Anda di halaman 1dari 12

TEORI ETIKA DAN PROFESI BISNIS

KELOMPOK 2

Oleh :

MADE DENI PRAMANTA 1807521166

MADE MAHADIVA 1807521190

I MADE ADHI NUGRAHA SADUKARI 1807521191

NGURAH MANIK NAWAKSARA WINANGUN 1807521221

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2020

1
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
ETIKA NORMATIF............................................................................................................3
TEORI DEONTOLOGI......................................................................................................3
TEORI TELEOLOGI..........................................................................................................4
HAKIKAT BISNIS...............................................................................................................4
KARAKTERISTIK BISNIS................................................................................................5
PERGESERAN PARADIGMA DARI PENDEKATAN STOCKHOLDER KE
PENDEKATAN STAKEHOLDER....................................................................................6
TANGGUNG JAWAB MORAL DAN SOSIAL BISNIS.................................................8
KODE ETIK BERBAGAI PROFESI...............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

2
BAB I

PEMBAHASAN

ETIKA NORMATIF
Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma-
norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku
seseorang dalam bermasyarakat. Etika normatif ini berusaha mencari ukuran umum bagi
baik dan buruknya tingkah laku.
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki
oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini jadi etika normatif merupakan norma-norma yang dapat
menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk,
sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat 

TEORI DEONTOLOGI
Etika deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti
kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan
itu harus ditolak sebagai keburukan, deontologi menjawab, ‘karena perbuatan pertama
menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang.
Sejalan dengan itu, menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk
berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Karena bagi etika
deontologi yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Atau dengan
kata lain suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang baik pada dirinya
sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya, suatu
tindakan dinilai buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita lakukan.
Bersikap adil adalah tindakan yang baik, dan sudah kewajiban kita untuk bertindak
demikian. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hak orang lain atau mencurangi orang lain
adalah tindakan yang buruk pada dirinya sendiri sehingga wajib dihindari.
Contoh kasus dari etika deontologi: Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya
sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak
melaksanakan tugas.

3
TEORI TELEOLOGI
Etika teleologi berasal dari bahas kata Yunani telos (τ?λος), yang berarti akhir, tujuan,
maksud, dan logos (λ?γος), perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala
sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Etika teleologi mengukur baik
dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu
atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Artinya, teleologi bisa
diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan yang dilakukan.
Teleologi mengerti benar mana yang benar dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran
yang terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Walaupun sebuah tindakan
dinilai salah menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan
itu dinilai baik. Namun dengan demikian, tujuan yang baik tetap harus diikuti dengan
tindakan yang benar menurut hukum.
Contoh kasus dari etika teleologi: Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang
sedang sakit. Tindakan ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum
tindakan ini melanggar hukum sehingga etika teleologi lebih bersifat situasional, karena
tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu.

HAKIKAT BISNIS
Hakikat Bisnis adalah Kebutuhan Manusia yang berupa barang dan jasa yang harus terpenuhi
kebutuhannya dengan usaha mendapatkan alat pembayarannya yaitu uang atau tukar-
menukar barang ( barter ) yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak.

Hakikat bisnis adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, organisasi ataupun
masyarakat luas. Businessman (seorang pebisnis) akan selalu melihat adanya kebutuhan
masyarakat dan kemudian mencoba untuk melayaninya secara baik sehingga masyarakat
menjadi puas dan senang. Dari kepuasan masyarakat itulah si pebinisnis akan mendapatkan
keuntungan dan pengembangan usahanya.

Seorang bisnisman atau wirausahawan akan melihat kebutuhan masyarakat


lingkungannya.Upaya ini merupakan proses mengidentifikasi potensi bisnis, bahkan dalam
hal ini biasanya diikuti dengan perkiraan atau antisipasi atas pertumbuhan potensi pasar
tersebut di masa datang. Disamping itu juga akan memperhitungkan adanya persaingan yang
timbul dari pengusaha lain yang juga bergerak dalam melayani kebutuhan pasar yang sejenis.
Disisi lain pengusaha haruslah memikirkan tersedianya sumber daya serta sumber dana besrta

4
dengan cara yang sebaik-baiknya guna melayani kebutuhan pasar tersebut dengan
memproduksikan dan menyajikan barang dan jasa yang dihasilkan itu kepada masyarakat,
kelebihan hasil di ongkosnya itulah yang merupakan laba atau keuntungan.

