Anda di halaman 1dari 27

ENTREPRENEURSHIP

ETIKA KEWIRAUSAHAWAN, PEMASARAN DAN


PERUNDANGAN

Oleh:
Hannyka Febriano (19138037)
Junaidi Akbar (10138038)
Dosen pembimbing:

Prof. Dr. M. Giatman, MSIE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3


A. Pengertian Regulasi dan Etika Bisnis ............................................................. 3
B. Macam-macam Regulasi dalam Bisnis .......................................................... 4
C. Sikap dan Perilaku Wirausaha yang Sesuai dengan Etika Wirausaha ........... 8
D. Penerapan Etika Wirausaha ............................................................................ 10
E. Manfaat Etika Wirausah ................................................................................. 13
F. Pemahaman Konsep Pemasaran................................................................. 14
G. Pengertian Iklan ........................................................................................... 15
H. Contoh Kasus Pelanggaran Etika Pariwara pada produk XL dan AS ... 18

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 23


A. Kesimpulan..................................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................................... 24

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wirausahawan dalam menjalankan usahanya sangat berperan
penting dalam meningkatkan perekonomian. Selain dapat meningkatkan
produtifitas nasional, manfaat lain dari wirausaha yaitu menambah lapangan
pekerjaan bagi masyarakat, sehingga dapat mengurangi pengangguran,
meningkatkan pendapatan, dan pada skala makro dapat mengurangi
kemiskinan. Menciptakan teknologi baru, produk, dan jasa baru juga
merupakan peran wirausaha dalam hal pengembangan kreativitas dan
inovasi. Disamping itu, wirausaha dapat membantu organisasi bisnis yang
besar dalam hal konsumsi bahan baku yang dibutuhkannya. Tentu, hal ini
akan memperlancar siklus perekonomian nasional, khususnya dalam sektor
indutri perdagangan.
Seorang wirausahawan dalam menjalankan usahanya bertujuan
memperoleh laba/profit yang sebesar-besarnya dengan biaya produksi
tertentu untuk mengembangkan usahanya. Namun, dalam hal profit oriented
bukan berarti mengabaikan sistem nilai dalam berwirausaha. Sistem
nilai/moral tersebut berhubungan erat dengan good will perusahaan
khususnya kepercayaan/loyalitas konsumen, mitra kerja, organisasi usaha
itu sendiri, dan pesaing, serta masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu,
seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya harus memperhatikan etika
wirausaha yang erat kaitannya dengan etika bisnis. Dengan hal itu,
diharapkan dapat terciptanya keadilan antara berbagai pihak (produsen &
konsumen) serta tidak saling merugikan diantaranya. Selain itu diharapkan
dapat terciptanya kondisi yang kondusif dalam persaingan usaha.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika wirausaha?
2. Apa saja macam-macam regulasi perundangan dalam bisnis?
3. Bagaimana sikap dan perilaku wirausaha?
4. Bagaimana penerapan etika bisnis?
5. Apa saja manfaat etika bisnis?

Makalah Entrepreneurship Page 1


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
6. Bagaimana pemahaman konsep pemasaran?
7. Apa Pengertian dari periklanan?
8. Bagaimana contoh Kasus Pelanggaran Etika periklanan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari etika wirausaha.
2. Untuk mengetahui macam-macam regulasi dalam bisnis.
3. Untuk mengetahui sikap dan perilaku wirausaha.
4. Untuk mengetahui penerapan etika wirausaha.
5. Untuk mengetahui manfaat etika wirausaha.
6. Untuk mengetahui konsep pemasaran
7. Untuk mengetahui Pengertian periklanan
8. Untuk mengetahui contoh Kasus Pelanggaran Etika periklanan

Makalah Entrepreneurship Page 2


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Wirausaha
Peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok
orang/lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup
bersama.Etika wirausaha merupakan sebuah turunan dari etika bisnis yang
didalamnya mengatur tentang perilaku (etika) seorang
pengusaha/wirausahawan dalam memulai, menjalankan, hingga
mengembangkan bisnis/usahanya.Etika Bisnis merupakan suatu kode etik
perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan
tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan
atau berusaha.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika wirausaha adalah cara-
cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat.Kesemuanya ini mencakup bagaimana seorang wirausaha
menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak
tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-
abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Sahetapy, W. L. (2019),
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika
bisnis, yaitu:
1. Utilitarian Approach:
setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena
itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang
tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach:
Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar
yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut

Makalah Entrepreneurship Page 3


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.
3. Justice Approach :
para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Dalam etika wirausaha ini juga erat kaitannya dengan Regulasi bisnis.
Regulasi bisnis merupakan suatu aturan dalam bisnis yang disepakati dan
bersifat mengikat yang harus diperhatikan oleh para pengusaha dalam
menjalankan usahanya. Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk,
misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi
pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui asosiasi perdagangan.
B. Macam-Macam Regulasi / Perundangan-Undangan Dalam Bisnis
1. Regulasi Bisnis di Bidang Merek
Setiap produk dalam sebuah bisnis pasti memiliki merek yang
menjadi nama atau ciri khas dari produk tersebut. Dalam kepemilikan
merek tersebut perusahaan tentu harus mematenkan hak ciptanya agar
tidak terklaim oleh pengusaha lain. Terkait dengan berbagai kasus merek
yang terjadi perlu untuk diketahui pengertian dari merek itu sendiri.
Pengertian dari merek secara yuridis tercantum dalam pasal 1 ayat (1)
UU No. 15 tahun 2001 yang berbunyi:
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang dan jasa”.
Indonesia adalah negara hukum dan hal itu diwujudkan dengan
berbagai regulasi yang telah dilahirkan untuk mengatai berbagai
masalah.Berkaitan dengan kasus-kasus terkait merek yang banyak
terjadi.Tidak hanya membuat aturan-aturan dalam negeri, negeri seribu
ini juga ikut serta dalam berbagai perjanjain dan kesepakatan
internasional. Salah satuya adalah meratifikasi Kovensi Internasional
tentang TRIPs dan WTO yang telah diundangkan dalam UU Nomor 7

Makalah Entrepreneurship Page 4


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia) sesuai dengan kesepakatan internasional bahwa pada tanggal 1
Januari 2000 Indonesia sudah harus menerapkan semua perjanjian-
perjanjian yang ada dalam kerangka TRIPs (Trade Related Aspects of
Intellectual Property Right, Inculding Trade in Counterfeit Good),
penerapan semua ketentuan-ketentuan yang ada dalam TRIPs tersebut
adalah merupakan konsekuensi Negara Indonesia sebagai anggota dari
WTO (Word Trade Organization).
2. Regulasi Bisnis di Bidang Perlindungan Konsumen
Peraturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur
dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) telah menyepakati rancangan undang-undang (RUU) tentang
perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah setelah selama
20 tahun diperjuangkan.RUU ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah
pada tanggal 20 April 1999. Di samping UU Perlindungan Konsumen,
masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa dijadikan
sebagai dasar hukum adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen
Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang,
Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota

Makalah Entrepreneurship Page 5


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan
Kota Makassar.
Ada dua jenis perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu :
a) Perlindungan Priventif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat
konsumen tersebut akan membeli atau menggunakan atau
memanfaatkan suatu barang dan atau jasa tertentu, mulai melakukan
proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa
tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli atau
menggunakan atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi
tertentu dan merek tertentu tersebut.
b) Perlindungan Kuratif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat
dari penggunaan atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh
konsumen.Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa konsumen belum
tentu dan tidak perlu, serta tidak boleh dipersamakan dengan
pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya konsumen
adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini
seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah
pengguna atau pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa,
tidak peduli ia mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian.
3. Regulasi Larangan Praktek Monopoli
Pengertian Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
menurut UU no.5 Tahun 1999 tentang Praktek monopoli adalah
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan
atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat
dan dapat merugikankepentingan umum.
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha
harus berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan
usahanya dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan

Makalah Entrepreneurship Page 6


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
pelaku usaha dan kepentingan umum.Tujuan yang terkandung di dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, adalah sebagai berikut :
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian
kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku
usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
c. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha.
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Kegiatan yang dilarang
Bagian Pertama Monopoli Pasal 17 (1) Pelaku usaha dilarang
melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat. (2) Pelaku usaha patut diduga atau
dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a) Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya;
atau
mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau
b) Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu.
4. Regulasi di Bidang Hukum Dagang
Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah di mulai sejak
abad pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-
kota di Eropa dan pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir
kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Florence, vennetia,
Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya ) . tetapi pada saat itu

Makalah Entrepreneurship Page 7


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
hukum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat menyelsaikan perkara-
perkara dalam perdagangan , maka dibuatlah hukum baru di samping
hukum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang
berlaku bagi golongan yang disebut hukum pedagang (koopmansrecht)
khususnya mengatur perkara di bidang perdagangan (peradilan
perdagangan ) dan hukum pedagang ini bersifat unifikasi.
Pesatnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan
kodifikasi dalam hukum dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis
XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan peraturan (ORDONNANCE DU
COMMERCE) 1673.Dan pada tahun 1681 disusun ORDONNANCE DE
LA MARINE yang mengatur tenteng kedaulatan.
Pada tahun 1807 di Perancis di buat hukum dagang tersendiri dari
hukum sipil yang ada yaitu (CODE DE COMMERCE ) yang tersusun
dari ordonnance du commerce (1673) dan ordonnance du la
marine(1838) . Pada saat itu Nederlands menginginkan adanya hukum
dagang tersendiri yaitu KUHD belanda , dan pada tahun 1819
drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan
khusus . lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda
berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi
pemmbuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad
ke-19 Prof. molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di
KUHD Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku
1896).Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu ,
tentang dagang umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib
dari pelayaran.
C. Sikap dan Perilaku Wirausaha yang Sesuai dengan Etika Wirausaha
Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu
perusahaan, dan diberikan kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu.
Ada beberapa sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh pengusaha dan
seluruh karyawan, yaitu:

1. Jujur dalam bertindak dan bersikap. Sikap jujur merupakan modal utama
seorang karyawan dalam melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata,

Makalah Entrepreneurship Page 8


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
berbicara, bersikap, maupun bertindak. Kejujuran inilah yang akan
menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.
2. Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas. Seorang karyawan dituntuk untuk
rajin dan tepat waktu dalam bekerja terutama dalam melayani pelanggan
dan tidak boleh malas dalam bekerja.
3. Selalu murah senyum. Dalam menghadapi tamu/pelanggan, seorang
karyawan harus selalu murah senyum, jangan sekali-kali bersikap murung
atau cemberut. Dengan senyum kita mampu meruntuhkan hati pelanggan
untuk menyukai produk atau perusahaan kita.
4. Lemah-lembut dan ramah-tamah. Dalam bersikap dan berbicara pada saat
melayani pelanggan atau tamu hendaknya dengan suara lemah lembut dan
sikap yang tamah tamah. Ini dapat menarik minat tamu dan membuat
pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.
5. Sopan santu dan hormat. Dalam memberikan pelayanan keapda pelanggan
hendanya selalu bersikap sopan dan hormat. Dengan demikian pelanggan
juga akan menghormati pelayanan yang diberikan karyawan tersebut.
6. Selalu ceria dan padai bergaul. Sikap selalu ceria yang ditunjukan
karyawan dapat memecahkan kekakuan yang ada, sedangkan sikap pandai
bergaul juga akan menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa
seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancer.
7. Fleksibel dan suka menolong pelanggan. Dalam menghadapi pelanggan,
karyawan harus dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada
pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jala keluarnya
dengan cara yang fleksibel. Karyawan diharapkan suka menolong
pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemui jalan keluarnya.
8. Serius dan memiliki rasa tanggung jawab. Dalam melayani pelanggan
karyawan harus serius dan sungguh-sungguh, tabah dalam menghadapi
pelanggan yang sulit berkomunikasi atau yang suka ngeyel. Dan juga
harus mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya samapi pelanggan
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Makalah Entrepreneurship Page 9


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
9. Rasa memiliki persahaan yang tinggi. Rasa kepemilikan ini akan
memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan, disamping itu karyawan
juga harus memiliki jiwa pengabdian, loyal, dan setia terhadap perusahaan.
D. Penerapan Etika Wirausaha.
Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:
1) Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang
paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika
pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan ini
dapat disebut disini misalnya saja:
i) Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk
membedakan atau mengadakan perbandingan harga terhadap
produknya.
ii) Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui
isi didalamnya, sehingga produsen perlu menberikan penjelasan
tentang isi serta kandungan atau zat-zat yang terdapat didalam
produk itu.
iii) Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan
yang sangat etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis
yang menjual produknya yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak
dipakai tetap saja tidak mau mengganti produknya tersebut kepada
pembelinya.
2) Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk
memajukan bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan
dengan karyawannya.Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi
beberapa hal yakni: Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi
atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun
lay-off atau pemecatan/PHK (pemutusan hubungan kerja). Didalam
menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur
sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil

Makalah Entrepreneurship Page 10


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau
calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri.
Disamping itu tidak jarang seorang manajer yang mencoba
menaikkan pangkat para karyawan dari generasi muda yang dianggapnya
sangat potensial dalam rangka membawa organisasi menjadi lebih
dinamis, tetapi hal tersebut mendapat protes keras dari karyawan dari
generasi tua. Masalah lain lagi dan yang paling rawan adalah masalah
pengeluaran karyawan atau dropout. Masalah DO atau PHK ini perlu
mendapatkan perhatian ekstra dari para manajer karena hal ini
menyangkut masalah tidak saja etik akan tetapi juga masalah
kemanusian. Karyawan yang di PHK –kan tentu saja akan kehilangan
mata pencahariannya yang menjadi tumpuan hidup dia bersama
keluarganya.
3) Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu
dengan perusahan yang lain Hal ini bisa terjadi hubungn antara
perusahaan dengan saingannya, dengan penyalurnya, dengan grosirnya,
dengan pengecernya, agen tunggalnya maupun distributornya.Dalam
kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-
benturan kepentingan antar kedunya.Dalam hubungan itu tidak jarang
dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik. Sebagai contoh sebuah
penerbit yang ingin menyalurkan buku-buku terbitanya kepada para
grosir yang bersedia membeli secara kontan dalam jumlah besar dan
kontinyu dengan memperoleh potongan rabat yang sama dengan
penyalur.
Rencana ini menjadi kandas karena mendapat protes keras dari
para penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan penerbit tersebut
akan sangat merugikan para penyalur sedangkan omset dari para
penyalur sendiri dalam beberapa tahun tidak meningkat. Contoh lain
adalah adanya perebutan tenaga kerja ahli atau manajer profesional oleh
para pengusaha, persaingan harga yang saling menjatuhkan diantara
bisnismen dan sebagainya.

Makalah Entrepreneurship Page 11


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
4) Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang
akan atau telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi yang
baik dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon
investornya.Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para
investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini
perlu mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia
sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan
dari para pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual
sahamnya kepada masyarakat.
Pada pihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk
menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-
surat berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal.
Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham
haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek
perusahan yang gopublic tersebut. Jangan sampai terjadi adanya
manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal ini.
5) Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama jawatan
pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat
finansial.Hubungan ini merupakan hubungn yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan Rugi dan
Laba misalnya.Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik
dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak
misalnya.Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak
baik.
Pelaksanaan tangungjawab sosial suatu bisnis merupakan
penerapan kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam,
teknologi, ekonomi, sosial, budaya,perintah maupun masyarakat
Internasional. Bisnis yang menerapkan tanggung jawab sosial itu
merupakan bisnis yang menjalankan etika bisnis, sedangkan bisnis yang

Makalah Entrepreneurship Page 12


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
tidak melaksanakan tanggung jawab sosial itu merupakan penerapan
yang tidak etis.
Penerapan etika bisnis ini murupakan penerapan dari konsep “
Stake Holder” sebagai pengganti dari konsep lama yaitu konsep “Stock
Holder”. Pengusaha yang menerapkan konsep Stock Holder berusaha
untuk mementingkan kepentingan para pemengang saham (Stockholder)
saja, di mana para pemegang saham tentu saja akan mementingkan
kepentinganya yaitu penghasilan yang tinggi baginya yaitu yang berupa
deviden atau pembagian laba serta harga saham dipasar bursa.
Dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan
mereka akan tinggi, sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham
akan merupakan kenaikan kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya
tersebut dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Pemenuhan
kepentingan ataupun tuntutan dari para pemengan saham itu sering kali
mengabaikan kepentingan – kepentingan pihak-pihak yang lain yang juga
terlibat dalam kegiatan bisnis. Pihak lain yang terkait dalam kegiatan
bisnis tidak hanya para pemegang saham saja akan tetapi masih banyak
lagi seperti:
(a) Pekerja/ karyawan
(b) Konsumen
(c) Kreditur
(d) Lembaga-lembaga keuangan
(e) Pemerintah
E. Manfaat Etika Wirausaha.
Etika bisnis bagi perusahaan ini,menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernahtimbul
dimasa lalu), seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan
pemasok, menerima hadiah,sumbangan dan sebagainya. Latar belakang
pembuatan etika bisnis adalah sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika
dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Bila Perusahaan memiliki etika
sendiri,mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak memilikinya. Manfaat Etika Bisnis bagi Perusahaan :

Makalah Entrepreneurship Page 13


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
a. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah
dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi
perusahaan besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal
satu sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara intern semua
karyawan terikat dengan standard etis yang sama, sehingga akan
mefigambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang
timbul.
b. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang
etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban
perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup).
c. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
d. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya,
kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
e. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat
berupa meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena
adanya kenaikan harga saham, maka dapat menarik minat para investor
untuk membeli saham perusahaan tersebut.
f. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan
g. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang
dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).
F. Pemahaman Konsep Pemasaran
Kotler dan Amtsrong mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagai
proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari
pelanggan sebagai imbalannya.
Ada tiga kata kunci yang kuat dari konsep Kotler dan Amstrong
mengenai pemasaran:
1. Pemasar harus memahami dan memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen
2. Menciptakan hubungan yang kuat dengan pelanggannya; dan
3. Akhirnya mendapatkan imbalan dari pelanggan sebagai gantinya.

Makalah Entrepreneurship Page 14


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
Dalam kenyataannya tidak pernah ada hubungan yang langgeng dari
pelanggan terhadap pemasar kalau pembeli tidak untungsehingga
kemungkinan besar merugikan pemasar juga. Dulu kita memahami kata bijak
ini: satu konsumen yang tidak puas akan bercerita pada sembilan orang
lainnya. Namun di zaman informasi saat ini, ternyata satu konsumen bisa
cerita kemana-mana melalui blogs, facebook ataupun media lainnya sehingga
diperlukan adanya suatu pembentukan kesan yang baik dari konsumen
terhadap produsen.
Masyarakat dan konsumen saat sekarang, terlebih lagi pada masa
depan, akan peduli terhadap kualitas dan mulai memperhatikan sisi moralitas
dan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam situasi dimana persaingan
menjadi lebih ketat dan reputasi perusahaan menjadi modal penting, maka
setiap kebijakan dan keputusan haruslah didasarkan pada kode etik yang
berlaku dan ditetapkan oleh perusahaan maupun asosiasi profesional. Salah
satu kasus yang kita angkat ini mengenai pelanggaran etika pemasaran dalam
konteks promosi. Dalam hal ini, promosi berbentuk iklan.

Etika pemasaran dalam konteks promosi :


a. Sarana memperkenalkan barang;
b. Informasi kegunaan dan kualifikasi barang.
c. Sarana daya tarik barang terhadap konsumen;
d. Informasi fakta yang ditopang kejujuran.
G. Pengertian Iklan
Menurut Etika Pariwara Indonesia (EPI) iklan adalah pesan
komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang sesuatu produk yang
disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal
serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Unsur persuasif
dalam iklan harus dikemas sedemikian rupa sehingga langsung dapat
dimengerti oleh pemirsanya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Iklan
umumnya singkat dan padat karena mahalnya biaya pemasangannya di media
massa.

Makalah Entrepreneurship Page 15


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
Dalam kitab Etika Pariwara Indonesia, disebutkan 3 asas utama
periklanan yaitu:
Iklan dan pelaku periklanan harus:
1. Jujur, benar, dan bertanggungjawab.
2. Bersaing secara sehat.
3. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya,
negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang
berlaku.
Iklan yang beretika adalah iklan yang menyatakan kebenaran dan
kejujuran, tetapi iklan tidaklah akan efektif bila ia tidak mempunyai unsur
persuasif. Akibatnya, tidak akan ada iklan yang akan menceritakan the whole
truth dalam pesan iklannya. Iklan dapat berfungsi menginformasikan kepada
konsumen atas keberadaan suatu produk/jasa dan apa saja keunggulan produk
tersebut (tidak akan disebutkan apa kelemahannya, kecuali untuk beberapa
jenis produk tertentu yang diatur secara khusus oleh pemerintah – seperti
rokok dan obat-obatan). Bila iklan “harus mendidik”, maka hal itu harus
dipahami dengan batasan/koridor di atas.
Siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan
layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat
dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga
penyiaran yang bersangkutan. (Pasal 1 ayat (15) Peraturan KPI tentang
Pedoman Perilaku Penyiaran).
Hal-hal yang diatur mengenai pariwara di Indonesia berdasarkan EPI
(Etika Pariwara Indonesia) antara lain:
1. Bahasa
Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh
khalayak sasarannya, dan tidak menggunakan persandian (enkripsi) yang
dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh
perancang pesan iklan tersebut
2. Tanda Asteris (*)
Tanda asteris pada iklan di media cetak tidak boleh digunakan
untuk menyembunyikan, menyesatkan, membingungkan atau

Makalah Entrepreneurship Page 16


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
membohongi khalayak tentang kualitas, kinerja, atau harga sebenarnya
dari produk yang diiklankan, ataupun tentang ketidaktersediaan sesuatu
produk. Tanda asteris pada iklan di media cetak hanya boleh digunakan
untuk memberi penjelasan lebih rinci.
3. Pemakaian Kata "Gratis"
Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh
dicantumkan dalam iklan bila ternyata konsumen harus membayar biaya
lain. Biaya pengiriman yang dikenakan kepada konsumen juga harus
dicantumkan dengan jelas.
4. Pencantum Harga
Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus
ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan
diperolehnya dengan harga tersebut
5. Merendahkan
Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun
tidak langsung.
6. Peniruan
Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing
sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun
menyesatkan atau membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi
baik ide dasar, konsep atau alur cerita, setting, komposisi musik maupun
eksekusi. Dalam pengertian eksekusi termasuk model, kemasan, bentuk
merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi huruf dan gambar,
komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan
properti. Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih
dulu digunakan oleh sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan
hingga kurun dua tahun terakhir.
7. Pornografi dan Pornoaksi
Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan
cara apa pun, dan untuk tujuan atau alasan apa pun.

Makalah Entrepreneurship Page 17


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
H. Contoh Kasus Pelanggaran Etika Pariwara
1. Produk XL dan AS
Permasalahan yang terjadi: (pelanggaran terhadap UU RI NO. 8
TAHUN 1999 tentang perlindungan konsumen Pasal 9 ayat 8 yang
berbunyi “secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan
atau jasa lain”).
a. Banyak iklan yang mempromosikan produk mereka dengan cara
membandingkan nya dengan produk saingannya.
b. Ada beberapa iklan yang dianggap mengejek produk lain yang
sejenis dengan produk mereka dengan cara menyindir (berupa kata-
kata), menampilkan gambar produk lain (dengan sedikit
disamarkan), merendahkan iklan produk saingannya (dangan cara
mengutip kata-kata dari iklan produk tersebut).
Karena persaingan antar perusahaan untuk menarik dan
meningkatkan penjualan sebanyak-banyaknya, iklan kini tidak lagi
memperhatikan etikanya dalam hal promosi yang sebenarnya. Persaingan
tidak sehatpun terjadi. Sebagai contoh: Sebelumnya, iklan-iklan antara XL
dan AS tidak terlalu menarik perhatian pemirsa. Hal ini dikarenakan, iklan
hanya berisi informasi-informasi mengenai layanan-layanan yang
ditawarkan kedua operator tersebut. Namun akhir-akhir ini, iklan kedua
operator tesebut semakin menarik perhatian akibat aksi saling sindir yang
berlebihan dan melanggar etika yang seharusnya. Kronologinya seperti ini:
a. Awalnya XL membuat iklan Sule diwawancarai Baim. dalam iklan
ini tidak ada unsur menjelekkan kartu AS.
b. Beberapa bulan kemudian muncul iklan dari kartu As dengan
bintang Sule yang sebelumnya kita tahu ada di iklan kartu XL.
Dalam iklan ini, As menyindir XL dengan kata-kata:
Sule : “Saya kapok dibohongin ama anak kecil”. Dengan kata lain ia
menyindir iklan XL sewaktu Baim mewawancarainya.
c. Setelah iklan Sule As ramai dibicarakan, XL pun mengeluarkan
iklan lagi tetapi tidak menyindir As secara frontal, hanya membuat
perumpamaan yang menggunakan warna AS dalam iklan versi sulap.

Makalah Entrepreneurship Page 18


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
Menyindir dengan warna kerap digunakan operator untuk menyerang
satu sama lain.
d. Setelah iklan XL versi sulap keluar, akhirnya AS mengeluarkan
beberapa iklan sebagai pembalas sindiran iklan XL.
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat
(1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar Rupiah).
Hingga saat ini aksi saling sindir dalam iklan dengan produk
sejenispun masih kerap terjadi. Iklan tersebut berlomba-lomba
menunjukkan kebaikan produk dari perusaah sendiri dan menjelekkan
produk dari perusahaan lain. Iklan yang seharusnya informatif dan kreatif,
menjadi tidak lagi demikian karena hanya mementingkan keuntungan
perusahaan dengan cara yang frontal, meskipun masih ada iklan yang tetap
mempertahankan etika yang seharusnya. Padahal hal ini dapat
menimbulkan kebingungan publik dan pandangan negatif terhadap
produsen dalam iklan produk tersebut.
Pelanggaran ini termasuk dalam ammoral management dalam etika
bisnis karena pihak – pihak yang terlibat seharusnya sangat mengerti
dengan prosedur dan kodeetik perikalanan, akan tetapi mereka dengan
sengaja melanggar salah satu dari kode etik tersebut.
2. Produk HIT Dalam Perlindungan Konsumen

Produk HIT dianggap merupakan anti nyamuk yang efektif dan


murah untuk menjauhkan nyamuk dari kita. Tetapi, ternyata murahnya
harga tersebut juga membawa dampak negatif bagi konsumen HIT. Telah
ditemukan zat kimia berbahaya di dalam kandungan kimia HIT yang
dapat membahayakan kesehatan konsumennya, yaitu Propoxur dan
Diklorvos. 2 zat ini berakibat buruk bagi manusia, antara lain keracunan
terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan
terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung. Obat anti-
nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis

Makalah Entrepreneurship Page 19


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Departemen Pertanian juga telah
mengeluarkan larangan penggunaan Diklorvos untuk pestisida dalam
rumah tangga sejak awal 2004 (sumber : Republika Online). Hal itu
membuat kita dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak
sungguh-sungguh berusaha melindungi masyarakat umum sebagai
konsumen. Produsen masih dapat menciptakan produk baru yang
berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi pemerintah.
a. Jenis Pelanggaran ?
Pelanggaran prinsip etika bisnis yang dilakukan yaitu prinsip
kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada
konsumen mengenai kandungan yang ada pada produk mereka yang
sangat berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan juga tidak member
tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu ruangan di
semprot oleh produk itu semestinya di tunggu 30 menit terlebih
dahulu baru kemudian dapat dimasuki / digunakan ruangan tersebut.
b. Siapa Yang Melakukan Pelanggaran ?
PT. Megasari Makmur
c. Apa Akibatnya ?
Akibat dari 2 zat kimia Propoxur dan Diklorvos yang
berbahaya bagi manusia mengakibatkan keracunan terhadap darah ,
gangguan syaraf , gangguan pernapasan , gangguan terhadap sel tubuh
, kanker hati dan kanker lambung.
d. Apa Tindakan Pemerintah ?
Hal ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak
bersungguh-sungguh berusaha melindungi masyarakat umum sebagai
konsumen. karena masih banyak produsen menciptakan produk baru
yang berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi pemerintah.
e. Melanggar UU pasal berapa ?
Jika dilihat menurut UUD , PT. Megasari Makmur sudah
melanggar beberapa pasal, yaitu:
1) Pasal 4, hak konsumen

Makalah Entrepreneurship Page 20


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
Ayat 1: “hak atas kenyamanan, Keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang/jasa”
Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang/jasa”
PT. Megasari Makmur tidak pernah member peringatan
kepada konsumen tentang adanya zat-zat berbahaya di dalam
produk mereka. Akibat nya kesehatan konsumen dibahayakan
dengan alas an mengurangi biaya produksi HIT.
2) Pasal 7, kewajiban pelaku usaha
Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa serta memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”
PT. Megasari Makmur tidak pernah menberi indikasi
penggunaan pada produk mereka, dimana seharusnya apabila
sebuah kamar disemprot dengan pertisida, harus dibiarkan selama
setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.
3) Pasal 8
Ayat 1 : “pelaku usaha dilarang memproduksi / memperdagangkan
barang/jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar
yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan”
PT. Megasari Makmur tetap meluncurkan produk mereka
walaupun produk HIT tersebut tidak memenuhi standard ketentuan
yang berlaku bagi barang tersebut. Seharusnya, produk HIT
tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak di inginkan, tetapi mereka tetap menjual walaupun sudah ada
korban dari produknya.
4) Pasal 19
Ayat 1 : “pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi
atas kerusakan, pencemaran, dan kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang/jasa yang dihasilkan atau di perdagangkan”
Ayat 2 : “ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pengembalian uang atau penggantian barang/jasa yang

Makalah Entrepreneurship Page 21


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”
Ayat 3 : “pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu
7 hari setelah tanggal transaksi”
Menurut pasal tersebut PT. Megasari Makmur harus memberikan
ganti rugi kepada konsumen karena telah merugikan para
konsumen.

