Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

ETIKA BISNIS

Disusun oleh :

1. Tegar Gayuh Pambudhi [ 16521231 ]


2. Bagus Surya Saputra [ 16521109 ]
3. Taufiqurrohman [ 16521120 ]
4. Muhammad Ichsan Yanuar [ 16521143 ]

PROGAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-
Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “ETIKA BISNIS” ini disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah kewirausahaan.
Makalah ini berisikan mengenai persoalan dalam etika bisnis. Masalah yang diangkat
mulai dari masalah etika dalam berbisnis.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini.
Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya
kepada kami agar di kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih
sempurna lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Yogyakarta, 07 juli 2019

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
I.PENDAHULUAN................................................................................................................3
ETIKA BISNIS...................................................................................................................3
Sudut pandang ekonomis.....................................................................................................4
Sudut pandang moral...........................................................................................................4
Sudut pandang Hukum........................................................................................................4
Hati nurani:.........................................................................................................................5

1
Kaidah Emas :.....................................................................................................................5
Penilaian Umum :................................................................................................................5
Peranan Etika dalam Bisnis :...............................................................................................6
II.PEMBAHASAN..................................................................................................................7
KODE ETIK PERUSAHAAN................................................................................................7
III.PENUTUP..........................................................................................................................8
ETIKA BISNIS & PEDOMAN PERILAKU......................................................................8
A. Nilai-nilai Perusahaan.............................................................................................8
B. Etika Bisnis.............................................................................................................8
C. Pedoman Perilaku....................................................................................................9
Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi..................................................................9
Kepatuhan terhadap Peraturan...........................................................................................10
Kerahasiaan Informasi.......................................................................................................10
Pelaporan terhadap pelanggaran Pedoman Perilaku..........................................................11

I. PENDAHULUAN

ETIKA BISNIS

Pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.


Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya
diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan
apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang
perilaku manusia yang penting.

2
Apa yang diharapkan dan mengapa kita mempelajari Etika Bisnis?
Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya demensi etis
dalam bisnis.
Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila
kesadaran itu sudah ada, tapi masih lemah dan ragu.
Orang yang mendalami etika bisnis diharapkan memperoleh keyakinan
bahwa etika merupakan segi nyata dari kegiatan ekonomis yang perlu
diberikan perhatian serius.
2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan
bisnis, serta membantu pebisnis/calon pebisnis dalam menyusun
argumentasi moral yang tepat.
Dalam etika sebagai ilmu, bukan Baja penting adanya norma-norma moral,
tidak kalah penting adalah alasan bagi berlakunya norma-norma itu.
Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan
fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan
bisnis.
3. Membantu pebisnis/calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang
tepat didalam profesinya (kelak).
Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah studi etika ini menjamin
seseorang akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-kurangnya meliputi
dua sisi berikut, yaitu disatu pihak, harus dikatakan : etika mengikat tetapi
tidak memaksa. Disisi lain, studi dan pengajaran tentang etika bisnis boleh
diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis. Bila studi
etika telah membuka mata, konsekuensi logisnya adalah pebisnis
bertingkah laku menurut yang diakui sebagai hal yang benar.

Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan
etika.

Sudut pandang ekonomis.

Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya


interaksi antara produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan
konsumen, produsen dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan
antar manusia ini adalah bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu

3
menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak
bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan
berbagai pihak.
Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja
menguntungkan, tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.

Sudut pandang moral.

Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi
jangan keuntungan yang diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain.
Tidak semua yang bisa kita lakukan boleh dilakukan juga. Kita harus
menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas diperhatikan, bahwa
dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan
dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita
sendiri.

Sudut pandang Hukum

Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan "Hukum"


Hukum Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari
ilmu hukum modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul
dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun international. Seperti
etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan
apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma,
hukum lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum
dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran.
Bahkan pada zaman kekaisaran Roma, ada pepatah terkenal : "Quid leges
sine moribus" yang artinya : "apa artinya undang-undang kalau tidak
disertai moralitas "

Lalu apa tolok ukur bahwa bisnis itu baik menurut tiga sudut pandang tadi?
Untuk sudut pandang ekonomis, jawaban pertanyaan ini lebih mudah, yaitu bila
bisnis memberikan profit, dan hal ini akan jelas terbaca pada laporan rugi/laba
perusahaan di akhir tahun. Dari sudut pandang hukum pun jelas, bahwa bisnis yang
baik adalah yang diperbolehkan oleh sistem hukum yang berlaku. (penyelundupan
adalah bisnis yang tidak baik).
Yang lebih sulit jawabnya adalah bila bisnis dilihat dari sudut pandang moral. Apa
yang menjadi tolok ukur untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan bisnis.

4
Dari sudut pandang moral, setidaknya ada 3 tolok ukur yaitu : nurani, Kaidah
Emas, penilaian umum.

Hati nurani:

Suatu perbuatan adalah baik, bila dilakukan susuai dengan hati nuraninya,
dan perbuatan lain buruk bila dilakukan berlawanan dengan hati nuraninya.
Kalau kita mengambil keputusan moral berdasarkan hati nurani, keputusan
yang diambil "dihadapan Tuhan" dan kita sadar dengan tindakan tersebut
memenuhi kehendak Tuhan.

Kaidah Emas :

Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah
mengukurnya dengan Kaidah Emas (positif), yang berbunyi : "Hendaklah
memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan"
Kenapa begitu? Tentunya kita menginginkan diperlakukan dengan baik.
Kalau begitu yang saya akan berperilaku dengan baik (dari sudut pandang
moral). Rumusan Kaidah Emas secara negatif : "Jangan perlakukan orang
lain, apa yang Anda sendiri tidak ingin akan dilakukan terhadap diri Anda"
Saya kurang konsisten dalam tingkah laku saya, bila saya melakukan
sesuatu terhadap orang lain, yang saya tidak mau akan dilakukan terhadap
diri saya. Kalau begitu, saya berperilaku dengan cara tidak baik (dari sudut
pandang moral).

Penilaian Umum :

Cara ketiga dan barangkali paling ampuh untuk menentukan baik buruknya
suatu perbuatan atau perilaku adalah menyerahkan kepada masyarakat
umum untuk menilai. Cara ini bisa disebut juga audit sosial. Sebagaimana
melalui audit dalam arti biasa sehat tidaknya keadaan finansial suatu
perusahaan dipastikan, demikian juga kualitas etis suatu perbuatan
ditentukan oleh penilaian masyarakat umum.
Apa itu etika bisnis?
Kata "etika" dan "etis" tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula
"etika bisnis" bisa berbeda artinya.
Etika sebagai praksis berarti : nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh
dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan, walaupun seharusnya dipraktekkan.
Sedangkan etis, merupakan sifat dari tindakan yang sesuai dengan etika.

5
Peranan Etika dalam Bisnis :

Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3


hal pokok yaitu :
1. Produk yang baik
2. Managemen yang baik
3. Memiliki Etika
Selama perusahaan memiliki produk yang berkualitas dan berguna untuk masyarakat
disamping itu dikelola dengan manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial,
sumberdaya manusia dan lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan
ini cepat atau lambat akan menjadi batu sandungan bagi perusahaan tsb.
Bisnis merupakan suatu unsur mutlak perlu dalam masyarakat modern. Tetapi kalau
merupakan fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari
aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, termasuk juga
aturan-aturan moral.
Mengapa bisnis harus berlaku etis ?
Tekanan kalimat ini ada pada kata "harus". Dengan kata lain, mengapa bisnis tidak
bebas untuk berlaku etis atau tidak? Tentu saja secara faktual, telah berulang kali
terjadi hal-hal yang tidak etis dalam kegiatan bisnis, dan hal ini tidak perlu disangkal,
tetapi juga tidak perlu menjadi fokus perhatian kita. Pertanyaannya bukan tentang
kenyataan faktual, melainkan tentang normativitas : seharusnya bagaimana dan apa
yang menjadi dasar untuk keharusan itu.
Mengapa bisnis harus berlaku etis, sebetulnya sama dengan bertanya mengapa
manusia pada umumnya harus berlaku etis. Bisnis disini hanya merupakan suatu
bidang khusus dari kondisi manusia yang umum.

Jawabannya ada tiga yaitu :


 Tuhan melalui agama/kepercayaan yang dianut, diharapkan setiap pebisnis
akan dibimbing oleh iman kepercayaannya, dan menjadi tugas agama
mengajak para pemeluknya untuk tetap berpegang pada motivasi moral.
 Kontrak Sosial, umat manusia seolah-olah pernah mengadakan kontrak yang
mewajibkan setiap anggotanya untuk berpegang pada norma-norma moral,
dan kontrak ini mengikat kita sebagai manusia, sehingga tidak ada
seorangpun yang bisa melepaskan diri daripadanya.
 Keutamaan, Menurut Plato dan Aristoteles, manusia harus melakukan yang
baik, justru karena hal itu baik. Yang baik mempunyai nilai intrinsik, artinya,

6
yang baik adalah baik karena dirinya sendiri. Keutamaan sebagai disposisi
tetap untuk melakukan yang baik, adalah penyempurnaan tertinggi dari kodrat
manusia. Manusia yang berlaku etis adalah baik begitu saja, baik secara
menyeluruh, bukan menurut aspek tertentu saja.

