Anda di halaman 1dari 25

PENGELOLAAN KEUANGAN MADRASAH

KEMENTERIAN AGAMA
BADAN LITBANG DAN DIKLAT
PUSDIKLAT TENAGA ADMINISTRASI

0
KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN MADRASAH

A. Pengertian Manajemen Keuangan


Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan tertib, lancar, efektif dan efisien.
Kegiatan di madrasah yang sangat kompleks membutuhkan pengaturan yang baik.
Keuangan di madrasah merupakan bagian yang amat penting karena setiap kegiatan
butuh uang. Keuangan juga perlu diatur sebaik-baiknya. Untuk itu perlu manajemen
keuangan yang baik. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan
pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian.
Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-
sumber pendanaan, pemanfaatan dana (Lipham, 1985; Keith, 1991), pelaporan,
pemeriksaan dan pertanggungjawaban. Di dalam manajemen keuangan madrasah
terdapat rangkaian aktivitas terdiri dari perencanaan program madrasah, perkiraan
anggaran, dan pendapatan yang diperlukan dalam pelaksanaan program, pengesahan
dan penggunaan anggaran madrasah. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai
tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,
pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan (Depdiknas Ditjen Dikdasmen, 2000).
Dengan demikian manajemen keuangan madrasah merupakan rangkaian aktivitas
mengatur keuangan madrasah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan madrasah.

B. Tujuan Manajemen Keuangan Madrasah


Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan
madrasah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara
transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program madrasah secara
efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan madrasah
2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan madrasah.
3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran madrasah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala madrasah

1
dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai
dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara
benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

C. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Madrasah


Manajemen keuangan madrasah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-
undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Di samping
itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip
tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.

1. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti
adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang
manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen
keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya,
rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi
keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orang tua,
masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di
madrasah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik
antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga madrasah melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang
akurat dan memadai.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga madrasah
dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah
(RAPBS) bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata
usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah
mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima
madrasah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan
informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap madrasah.

2
2. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas
performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi
tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan
uang madrasah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku
maka pihak madrasah membelanjakan uang secara bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya
transparansi para penyelenggara madrasah dengan menerima masukan dan
mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola madrasah , (2) adanya standar
kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif
dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang
murah dan pelayanan yang cepat
3. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner
(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas tidak
berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan
pencapaian visi lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”.
Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan
memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan
untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan
dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi

Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency ”characterized


by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik
antara masukan (input) dan keluaran(out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang
dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari
dua hal:
a. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya:
3
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang
sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
Ragam efisiensi dapat dijelaskan melalui hubungan antara penggunaan waktu,
tenaga, biaya dan hasil yang diharapkan dapat dilihat pada Gambar.6 berikut ini:
Banyak menggunakan
waktu, tenaga, dan
biaya A

Penggunaan
waktu, tenaga,
dan biaya lebih B D
sedikit
Hasil
Paling sedikit Tertentu
menggunakan C
waktu, tenaga,
dan biaya

Gambar. 2.1. Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya dan Hasil


yang Diharapkan
Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan daya C dan hasil D yang paling
efisien, sedangkan penggunaan daya A dan hasil D menunjukkan paling tidak efisien.
b. Dilihat dari segi hasil
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya
tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.
Ragam efisiensi tersebut dapat dilihat dari Gambar 7 berikut ini:

B Hasil terkecil

Penggunaan
waktu, biaya, C
A Hasil sedang
dan tenaga
tertentu

D Hasil besar

Gambar. 2.2. Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya tertentu dan Ragam
Hasil yang Diperoleh

4
Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil B
paling tidak efisien. Sedangkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil D
paling efisien.
Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan terselenggaranya
pelayanan terhadap masyarakat secara memuaskan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

