan mutlak dibandingkan negara lain dalam memproduksi barang tertentu,
perdagangan internasional antar negara yang saling menguntungkan masih dapat terjadi. Dengan
catatan bahwa negara tersebut melakukan spesialisasi produksi terhadap barang yang memiliki
biaya relatif lebih kecil dibandingkan negara lain

David Ricardo, seorang ahli ekonomi Inggris pada awal abad kesembilan belas,
memecahkan permasalahan ini dengan mengembangkan teori keunggulan komparatif (theory of
comparative advantage), yang menyatakan bahwa sebuah negara harus memproduksi dan
mengekspor barang dan jasa yang mana mereka secara relatiflebih produktif dibandingkan
negara lain dan mengimpor barang dan jasa yang mana negara lain secara relatif lebih produktif
dibandingkan mereka. Dalam teori ini lebih melihat kepada keuntungan dan kerugian
perdagangan internasional dengan perbandingan relatif. Sampai dengan saat ini keunggulan
komparatif merupakan dasar dalam melaksanakan perdagangan internasional. Teori komparatif
milik David Ricardo juga dikenal sebagi teori modern perdagangan internasional.

Perbedaan antara Teori Keunggulan Absolut dan teori ini hampir tidak kentara:
Keunggulan absolut melihat pada perbedaan produktivitas absolut; keunggulan komparatif
melihat pada perbedaan produktivitas relatif. Perbedaannya terjadi karena keunggulan absolut
memasukkan konsep kerugian kesempatan dalam menentukan barang mana yang harus
diproduksi sebuah negara. Biaya kesempatan (opportunity cost) dari suatu barang adalah nilai
apa pun yang sudah diberikan untuk mendapatkan barang tersebut.

d. Faktor Endowment Relatif,

Dua ahli ekonomi Swedia, Eli Heckscher dan Bertil Ohlin, mengembangkan teori faktor
endowment relatif (theory of relative factor endowments), yang sekarang sering kali dirujuk
sebagai teori Heckscher-Ohlin (Heckscher-Ohlin theory). Teori Heckscher-Ohlin menyatakan
bahwa suatu negara harus mengekspor barang yang secara intensif menggunakan faktor produksi
yang relatif melimpah di negara tersebut. Pada dasarnya Model Heckscher–Ohlin adalah model
matematis perdagangan internasional yang dikembangkan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin.
Model ini didasarkan dari teori keunggulan komparatif David Ricardo dan memprediksi pola
perdagangan dan produksi berdasarkan jumlah faktor (factor endowment) suatu negara. Model
ini pada intinya menyatakan bahwa suatu negara akan mengekspor produk yang menggunakan
faktor yang murah dan berlimpah dan mengimpor produk yang menggunakan faktor langka.

2. Teori Perdagangan Modern Berbasis Perusahaan

Sejak Perang Dunia II, riset bisnis internasional telah berfokus pada peran perusahaan
daripada peran negara dalam mempromosikan perdagangan internasional, Teori berbasis
perusahaan telah dikembangkan karena beberapa alasan: (1) semakin pentingnya MNC dalam
ekonomi internasional pascaperang; (2) ketidakmampuan teori berbasis negara untuk
menjelaskan dan memprediksi eksistensi dan pertumbuhan perdagangan intra-industri
(didefinisikan pada bagian berikutnya); dan (3) kegagalan Leontief dan periset lainnya untuk
secara empiris memvalidasi teori Heckscher-Ohlin berbasis negara. Tidak seperti teori berbasis
negara, teori berbasis perusahaan memasukkan faktor-faktor seperti kualitas, teknologi, nama
merek, dan loyalitas (kesetiaan) pelanggan ke dalam penjelasan mengenai arus perdagangan.
Dikarenakan perusahaan, dan bukan negara, yang merupakan agen perdagangan internasional,
maka teori yang lebih baru ini mengeksplorasi peran perusahaan dalam mempromosikan ekspor
dan impor.

a. Teori Siklus Hidup Produk

Teori siklus hidup produk (product life cycle theory), yang berasal dari bidang pemasaran
untuk mendeskripsikan evolusi strategi pemasaran seiring sebagai produk menjadi dewasa,
dimodifikasi oleh Raymond Vernon dari Harvard Business School untuk menciptakan teori
perdagangan internasional berbasis perusahaan (dan, seperti yang akan kita lihat, investasi
internasional). Teori siklus hidup produk internasional ini menelusuri peran dari inovasi,
ekspansi pasar, keunggulan komparatif, dan investasi internasional. Menurut teori Vernon, siklus
hidup produk internasional terdiri dari tiga tahapan: produk baru, pendewasaan produk, dan
produk terstandardisasi.

