Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP DASAR ORGANISASI PROFESI BESERTA


TUJUAN DAN DASAR KODE ETIK

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Farihah, M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : DINA REMALISA


NIM : 5193143019
KELAS :A
MATAKULIAH : PROFESI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur pada Yang Maha Kuasa atas limpahan dan rahmatNya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Materi Perkuliahan Profesi
Pendidikan.
Tugas ini merupakan salah satu metode perkuliahan yang sangat bermanfaat untuk
mengetahui materi dalam perkuliahan. Dalam pembuatan tugas ini banyak pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, arahan serta motivasi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang mendukung
telebih pada dosen pengampu mata kuliah Profesi Pendidikan, yakni Ibu Dr. Farihah, M.Pd.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu saya berharap kritik dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan
tugas ini.
Atas perhatiannya saya mengucapkan banyak terimakasih.
Medan, 18 Maret 2020
Penulis,

Dina Remalisa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1
B. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3


A. PENGEMBANGAN ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN .................... 3
B. JENIS-JENIS ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN ............................... 4
C. PERANAN ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN .................................. 9
D. KODE ETIK GURU ........................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 16


A. KESIMPULAN ................................................................................................... 16
B. SARAN ............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun
bangsa dan negara. Maju-mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya
pendidikan bangsa itu. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk
melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidikan sampai pada
usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan.
Kemarnpuan guru sebagai tenaga kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun
profesional, harus benar-benar dipikirkan karena pada dasarnya guru sebagai tenaga
kependidikan merupakan tenaga lapangan yang langsung melaksanakan kependidikan dan
sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan. Untuk itu, ilmu pendidikan memegang
peranan yang sangat penting dan merupakan ilmu yang mempersiapkan tenaga ke pendidikan
yang profesional, sebab kemampuan profesional bagi guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar merupakan syarat utama.
Ilmu pendidikan merupakan salah satu bidang pengajaran yang harus ditempuh para
siswa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam rangka mempersiapkan
tenaga guru dan tenaga ahli kependidikan lainnya yang profesional. Seorang guru
memerlukan pengetahuan tentang ilmu pendidikan secara general. Itu sebabnya dalam
perkembangan kurikulurn terakhir untuk IKIP/FKIP /STKIP, ilmu pendidikan merupakan
suatu bidang pengajaran yang pokok-pokoknya meliputi kurikulum, program pengajaran,
metodologi pengajaran, media pendidikan, pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi pendidikan.
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini
meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk
menghasilkan guru yang profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya
lembaga yang menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh,
namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan
profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang
menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi
profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan
profesionalitas para anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya organisasi profesi
guru di Indonesia, kemudian berkembang pula organisasi guru sejenis (MGMP).
Seorang pendidik harus mengerti dan paham betul mengenai konsep profesi
kependidikan sehingga dapat menjalankan tugasnya dengan baik untuk mendidik anak bangsa
dengan profesional sehingga dapat memperbaiki negara ini menjadi lebih baik. Bagaimana
mungkin seorang anak didik akan memiliki kualitas yang baik jika saja pendidik yang
mengajar dan membinanya buakanlah guru yang teladan dan profesional. Tentu tujuan
pendidikan pun tidak akan tercapai.

1
Secara kuantitatif kita dapat mengatakan bahwa pendidikan di indonesia telah
mengalami kemajuan. Indikator keberhasilan pendidikan ini dapat dilihat pada kemampuan
baca tulis masyarakat yang mencapai 67,24%. Hal ini sebagai akibat dari program
pemerataan pendidikan, terutama melalui IMPRES SD yang dibangun pada rezim Orde Baru.
Namun demikian, keberhasilan dari segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum nerhasil
membangun karakter bangsa yang cerdas dan kreatif, apalagi yang unggul.
Banyak lulusan lembaga pendidikan formal, baik dari tingkat sekolah menengah
maupun dari perguruan tinggi, terkesan belum mampu mengembangkan kreativitas dalam
kehidupan mereka. Lulusan sekolah menengah sukar untuk bekerja di sektor formal, kerena
belum memiliki keahlian khusus. Bagi sarjana, mereka yang dapat berperan secara aktif
dalam bekerja di sektor formal terbilang hanya sedikit. Keahlian dan profesionalisasi yang
melekat pada suatu lembaga pendidikan tinggi terkesan hanyalah simbo belaka, lulusannya
tidak profesional.
Dari kenyataan yang kita hadapi saat ini, maka dari sekian banyak komponen yang
mempengaruhi kualitas output pendidikan yang termasuk juga didalamnya ‘sumber daya
manusia yang mengelola (guru)’ mungkin harus dikoreksi kekurangannya. Mungkin saja
guru tersebut belum memiliki pehaman yang baik tentang profesi yang digelutinya. Dan ia
perlu benar-benar memahami konsep tentang pendidikan profesi yang sedang ia jalani.

B. TUJUAN PENULISAN
Untuk memberi tau mengetahui lebih dalam lagi tentang jenis-jenis, pengembangan,
dan peranan organisasi profesi kependidkan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGEMBANGAN ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN


Hakikat Profesi
Profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu : profesi, profesionalitas,
profesional, profesionalisasi, dan profesionalisme (Abin Syamsuddin Makmun, 1999).
Profesi menunjuk pada suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung
jawab, dan kesetiaan terhadapnya (Dedi Supriadi, 1998 : 95). Profesionalitas menunjuk
pada kualitas atau sikap pribadi individu terhadap suatu pekerjaan. Profesional menunjuk
pada penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya dan menunjuk
pada orangnya itu sendiri. Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan seseorang
sebagai profesional. Profesionalisme menunjuk pada (a) derajat penampilan seseorang
sebagai profesional; tinggi, rendah sedang, dan (b) sikap dan komitmen anggota profesi
untuk bekerja berdasarkan standar yang paling ideal dari kode etik profesinya
Fungsi Organisasi Profesi kependidikan
Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota
profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi
peningkatan kemampuan profesional profesi ini.

1. Fungsi Pemersatu
Abin Syamsuddin, 1999 : 95, yaitu dorongan yang menggerakkan para
profesional untuk membentuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu
bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik ekonomi, kultural, dan falsafah tentang
sistem nilai. Abin Syamsuddin, 1999 : 95), yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik.
Intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya mendapat kehidupan yang
layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya. Secara ekstrinsik mereka
terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang semakin hari
semakin kompleks.
2. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi kedua dari organisasi kependidikan adalah meningkatkan kemampuan
profesional pengemban profesi kependidikan ini. Fungsi ini secara jelas tertuang
dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi:

Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk


meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat,
dan kesejahteraan tenaga kependidikan. Bahkan dalam UUSPN tahun 1989, pasal 31 ; ayat 4
dinyatakan bahwa : Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan
kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pembangunan bangsa. Abin Syamsuddin (1999 : 70) dijelaskan bahwa
kompetensi merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan kependidikan.

3
Menurut Johnson (Abin Syamsuddin (1999 : 72) kompetensi dibangun oleh 6
perangkat kompetensi berikut ini.

a. Performence component
b. Subject component
c. Professional component
d. Process component
e. Adjustment component
Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program terstruktur dan
tidak terstruktur. Program terstruktur adalah program yang dibuat dan dilaksanakan
sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang dapat diakreditasikan
secara akademik dalam jumlah SKS tertentu.
Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan yang dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan
lingkungan yang ada. Terlingkup dalam program tidak terstruktur ini adalah :
a) Penataran tingkat nasional
b) Supervisi
c) Pembinaan dan pengembangan sejawat
d) Pembinaan dan pengembangan individual

B. JENIS-JENIS ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN


1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru
Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping
memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi
peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan.Misi profesi PGRI adalah upaya untuk
meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan pelaksana pendidikan nasional. Guru
merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun 1989: pasal 31;
ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki organisasi profesi
kependidikan serta selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan
profesinya.Misi politis-deologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise,
yaitu komitmen terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa
indonesia, juga penanaman nilai-nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan benegara,
yaiitu panca sila. Itu sesungguhnya misi politis-ideologis PGRI, yang dalam
perjalanannya dikhawatirkan terjebak dalam area polotik praktis sehingga tidak
dipungkiri bahwa PGRI harus pernah menelan pil pahit, terperangkap oleh
kepanjangan tangan orde baru.Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya
pengejawantahan peaturan keorgaisasian , terutama dalam menyamakan persepsi
terhadap visi, misi, dan kode etik keelasan sruktur organisasi sangatlah
diperlukan.Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya,
PGRI berbentuk persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf

4
nasional, kewilayahan, serta kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat
langsung dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Kalau demikian,
sesunguhnya PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki kekuatan dan
mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki potensi besar untuk
meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih jauh lagi bangsa dan
negara.
2. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun
1960-an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena
berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti ini
berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei
1984.Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu:
➢ Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh
Indonesia.
➢ Meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya.
➢ Membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam
rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan Negara.
➢ Mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang ilmu,
seni, dan teknologi pendidikan.
➢ Melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota.
➢ meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi pendidikan; dan
➢ menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah
(FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada
himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia
(HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya. 3.
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia
(IPBI) didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi
kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat memberikan
sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban
dan tanggung jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan
himpunan para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta
memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu
layanannya.
Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
adalah sebagai berikut ini.
1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan,
teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang
bimbingan, dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian
tersebut dengan sebaik-baiknya.

5
3. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi
dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun
program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan,
yaitu:
1) Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
2) Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
3) Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga lin, baik
dalam maupun luar negeri; dan
4) Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).

Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART


IPBI, 1975) sebagai berikut ini.

1) Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan Indoesia dan brosur atau
penerbitan lain.
2) Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
3) Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
4) Penelitian di bidang bimbingan
5) Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain yang
sejenis
6) Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan bimbingan.

3. Ikatan Guru Indonesia (IGI)


Ikatan Guru Indonesia (IGI) merupakan organisasi profesi guru yang disahkan
oleh pemerintah melalui SK Depkumham Nomor AHU-125.AH.01.06.Tahun 2009,
tertanggal 26 November 2009. Melalui wadah IGI, diharapkan para guru dapat
mengubah dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada pihak lain dan sekaligus
bersiap menjadi lokomotif penggerak perubahan bagi bangsa. Dengan motto "Sharing
and Growing Together", Ikatan Guru Indonesia akan menjadi komunitas yang tepat
bagi para guru dan siapa saja yang tertarik dan peduli pada pentingnya memajukan
dunia pendidikan dan keguruan.

4. Federasi Guru Independen Indonesia (FGII)


FGII adalah Federasi Guru Independen Indonesia, yang di deklarasikan oleh
berbagai guru dan juga organisasi-organisasi guru yang berasal dari seluruh Indonesia
pada tanggal 17 Januari 2002. Organisasi ini diharapkan menjadi sarana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membebaskan guru serta anak didik dari
pembodohan secara struktural, keterkungkungan bagi profesinya, maka sudah
saatnyalah di era reformasi sekarang guru harus bangkit untuk menjadi “Sang
Pembebas” dan menjadikan pendidikan sebagai wahana pencerahan dan pembebasan,
sehingga pendidikan tidak lagi menjadi tempat pembodohan dan pengkerdilan ilmu
pengetahuan, melainkan sebagai wahana pengembangan diri siswa dan guru secara

6
profesional, mandiri, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Untuk itu adalah
penting kehadiran Organisasi Guru yang Independen dan bebas dari campur tangan
negara/pemerintah.

5. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)


Dalam kurun waktu empat dasawarsa terakhir ini, perjuangan guru dalam
mencapai cita-cita terasa masih jauh dari yang diharapkan. Pembangunan politik,
ekonomi, sosial, dan budaya sering kali mengabaikan peran guru dalam peningkatan
kapasitas dan kualitas guru. Guru-guru Indonesia yang merindukan terwujudnya
pendidikan berkualitas dan berkeadilan menyatukan diri dalam suatu organisasi guru
baru yang dinamakan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Wadah yang terbuka
untuk semua guru Indonesia itu diharapkan mampu memperjuangkan posisi tawar
organisasi guru di negeri ini yang diperhitungkan pemerintah dalam mengambil
kebijakan pendidikan di Tanah Air. Dalam manifesto pendidikan yang diusung FSGI,
pendidikan diyakini sebagai hak warga negara yang mesti dipenuhi pemerintah.
Karena itu, pendidikan berkualitas mesti diterima semua warga negara, tanpa
membeda-bedakan siswa berdasarkan tingkat kecerdasan, kekhususan, maupun
kategori kaya-miskin. FSGI berdiri sekitar awal Januari 2011 yang dideklarasikan di
kantor ICW Jakarta. Walaupun masih “bayi”, tetapi kelahiran FSGI ini dibidani oleh
beberapa tokoh pendidikan dan aktivis LSM. Ada nama Ade Irawan (ICW), Lodewijk
F. Paat (Koalisi Pendidikan) bersama saudaranya Jimmy Paat, ada beberapa aktivis
LBH Jakarta.

6. Persatuan Guru Madrasah Republik Indonesia (PGMRI)


Dalam dunia pendidikan Guru-guru madrasah masih banyak yang belum
berdaya dan belum banyak berperan, sehingga belum bisa dibanggakan. Masih Bnyak
guru madrasah yang kurang percaya diri, kurang profesional, dan kurang bangga
untuk mengatakan dirinya sebagai guru madrasah. Memang, tidak semua guru
madrasah mengalami kondisi seperti itu, tetapi jumlahnya relatif kecil. Kondisi yang
demikian ini mempengaruhi mutu pendidikan madrasah yang kita harapkan yaitu
melahirkan output yang bekualitas, cerdas dan berakhlak mulia. Sehingga madrasah
dapat menjadi tumpuan masyarakat di bidang pendidikan. Bahkan madrasah dapat
dijadikan pusat pembangunan peradaban. Oleh karena itu harus ada upaya-upaya
untuk melakukan perubahan ke arah terwujudnya guru madrasah yang profesional,
sejahtera, dan bermartabat. Namun demikian, untuk melakukan perubahan itu
bukanlah sesuatu yang mudah karena dihadapkan pada berbagai faktor, seperti kultur,
struktur, pencitraan, dan sebagainya. Oleh karena itu perubahannya harus dilakukan
secara terencana dan terorganisasi. Berdasarkan pemikiran itulah diperlukan adanya
sebuah organisasi guru madrasah. Pada awalnya organisasi ini muncul dengan nama
Persatuan Guru Madrasah (PGM), tetapi di dalam perjalanannya banyak masukan
nama, diantaranya Persatuan Guru Madrasah Republik Indonesia (PGMRI), Persatuan
Guru Madrasah Indonesia (PERGAMI), dan Persatuan Guru Madrasah Indonesia
(PGMI).

7
7. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata
pelajaran yang berada di suatu sanggar/kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana
untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam
rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/perilaku perubahan reorientasi
pembelajaran di kelas (Depdiknas,2004: 1). Menurut Mangkoesapoetra MGMP
merupakan forum atau wadah professional guru mata pelajaran yang berada pada
suatu wilayah kabupaten/kota/kecamatan/ sanggar/gugus sekolah.Tujuan
diselenggarakannya MGMP menurut pedoman MGMP adalah:

➢ Tujuan umum.
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam
meningkatkan profesionalisme guru.

➢ Tujuan khusus.
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran
yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan siswa.
3. Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.

Menurut Mangkoesapoetra (2004: 2) tujuan diselenggarakannya MGMP adalah untuk:


a) Memotivasi guru, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan,
melaksanakan dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka
meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional.
b) Meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran
sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.
c) Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam
melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternative pemecahan sesuai
dengan kaarakteristik mata pelajaran masingmasing, guru, sekolah dan
lingkungannya.

Menurut pedoman MGMP (Depdiknas. 2004: 4) MGMP berperan untuk:


a) Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.
b) Mengakomodasi aspirasi masyarakat/stokeholder dan siswa
c) Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.
d) Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan pendidikan.

Sedangkan menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) peranan MGMP adalah:


a) Reformator dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif.
b) Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru terutama dalam
pengembangan kurikulum dan sistem pengujian.
c) Supporting agencydalam inivasi manajemen kelas dan manajemen sekolah.

8
d) Collaboratorterhadapunit terkait dan organisasi profesi yang relevan.
e) Evaluator dan developer school reform dalamkonteks MPMBS.
f) Clinicaldan academic supervisordengan pendekatan penilaian appraisal.
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) adalah:
a) Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek serta
mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin.
b) Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di tingkat
sekolah, wilayah, maupun kota.

C. PERANAN ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN


Salah satu karakterisitik dari sebuah pekerjaan profesional yaitu adanya suatu
organisasi profesi yang menaungi para anggota dari profesi yang bersangkutan. Wikipedia
(2009) menyebutkan” Professions usually have professional bodies organized by their
members, which are intended to enhance the status of their members and have carefully
controlled entrance requirements”. Dalam organisasi profesi itulah, para anggota profesi
hidup dalam kebersamaan dan kesejawatan, bersatu padu melakukan berbagai upaya untuk
mengembangkan profesi yang digelutinya.
Menurut Ikatan Konselor Indonesia (2008) bahwa organisasi profesi pada umumnya
berpegang pada apa yang disebut tridarma organisasi profesi, yaitu: (1) ikut serta
mengembangkan ilmu dan teknologi profesi; (2) meningkatkan mutu pelayanan kepada
sasaran layanan; dan (3) menjaga kode etik profesi.
Merujuk pada pemikiran IKI tersebut, maka setiap organisasi profesi hendaknya dapat
memberikan dukungan dan kontribusi positif bagi para anggotanya untuk senantiasa
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta melahirkan berbagai inovasi untuk
kepentingan pengembangan dan kemajuan dari profesi itu sendiri, baik berdasarkan
pemikiran kritis maupun riset. Dalam hal ini, kerja sama mutualistik antara organisasi profesi
dengan berbagai perguruan tinggi yang melahirkan anggota-anggota profesi yang
bersangkutan tampaknya mutlak diperlukan.
Selain berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi profesi
juga seyogyanya dapat terus-menerus mendorong dan memotivasi para praktisi profesi di
lapangan untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan standar yang disyaratkan,
sehingga kehadirannya dapat memberikan manfaat dan kepuasan bagi para pengguna jasa
layanan maupun masyarakat luas. Kegiatan pengembangan profesi dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan tampaknya juga mutlak diperlukan, –misalnya dalam bentuk
riset, pelatihan, seminar, simposium,– baik yang diselenggarakan oleh organisasi profesi itu
sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lain.
Untuk menjaga wibawa dan martabat profesi, organisasi profesi perlu menetapkan,
memelihara dan menegakkan kode etik profesi untuk tidak dilanggar oleh para anggotanya,
sehingga pelayanan profesi tidak tercemari oleh berbagai bentuk penyimpangan praktik
profesi (malpraktik).

9
Masih menurut Ikatan Konselor Indonesia (2008) bahwa di samping memfokuskan diri
pada kegiatan tridarma, organisasi profesi juga melayani anggotanya dari sisi kesejahteraan
kehidupan bersama dalam organisasi, serta dapat memberikan perlindungan hukum untuk
kelancaran kegiatan profesi dan keamanan para anggota dalam bekerja, dalam
pengabdiaannya kepada masyarakat.
Lahirnya Undang Undang No. 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun
2008 tentang guru pada dasarnya merupakan bentuk pengakuan secara yuridis formal
terhadap guru, (termasuk di dalamnya konselor, kepala sekolah, dan pengawas sekolah)
sebagai sebuah jabatan profesional yang tentunya perlu disambut gembira, dengan harapan
masing-masing profesi tersebut dapat meningkatkan pengabdiannya, demi kemaslahatan
orang banyak.

D. KODE ETIK GURU


Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata
cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang
dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etika, pada hakikatnya merupakan dasar
pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan
lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang
sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola
perilaku yang sebaikbaiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Pengertian Kode Etik
Menurut Undang-undang nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian.
Pasal 28 undang-undang ini menyimpulkan bahwa kode etik merupakan pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.
Berdasar pidato ketua umum PGRI kongres pendidikan XIII, disimpulkan bahwa kode etik
guru Indonesia terdiri dari 2 unsur pokok yaitu sebagai pedoman moral dan sebagai pedoman
tingkah laku.

Tujuan Kode Etik Guru


Tujuan perumusan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri. R.Hermawan (1979) menjelaskan tujuan
mengadakan kode etik adalah:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesinya
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesinya
d. Untuk meningkatkan mutu profesi
e. Untuk menuningkatkan mutu organisasi profesi

10
Penetapan Kode Etik Guru
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan
mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres
organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang
secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas
nama anggota-anggota yang bukan atau tidak menjadi anggota profesi tersebut. Kode etik
suatu profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di
kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung
(menjadi anggota) dalam organisasi profesi yang bersangkutan.
Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung di
dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada jaminan bahwa profesi
tersebut dapat dijalankan seccara murini dan baik, karena setiap anggota profesi yang
melakukan pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru


Sering kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, seingga hal-
hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkat
menjadi peraturan hukum atau undang-undang.
Apabila hanya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya
memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana. Sebagai contoh dalam hal ini.
Jika seseorang anggota profesi bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota
profesinya, dan jika dianggpakecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan.
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik akan mendapat
celaan dari rekan-rekannya,sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah si pelanggar
dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu, menandakan bahwa organisasi profesi itu telah
mantap.

Kode Etik Guru Indonesia


Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh
dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman
11
tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru,
baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat.
Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia
ditetapkandalam suatu konges yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan Pengurus
Daerah PGRI dari seluruh tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XVI tahun 1973, dan
kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta. Adapun teks
Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan tersebut adalah:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila.
a. Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak didiknya masing-masing.
b. Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi (jasmani dan rohani) bagi anak
didiknya.
c. Guru harus menhayati dan mengamalkan pendidikan moral Pancasila bagi anak
didiknya.
d. Guru harus menghayati dan mengamalkan Pancasila.
e. Guru melatih dalam memecahkan masalah-maslah dan membina daya kreasi anak
didik, agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun.
f. Guru membantu sekolah dalam usaha menanamkan penetahuan keterampilan kepada
anak didik.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum
sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak didik.
a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan kebutuhan masing-masing anak
didik.
b. Guru hendaknya luas menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didiknya
masing-masing.
c. Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar sekolah berdasarkan kurikulum tanpa
membeda-bedakan jenis dan posisi sosial orang tua.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh infoemasi tentang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan wewenang.
a. Komunikasi guru dengan anak didik di dalam dan di luar sekolah dilandaskan pada
rasa kasih sayang.

12
b. Untuk berhasilnya pendidikan, guru harus mengetahui kepribadian anak didik dan
latar belakang keluarganya masing-masing.
c. Komunikasikan guru hanya diadakan diadakan semata-mata untuk kepentingan anak
didik.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua siswa dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didik betah untuk
belajar di sekolah.
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua siswa sehingga dapat terjalin
pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan anak didik
c. Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritikan membangun yang
disampaikan orang tua siswa/masyarakat terhadap kehidupan sekolah.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih lugas untuk kepentingan pribadi.
a. Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan.
b. Guru turut menyebarkan program pendidikan dan kebudayaan kepada masyarakat di
sekitarnya, sehingga sekolah tersebut turut berfungsi sebagai pusat pembinaan dan
pengembangan pendidikan dan kebudayaan di tempat.
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur
pembaharu bagi kehidupan kemajuan daerahnya.
d. Guru bersama masyarakat sekita di dalam berbagai aktivitas.
e. Guru mengusahakan menciptakan kejasama yang sebaik-baiknya antara sekolah,
orang tua, dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar kesadaran,
bahwa pendidikan, bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengemban dan
meningkatkan mutu profesinya.
a. Guru melanjutkan studinya dengan: (1) membaca buku, (2) mengikuti lokakarya,
seminar, gerakan koperasi, dan pertemuan pendidikan dan keilmuan, (3) mengikuti
penataran, (4) mengadakan kegiatan penelitian.
b. Guru berbicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru, baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