5
PERENCANAAN KEUANGAN MADRASAH

A. Proses Perencanaan Keuangan Madrasah


Secara umum proses manajemen keuangan madrasah meliputi: perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggung-jawaban. Perencanaan
merupakan langkah awal dalam proses manajemen keuangan. Perencanaan adalah
suatu proses yang rasional dan sistematis dalam menetapkan langkah-langkah kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian
tersebut mengandung unsur-unsur bahwa di dalam perencanaan ada proses, ada
kegiatan yang rasional dan sistematis serta adanya tujuan yang akan dicapai.
Perencanaan sebagai proses, artinya suatu kejadian membutuhkan waktu, tidak dapat
terjadi secara mendadak. Perencanaan sebagai kegiatan rasional, artinya melalui proses
pemikiran yang didasarkan pada data yang riil dan analisis yang logis, yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan tidak didasarkan pada ramalan yang intuitif. Perencanaan
sebagai kegiatan yang sistematis, berarti perencanaan meliputi tahap-tahap kegiatan.
Kegiatan yang satu menjadi landasan tahapan berikutnya. Tahapan kegiatan tersebut
dapat dijadikan panduan sehingga penyimpangan dapat segera diketahui dan diatasi.
Sedangkan tujuan perencanaan itu sendiri arahnya agar kegiatan yang dilaksanakan
tidak menyimpang dari arah yang ditentukan. Yang perlu diperhatikan di dalam
perencanaan keuangan madrasah antara lain menganalisis program kegiatan dan
prioritasnya, menganalisis dana yang ada dan yang mungkin bisa diadakan dari berbagai
sumber pendapatan dan dari berbagai kegiatan.
Perencanaan keuangan madrasah disesuaikan dengan rencana pengembangan
madrasah secara keseluruhan, baik pengembangan jangka pendek maupun jangka
panjang. Pengembangan jangka pendek berupa pengembangan satu tahunan.
Pengembangan jangka panjang berupa pengembangan lima tahunan, sepuluh tahunan,
bahkan dua puluh lima tahunan. Berdasarkan rencana pengembangan madrasah, baik
jangka pendek maupun jangka panjang, maka dibuatlah perencanaan keuangan
madrasah baik perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.

6
RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber
pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta
beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran.
Dengan demikian RAPBS berisi tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya baik
rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan dan jumlah nominalnya dalam satu tahun
anggaran.

Penyusunan RAPBS perlu memperhatikan asas anggaran antara lain:

1. Asas kecermatan
Anggaran harus diperkirakan secara cermat, baik dalam hal penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian sehingga dapat efektif dan terhindar dari kekeliruan dalam
penghitungan.

2. Asas Terinci
Penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat dilihat rencana kerja yang
jelas serta dapat membantu unsur pengawasan.

3. Asas Keseluruhan
Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan dari suatu organisasi
secara menyeluruh dari awal tahun sampai akhir tahun anggaran.

4. Asas Keterbukaan
Semua pihak yang telah ditentukan oleh peraturan atau pihak yang terkait dengan
sumber pembiayaan madrasah dapat memonitor aktivitas yang tertuang dalam
penyusunan anggaran maupun dalam pelaksanaannya.

5. Asas Periodik
Pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas.

6. Asas Pembebanan.
Dasar pembukuan terhadap pengeluaran dan penerimaan anggaran perlu diperhatikan.
Kapan suatu anggaran pengeluaran dibebankan kepada anggaran ataupun suatu
penerimaan menguntungkan anggaran perlu diperhitungkan secara baik.

Dalam penyusunan RAPBS, kepala madrasah sebaiknya membentuk tim yang terdiri dari
dewan guru dan pengurus komite madrasah. Setelah tim dan Kepala madrasah menyelesaikan
tugas, merinci semua anggaran pendapatan dan belanja madrasah, Kepala madrasah
menyetujuinya. Pelibatan para guru dan pengurus komite madrasah ini akan diperoleh rencana

7
yang mantap, dan secara moral semua guru, kepala madrasah dan pengurus komite madrasah
merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana tersebut.

Proses penyusunan RAPBS yang partisipatif dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut:

Kepala madrasah Kepala madrasah mengundang


mempelajari visi, guru dan Pengurus Komite
misi, program madrasah untuk menyusun
utama sekolah draft RAPBS
madrasah yang
telah ada
Kepala madrasah bersama guru
dan Pengurus Komite
madrasah membahas draft dan
menetapkan RAPBS

RAPBS sudah siap dilaksanakan

Gambar. 9 Proses Penyusunan RAPBS

Dalam menetapkan jumlah anggaran, dua hal yang perlu diperhatikan yaitu unit cost
(satuan biaya) dan volume kegiatan. Setiap program dan penganggarannya perlu memperhatikan
kedua hal tersebut. Misalnya untuk anggaran rutin, SBP (Sumbangan Biaya Pendidikan), BKM
(Bantuan Khusus Murid), jenis kegiatan dan satuan biayanya sudah ditentukan. Kepala madrasah
bersama guru dan pihak lain yang terlibat langsung misalnya komite madrasah diharapkan
menyusun prioritas penggunaan dana per-mata anggaran secara cermat.

Secara rinci langkah penyusunan RAPBS, yaitu:

1. Inventarisasi kegiatan untuk tahun yang akan datang, baik kegiatan rutin maupun
kegiatan pembangunan/pengembangan berdasarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pada tahun sebelumnya, analisis kebutuhan tahun berikutnya, dan masukan dari seluruh
warga madrasah maupun Komite madrasah.
2. Inventarisasi sumber pembiayaan baik dari rutin maupun pengembangan.
3. Penyusunan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) yang lengkap berdasarkan Langkah
poin (1) dan (2). Kepala madrasah membuat tabel RKS yang terdiri dari kolom-kolom

8
nomor urut, uraian kegiatan, sasaran, kolom-kolom perincian dana dari berbagai
sumber, dan kolom jumlah. Tabel tersebut diisi sesuai kolom yang ada.
4. Penyusunan RAPBS. Kepala madrasah membuat tabel RAPBS yang terdiri dari kolom-
kolom, yaitu kolom rencana penerimaan dan jumlahnya, kolom rencana pengeluaran
dan jumlahnya. Tabel tersebut diisi kemudian ditandatangani oleh Kepala madrasah dan
Ketua Komite madrasah dan diketahui oleh Kepala Dinas Pendidikan setempat.
Salah satu implikasi dari penerapan Manajemen Berbasis Madrasah sebagaimana
diamanatkan dalam perundang-undangan sistem pendidikan adalah diharuskannya
pimpinan madrasah (terutama Kepala madrasah) untuk mengemban tanggung jawab yang
lebih besar dalam proses pengembangan RAPBS. Oleh karena itu disarankan agar
pimpinan itu menyadari berbagai masalah yang harus mereka hadapi untuk
melaksanakan tanggung jawab yang besar itu. Berikut ini diuraikan beberapa masalah
yang sering muncul dalam proses penyusunan RAPBS.

1. Anggaran diusulkan didasarkan uang yang tersedia dan tidak didukung


pengetahuan yang memadai
Madrasah yang melibatkan guru atau pihak lain dalam penyusunan anggaran
kadang-kadang mendapati usulan anggaran dari orang-orang yang tidak benar-benar
membutuhkan apa yang mereka minta atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai barang-barang itu atau bagaimana mereka akan menggunakannya. Banyak
guru, misalnya, mengusulkan produk-produk baru komputer yang mereka ketahui hanya
melalui cerita dari mulut ke mulut bahwa produk itu efektif membantu kegiatan belajar
siswa.
Untuk mencegah masalah ini disarankan agar kepala madrasah meminta semua
pihak yang mengajukan anggaran untuk membuat alasan-alasan tertulis pada setiap butir
usulan, bagaimana akan digunakan, dan sejauh mana calon pengguna itu telah
memahami pengetahuan yang diperlukan untuk memanfaatkan barang yang diusulkan
itu atau pengetahuan atau keterampilan apa yang ia perlukan agar dapat
memanfaatkannya dengan baik. Selain itu pengusul juga perlu diminta menunjukkan
apakah usulannya tersebut benar-benar dibutuhkan atau bersifat esensial.

9
2. Kurang lengkapnya penjelasan tentang pentingnya usulan anggaran untuk
meningkatkan belajar siswa
Usulan anggaran dapat dimaksudkan untuk penggantian atau penambahan
barang yang dimiliki. Masalah yang sering muncul berkaitan dengan ini adalah bahwa
ketidakjelasan keterkaitan antara item-item yang diusulkan itu dengan peningkatan
kegiatan beajar siswa dan bagaimana peningkatan itu akan diukur. Untuk mencegah hal
ini kepala madrasah perlu meminta para pengusul untuk memberikan alasan-alasan yang
kuat bagaimana barang-barang yang diusulkan akan membantu meningkatkan belajar
siswa dan bagaimana peningkatan belajar itu akan diukur.

3. Penurunan anggaran pendidikan dari tahun ke tahun


Kebijakan wakil rakyat, kondisi perekonomian, pergantian pemimpin politik (bupati,
wali kota, gubernur) di daerah atau program-program kemasyarakatan lain sering
berdampak pada pengurangan anggaran pendidikan yang disediakan oleh pemerintah.
Selain beberapa kondisi eksternal itu, penurunan anggaran juga sering terjadi karena
faktor internal madrasah. Penurunan jumlah siswa merupakan kondisi internal yang paling
dominan penurunan anggaran madrasah. Kemungkinan terjadinya pengurangan
semacam ini sangat beragam antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Namun
demikian tidak ada satu daerahpun yang dapat menjamin terbebas dari hal itu.
4. Kurangnya kemampuan dalam mengevaluasi usulan anggaran
Kepala madrasah biasanya seorang generalis yang bekerja bersama sekelompok
guru yang merupakan para spesialis mata pelajaran tertentu. Kepala madrasah ada
kalanya juga memiliki spesialisasi di bidang-bidang tertentu. Akan tetapi kecil
kemungkinannya seorang kepala madrasah mampu menguasai dengan baik semua
bidang dalam program pendidikan. Konsekuensinya, selama penyusunan RAPBS,
kepala madrasah sering menerima usulan anggaran pada bidang-bidang yang ia hanya
memiliki pengetahuan yang sangat terbatas.
Untuk mengurangi dampak negatif dari keterbatasan tersebut, kepala madrasah
dapat melakukan satu atau lebih dari alternatif-alternatif berikut. Pertama, kepala
madrasah dapat meminta guru yang memiliki keahlian yang cukup untuk membantu
melakukan justifikasi usulan yang kepala madrasah tidak memiliki cukup pengetahuan.

10
Dampak negatif dari alternatif ini adalah kepala madrasah dapat dipandang hanya sebagai
tukang stempel atas usulan anggaran yang dibuat guru.
Alternatif kedua adalah kepala madrasah berusaha meningkatkan
pengetahuannya tentang hal-hal yang ia belum tahu. Meskipun cara ini fisibel dan harus
diusahakan semaksimal mungkin oleh kepala madrasah sebagai bagian dari tanggung
jawab yang diembannya, meskipun cara itu tetap tidak akan mampu menjawab semua
masalah di atas.
Alternatif ketiga adalah memanfaatkan jasa konsultansi dari orang-orang yang ada
di lingkungan madrasah yang dapat membantu kepala madrasah, seperti pengawas mata
pelajaran, atau ahli dari universitas untuk mengevaluasi usulan anggaran yang bersifat
khusus di atas. Dengan asumsi bahwa konsultan semacam itu dapat diperoleh, kepala
madrasah harus tetap hati-hati dalam memilih konsultan agar obyektivitas penilaian
usulan anggaran benar-benar terjamin.

5. Permintaan untuk membeli barang bermerk tertentu atau ancaman sentralisasi


anggaran
Banyak pihak yang mengusulkan anggaran menuntut merk-merk tertentu karena
mereka yakin bahwa merk itu memiliki kualitas dan kesesuaian yang tinggi dengan
kebutuhan mereka. Terkait dengan usulan semacam ini muncul karena hal itu terlarang
dalam proses pengadaan yang menggunakan anggaran pemerintah. Pengadaan melalui
tender melarang penyebutan merk tertentu atas barang atau jasa yang akan diadakan
dengan maksud agar diperoleh harga terrendah dalam rangka efisiensi penggunaan
uang negara.
Untuk mengatasi hal itu, pengusul anggaran harus berusaha keras agar barang
yang diperoleh terjaga kualitas, keawetan, dan kebermanfaatanya dengan cara
menyebutkan secara rinci spesifikasi barang atau jasa yang diusulkan. Selain itu
keterlibatan para pengguna dalam penentuan usulan anggaran juga merupakan cara
yang dapat membantu mengatasi permasalahan merk tersebut. Keterlibatan pengguna
ini juga akan mendorong optimalisasi pemanfaatan ketika barang itu telah tersedia.

11
Selain itu, kecenderungan menggunakan barang dengan merk tertentu juga dapat
bermasalah ketika harus terjadi pergantian staf. Staf pengganti akan mengalami kesulitan
jika sebelumnya ia tidak pernah mengoperasikan barang dengan merk tertentu itu.

6. Kurangnya pembinaan, komunikasi dan konsultasi dengan pihak-pihak terkait


Oleh karena proses penyusunan RAPBS sangat rumit, maka diperlukan
pembinaan dan konsultasi yang intensif dari pihak terkait, misalnya Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten. Konsultansi semacam itu penting untuk semua aspek manajemen
madrasah, akan tetapi jauh lebih penting berkaitan dengan proses penganggaran. Namun
sayangnya, persoalan kurangnya pembinaan dan konsultasi ini paling sering dijumpai di
berbagai tempat.
Kurangnya konsultasi dan komunikasi tersebut dapat terjadi pada dua periode: (a)
tahap awal, dan (2) tahap setelah usulan anggaran dikirimkan ke pihak yang lebih atas
(Dinas Pendidikan atau Yayasan). Persoalan yang sering terjadi pada tahap awal adalah
kurangnya informasi yang diperoleh madrasah mengenai kebijakan anggaran yang
berlaku di suatu wilayah dimana madrasah berada. Kebijakan dimaksud dapat mencakup
jumlah dan alokasi anggaran, prosedur dan mekanisme perencanaan dan pengusulan
anggaran, dan parameter-parameter pengelolaan keuangan lainnya. Bahkan sering
dialami sampai dengan saat tahun pelajaran telah berlangsung, pihak madrasah belum
mendapatkan gambaran yang pasti mengenai informasi-informasi tersebut. Madrasah
juga sering menerima informasi yang penuh ketidak-pastian mengenai kebijakan
anggaran daerah atau pusat.
Persoalan komunikasi sering juga terjadi saat usulan anggaran madrasah telah
diserahkan kepada pengambil keputusan di tingkat yang lebih tinggi. Modifikasi mata
anggaran, pemangkasan alokasi anggaran, atau perubahan-perubahan lain sering
dilakukan oleh pengambil keputusan itu tanpa dikomunikasikan lebih dahulu dengan
madrasah.
Persolan rendahnya derajat komunikasi juga dapat terjadi karena kurangnya
inisiatif madrasah untuk berkonsultasi dengan pihak di atasnya. Selain itu berbagai
tekanan yang berasal dari pihak-pihak di luar Dinas Pendidikan, seperti Dewan
Pendidikan, Kepala Daerah, DPRD, dan pihak-pihak lain juga sering membuat pihak

12
Dinas Pendidikan terpaksa melakukan perubahan usulan anggaran madrasah tanpa
memiliki cukup waktu untuk membahasnya dengan madrasah pengusul. Satu-satunya
cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi persoalan komunikasi tersebut adalah pihak
madrasah harus selalu proaktif untuk mendapatkan informasi yang cukup mengenai
parameter-parameter penganggaran yang harus dijadikan pegangan dalam proses
penyusunan RAPBS dan juga terus memantau perkembangan proses penetapan
anggaran yang telah diserahkan kepada pengambil keputusan tersebut.

13
PELAKSANAAN KEUANGAN MADRASAH
Di dalam bab IX pasal 62 Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan disebutkan standar pembiayaan meliputi:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal
kerja tetap.
3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada
gaji,

b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.

5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri


berdasarkan usulan BSNP.

Penjabaran program di tingkat madrasah mengacu pada standar minimal yang


telah disebutkan di atas
Selanjutnya untuk menunjang terlaksananya pengelolaan keuangan yang baik,
kepala madrasah hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Perlengkapan administrasi keuangan, yaitu madrasah memiliki tempat khusus untuk
menyimpan perlengkapan administrasi keuangan, memiliki alat hitung, dan memiliki
buku-buku yang dibutuhkan.
2. RAPBS, yaitu madrasah memiliki RAPBS yang telah disyahkan oleh Kepala madrasah,
Ketua Komite madrasah, serta pejabat yang berwenang misalnya Kepala Dinas
Pendidikan setempat, serta memiliki program penjabarannya sebagai acuan dalam
setiap penggunaan dan pelaporan keuangan madrasah.

14
3. Pengadministrasian keuangan, yaitu madrasah memiliki catatan logistik (uang dan
barang) sesuai dengan mata anggaran dan sumber dananya masing-masing, madrasah
memiliki buku setoran ke Bank/KPKN/yayasan, memiliki daftar penerimaan gaji/honor
guru dan tenaga kerja lainnya, dan yang terakhir madrasah memiliki laporan keuangan
triwulan dan tahunan (dikembangkan dari Ditdiknas,1995/1996)
Untuk melaksanakan tugas tersebut maka di tiap lembaga pendidikan memiliki
pengelola keuangan yang disebut Bendaharawan. Bendaharawan adalah orang yang
diberi tugas penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang atau
kertas berharga. Bendaharawan berkewajiban mengirimkan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) tentang perhitungan mengenai pengurusan yang dilakukan.
Bendaharawan madrasah memiliki tugas menerima, mencatat dan mengeluarkan
keuangan sesuai dengan anggaran yang disetujui kepala madrasah. Pengurusan
kebendaharawanan yang dilakukan oleh bendaharawan dalam bentuk perbuatan
menerima, menyimpan, dan membayar atau menyerahkan uang atau kertas berharga
dan barang-barang, baik milik negara maupun milik pihak ketiga yang pengurusannya
dipercayakan kepada negara.
Di tiap madrasah ada beberapa bendaharawan. Menurut objek pengurusannya ada dua
macam bendaharawan, yaitu bendaharawan uang dan bendaharawan barang. Bendaharawan
uang membukukan keuangan sesuai dengan sumber yang diterima madrasah, misalnya
bendaharawan rutin, SPP-DPP, OPF, BP3, dan sebagainya. Di samping itu ada bendaharawan
barang yang bertugas menerima pembelian barang dan bahan habis pakai, misalnya alat tulis
kantor.

Menurut sifat tugasnya ada dua macam bendaharawan uang, yaitu bendaharawan
umum dan bendaharawan khusus.
1. Bendaharawan umum adalah bendaharawan yang diserahi tugas pengurusan
kebendaharawanan seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam pelaksanaan
APBN.
2. Bendaharawan khusus adalah bendaharawan yang diserahi tugas pengurusan
kebendaharawanan uang di setiap instansi yang mempunyai anggaran.
Bendaharawan khusus terdiri dari bendaharawan khusus penerimaan dan
bendaharawan khusus pengeluaran.
a. Bendaharawan khusus penerimaan.

15
Bendaharawan ini diserahi tugas pengurusan kebendaharawanan Uang khusus
penerimaan negara saja dalam pelaksanaan APBN. Bendaharawan tersebut
merupakan mata rantai penghubung antara pihak pembayar/ wajib bayar
pendapatan negara tertentu dengan kas negara.

b. Bendaharawan khusus pengeluaran.


Bendaharawan ini diserahi tugas pengurusan kebendaharawanan Uang khusus
pengeluaran negara saja dalam pelaksanaan APBN.

16
PENGAWASAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN
MADRASAH

Pengawasan keuangan di madrasah dilakukan oleh kepala madrasah dan instansi


vertikal di atasnya, serta aparat pemeriksa keuangan pemerintah. Terkait dengan
pengawasan dari luar madrasah, kepala madrasah bertugas menggerakkan semua
unsur yang terkait dengan materi pengawasan agar menyediakan data yang dibutuhkan
oleh pengawas. Dalam hal ini kepala madrasah mengkoordinasikan semua kegiatan
pengawasan sehingga kegiatan pengawasan berjalan lancar.
Kegiatan pengawasan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui: (a) kesesuaian pelaksanaan anggaran dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dan dengan prosedur yang berlaku, (b) kesesuaian hasil yang dicapai baik di
bidang teknis administratif maupun teknis operasional dengan peraturan yang ditetapkan,
(c) kemanfaatan sarana yang ada (manusia, biaya, perlengkapan dan organisasi) secara
efesien dan efektif, dan (d) sistem yang lain atau perubahan sistem guna mencapai hasil
yang lebih sempurna.
Tujuan pengawasan keuangan ialah untuk menjaga dan mendorong agar: (a)
pelaksanaan anggaran dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah digariskan, (b)
pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan instruksi serta asas-asas yang telah ditentukan,
(c) kesulitan dan kelemahan bekerja dapat dicegah dan ditanggulangi atau setidak-tidaknya dapat
dikurangi, dan (d) pelaksanaan tugas berjalan efesien, efektif dan tepat pada waktunya.

Sumber Dana di Madrasah dan Pola Pengelolaannya

Sumber Dana

Dana yang diterima oleh madrasah berasal dari beberapa sumber, berbeda-beda menurut
jenjang dan jenis madrasah. Beberapa variasi sumber pendanaan madrasah dapat diuraikan
sebagai berikut.

1. Biaya Operasional Sekolah (BOS)

Untuk Sekolah SD/MI dan SMP/MTs sumber pendanaan umumnya hanya berasal dari satu
sumber yaitu berasal dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah).

2. APBD Kabupaten/Kota

17
Di beberapa Kabupaten/Kota ada pula kebijakan memberikan dana ke sekolah (SMP/MTs dan
SD/MI) yang berasal dari APBD II. Penamaan pemberian dana tersebut bermacam-macam
ada yang menyebut dana operasional rutin, dana operasional sekolah (DOS), Bantuan
Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) dan sebagainya.

3. Komite Sekolah/Orang Tua

Di beberapa sekolah sumbangan orang tua murid bahkan lebih besar dibanding dengan
sumber dana lain.

4. Yayasan

Untuk SD/MI dan SMP/MTs Swasta, sumber dana selain berasal dari BOS, ada juga yang
berasal dari Yayasan.

5. Sumber lain

Yang dimaksud dengan sumber lain adalah sumber dana yang berasal dari pihak lain yang
punya kepedulian tinggi terhadap pendidikan atau dari lembaga internasional yang membantu.

Tabel 16 menggambarkan tentang kemungkinan sumber-sumber pendanaan yang dimiliki


oleh sekolah.

Tabel 16. Kemungkinan Sumber Pendanaan Sekolah

Dalam penyusunan Laporan Keuangan Terpadu, semua dana yang diterima dari berbagai
sumber tersebut perlu diintegrasikan dan disajikan menjadi satu dalam Laporan Keuangan. Oleh
karena itu sebelum menyusun LKT terlebih dahulu perlu diidentifikasi sumber-sumber pendanaan
yang ada di sekolah.

18
Pola Pengelolaan

Pola pengelolaan keuangan secara umum berbeda-beda untuk masing-masing sumber.


dana dari BOS, pola pengelolaan dan penyusunan laporannya sudah standar sesuai dengan
Pedoman yang ada. Demikian pula pengelolaan dana yang berasal dari APBD II dan APBN,
pada umumnya sudah ada pedoman yang standar.

Sementara untuk dana yang berasal dari pungutan/sumbangan dari orang tua
murid/komite dapat berbeda-beda antar sekolah. Dari hasil uji coba ditemukan beberapa pola
pengelolaan dana yang berasal dari orang tua/ komite sekolah sebagai berikut.

1. Dana dikumpulkan oleh madrasah dan diberikan kepada Komite madrasah untuk pengelolaan/
penggunaan

2. Dana dikumpulkan oleh madrasah dan dikelola bersama antara pihak madrasah dan komite
madrasah

3. Dana dikumpulkan oleh madrasah dan diberikan kepada Yayasan (swasta) dan madrasah
mendapat dana dari Yayasan sesuai kebutuhan untuk pengelolaan/penggunaan

4. Dana dikumpulkan oleh Komite madrasah dan dikelolaan/penggunaan dilakukan oleh Komite
madrasah.

Jangka Waktu dan Manfaat Pelaporan

Laporan Keuangan Terpadu dibuat dalam kurun waktu triwulanan. Hal itu dilakukan
karena sesuai dengan laporan keuangan dari dana BOS. Namun demikian jika dianggap perlu
maka Laporan Keuangan Terpadu dapat dibuat setiap bulan. Tidak dianjurkan untuk membuat
Laporan Keuangan Terpadu lebih jarang dari triwulanan.

Manfaat laporan keuangan terpadu:

1. Bagi madrasah

a. Dapat digunakan sebagai alat monitoring keuangan madrasah, sehingga sekolah dapat
melakukan penyesuaian pengeluaran jika diperlukan;

b. Dengan transparan dan akuntabel, terbuka peluang lebih besar untuk mengakses sumber
pendanaan lain.

19
2. Bagi Pemda

a. Dapat mendorong penggunaan dana di madrasah agar lebih efektif dan efisien;

b. Dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pengalokasian dana ke madrasah.

3. Bagi Masyarakat

a. mengetahui bagaimana penggunaan uang di madrasah;

b. peluang lebih besar untuk berpartisipasi (bagi yang mampu).

Bentuk Laporan Keuangan Terpadu

Ada tiga format Laporan:

1. FORM LKT 1 adalah format laporan keuangan yang menyajikan realisasi pengeluaran menurut
sumber dana (Lihat LAMPIRAN 1)

2. FORM LKT 2A adalah format laporan keuangan yang menyajikan perbandingan antara
anggaran dengan realisasi penerimaan madrasah dari berbagai sumber (Lihat LAMPIRAN 2A)

3. FORM LKT 2B adalah format laporan keuangan yang menyajikan perbandingan antara
anggaran dengan realisasi pengeluaran per jenis pengeluaran (Lihat LAMPIRAN 2B).

Form LKT 1

LAPORAN KEUANGAN TERPADU

SEKOLAH : _________________________

TRIWULAN : I / II / III / IV

TAHUN AJARAN : _________________________

20
Lampiran 2A: Form LKT 2A

Form LKT 2A

LAPORAN KEUANGAN TERPADU

SEKOLAH : _________________________

TRIWULAN : I / II / III / IV

TAHUN AJARAN : _________________________

Lampiran 2B:

21
Form LKT 2B

LAPORAN KEUANGAN TERPADU

SEKOLAH : _________________________

TRIWULAN : I / II / III / IV

TAHUN AJARAN : _________________________

Lampiran 3: Contoh FORM LKT 1 yang Sudah Terisi

22
Lampiran 4A: Contoh FORM LKT 2A yang Sudah Terisi

23
Lampiran 4B: Contoh FORM LKT 2B yang Sudah Terisi

24

Anda mungkin juga menyukai