Contoh, sebuah perusahaan mengembangkan dan memperkenalkan sebuah produk


inovatif, seperti mesin fotokopi atau komputer personal, sebagai respons terhadap kebutuhan
respons strategis dari rival global dalam produksi, perdagangan, dan keputusan yang dirasakan
dalam pasar domestik. Oleh karena produk tersebut masih baru, perusahaan yang berinovasi
tidak yakin apakah terdapat pasar yang profitabel untuk produk tersebut. Eksekutif pemasaran
perusahaan tersebut harus memantau secara dekat reaksi pelanggan untuk memastikan bahwa
produk baru tersebut memenuhi kebutuhan konsumen. Umpan balik pasar yang cepat adalah
penting, jadi produk tersebut kemungkinan awalnya diproduksi di negara yang mana riset dan
pengembangannya dilakukan, biasanya sebuah negara maju seperti Jepang, Jerman, atau
Amerika Serikat. Lebih lanjut, karena ukuran pasarnya juga tidak pasti, perusahaan biasanya
akan meminimalkan investasinya dalam kapasitas manufaktur produk tersebut. Sebagian output
awalnya dijual di pasar domestik, dan penjualan ekspornya masih terbatas. Sebagai contoh, pada
masa-masa awal industri komputer personal para produsen kecil yang membentuk industri
tersebut berusaha keras untuk memenuhi berkembangnya permintaan terhadap produk mereka.

b. Teori Kesamaan Negara,

Teori berbasis negara, seperti halnya teori keunggulan komparatif, mampu menjelaskan
perdagangan inter-industri antarnegara. Perdagangan inter-industri (interindustry trade) adalah
pertukaran barang yang diproduksi oleh satu industri di negara A untuk barang yang diproduksi
oleh industri lain di negara B, seperti pertukaran anggur Prancis dengan radio jam Jepang.
Meskipun demikian, banyak perdagangan internasional terdiri dari perdagangan intra-industri
(intraindustry trade), yaitu perdagangan antara dua negara terhadap produk yang diproduksi oleh
industri yang sama. Sebagai contoh, Jepang mengekspor Toyota ke Jerman, dan Jerman
mengekspor BMW ke Jepang. Perdagangan intra-industri membentuk sekitar 40 persen dari
perdagangan dunia, dan ini tidak diprediksikan oleh teori berbasis negara.

c. Teori Perdagangan Baru,

Teori perdagangan baru (new trade theory) yang dikembangkan oleh Elhanen Helpman,
Paul Krugman, dan Kelvin Lancaster," pada tahun 1970-an dan 1980-an memperluas analisis
Linder dengan menggabungkan dampak dari skala ekonomi pada perdagangan barang
terdiferensiasi. Skala ekonomi (economies of scale) terjadi jika biaya rata-rata untuk
memproduksi sebuah barang menurun seiring output barang tersebut meningkat. Andaikan
manufaktur dan pemasaran menggunakan keuntungan dari skala ekonomi. Jika peusahaan
mampu memperluas penjualan mereka melampaui pasar negara asal mereka, maka masing-
masing akan mendapatkan keuntungan dari biaya rata-rata yang lebih rendah dan masing-masing
akan meningkatkan daya saingnya melawan perusahaan yang lebih kecil.

Dalam industri yang : ekonomi sangat penting, perusahaan akan menjadi agresif dalam
melakukan ekspansi melampaul pasar domestik mereka. Seperti halnya pendekatan Linder, teori
perdagangan baru memprediksikan bahwa perdagangan intra-industri akan menjadi hal yang
lazim. Teori ini juga menyatakan bahwa skala MNC berada dalam industri yang sama, seperti
Caterpillar dan Komatsu, Unilever dan Suek Procter & Gamble, dan Airbus dan Boeing, akan
terus-menerus memainkan permainan kucing dan tikus secara global seiring mereka berusaha
untuk memperluas penjualan mereka untuk mendapatkan skala ekonomi. Mereka akan berusaha
memanfaatkan keunggulan kompetidi berkelanjutan yang mereka dapatkan dengan cara
meningkatkan kekuatan mereka sendiri dan menetralisir kekuatan lawan mereka.
d. Teori Keunggulan Kompetitif Nasional dari Porter,

Teori keunggulan kompetitif nasional (theory of national competitive advantage) dari


Profesor Michael Porter, Harvard Business School, merupakan tambahan terbaru pada teori
perdagangan internasional. Keunggulan kompetitif atau keunggulan bersaing (competitive
advantage) adalah kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik dan sumber daya suatu
perusahaan untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain pada industri
atau pasar yang sama. Porter meyakini bahwa keberhasilan dalam perdagangan internasional
berasal dari interaksi keempat unsur spesifik negara dan spesifik perusahaan: kondisi faktor;
kondisi permintaan; industri terkait dan industri pendukung; dan strategi, struktur, dan
persaingan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Griffin. Ricky W, Pustay. Michael W. 2015. BISNIS INTERNASIONAL. Edisi 8. Jakarta.
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai