TUJUAN PELAJARAN :
Setelah mengikuti pelajaran Teknik Transformator dan Auxiliary
peserta mampu Memahami Transformator dan Auxiliary untuk dapat
melaksanakan pemeliharaan Transformator dan Auxilliary sesuai
dengan SOP/IK (Instruksi Kerja), standard Perusahaan, Instruksi
Manual dan Standar Pabrik.
DURASI : 12 JP
PENYUSUN :
1. Erwin (SPV PBP – PLN Udiklat Suralaya)
2. Deny Suhendro Soda (Fungsional Ahli – UPB Suralaya)
Berdasarkan tegangan operasinya dapat dibedakan menjadi transformator 23,5 kV/ 500 kV
dan 11,5 kV / 150 kV biasa disebut transformator pembangkit, tranformator 23,5 kV/10 kV dan
11,5 kV/6 kV biasa disebut Transformator pemakaian sendiri pada pembangkit, transformator
500/150 kV dan 150/70 kV biasa disebut Interbus Transformator (IBT). Transformator 150/20
kV dan 70/20 kV disebut juga trafo distribusi. Titik netral transformator ditanahkan sesuai
dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan / proteksi, sebagai contoh transformator 150/70
Inti Besi
Trafo merupakan peralatan statis dimana rangkaian magnetik dan kumparan yang terdiri dari 2
atau lebih kumparan, secara induksi elektromagnetik, mentransformasikan daya (arus dan
tegangan) sistem AC ke sistem arus dan tegangan lain pada frekuensi yang sama (IEC 60076 -
1 tahun 2011). Trafo menggunakan prinsip elektromagnetik yaitu hukum hukum ampere dan
induksi faraday, dimana perubahan arus atau medan listrik dapat membangkitkan medan
magnet dan perubahan medan magnet / fluks medan magnet dapat membangkitkan tegangan
induksi.
Ketika kumparan primer di hubungkan dengan sumber tegangan AC (Vp) maka akan mengalir
arus pada kumparan primer (Ip). Perubahan arus (Ip) pada kumparan primer menimbulkan
medan magnet yang berubah berupa fluks magnet (ɸ ). Fluks magnet (ɸ ) yang berubah
tersebut diperkuat oleh adanya inti besi sehingga dihantarkan ke kumparan sekunder, fluks
magnet (ɸ ) tersebut akan memotong kumparan primer (Np) dan sekunder (Ns) sehingga pada
ujung – ujung kumparan primer dan sekunder akan timbul gaya gerak listrik (GGL) Primer (ep)
dan Sekunder (es). Polaritas dari GGL induksi tersebut berlawanan dengan sumbernya yang
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Nilai GGL induksi yang dihasilkan juga dapat dinyatakan dalam persamaan 2 sebagai berikut:
……………. (2)
Es = 4,44 f Ns Ǿm
dimana:
Es = Tegangan induksi
f = frekuensi
Ns = jumlah lilitan
Ǿm = flux maksimum
Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah lilitan
sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan 3 :
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan sekunder
transformator ada dua jenis yaitu:
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z1 seperti pada gambar 5, maka I2
mengalir pada kumparan sekunder dimana I2 = V2/ZL dengan faktor kerja beban.
Arus beban I2 ini akan menimbulkan medan magnet berupa fluks sekunder yang cenderung
menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan IM. Agar fluks bersama
itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’ 2 , yang menentang fluks
yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan
primer menjadi persamaan 4 :
2/
09
01
Berdasarkan letak kumparan terhadap inti, transformator terdiri dari dua macam konstruksi,
yaitu tipe inti (core type ) dan tipe cangkang ( shell type ). Kedua tipe ini menggunakan inti
berlaminasi yang terisolasi satu sama lainnya dengan tujuan untuk mengurangi rugi - rugi eddy
current
Tipe Inti (Core Type)
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan kumparan
transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe inti, lilitan
mengelilingi inti besi yang disebut dengan kumparan, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 9
Adapun contoh bushing yang terpasang dalam suatu transformator dapat diperlihatkan pada
gambar berikut ini.
a. Isolasi,
Berdasarkan media isolasi bushing terbagi menjadi dua (IEC 60137 tahun 2008) yaitu
Bushing kondenser
Di dalam bushing kondenser terdapat banyak lapisan kapasitansi yang disusun secara seri
sebagai pembagi tegangan. Pada bushing terdapat dua kapasitansi utama yang biasa
disebut C1 dan C2. C1 adalah kapasitansi antara konduktor dengan tap bushing, dan C2
adalah kapasitansi dari tap bushing ke ground (flange bushing). Dalam kondisi operasi tap
bushing dihubungkan ke ground, sehingga C2 tidak ada nilainya ketika bushing operasi.
Bushing kondenser umumnya dipakai pada tegangan rating bushing 72,5 kV ke atas.
Bushing kondenser terdapat tiga jenis media isolasi (IEC 60137 tahun 2008) yaitu:
- Resin Bonded Paper (RBP)
Bushing tipe RBP adalah teknologi bushing kondenser yang pertama dan sudah mulai
ditinggalkan
Bushing non-kondenser.
Bushing non kondenser umumnya digunakan pada tegangan rating 72,5 kV ke
bawah.Media isolasi utama bushing non-kondenser adalah isolasi padat seperti porcelain
atau keramik.
b. Konduktor
Terdapat jenis – jeniskonduktor pada bushing yaitu hollow conductor dimana terdapat besi
pengikat atau penegang ditengah lubang konduktor utama, konduktor pejal dan flexible lead.
Tabel 1 General specifications Of Transformer Oil standar IEC 60296 tahun 2003-11
Tabel 3 Recommended limits for mineral insulating oils after filling in new electrical equipment
prior to energization
Gambar 25 Konservator
Seiring dengan naik turunnya volume minyak di konservator akibat pemuaian dan penyusutan
minyak, volume udara didalam konservator pun akan bertambah dan berkurang. Penambahan
atau pembuangan udara didalam konservator akan berhubungan dengan udara luar. Agar
minyak isolasi transformator tidak terkontaminasi oleh kelembaban dan oksigen dari luar (untuk
tipe konservator tanpa rubber bag), maka udara yang akan masuk kedalam konservator akan
difilter melalui silikagel sehingga kandungan uap air dapat diminimalkan.
Gambar 26 Silikagel
Silicagel sendiri memiliki batasan kemampuan untuk menyerap kandungan uap air sehingga
pada periode tertentu silicagel tersebut harus dipanaskan bahkan perlu dilakukan penggantian.
Dehydrating Breather dan dehydrating filter breather merupakan teknologi yang berfungsi untuk
mempermudah pemeliharaan silicagel, dimana terdapat pemanasan otomatis ketika silicagel
mencapai kejenuhan serta menfilter sistem udara yang akan masuk ke konsevator
Pemuaian dan penyusutan minyak tersebut membutuhkan ruang atau cara tersendiri dengan
menggunakan gas Nitrogen (N2) kontak langsung di atas minyak transformator diperlihatkan
pada gambar dibawah ini.
Sebuah segel pada transformator jenis oli dapat diberikan oleh inert-gas system. Dimana tangki
transformator ditekan oleh gas seperti nitrogen. Ruang gas pada tangki utama trafo dilengkapi
dengan pressure gauge seperti pada gambar diatas. Karena sistem dirancang agar minyak
trafo tidak kontak langsung dengan udara maka gas harus bekerja pada tekanan positif diruang
gas diatas minyak. Beberapa sistem dirancang untuk menambah nitrogen secara otomatis dari
tangki bertekanan bila tekanan turun dibawah tingkat yang telah ditetapkan. Tekanan positif
disekitar 0,5 sampai dengan 5 pounds per square inch (psi) pounds per square inch (psi)
dipertahankan dalam ruang gas diatas minyak untuk mencegah masuknya udara. Pada saat
terjadi tekanan yang low pada ruang gas maka sebuat unit layanan khusus gas dilengkapi
dengan tangki nitrogen yang terpasang secara otomatis akan menambah gas. Penam bahan
gas nitrogen ini terjadi pada saat kondisi beban rendah dimana minyak akan menyusut.
Pada sistem unit layanan gas dilengkapi katup untuk melepas tekanan gas dari trafo, dimana
berfungsi untuk membatasi tekanan dalam trafo ke nilai maksimum yang aman. Dimana pada
saat temperature minyak trafo naika maka minyak akan memuai (mengembang) dan
meningkatkan tekanan internal transformator sehingga katup akan membuka untuk melepas
gas sehingga kembali ke tekanan normal.
Temperatur pada transformator yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas
tegangan jaringan, losses pada trafo itu sendiri dan temperatur lingkungan. Temperatur operasi
yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada transformator sehingga
diperlukan sistem pendinginan yang efektif.
Minyak isolasi transformator selain merupakan media isolasi juga berfungsi sebagai pendingin.
Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan dibawa oleh minyak
sesuai jalur sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip – sirip radiator. Adapun proses
pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi guna meningkatkan
efisiensi pendinginan.
Pada umumnya sistem pendingin pada transformator adalah ONAN, yaitu pendinginan lilitan
transformator dengan menggunakan minyak isolasi yang bekerja secara alamiah dan
pendinginan kembali minyak isolasi menggunakan udara yang bekerja secara alamiah melalui
dinding tangki dan sirip-sirip. Secara lengkap pada tabel 4 diperlihat metode sistem pendingin
pada transformator.
HEAT
EXCHANGER
b. Kipas Pendingin
Fan atau kipas pendingin dipasang pada radiator untuk mempercepat proses pendinginan
minyak transformator didalam radiator. Kipas tersebut bisa dipasang secara horizontal
maupun secara vertikal, fan menghembus udara dari bawah ke atas.
Dalam Pengoperasian Motor Fan dan Pompa Oil secara automatis menggunakan sensor
temperatur dari winding disetting dengan nilai tertentu.