Makalah Entrepreneurship Page 22


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika wirausaha merupakan sebuah turunan dari etika bisnis yang
didalamnya mengatur tentang perilaku (etika) seorang
pengusaha/wirausahawan dalam memulai, menjalankan, hingga
mengembangkan bisnis/usahanya.Regulasi dan etika bisnis merupakan
seperangkat aturan, norma, nilai, dan kode etik yang harus diperhatikan para
pengusaha dalam menjalankan usaha/bisnisnya secara adil, sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat. Prinsip Etika dalan wirausaha antara lain yaitu
membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan atau
pengusaha, menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi
perusahaan, kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang
berlaku di mana-mana, etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral
menyangkut tindakan yang benar dan salah yang terjadi di dalam lingkungan
kerja.
Sikap dan perilaku seorang wirausaha menunjukkan bagaimana
etikanya dalam berusaha. Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian
karyawan suatu perusahaan, dan diberikan kepada seluruh pelanggan tanpa
pandang bulu. Etika dalam wirausaha antara lain diterapkan kepada
konsumen, karyawan, hubungan antar bisnis, investor dan lembaga-lembaga
keuangan terkait. Etika wirausaha bermanfaat bagi usaha yang dijalankan
karena dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah
dijadikan sebagai corporate culture dan sebagainya.
Akhir - Akhir ini sangat marak iklan iklan yang saling menjatuhkan dan
merendahkan antara sesama produk sejenis. Hal ini melanggar ketentuan
yang telah ditetapkan oleh EPI (Etika Pariwara Indonesia). Dinyatakan bahwa
pelanggaran etika periklanan adalah pelanggaran. Sejauh ini belum ada pihak
yang menuntut ke pihak yang berwajib.
Pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil
industry di pasar internasional. Ini bias terjadi sikap para pengusaha kita.

Makalah Entrepreneurship Page 23


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
Lebih extreme bila pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang
berlaku secara umum dan tidak mengikat itu. Kencendrungan makin
banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat ke prihatinan banyak pihak.
Pengabdian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja buat
masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak,
para pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan
nama mereka sendiri dan Negara.
B. Saran
Semua pengusaha yang menjalankan usaha atau bisnisnya harus
memperhatikan regulasi dan etika bisnis. Sebagaimana yang telah diatur
dalam undang-undang dan hukum yang berlaku sebagai bentuk kebijakan
perintah dalam perannya menertibkan iklim perekonomian nasional agar tetap
kondusif. Khususnya hubungan perusahaan dengan konsumen, perusahaan
lain, pemerintah, maupun masyarakat, agar usaha yang dijalankan tersebut
dapat berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan daya saingnya dengan
produk asing.Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
nasional.
Sebaiknya perusahaan/orang yang akan membuat iklan dapat memikirkan
ide yang lebih kreatif untuk mempromosikan produk/jasa mereka tanpa harus
menjatuhkan produk/jasa saingannya. Dan juga sebaiknya Diberikan
Penghargaan kepada iklan-iklan kreatif tanpa menjatuhkan produk lainnya,
hal ini agar dapat memotifasi insan periklanan agar lebib baik lagi
kedepannya.

Makalah Entrepreneurship Page 24


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Cetakan ke-
6, CV. Alfabeta. Bandung.
Arikunto, Suharsimi, 2003. Manajemen penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Band, Oliver. 1991. Membangun Kepuasan Pelanggan. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Keraf, Sony A, 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Kanisius,
Yogyakarta, Edisi Baru.
Muslich, 1998. Etika Bisnis Pendekatan Substantif dan Fungsional. Edisi Pertama.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
http://melisanti91.blogspot.com/2013/10/etika-dalam-bisnis.html diakses pada 1
Maret 2020
Sahetapy, W. L. (2019). Why E-commerce Business ethics needs? (Doctoral
dissertation, DIH Jurnal Ilmu Hukum Untag).
http://sekolahcirebon.blogspot.com/2014/09/pengertian-regulasi-bisnis.html
diakses pada 1 Maret 2020
http://baddaysp.blogspot.com/2013/10/pengertian-etika-bisnis-indikator-tika.html
diakses pada 2 Maret 2020
http://www.databaru.com/artikel/pengertian-regulasi-isnis#sthash.0nOf0ElG.dpbs
diakses pada 2 Maret 2020

Makalah Entrepreneurship Page 25


Etika kewirausahawan, pemasaran dan perundangan

Anda mungkin juga menyukai