Anda di halaman 1dari 3

1.

Latar Belakang Pemikiran


Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat signifikan,
sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung atau rumah yang
tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi
goncangan yang kencang, bangunan tersebut akan mudah roboh. Demikian pula dengan
halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum terebut
akan mudah terombang-ambing dan yang menjadi taruhannya adalah manusia sebagai peserta
didik yang dihasilkan oleh pendidik itu sendiri.
Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum diantaranya
Robert S. zais mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : Philosopy
and nature of knowledge, society and culture, the individual dan learning theory.
Sedangkan S. Nasution berpendapat dalam bukunya “ Pengembangan Kurikulum”
yaitu asas filosofis yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan, asas
sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi, asas
organisatoris yang memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu
disusun, bagaimana luas dan urutannya dan asas psikologis yang memberikan prinsip-prinsip
tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang
disediakan dapat dicernakan dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangnnya.
Serta Nana Syaodih Sukmadinata berpendapat dalam bukunya “ Pengembangan Kurikulum
Teori Dan Praktik” bahwa keempat landasan itu yaitu landasan filosofis, psikologis, sosial
budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlepas dari itu semua bahwa
pada intinya semua sama. Dapat disederhanakan bahwa ketiga pendapat diatas semuanya
berpendapat sama sehingga dapat saling melengkapi. Untuk itu empat landasan tersebut dapat
dijadikan landasan utama dalam pengembangn kurikulum yaitu landasan filosofis, psikologis,
sosiologis, budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan landasan
organisatoris.

2. Identifikasi Masalah

3. Tujuan dan Kegunaan


4. Materi yang dicantumkan
Oemar Hamalik (2006) menyatakan pengembangan kurikulum merupakan proses
dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntunan perubahan struktural pemerintahan,
perkembangan ilmu dan teknologi maupun globalisasi.
Kebijakan umum dalam dalam pengembangan kurikulum harus sejalan dengan visi
misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional yang dituangkan dalam kebijakan
peningkatan angka partisipasi, mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Kebijakan umum
dalam pengembangan kurikulum nasional mencakup prinsip-prinsip:
- Keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestika
- Kesamaan memperoleh kesempatan
- Memperkuat identitas nasional
- Menghadapi abad pengetahuan.
- Menyongsong tantangan teknologi informasi dan komunikasi
- Mengembangkan keterampilan hidup
- Mengintegrasikakn unsur-unsur penting ke dalam kurikulum
- Pendidikan alternatif
- Berpusat pada anak sebagai pembangunan pengetahuan
- Pendidikan multikultur
- Penilaian berkelanjutan
- Pendidikan sepanjang hayat.
Oemar Halik (2006) menjelaskan juga bahwa: 1) kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan angka partisipasi pendidikan menuntut pengembangan kurikulum yang dapat
meminimalkan angka putus sekolah dan mengulang kelas, penyelenggaraan pendidikan serta
terbuka dan polivalen lintas jenis, jenjang dan jalur pendidikan, serta penyelenggaraan
pendidikan yang didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai serta sesuai
dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan. 2) Kebijakan Pengembangan Kurikulum
yang bertujuan meningkatkan relevansi program pendidikan dapat dicapai melalui
pengembangan kurikulum daerah dan sekolah. Pengembangan kurikulum unggulan perlu
melibatkan serta masyarakat. Pemenuhan aspirasi masyarakat menjadi pemandu tolak ukur
keberhasilan dalam pengembangan. 3) Kebijakan pengembangan kurikulum yang mendukung
efesiensi penyelenggaraan pendidikan ditandai dengan fleksibilitas kurikulum yang dapat
diakses oleh peserta didik dan oleh karena itu dikembangkan kurikulum berdeversifikasi, baik
pada tingkat satuan pendidikan secara terbuka dan polivalen, selain bertujuan untuk
meningkatkan angka partisipasi juga meningkatkan efesiensi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Pada proses pengembangan kurikulum terdapat dua pedoman utama yaitu
pengembangann pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman instruksional.
1. Pedoman kurikulum meliputi: a) latar belakakng yang berisi rumusan falsafah dan tujuan
lembaga pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau mata
kuliah, struktur organisasi bahan pelajaran. b) Silabus yang berisi mata pelajaran secara
lebih terinci yang diberikan yaitu scope (ruang lingkup) dan squencenya (urut
pengajiannya). c) desain evaluasi termasuk strategi revisi atau perbaikian kurikulum
menjadi bahan pelajaran dan strategi instruksional
2. Pedoman instruksional untuk tiap mata pelajaran yang dikembangkan berdasarkan silabus.
Pembuatan Keputusan Kurikulum
Pada kebijakan kurikulum tentu ada partisipan sebagai pembuat keputusan kurikulum. Ada 6
level pembuatan keputusan dalam pengembangan kurikulum yaitu akademis, kemasyarakatan,
formal, institusional, operasional, dan eksperiensial:
1. Level akademis: meliputi para pakar, professor, para ilmuwan, para pendidik dan para
masyarakat terpelajar yang memilik disiplin akademis mengenai dasar dasar kurikulum
2. Level kemasyarakatan: meliputi semua masyarakat awwam dan kelompok-kelompok
terorganisir yang tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan pendidikan para siswa
sehari-hari, dan mempengaruhi kurikulum, seperti agen-agen pemerintahan, para
pembisnis, dan para industri.
3. Level formal: meliputi individudan kelompok yang memiliki tanggung jawab dan
pengaruh pada kurikulum yang tidak ditugaskan pada sekolah khusus, seperti agen agen
federal, negara bagian, penerbit buku teks, dan organisasi-oragnisasi perserikatan
pendidikan.
4. Level institusiona: meliputi individual pada lembaga pendidikan resmi seperti pejabat
pemangku jabatan tingkat PT dan sekolah, serta pendidik-pendidik yang terlibat.
5. Level operasional: meliputi pendidik (guru atau dosen) yang langsung berinteraksi dengan
peserta didik.
6. Level eksperiensial: kurikulum yang teruraikan dan terlakasana dalam kelas sebagai
keterlibatan dari pendidik dan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai