KEMENTERIAN AGAMA
BADAN LITBANG DAN DIKLAT
PUSDIKLAT TENAGA ADMINISTRASI
0
KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN MADRASAH
1
dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai
dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara
benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
1. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti
adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang
manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen
keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya,
rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi
keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orang tua,
masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di
madrasah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik
antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga madrasah melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang
akurat dan memadai.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga madrasah
dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah
(RAPBS) bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata
usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah
mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima
madrasah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan
informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap madrasah.
2
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas
performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi
tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan
uang madrasah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku
maka pihak madrasah membelanjakan uang secara bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya
transparansi para penyelenggara madrasah dengan menerima masukan dan
mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola madrasah , (2) adanya standar
kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif
dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang
murah dan pelayanan yang cepat
3. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner
(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas tidak
berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan
pencapaian visi lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”.
Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan
memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan
untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan
dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi
Penggunaan
waktu, tenaga,
dan biaya lebih B D
sedikit
Hasil
Paling sedikit Tertentu
menggunakan C
waktu, tenaga,
dan biaya
B Hasil terkecil
Penggunaan
waktu, biaya, C
A Hasil sedang
dan tenaga
tertentu
D Hasil besar
Gambar. 2.2. Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya tertentu dan Ragam
Hasil yang Diperoleh
4
Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil B
paling tidak efisien. Sedangkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil D
paling efisien.
Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan terselenggaranya
pelayanan terhadap masyarakat secara memuaskan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.
5
PERENCANAAN KEUANGAN MADRASAH
6
RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber
pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta
beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran.
Dengan demikian RAPBS berisi tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya baik
rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan dan jumlah nominalnya dalam satu tahun
anggaran.
1. Asas kecermatan
Anggaran harus diperkirakan secara cermat, baik dalam hal penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian sehingga dapat efektif dan terhindar dari kekeliruan dalam
penghitungan.
2. Asas Terinci
Penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat dilihat rencana kerja yang
jelas serta dapat membantu unsur pengawasan.
3. Asas Keseluruhan
Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan dari suatu organisasi
secara menyeluruh dari awal tahun sampai akhir tahun anggaran.
4. Asas Keterbukaan
Semua pihak yang telah ditentukan oleh peraturan atau pihak yang terkait dengan
sumber pembiayaan madrasah dapat memonitor aktivitas yang tertuang dalam
penyusunan anggaran maupun dalam pelaksanaannya.
5. Asas Periodik
Pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas.
6. Asas Pembebanan.
Dasar pembukuan terhadap pengeluaran dan penerimaan anggaran perlu diperhatikan.
Kapan suatu anggaran pengeluaran dibebankan kepada anggaran ataupun suatu
penerimaan menguntungkan anggaran perlu diperhitungkan secara baik.
Dalam penyusunan RAPBS, kepala madrasah sebaiknya membentuk tim yang terdiri dari
dewan guru dan pengurus komite madrasah. Setelah tim dan Kepala madrasah menyelesaikan
tugas, merinci semua anggaran pendapatan dan belanja madrasah, Kepala madrasah
menyetujuinya. Pelibatan para guru dan pengurus komite madrasah ini akan diperoleh rencana
7
yang mantap, dan secara moral semua guru, kepala madrasah dan pengurus komite madrasah
merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana tersebut.
Proses penyusunan RAPBS yang partisipatif dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut:
Dalam menetapkan jumlah anggaran, dua hal yang perlu diperhatikan yaitu unit cost
(satuan biaya) dan volume kegiatan. Setiap program dan penganggarannya perlu memperhatikan
kedua hal tersebut. Misalnya untuk anggaran rutin, SBP (Sumbangan Biaya Pendidikan), BKM
(Bantuan Khusus Murid), jenis kegiatan dan satuan biayanya sudah ditentukan. Kepala madrasah
bersama guru dan pihak lain yang terlibat langsung misalnya komite madrasah diharapkan
menyusun prioritas penggunaan dana per-mata anggaran secara cermat.
1. Inventarisasi kegiatan untuk tahun yang akan datang, baik kegiatan rutin maupun
kegiatan pembangunan/pengembangan berdasarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pada tahun sebelumnya, analisis kebutuhan tahun berikutnya, dan masukan dari seluruh
warga madrasah maupun Komite madrasah.
2. Inventarisasi sumber pembiayaan baik dari rutin maupun pengembangan.
3. Penyusunan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) yang lengkap berdasarkan Langkah
poin (1) dan (2). Kepala madrasah membuat tabel RKS yang terdiri dari kolom-kolom
8
nomor urut, uraian kegiatan, sasaran, kolom-kolom perincian dana dari berbagai
sumber, dan kolom jumlah. Tabel tersebut diisi sesuai kolom yang ada.
4. Penyusunan RAPBS. Kepala madrasah membuat tabel RAPBS yang terdiri dari kolom-
kolom, yaitu kolom rencana penerimaan dan jumlahnya, kolom rencana pengeluaran
dan jumlahnya. Tabel tersebut diisi kemudian ditandatangani oleh Kepala madrasah dan
Ketua Komite madrasah dan diketahui oleh Kepala Dinas Pendidikan setempat.
Salah satu implikasi dari penerapan Manajemen Berbasis Madrasah sebagaimana
diamanatkan dalam perundang-undangan sistem pendidikan adalah diharuskannya
pimpinan madrasah (terutama Kepala madrasah) untuk mengemban tanggung jawab yang
lebih besar dalam proses pengembangan RAPBS. Oleh karena itu disarankan agar
pimpinan itu menyadari berbagai masalah yang harus mereka hadapi untuk
melaksanakan tanggung jawab yang besar itu. Berikut ini diuraikan beberapa masalah
yang sering muncul dalam proses penyusunan RAPBS.
9
2. Kurang lengkapnya penjelasan tentang pentingnya usulan anggaran untuk
meningkatkan belajar siswa
Usulan anggaran dapat dimaksudkan untuk penggantian atau penambahan
barang yang dimiliki. Masalah yang sering muncul berkaitan dengan ini adalah bahwa
ketidakjelasan keterkaitan antara item-item yang diusulkan itu dengan peningkatan
kegiatan beajar siswa dan bagaimana peningkatan itu akan diukur. Untuk mencegah hal
ini kepala madrasah perlu meminta para pengusul untuk memberikan alasan-alasan yang
kuat bagaimana barang-barang yang diusulkan akan membantu meningkatkan belajar
siswa dan bagaimana peningkatan belajar itu akan diukur.
10
Dampak negatif dari alternatif ini adalah kepala madrasah dapat dipandang hanya sebagai
tukang stempel atas usulan anggaran yang dibuat guru.
Alternatif kedua adalah kepala madrasah berusaha meningkatkan
pengetahuannya tentang hal-hal yang ia belum tahu. Meskipun cara ini fisibel dan harus
diusahakan semaksimal mungkin oleh kepala madrasah sebagai bagian dari tanggung
jawab yang diembannya, meskipun cara itu tetap tidak akan mampu menjawab semua
masalah di atas.
Alternatif ketiga adalah memanfaatkan jasa konsultansi dari orang-orang yang ada
di lingkungan madrasah yang dapat membantu kepala madrasah, seperti pengawas mata
pelajaran, atau ahli dari universitas untuk mengevaluasi usulan anggaran yang bersifat
khusus di atas. Dengan asumsi bahwa konsultan semacam itu dapat diperoleh, kepala
madrasah harus tetap hati-hati dalam memilih konsultan agar obyektivitas penilaian
usulan anggaran benar-benar terjamin.
11
Selain itu, kecenderungan menggunakan barang dengan merk tertentu juga dapat
bermasalah ketika harus terjadi pergantian staf. Staf pengganti akan mengalami kesulitan
jika sebelumnya ia tidak pernah mengoperasikan barang dengan merk tertentu itu.
12
Dinas Pendidikan terpaksa melakukan perubahan usulan anggaran madrasah tanpa
memiliki cukup waktu untuk membahasnya dengan madrasah pengusul. Satu-satunya
cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi persoalan komunikasi tersebut adalah pihak
madrasah harus selalu proaktif untuk mendapatkan informasi yang cukup mengenai
parameter-parameter penganggaran yang harus dijadikan pegangan dalam proses
penyusunan RAPBS dan juga terus memantau perkembangan proses penetapan
anggaran yang telah diserahkan kepada pengambil keputusan tersebut.
13
PELAKSANAAN KEUANGAN MADRASAH
Di dalam bab IX pasal 62 Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan disebutkan standar pembiayaan meliputi:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal
kerja tetap.
3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada
gaji,
c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.
14
3. Pengadministrasian keuangan, yaitu madrasah memiliki catatan logistik (uang dan
barang) sesuai dengan mata anggaran dan sumber dananya masing-masing, madrasah
memiliki buku setoran ke Bank/KPKN/yayasan, memiliki daftar penerimaan gaji/honor
guru dan tenaga kerja lainnya, dan yang terakhir madrasah memiliki laporan keuangan
triwulan dan tahunan (dikembangkan dari Ditdiknas,1995/1996)
Untuk melaksanakan tugas tersebut maka di tiap lembaga pendidikan memiliki
pengelola keuangan yang disebut Bendaharawan. Bendaharawan adalah orang yang
diberi tugas penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang atau
kertas berharga. Bendaharawan berkewajiban mengirimkan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) tentang perhitungan mengenai pengurusan yang dilakukan.
Bendaharawan madrasah memiliki tugas menerima, mencatat dan mengeluarkan
keuangan sesuai dengan anggaran yang disetujui kepala madrasah. Pengurusan
kebendaharawanan yang dilakukan oleh bendaharawan dalam bentuk perbuatan
menerima, menyimpan, dan membayar atau menyerahkan uang atau kertas berharga
dan barang-barang, baik milik negara maupun milik pihak ketiga yang pengurusannya
dipercayakan kepada negara.
Di tiap madrasah ada beberapa bendaharawan. Menurut objek pengurusannya ada dua
macam bendaharawan, yaitu bendaharawan uang dan bendaharawan barang. Bendaharawan
uang membukukan keuangan sesuai dengan sumber yang diterima madrasah, misalnya
bendaharawan rutin, SPP-DPP, OPF, BP3, dan sebagainya. Di samping itu ada bendaharawan
barang yang bertugas menerima pembelian barang dan bahan habis pakai, misalnya alat tulis
kantor.
Menurut sifat tugasnya ada dua macam bendaharawan uang, yaitu bendaharawan
umum dan bendaharawan khusus.
1. Bendaharawan umum adalah bendaharawan yang diserahi tugas pengurusan
kebendaharawanan seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam pelaksanaan
APBN.
2. Bendaharawan khusus adalah bendaharawan yang diserahi tugas pengurusan
kebendaharawanan uang di setiap instansi yang mempunyai anggaran.
Bendaharawan khusus terdiri dari bendaharawan khusus penerimaan dan
bendaharawan khusus pengeluaran.
a. Bendaharawan khusus penerimaan.
15
Bendaharawan ini diserahi tugas pengurusan kebendaharawanan Uang khusus
penerimaan negara saja dalam pelaksanaan APBN. Bendaharawan tersebut
merupakan mata rantai penghubung antara pihak pembayar/ wajib bayar
pendapatan negara tertentu dengan kas negara.
16
PENGAWASAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN
MADRASAH
Sumber Dana
Dana yang diterima oleh madrasah berasal dari beberapa sumber, berbeda-beda menurut
jenjang dan jenis madrasah. Beberapa variasi sumber pendanaan madrasah dapat diuraikan
sebagai berikut.
Untuk Sekolah SD/MI dan SMP/MTs sumber pendanaan umumnya hanya berasal dari satu
sumber yaitu berasal dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
2. APBD Kabupaten/Kota
17
Di beberapa Kabupaten/Kota ada pula kebijakan memberikan dana ke sekolah (SMP/MTs dan
SD/MI) yang berasal dari APBD II. Penamaan pemberian dana tersebut bermacam-macam
ada yang menyebut dana operasional rutin, dana operasional sekolah (DOS), Bantuan
Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) dan sebagainya.
