Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ETIKA HUKUM DAN BISNIS


PENTINGNYA ETIKA HUKUM DALAM BERBISNIS

Disusun Oleh:
Petrus Aldino B. Wutun
1910020118

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS CENDANA KUPANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena proses pengerjaan
makalah “Etika Hukum dan Bisnis” berjalan lancer hingga selesai. Penulis juga ingin
berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang memberikan tugas ini sehingga
penulis lebih mengeksplor etika hukum dan bisnis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah “Etika Hukum dan Bisnis” masih jauh dari kata
sempurna. Penulis juga ingin meminta maaf jika ada keslahan dalam penulisan dan penulis
berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca.

Kupang, November 2021

Petrus Aldino B. Wutun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Hukum dan Bisnis..............................................................................2
B. Tujuan dan Fungsi dari Etika Hukum dan Bisnis..........................................................3
C. Hubungan antara Etika dan Hukum Dalam Bisnis........................................................3
D. Kasus Pelanggaran Etika Hukum dan Bisnis.................................................................4
E. Pentingnya Etika Hukum Dalam Berbisnis……………....5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................................6
B. Saran................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................7

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bisnis adalah suatu hal yang melibatkan proses produksi, pembelian,
penjualan atau pertukaran barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan. Dalam sistem ekonomi kapitalis, untuk memperoleh keuntungan
perusahaan harus bersaing secara efektif dalam suatu pasar terbuka. Mereka yang
bersaing harus mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Dalam suatu sistem bisnis
yang kompetitif, dimana setiap orang bebas untuk bertindak asal tidak bertentangan
dengan etika. Banyak orang beranggapan bahwa etika bisnis hanyalah sebuah teori
tanpa penerapan karena etika dan bisnis adalah hal yang bertolak belakang. Sebagai
pebisnis, keuntungan adalah hal yang paling ingin diraih dan sebagian pebisnis
kadang lupa akan etika demi mencapai keuntungan. Melanggar etika demi
keuntungan sudah bukan menjadi hal baru di Indonesia. Etika adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana berperilaku benar, jujur, dan adil. Etika mengajarkan sesuatu
yang salah adalah salah dan sesuatu yang benar adalah benar. Sesuatu yang benar
tidak dapat dikatakan salah dan sebaliknya sesuatu yang salah tidak dapat dikatakan
benar. Benar dan salah tidak dapat dicampur adukkan demi kepentingan seseorang
atau kelompok. Etika berbeda dengan hukum, aturan, maupun regulasi. Hukum dan
regulasi jelas peraturannya dan juga sanksinya. Sehingga, dengan kata lain hukum dan
regulasi adalah etika yang diformalkan. Contohnya adalah UU dan peraturan-
peraturan yang sudah tertulis jelas beserta sanksinya.
Etika tidak memiliki sanksi yang jelas selain sanksi moral atau sanksi social
dan juga sanksi yang akan diperoleh di akhirat sebagai manusia yang mempercayai
Tuhan dan terikat pada satu agama. Berdasarkan pandangan hukum, melanggar etika
belum tentu melanggar peraturan hukum. Sehingga terkadang, banyak kasus yang
ditemukan sudah melanggar etika tetapi tidak bisa kalah secara hukum walaupun
sanksi sosialnya akan diperoleh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika hukum dan bisnis?
2. Apa tujuan dan fungsi dari etika hukum dan bisnis?
3. Apa hubungan antara etika dan hukum?
4. Apa contoh kasus dan pelanggaran etika hukum dan bisnis?
5. Bagaimana pentingnya etika dalam berbisnis?

C. Tujuan
1. Mempelajari lebih dalam mengenai etika bisnis dan hukum.
2. Mengenal sepenting apa etika dalam berbisnis.
3. Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Hukum dan Bisnis


Etika bisnis adalah suatu tindakan dalam berbisnis yang memperhatikan dan
menggunakan aspek norma, moralitas, dan agama. Berikut ini adalah beberapa
pendapat ahli mengenai etika bisnis:
1) Menurut Laura Nash (1990), etika bisnis sebagai studi mengenai bagaimana
norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan perusahaan
(dalam Sutrisna, 2010).
2) Menurut Griffin dan Ebert (2007), etika bisnis adalah istilah yang biasanya
berkaitan dengan perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau
pemilik suatu organisasi.
3) Menurut Velasques (2005), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar
moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
4) Menurut Irham Fahmi (2013), etika bisnis adalah aturan-aturan yang
menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana
aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan tertulis maupun aturan
yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut
maka sangsi akan diterima. Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk langsung
maupun tidak langsung.
5) Meilina (2016) bahwa bisnis yang beretika harus dilihat dari tiga sudut
pandang yaitu ekonomi, hukum, dan moral (Bertens (2013:25).
 Berdasarkan sudut pandang ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis
yang menghasilkan keuntungan tanpa merugikan orang lain.
 Berdasarkan sudut pandang hukum bahwa bisnis yang baik adalah
bisnis yang tidak melanggar aturan-aturan hukum. Berdasarkan sudut
pandang moral bahwa bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai
dengan ukuran-ukuran moralitas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hukum adalah peraturan atau adat
yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah. Dan Hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum (termasuk
enforcement-nya) yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan
dagang, industry atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran
barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para entrepreneur dalam risiko
tertentu dengan usaha tertentu dengan motif (dari entrepreneur tersebut adalah untuk
mendapatkan keuntungan tertentu. Ruang jelajah dari hukum bisnis sangat beragam,
mulai dari bidang-bidang yang tergolong konvensional, seperti tentang kontrak,
perusahaan, surat berharga, hak milik intelektual, asuransi, perpajakan, dan lain-lain,

2
sampai dengan bidang-bidang popular yang bersifat nonkonvensional, seperti merger
dan akuisisi, anti monopoli, dan perlindungan konsumen.

B. Tujuan dan Fungsi dari Etika Hukum dan Bisnis


Tujuan etika bisnis adalah:
1) Untuk menjalankan dan menciptakan sebuah bisnis secara adil berdasarkan
hukum yang sudah ditetapkan.
2) Menghilangkan ketergantungan pada sebuah kedudukan individu maupun
perusahaan.
3) Mampu mengurangi dana yang diakibatkan dari pencegahan yang
kemungkinan terjadinya friksi atau perpecahan, baik dari intern perusahaan itu
sendiri maupun ekstern.
4) Membangkitkan motivasi pekerja agar terus meningkat, melindungi prinsip
dalam kebebasan berdagang atau berniaga, serta dapat meciptakan keunggulan
dalam bersaing.
Tujuan hukum bisnis adalah:
1) Menjamin berfungsinya keamanan mekanisme pasar secara efisien dan lancar.
2) Melindungi berbagai suatu jenis usaha, khususnya untuk jenis Usaha Kecil
Menengah (UKM).
3) Membantu memperbaiki sistem keuangan dan perbankan.
4) Memberikan perlindungan terhadap suatu pelaku ekonomi atau pelaku bisnis.
5) Mewujudkan bisnis yang aman dan adil untuk semua pelaku bisnis.
Fungsi hukum bisnis:
1) Menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi pelaku bisnis.
2) Pelaku bisnis dapat lebih mengetahui hak dan kewajbannya saat mambangun
bisnis, sehingga bisnisnya tidak menyimpang dari aturan yang ada dan telah
tertulis dalam Undang-Undang.
3) Pelaku bisnis lebih memahami suatu hak-hak dan kewajibannya dalam suatu
kegiatan bisnis
4) Terwujudnya sikap dan perilaku bisnis atau kegiatan bisnis yang adil, jujur,
wajar, sehat, dinamis, dan berkeadilan karena telah memiliki kepastian hukum.

C. Hubungan antara Etika dan Hukum


Hukum dan etika merupakan dua hal yang berbeda. Hukum berlaku dalam
kehidupan masyarakat, dimana etika merupakan sesuatu yang bersifat pribadi. Hukum
adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan
oleh penguasa atau pemerintah, sedangkan etika merupakan opini yang bersifat
pribadi yang mengarahkan kehidupan kita sendiri. Sebagai bentuk dari kontrol sosial,
hukum memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan etika. Hukum
memiliki aturan atau sanksi yang terinci tetapi itu tidak terjadi pada etika. Di negara
yang sistem hukumnya sudah maju, hukum merupakan aturan yang relatif lengkap
untuk kegiatan bisnis. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan etika (unethical)
adalah tidak sah (illegal). Sedangkan di negara yang system hukumnya belum maju,

3
etika adalah sumber utama sebagai pedoman. Dalam berbisnis, hukum saja tidak
cukup dan harus ada etika untuk menjaga keseimbangan. Hal itu karena:
1) Hukum tidak mengatur tentang segala aspek aktivitas bisnis. Menuntut
yang berlebihan kepada anak buah dan mencerca secara tidak pantas
kepada seorang pegawai adalah tindakan yang merupakan objek dari
etika, namun hal itu bukan dari objek hukum.
2) Terkadang hukum sangat lambat berkembang terhadap suatu
objek/wilayah baru. Hal ini menimbulkan adanya kekosongan hukum
karena belum ada produk hukum yang mengaturnya.
3) Hukum menggunakan konsep-konsep moral yang tidak jelas, sehingga
hal ini tidak memungkinkan dalam berbagai kejadian dapat mengerti
hukum tanpa mempertimbangkan permasalahan yang bersifat moral.

D. Kasus Pelanggaran Etika Hukum dan Bisnis


Sebuah iklan produk obat nyamuk “A”. Produk “A” dianggap merupakan
obat anti nyamuk yang efektif dan murah untuk membasmi nyamuk di sekeliling kita.
Namun ternyata dengan murahnya harga produk ini juga membawa dampak negatif
bagi konsumen pemakainya. Di dalam produknya telah ditemukan zat kimia
berbahaya di dalam kandungan kimia yang dapat membahayakan kesehatan
konsumennya, yaitu Propoxur dan Diklorvos. Kedua zat ini berakibat buruk bagi
manusia, antara lain keracunan terhadap darah, gangguan pada syaraf, gangguan
pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati, dan kanker lambung.
Obat anti-nyamuk “H” yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis H-2,1 A (jenis semprot)
dan H-17 L (cair isi ulang). Kementrian Pertanian juga telah mengeluarkan larangan
penggunaan Diklorvos untuk pestisida dalam rumah tangga sejak awal tahun 2004
(sumber: Republika Online).
Hal itu dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh
berusaha melindungi masyarakat umum sebagai konsumen. Produsen masih dapat
menciptakan produk baru yang berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi pemerintah.
Jenis Pelanggarannya adalah pelanggaran prinsip etika bisnis yang dilakukan yaitu
prinsip kejujuran di mana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumen
mengenai kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk
kesehatan dan perusahaan juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk tersebut
yaitu setelah suatu ruangan di semprot oleh produk itu semestinya di tunggu 30 menit
terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki/digunakan ruangan tersebut.
Pelanggaran yang dilakukan oleh “PT M” sebagai pihak yang memproduksi obat anti
nyamuk ini mengakibatkan dari dua zat kimia Propoxur dan Diklorvos yang
berbahaya bagi manusia mengakibatkan keracunan terhadap darah, gangguan syaraf,
gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel tubuh, kanker hati, dan kanker lambung,
sehingga dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak bersungguh-sungguh
berusaha melindungi masyarakat umum sebagai konsumen karena masih banyak
produsen menciptakan produk baru yang berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi
pemerintah.
Jika dilihat berdasarkan kepada UU, PT M sudah melanggar beberapa pasal,
yaitu:

4
1) Pasal 4, Hak Konsumen, yaitu Ayat 1: “hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang/jasa” dan ayat 3: “hak atas
informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang/jasa”. PT M tidak pernah memberi peringatan kepada konsumen
tentang adanya zat-zat berbahaya di dalam produknya. Akibatnya, kesehatan
konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi biaya produksi.
2) Pasal 7, Kewajiban Pelaku Usaha, yaitu pada Ayat 2: “memberikan informasi
yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa serta
memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”. PT M tidak
pernah menberi indikasi penggunaan pada produk mereka, di mana seharusnya
apabila sebuah kamar disemprot dengan pertisida, harus dibiarkan selama
setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.
3) Pasal 8 yaitu pada Ayat 1: “pelaku usaha dilarang memproduksi!
Memperdagangkan barang/jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan".
Pihak PT M tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk “A” tersebut
tidak memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut.
Seharusnya, produk A tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetap menjual walaupun sudah ada
korban dari produknya.
4) Pasal 19 yaitu pada Ayat 1: “pelaku usaha bertanggung jawab memberikan
ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang/jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan” dan ayat 2:
“ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang/jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku" serta pada Ayat 3: “pemberian
ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal
transaksi”. Menurut pasal tersebut PT' M sebagai produsen harus memberikan
ganti rugi kepada konsumen karena telah merugikan para konsumen.
E. Pentingnya Etika Dalam Berbisnis
Penting pada Etika Bisnis
Bertens menjelaskan bahwa etika bisnis perlu dilihat dari 3 sudut pandang. Yang
pertama adalah sudut pandang ekonomi, yang berarti bisnis yang positif akan
memberikan keuntungan tanpa memberikan kerugian pada orang lain.
Selanjutnya adalah sudut pandang hukum, artinya bisnis tidak perlu melanggar aturan
hukum berlaku maupun yang telah ditetapkan. Sudut pandang yang terakhir adalah
moral, menjelaskan bahwa bisnis perlu menyesuaikan dengan standar atau ukuran
moralitas.
Di sisi lain, terdapat 5 prinsip yang bisa dijadikan sebagai acuan atau pedoman
perilaku dalam melakukan etika bisnis. Hal ini dijabarkan Sonny Keraf sebagai
berikut:
1) Kejujuran
Prinsip ini menanamkan sikap jika sesuatu yang dipikirkan merupakan sesuatu
yang dikatakan. Di sisi lain, sesuatu yang dikatakan menjadi sesuatu yang

5
akan dikerjakan. Prinsip kejujuran ini menjunjung kepatuhan terhadap
pelaksanaan komitmen dan perjanjian yang telah disepakati.
2) Otonomi
Prinsip ini berpegang teguh pada kemandirian, kebebasan, dan tanggung
jawab. Artinya, seseorang yang mandiri merupakan orang yang bisa
memutuskan serta melakukan tindakan dengan dasar kemampuan sendiri dan
apa yang telah diyakini serta terbebas dari tekanan, hasutan, maupun
ketergantungan.
3) Saling Menguntungkan
Pada prinsip ini memandatkan kesadaran bahwa dalam menjalani sebuah
bisnis membutuhkan win-win solution. Dalam kata lain, semua tindakan dan
keputusan bisnis harus diusahakan untuk mampu memberikan keuntungan
terhadap semua pihak yang terkait.
4) Keadilan
Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk menganggap dan memperlakukan
seluruh pihak secara adil tanpa membedakan apapun ataupun siapapun.
5) Integritas Moral
Prinsip ini merupakan prinsip teguh agar tak memberikan kerugian pada orang
lain terkait segala tindakan dan keputusan bisnis yang ditempuh. Prinsip
integritas moral juga berlandaskan pada kesadaran bahwa semua orang berhak
untuk dihormati dengan cara yang sama secara harkat maupun martabatnya.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika bisnis adalah suatu tindakan dalam berbisnis yang memperhatikan dan
menggunakan aspek norma, moralitas, dan agama. Hukum bisnis adalah suatu
perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-nya) yang mengatur tentang tata cara
pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari
para entrepreneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif (dari
entrepreneur tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Hukum dan
etika merupakan dua hal yang berbeda sehingga akan terjadi kekacauan keseimbangan
apabila hanya menempatkan hukum atau etika saja. Hukum bisnis dan etika bisnis
memiliki fungsi dan tujuannya masing-masing dalam proses membangun atau
menjalankan bisnis.

B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa akuntansi, sebaiknya pelajarilah dan
mendalamilah perbedaan etika hukum dan bisnis karena sebagai calon pebisnis hal ini
sangat dibutukan dalam menjalankan bisnis agar tidak terjadi ketimpangan antara
pegawai dan juga pemimpin.

7
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Gatut. 2011. Etika Bisnis: Pendekatan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Poliyama
Widya Pustaka

Arijanto, Agus dkk. 2015. Etika Bisnis (Business Ethic). Bogor: Percetakan IPB

Hanum, Nur dkk. 2020. Etika Bisnis dan Profesi. Sidoarjo: Indomedia Pustaka

Yayasa LBH. 2021. Hukum Bisnis. https://lembagabantuanhukum.or.id/hukum-bisnis/


(diakses pada tanggal 29 November 2021)

Suradi. 2015. Hubungan Antara Etika, Ekonomi, dan Hukum.


https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/balai-diklat-kepemimpinan-magelang-
hubungan-antara-etika-ekonomi-dan-hukum-2019-11-05-af1df78f/ (diakses pada
tanggal 29 November 2021)

Anda mungkin juga menyukai