Pengertian bisnis menurut beberapa ahli adalah :

1. Mahmud Machfoedz, Bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh


sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi
dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
2. Brown dan Petrello (1976 ), Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang
dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat,
maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi
kebutuhan tersebut sambil memperoleh laba.

KARAKTERISTIK BISNIS
Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki suatu proses bisnis adalah:

1. Definitif: Suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta keluaran yang
jelas.
2. Urutan: Suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut sesuai waktu dan
ruang.
3. Pelanggan: Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.
4. Nilai tambah: Transformasi yang terjadi dalam proses harus memberikan nilai tambah
pada penerima.
5. Keterkaitan: Suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus terkait dalam
suatu struktur organisasi.
6. Fungsi silang: Suatu proses umumnya, walaupun tidak harus, mencakup beberapa
fungsi.

Sering kali pemilik proses, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap kinerja dan
pengembangan berkesinambungan dari proses, juga dianggap sebagai suatu karakteristik
proses bisnis.

Selain karakteristik umum diatas, proses bisnis juga memiliki karakteristik bisnis sebagai
berikut:

Semua orang mendambakan bisnis yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

5
1. Modal rendah. Jika terjadi kegagalan dalam bisnis yang sedang digeluti, maka
kegagalan tersebut tidak akan mengakibatkan kerugian yang besar.
2. Adanya pengarahan, bimbingan dan dukunagn. Pengarahan, bimbingan dan dukungan
ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang :
 Cara memulai bisnis tersebut.
 Cara mengelola dan mengembangkan bisnis tersebut.
 Cara menghadapai hambatan yang ada.
 Pembimbingan yang mampu mengingatkan dan memberikan motivasi seperti
pertemuan, training, seminar, dsb.

3. Risiko kecil. Jika mungkin, bisnis tersebut tidak berisiko sama sekali.
4. Pendapatan besar. Tingkat pendapatan ini diharapkan dapat terus dikembangkan
hingga tidak terbatas.
5. Ekspansi mudah. Bisnis ini harus bisa diperluas wilayahnya hingga seluas-luasnya.

Selama ini, belum pernah ditemukan karakteristik bisnis idaman tersebut. Ketika muncul
sebuah peluang bisnis dengan karakteristik di atas, banyak orang yang justru tidak percaya.
Akibatnya, reaksi mereka adalah :

 Memandang sebelah mata pada bisnis tersebut.


 Mencurigai bisnis tersebut dan menganggap semuanya itu hanya kebohongan dan
penipuan.
 Menghindari dan menganggap bisnis tersebut tidak mungkin dilakukan

PERGESERAN PARADIGMA DARI PENDEKATAN STOCKHOLDER KE


PENDEKATAN STAKEHOLDER
Shareholders atau stockholders paradigm merupakan sebuah paradigma dimana Chief
Executive Officer (CEO) berorientasi pada kepentingan pemegang saham. Pihak manajemen
sebagai pemegang mandat (agency) berusaha memperoleh keuntungan sebesar – besarnya
untuk menyenangkan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham (principal). Seakan –
akan pemegang saham merupakan pihak yang paling berpengaruh bagi kelangsungan hidup
perusahaan. Orientasi seperti ini mengakibatkan evalusi yang dilakukan atas pengelolaan
bisnis hanya dilihat dari aspek finansial. Prestasi manajemen hanya dilihat dari
kemampuannya menghasilkan laba. Hal ini mendorong manajemen menghalalkan berbagai

6
cara demi mengejar keuntungan. Tindakan demikian mengakibatkan adanya pihak – pihak
lain yang dirugikan.

Paradigma stockholders kemudian mengalami pergeseran, karena pada kenyataannya


manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang pengaruhnya perlu diperhitungkan
secara seksama. Bagaimanapun juga dalam kegiatan bisnis akhirnya muncul kesadaran
bahwa dalam usaha memperoleh laba, selain stockholders, wajib juga diperhatikan
kepentingan pihak – pihak lain yang terkena dampak kegiatan bisnis. Pihak berkepentingan
(stakeholders) adalah individu atau kelompok yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi
tindakan, keputusan, kebijakan, praktek, dan tujuan organisasi bisnis. Perusahaan berdiri
ditengah – tengah lingkungan. Lingkungan merupakan satu – satunya alasan mengapa bisnis
itu ada.

Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan – hubungan yang terjalin kedalam


kegiatan bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha memberikan kesadaran bahwa bisnis
harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak yang terkaityang
berkepentingan dengan suatu kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan dan dihargai. Pendekatan
ini bermuara pada prinsip tidak merugikan hak dan kepentingan manapun dalam kegiatan
bisnis. Hal ini menuntut agar bisnis dijalankan secara baik dan etis demi hak dan kepentingan
semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan bisnis. Adapun lingkungan yang berada di
sekitar perusahaan adalah pemegang saham, kelompok pendukung,media massa, kelompok
sosial, pemerintah asing, pemerintah setempat, pesaing, konsumen, pemasok, pekerja, dan
kreditur.

Pada umumnya stakeholders dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:

1. Kelompok primer

Keompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham (stockholders), kreditur, pegawai,
pemasok, konsumen, penyalur, pesaing atau rekanan. Yang paling penting diperhatikan
dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok primer karena hidup matinya atau
berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat ditentukan oleh relasi yang saling
menguntungkan yang dijalin dengan kelompok primer tersebut. Demi keberhasilan dan
kelangsungan bisnis, perusahaan tidak boleh merugikan satupun kelompok stakeholders
primer diatas. Dengn kata lain, perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis
dengan kelompok tersebut, seperti jujur dan bertanggung jawab dalam penawaran barang dan
jasa, bersikap adil terhadap mereka, dan saling memahami satu sama lain. Disinilah kita

7
menemukan bahwa prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang paling konkret dan
sangat sejalan dengan kepentingan bisnis untuk mencari keuntungan.

2. Kelompok sekunder

Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial,
media massa, kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya dan masyarakat setempat.

Dalam situasi tertentu kelompok sekunder bisa sangat penting bahkan bisa jauh lebih
penting dari kelompok primer, karena itu sangat perlu diperhatikan dan dijaga kepentingan
mereka. Misalnya, kelompok sosial semacam LSM, baik dibidang lingkungan hidup,
kehutanan maupun hak masyarakt lokal. Demikian pula pemerintah nasional mupun asing.
Juga, media massa dan masyarakat setempat.

Dlam kondisi sosial, ekonomi, politik semacam Indonesia, masyarakat setempat bisasangat
mempengaruhi hidup matinya perusahaan. Ketika suatu perusahaan beroperasi tanpa
memberikan kesejahteraan, nilai budaya, saran dan prasarna lokal, lapangan kerja setempat
dan lainnya, akan menimbulkan suasana sosial yang tidak kondusif dan tidak stabil bagi
kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.

Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, mka perusahaan harus pandai menangani
dan memperhatikan kepentingan kedua kelompok stakeholders tersebut secara berimbang.
Perusahaan dituntut untuk tidak hanya memperhatikan kinerja dari aspek keuangan semata,
melainkan juga dari aspek – aspek lin secara berimbang. Balanced Scorecard yang
dkemukakan oleh Kaplan & Kaplan pada tahun 1970-an merupakan salah satu pendekatan
yang kini banyak digunakan dalam melakukan perencanaan strategi bisnis dan evaluasi
kinerja perusahaan. Balanced Scorecard menekankan perhatian secara berimbang antara
kinerja dari aspek internal dan eksternal, serta aspek finansial dan nonfinansial. Implementasi
pendekatan ini menunjukkan wujud nyata kesadaran bisnis akan pentingnya perhatian
terhadap stakeholders.

TANGGUNG JAWAB MORAL DAN SOSIAL BISNIS


Tanggung jawab perusahaan adalah tindakan dan kebijakan perusahaan dalam berinteraksi
yang didasarkan pada etika. Secara umum etika dipahami sebagai aturan tentang prinsip dan
nilai moral yang mengarahkan perilaku sesorang atau kelompok masyarakat mengenai baik
atau buruk dalam pengambilan keputusan. Menurut Jones, etika berkaitan dengan nilai-nilai

8
internal yang merupakan bagian dari budaya perusahaan dan membentuk keputusan yang
berhubungan dengan tanggung jawab sosial.

Terdapat 3 pendekatan dalam pembentukan tanggung jawab sosial:

1. Pendekatan moral yaitu tindakan yang didasarkan pada prinsip kesatuan.


2. Pendekatan kepentingan bersama yaitu bahwa kebijakan moral harus didasarkan pada
standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang bertanggung jawab .
3. Kebijakan bermanfaat adalah tanggug jawab sosial yang didasarkan pada nilai apa
yang dilakukan perusahaan menghasilkan manfaat besar bagi pihak berkepentingan
secara adil.