Di beberapa sekolah sumbangan orang tua murid bahkan lebih besar dibanding dengan
sumber dana lain.
4. Yayasan
Untuk SD/MI dan SMP/MTs Swasta, sumber dana selain berasal dari BOS, ada juga yang
berasal dari Yayasan.
5. Sumber lain
Yang dimaksud dengan sumber lain adalah sumber dana yang berasal dari pihak lain yang
punya kepedulian tinggi terhadap pendidikan atau dari lembaga internasional yang membantu.
Dalam penyusunan Laporan Keuangan Terpadu, semua dana yang diterima dari berbagai
sumber tersebut perlu diintegrasikan dan disajikan menjadi satu dalam Laporan Keuangan. Oleh
karena itu sebelum menyusun LKT terlebih dahulu perlu diidentifikasi sumber-sumber pendanaan
yang ada di sekolah.
18
Pola Pengelolaan
Sementara untuk dana yang berasal dari pungutan/sumbangan dari orang tua
murid/komite dapat berbeda-beda antar sekolah. Dari hasil uji coba ditemukan beberapa pola
pengelolaan dana yang berasal dari orang tua/ komite sekolah sebagai berikut.
1. Dana dikumpulkan oleh madrasah dan diberikan kepada Komite madrasah untuk pengelolaan/
penggunaan
2. Dana dikumpulkan oleh madrasah dan dikelola bersama antara pihak madrasah dan komite
madrasah
3. Dana dikumpulkan oleh madrasah dan diberikan kepada Yayasan (swasta) dan madrasah
mendapat dana dari Yayasan sesuai kebutuhan untuk pengelolaan/penggunaan
4. Dana dikumpulkan oleh Komite madrasah dan dikelolaan/penggunaan dilakukan oleh Komite
madrasah.
Laporan Keuangan Terpadu dibuat dalam kurun waktu triwulanan. Hal itu dilakukan
karena sesuai dengan laporan keuangan dari dana BOS. Namun demikian jika dianggap perlu
maka Laporan Keuangan Terpadu dapat dibuat setiap bulan. Tidak dianjurkan untuk membuat
Laporan Keuangan Terpadu lebih jarang dari triwulanan.
1. Bagi madrasah
a. Dapat digunakan sebagai alat monitoring keuangan madrasah, sehingga sekolah dapat
melakukan penyesuaian pengeluaran jika diperlukan;
b. Dengan transparan dan akuntabel, terbuka peluang lebih besar untuk mengakses sumber
pendanaan lain.
19
2. Bagi Pemda
a. Dapat mendorong penggunaan dana di madrasah agar lebih efektif dan efisien;
3. Bagi Masyarakat
1. FORM LKT 1 adalah format laporan keuangan yang menyajikan realisasi pengeluaran menurut
sumber dana (Lihat LAMPIRAN 1)
2. FORM LKT 2A adalah format laporan keuangan yang menyajikan perbandingan antara
anggaran dengan realisasi penerimaan madrasah dari berbagai sumber (Lihat LAMPIRAN 2A)
3. FORM LKT 2B adalah format laporan keuangan yang menyajikan perbandingan antara
anggaran dengan realisasi pengeluaran per jenis pengeluaran (Lihat LAMPIRAN 2B).
Form LKT 1
SEKOLAH : _________________________
TRIWULAN : I / II / III / IV
20
Lampiran 2A: Form LKT 2A
Form LKT 2A
SEKOLAH : _________________________
TRIWULAN : I / II / III / IV
Lampiran 2B:
21
Form LKT 2B
SEKOLAH : _________________________
TRIWULAN : I / II / III / IV
22
Lampiran 4A: Contoh FORM LKT 2A yang Sudah Terisi
23
Lampiran 4B: Contoh FORM LKT 2B yang Sudah Terisi
24