13
a. Guru senantiasa saling tukar informasi, pendapat, saling menasehati, dan bantu
menbantu satu sama lain, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam penuaian tugas
profesi.
b. Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik rekan-rekan
seprofesinya dan menjunjung martabat guru, baik secara pribadi maupun secara
keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdiannya.
a. Guru senantiasa tunduk terhadap kebijaksanaan dan ketentuan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
b. Guru melakukan tugas profesional dengan disiplin dan rasa pengabdian.
c. Guru berusaha menyebarkan kebijaksanaan dan program pemerintah kepada orang tua
siswa dan masyarakat.
d. Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan di lingkungan dan
daerahnya sebaik-baiknya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
a. Guru senantiasa setia terhadap kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
b. Guru melakukan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa pengabdian.
c. Guru senantiasa berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan dan program
pemerintah dalam bidang pendidikan kepada siswa dan masyarakat sekitarnya.
d. Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan di lingkungan atau
di daerahnya sebaik-baiknya.

Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan


Kode etik guru terdiri dari dua bagian, yakni :
1. Kode Etik Guru Indonesia
2. Kode Etik Jabatan Guru
Kedua kode etik ini berkenaan dengan karakteritik perilaku yang baik secara umum,
prilaku yang standar yang seharusnya ditampilan oleh seorang guru dalam melakukan
tugasnya. Ada beberapa dimensi keprofesionalan kode etik, yaitu :
1. Pengetahuan (know-what)
2. Ketrampilan (know-how)
14
3. Sikap-sikap dan nilai-nilai yang melandasi pengetahuan dan ketrampilan, pengalaman
dan kemauan.
Penyimpangan terhadap kode etik yang dibuat oleh PGRI hendaknya pula diawasi oleh
PGRI. Kode etik tersebut hendaknya menjadi patokan perilaku anggotanya, agar setiap
anggota terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar pula dari sanksi yang mungkin
diberikan organisasi profesi. Sebagai penjaga organisasi profesi mempunyai fungsi kontrol
terhadap anggotanya. Dilain hal persoalan-persoalan yang ditangani Dewan Kehormatan
PGRI adalah misalnya perilaku guru yang jarang mengajar, mengajar menggunakan kata-kata
yang tidak pantas dan ketidakprofesionalan guru (bersifat indisipliner). Jika kasus dan
masalah pelanggarannya terasa lebi berat atau bersifat perdana, maka hal tersebut akan
ditangani oleh pihak kepolisian.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Organisasi profesi kependidikan adalah sebuah wadah perkumpulan orang–
orang yang memiliki suatu keahlian dan keterampilan mendidik yang dipersiapkan
melalui proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam
lembaga tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau
mengembangkan (1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4)
martabat, dan (5) kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya
secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional. Ada beberapa
organisasi kependidikan, antara lain: PGRI, ISPI, IPBI dan MGMP. Dari tahun ke
tahun organisasi kependidikan terus mengalami peningkatan jenjang kualifikasi dan
mutunya, sehingga saat ini kita hanya mempunyai lembaga pendidikan guru yang
tunggal, yakni Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Oranisasi tersebut
sangat berperan kelangsungan pendidikan baik dari fungsinya sebagai pemersatu dan
sebagai peningkatan kemampuan profesional.

B. SARAN
Melalui makalah ini diharapkan sebagai seorang pendidik diwajibkan
memiliki suatu keahlian dan keterampilan mendidik serta dapat mempertanggung
jawabkan isi materi yang ingin disampaikan agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan semestinya dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang benar-
benar berilmu dan beretika.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=pengembangan+organisasi+propesi+kependidikan&ie=utf
-8&oe=utf-8&client=firefoxab#q=pengembangan+organisasi+profesi+kependidikan
https://www.google.com/search?q=peranan+organisasi+profesi+kependidikan+terhadap+pen
didik&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab
https://www.google.com/search?q=jenis+jenis+organisasi+profesi+kependidikan&ie=utf8&o
e=utf-8&client=firefox-b-ab

17

Anda mungkin juga menyukai