Sukses tidaknya program tanggung jawab perusahaan sangat bergantung pada kesepakatan
pihak-pihak berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan yang terllibat dalam proses
produksi tindakannya disatu sisi dapat mendukung kinerja perusahaan tapi disisi lain dapat
menjadi penggangu karena setiap pihak mempunyai kriteria tanggung jawab yang berbeda
yang disebabkan kepentingan yang berbeda pula. Mengelola reaksi terhadap tuntutan sosial.

Dalam kaitan ini, para ilmuan administrasi, manajemen dan organisasi telah mengembangkan
sebuah model respon yang dapat dipilih perusahaan ketika mereka menghadapi sebuah
masalah msosial. Model model tersebut adalah : obstruktif, defensive,akomodatif, dan
proaktif.

 Model obstruktif adalah respon terhadap tuntutan masyarakat dimana organisasi


tanggung jawab, menolak kebebasan dari bukti – bukti pelanggaran, dan munculkan
upaya untuk merintanggi penyelidikan.
 Model defensif adalah bentuk respon teerhadap tuntutan masyarakat dimana
perusahaan mengakui kesalahan yang berkaitan dengan ketelanjuran atau kelalaian
tetapi tidak bertindak obstrutif.
 Model akomodatif adalah bentuk respon terhadap masyarakat dimana perusahaan
melaksanakan atau memberi tanggung jawab sosial atau tindakannya selaras dengan
kepentingan public.
 Model proaktif adalah bentuk respon terhadap masyarakat dimana perusahaan aktif
mencari peluang untuk menyumbang demi kesejahteraan kelompok dan individu
dalam lingkungan sosialnya.

9
KODE ETIK BERBAGAI PROFESI
Kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai serta aturan profesional secara tertulis yang
dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar, serta apa yang tidak benar dan juga tidak
baik bagi profesional. Secara singkat pengertian kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis di dalam melakukan suatu kegiatan ataupun suatu pekerjaan. Kode etik
berhubungan dengan perilaku seseorang.

Adapun beberapa etik di berbagai profesi :

 Engineer / Insinyur

Insinyur adalah seseorang yang bekerja membantu pelakasana pengembangan solusi ekonomi


dan keamanan untuk masalah-masalah praktis, dengan menerapkan matematika, ilmu
pengetahuan dan kecerdikan sambil mempertimbangkan kendala teknis.

kode etik seorang insinyur yang professional yaitu:

 Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan


kesejahteraan Masyarakat.
 Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.
 Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.
 Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan
dalam tanggung jawab tugasnya.
 Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan
masing-masing.

Dokter

Etika profesi seorang dokter yaitu:

 Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
 Merujuk pasien ke dokter atau dokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
 Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia;

10
 Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
 Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.

Pengacara / Advokat

Etika profesi seorang pengacara / advokat:

 Pengacara dalam melakukan pekerjaannya wajib menjunjung tinggi hukum,


kebenaran dan keadilan.
 Pengacara bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang
memerlukannya tanpa membeda-bedakan kepercayaan, agama, suku, jenis kelamin,
keturunan, kedudukan sosial dan keyakinan politiknya.
 Pengacara dalam melakukan perkerjaannya tidak semata-mata mencari imbalan
materiil, tetapi diutamakan bertujuan untuk menegakkan hukum, keadilan, dan
kebenaran dengan cara yang jujur dan bertanggung jawab.
 Advokat dalam melakukan pekerjaannya bekerja dengan bebas dan mendiri tanpa
pengaruh atau dipengaruhi oleh siapapun.
 Advokat memperjuangkan serta melindungi hak-hak azasi manusia dan kelestarian
lingkungan hidup dalam Negara Hukum Republik Indonesia.
 Advokat memiliki sikap setia kawan dalam memegang teguh rasa solidaritas antara
sesama sejawat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrisna. 2011. ETIKA BISNIS Konsep Dasar Implementasi & Kasus. Bali :
Udayana University Press
http://belajarkomunikasilagi.blogspot.com/2012/11/etika-deskriptif-dan-normatif.html?
m=1#:~:text=Etika%20yang%20menetapkan%20berbagai%20sikap,baik%20dan
%20menghindarkan%20hal-hal
https://m.brilio.net/creator/ini-pengertian-dari-etika-deontologi-dan-etika-teleologi-
76f843.html
http://irmaunsrat.blogspot.com/2017/02/jenis-jenis-profesi-dan-etika-profesinya.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai