PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan sekaligus kendaraan pendidikan mempunyai
peran yang sangat signifikan dan berkedudukan sentral dalam seluruh kgiatan
pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Mengingat
pentingnya kurikulum dalam dunia pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara
sembarangan saja.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan oleh hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam dan sesuai
dengan tantangan zaman. Karena kurikulum ibarat sebuah rumah yang harus
mempunyai pondasi agar dapat berdiri tegak, tidak rubuh dan dapat memberikan
kenyamanan bagi yang tinggal di dalamnya, pondasi tersebut ialah landasan-
landasan untuk kuriulum sebagai rumahnya, agar bisa memberikan kenyamanan
dan kemudahan bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan menjadikannya
produk yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat dan negaranya.
Bila landasan rumahnya lemah, maka yang ambruk adalah rumahnya sedangkan
jika landasan kurikulum yang lemah dalam pendidikan maka yang ambruk
adalah manusianya.
Robert S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan pokok
pengembangan kurikulum, yaitu: Philosophi and the nature of knowledge,
society and culture, the individual, and learning theory. Dengan berpedoman
pada empat landasan tersebut, maka perancangan dan pengembangan suatu
bangunan kurikulum yaitu pengembangan tujuan (aims, goals, objective),
pengembangan isi/ materi (content), pengembangan proses pembelajaran
(learning activities), dan pengembangan komponen evaluasi (evaluation), harus
didasarkan pada landasan filosofis, psikologis, sosiologis, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh karena itu, penyusunan dan
pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan
berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam
melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Curriculum
Menurut Alan C. Ornstain dan Francis P.Hunkins bahwa kurikulum dapat
diartikan menjadi beberapa bagian, yang pertama sebagai suatu rencana untuk
mencapai tujuan. Yang kedua adalah seluruh pengalaman belajar dari anak
dibawah bimbingan guru. Elliot Eisner menggambarkan kurikulum sebagai
program yang ditawarkan sekolah bagi para siswanya. Secara umum dapat
diartikan sebagai seperangkat rencana pembelajaran pada program pendidikan
yang bersifat menyeluruh yang tidak serta merta disusun namun ada landasan-
landasan, rekonstruksi pengetahuan dan pengaturan tentang isi, tujuan, dan
bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
B. Landasan Curriculum
1. Landasan Philosophy
Adapun yang dimaksud dengan landasan filosofis dalam pengembangan
kurikulum ialah asumsi-asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil
berpikir secra mendalam, analitis, logis, dan sistematis (filosofis) dalam
merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum
dalam bentuk program (tertulis), maupun kurikulum dalam bentuk
pelaksanaan (operasional) di sekolah.
Ilmu filsuf ini akan memberikan para pekerja kurikulum sebuah kerangka
kerja untuk mengatur sekolah dan kelas. Ini yang akan membantu untuk
menentukan tujuan sekolah, subjeck apa yang menjadi penilaian, bagaimana
siswa akan belajar, serta bahan dan metode apa yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa, filsafat
merupakan peangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah
pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh
suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu termasuk yang dianut oleh
perorangan sekalipun akan sangat mempengaruhi terhadap pendidikan yang
ingin direalisasikan.
4
hapalan, dan disiplin mental. Bagian kedua menjadi teks panduan yang
menjelaskan hakikat pembuatan kurikulum. Buku tahunan ini
mengidentifikasi sembilan ciri-ciri kurikulum yang ideal (lihat Ornstein
& Hunkins, 1988: 76).
Selama akhir tahun 1920an, 1930an, dan awal 1940an sejumlah
buku penting diterbitkan tentang prinsip dan proses kurikulum dan
tentang teknik untuk membantu guru membuat kurikulum. Harold
Rugg, ketua buku tahunan NSEE, yang mengikuti keyakinan Bobbitt
dan Charters tentang ‘ilmu kurikulum’ mengusulkan agar kurikulum
direncanakan oleh guru di awal dan menolak kurikulum yang
didasarkan pada kebutuhan atau minat spontan anak. Caswell berusaha
membantu guru dengan menyediakan prosedur pembuatan kurikulum
(Ornstein & Hunkins, 1988: 76 - 77).
Pembicaraan tentang kurikulum sebagai bidang kajian tidaklah
lengkap tanpa membicarakan Tyler. Dalam bukunya setebal 128
halaman yang berjudul Basic Principles of Curriculum and Instruction
Tyler mengajukan 4 pertanyaan pokok yang harus dijawab oleh
seseorang yang merencanakan atau menulis kurikulum: (1) tujuan
pendidikan apa yang akan dicapai sekolah? (2) pengalaman pendidikan
apa yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan tersebut? (3)
Bagaimana pengalaman pendidikan ini diorganisir secara efektif? dan
(4) Bagaimana kita bisa menentukan bahwa tujuan ini sedang dicapai?
(Ornstein & Hunkins, 1988: 78). Walaupun dikritik, model Tyler ini
menyimpulkan prinsip-prinsip terbaik pembuatan kurikulum selama
paruh pertama abad ke 20.
3. Landasan Spikologis
Psikologi berkenaan bagaimana orang belajar dan memberikan dasar
untuk memahami proses belajar-mengajar. Pertanyaan lain yang menarik ahli
psikologi dan ahli kurikulum adalah: Bagaimana seharusnya kurikulum
disusun untuk meningkatkan belajar?
11
BAB III
SIMPULAN
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan suatu rancangan sekaligus kendaraan pendidikan
mempunyai peran yang sangat signifikan dan berkedudukan sentral dalam
seluruh kgiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Kurikulum tidak serta merta disusun namun ada landasan-landasan
nya diantaranya menurut Alan C Ornstain yaitu : 1) Philosophy Foundation
yang merupakan asumsi-asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil
berpikir secra mendalam, analitis, logis, dan sistematis (filosofis) dalam
merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum dalam
bentuk program (tertulis), maupun kurikulum dalam bentuk pelaksanaan
(operasional) di sekolah.: 2) History Foundation yang merupakan historis dari
kurikulum yang dapat memberikan panduan bagi pekerja kurikulum pada masa
sekarang.: 3) Psichology Foundation yang berkenaan bagaimana orang belajar
dan memberikan dasar untuk memahami proses belajar-mengajar. Landasan
psikologi akan membantu pekerja kurikulum bagaimana seharusnya kurikulum
disusun untuk meningkatkan belajar.: 4) Social Foundation merupakan asumsi-
asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum. Karakteristik sosial budaya dimana peserta
didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata, Nana Syaodih,( 2013) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sulistio(2018) Landasan Historis dan Sosiologis Pengembangan Kurikulum.
http://mysulistio.blogspot.com, diakses pada 5 September 2019
Allan C. Ornstein dan Francis P. Hunkins. 1988. Curriculum: Foundation,
Principles, And Issues, Fourth Edition. Boston USA: Pearson Education
Zaiz, S. Robert.(1976).curriculum, principles foundatios. New York: Harper & Row,
Publishers.