II. PEMBAHASAN

KODE ETIK PERUSAHAAN


Kode Etik (Patrick Murphy) atau kadang-kadang disebut code of conduct atau code
of ethical conduct ini, menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan
kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernah timbul dimasa lalu), seperti konflik
kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah, sumbangan
dan sebagainya.
Latar belakang pembuatan Kode Etik adalah sebagai cara ampuh untuk
melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Bila Perusahaan
memiliki Kode Etik sendiri, is mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak memilikinya.
Manfaat Kode Etik Perusahaan :
1. Kode Etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika
telah dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi
perusahaan besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu
sama lainnya. Dengan adanya kode etik, secara intern semua karyawan terikat
dengan standard etis yang sama, sehingga akan mefigambil
kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul.
2. Kode Etik, dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu)
dibidang etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak,
kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup).
3. Kode etik menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab
sosialnya.
4. Kode Etik, menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya,
kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self regulation).

III. PENUTUP

ETIKA BISNIS & PEDOMAN PERILAKU

Prinsip Dasar

7
Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG perlu
dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman perilaku
(code of conduct) yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua
karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi
bagian dari budaya perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan
adalah:
Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang
menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan
harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan
semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk
budaya perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.
Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan
lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.
Pedoman Pokok Pelaksanaan

A. Nilai-nilai Perusahaan

Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi
perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai perusahaan, perlu
dirumuskan visi dan misi perusahaan.
Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam
merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor usaha serta karakter dan letak
geografis dari masing-masing perusahaan.
Nilai-nilai perusahaan yang universal antara lain adalah terpercaya, adil dan jujur.

B. Etika Bisnis

Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha
termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan (stakeholders) .
Penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis secara berkesinambungan
mendukung terciptanya budaya perusahaan.
Setiap perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati bersama dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku.

C. Pedoman Perilaku

8
Fungsi Pedoman Perilaku
Pedoman perilaku merupakan penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis
dalam melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ perusahaan dan
semua karyawan perusahaan;
Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan
penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi,
dan pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.
Benturan Kepentingan
Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan
ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang saham, angggota
Dewan Komisaris dan Direksi, serta karyawan perusahaan;
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, anggota Dewan Komisaris dan Direksi
serta karyawan perusahaan harus senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis
perusahaan diatas kepentingan ekonomis pribadi atau keluarga, maupun pihak
lainnya;
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang
menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga dan
pihak-pihak lain;
Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang mengandung unsur
benturan kepentingan, pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta;
Pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan harus mengeluarkan
suaranya dalam RUPS sesuai dengan keputusan yang diambil oleh pemegang saham
yang tidak mempunyai benturan kepentingan;
Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan yang
memiliki wewenang pengambilan keputusan diharuskan setiap tahun membuat
pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan terhadap setiap keputusan yang
telah dibuat olehnya dan telah melaksanakan pedoman perilaku yang ditetapkan oleh
perusahaan.

Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi

Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang
memberikan atau menawarkan sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung,
kepada pejabat Negara dan atau individu yang mewakili mitra bisnis, yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan;
Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang
menerima sesuatu untuk kepentingannya, baik langsung ataupun tidak langsung, dari
mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan;

9
Donasi oleh perusahaan ataupun pemberian suatu aset perusahaan kepada partai
politik atau seorang atau lebih calon anggota badan legislatif maupun eksekutif,
hanya boleh dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam batas
kepatutan sebagaimana ditetapkan oleh perusahaan, donasi untuk amal dapat
dibenarkan;
Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan diharuskan
setiap tahun membuat pernyataan tidak memberikan sesuatu dan atau menerima
sesuatu yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

Kepatuhan terhadap Peraturan

Organ perusahaan dan karyawan perusahaan harus melaksanakan peraturan


perundang-undangan dan peraturan perusahaan;
Dewan Komisaris harus memastikan bahwa Direksi dan karyawan perusahaan
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan;
Perusahaan harus melakukan pencatatan atas harta, utang dan modal secara benar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kerahasiaan Informasi

Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan perusahaan
harus menjaga kerahasiaan informasi perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, peraturan perusahaan dan kelaziman dalam dunia usaha;
Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan
perusahaan dilarang menyalahgunakan informasi yang berkaitan dengan perusahaan,
termasuk tetapi tidak terbatas pada informasi rencana pengambil-alihan,
penggabungan usaha dan pembelian kembali saham;
Setiap mantan anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan,
serta pemegang saham yang telah mengalihkan sahamnya, dilarang mengungkapkan
informasi yang menjadi rahasia perusahaan yang diperolehnya selama menjabat atau
menjadi pemegang saham di perusahaan, kecuali informasi tersebut diperlukan untuk
pemeriksaan dan penyidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, atau
tidak lagi menjadi rahasia milik perusahaan.

Pelaporan terhadap pelanggaran Pedoman Perilaku

Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan bahwa pengaduan


tentang pelanggaran terhadap etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan diproses
secara wajar dan tepat waktu;

10
Setiap perusahaan harus menyusun peraturan yang menjamin perlindungan terhadap
individu yang melaporkan terjadinya pelanggaran terhadap etika bisnis dan pedoman
perilaku perusahaan. Dalam pelaksanannya, Dewan Komisaris dapat memberikan
tugas kepada komite yang membidangi pengawasan implementasi GCG.

11

Anda mungkin juga menyukai