Pada saat transformator beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, rugi-rugi
pada trafo itu sendiri, pembebanan, temperatur lingkungan dan lain sebagainya. Salah satu hal
penting dalam mengoperasian suatu transformator adalah mengetahui indikator- indikator
pengoperasianTemperatur. Ada beberapa indicator-indikator yang dimonitor dalam suatu
trasformator sebagai berikut:
Adapun komponen - komponen dari level minyak dapat diperlihatkan pada gambar dibawah
ini dimana menggunakan sistem pelampung.
Tekanan minyak maupun gelembung gas ini akan dideteksi oleh rele bucholz sebagai indikasi
telah terjadinya gangguan internal, berikut dijelaskan mengenai Mekanisme Kerja Rele Bucholz
Relay jansen adalah relay yang digunakan untuk mengamankan trafo dari gangguan di dalam
tap changer (OLTC) yang menimbulkan gas. Relai Jansen memanfaatkan tekanan minyak dan
gas yang terbentuk sebagai indikasi adanya ketidaknormalan/gamgguan. Relay ini dipasang
pada pipa yang menuju konservator.
Cara kerja relay jansen pada prinsipnya sama dengan relay bucholz akan tetapi hanya punya
satu kontak tripping.
Relai jansen biasanya dikenal dengan OLTC Protective Relay dengan jenis tipe relai yang
sering dipakai adalah RS-3000. Berikut kami perlihatkan jenis tipe relai tersebut dalam kondisi
normal dan trip
Pada gambar diatas diperlihatkan pressure relai terdiri dari 2 jenis yaitu Pressure Relief Device
dan Sudden Oil Pressure Relay.
Berupa plat tipis yang di desain sedemikian rupa yang akan pecah apabila menerima
tekanan melebihi desainnya. Membrane ini hanya sekali pakai sehingga jika pecah harus
diganti yang baru.
Type Valve
Berupa suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang di desain sedemikian rupa
sehingga apabila terjadi tekanan di dalam trafo melebihi tekanan pegas maka akan
membuka dan membuang tekanan keluar bersama sama sebagian minyak.
Apabila tekanan di dalam trafo sudah turun atau lebih kecil dari tekanan pegas maka valve
akan menutup kembali.
Relay temperatur berfungsi untuk melindungi trafo dari temperatur yang berlebih. Apabila
temperatur trafo melebihi batas yang ditentukan maka relay temperatur akan bekerja. Besar
Relai temperatur (thermal) ini terdiri dari sensor temperatur, pipa kapiler, thermocouple, dan
meter penunjukan.
Relai temperatur winding (belitan) dan relai suhu Oil (Minyak trafo). Kedua jenis relay
tersebut bekerja dalam 2 tahap, yaitu :
Tahap 1 : mengerjakan alarm
Tahap 2 : memerintahkan trip ke PMT
Pada saat kondisi normal, seperti diperlihatkan pada gambar 53 maka Relay differential tidak
akan bekerja karena arus yg mengalir ke relay differensial sama dengan nol.
Agar relay diferensial tidak kerja dalam keadaan norma maka persyaratannya :
CT 1 dan CT 2 (m,mpun ACTnya ) harus mempunyai rasio sedemikian rupa sehingga It = Iz
Sambungan pada polaritas CT ldan CT 2 maupun ACTnya harus benar.
Fungsi relai diferensial pada trafo tenaga untuk mengamankan transformator dari gangguan
hubung singkat yang terjadi di dalam transformator, antara lain hubung singkat antara
Relay differensial tidak boleh bekerja dalam keadaan gangguan di luar daerah pengamanan
seperti diperlihatkan pada gambar 55. Bahwa dalam kondisi normal atau gangguan di luar
daerah pengaman arah arus I1 dan I2 adalah berlawanan dan mempunyai besar yang sama
maka relay differensial tidak dialiri arus dan relay tidak bekerja.
Relai ini merupakan unit pengamanan dan mempunyai selektifitas mutlak. Karakteristik relay
diffrensial diperlihatkan pada gambar 56 dibawah ini.
Prinsip kerja relai REF sama dengan dengan relai differensial yaitu membandingkan besarnya
arus sekunder kedua trafo arus yang digunakan, akan tetapi batasan daerah kerjanya hanya
antara CT fasa dengan CT titik netralnya. REF ditujukan untuk memproteksi gangguan 1-fasa
ketanah
Pada waktu tidak terjadi gangguan/keadaan normal atau gangguan di luar daerah pengaman,
maka ke dua arus sekunder tersebut di atas besarnya sama, sehingga tidak ada arus yang
mengalir pada relai, akibatnya relai tidak bekerja.
Pada waktu terjadi gangguan di daerah pengamanannya, maka kedua arus sekunder trafo arus
besarnya tidak sama oleh karena itu, akan ada arus yang mengalir pada relai, selanjutnya relai
bekerja.
Fungsi dari REF adalah untuk mengamankan transformator bila ada gangguan satu satu fasa
ke tanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele differensial
Relay arus lebih berfungsi untuk melindungi trafo dari gangguan hubung singkat antar fasa di
dalam maupun di luar daerah pengaman trafo
Relai arus lebih digunakan untuk mendeteksi gangguan fasa – fasa, mempunyai karakteristik
inverse (waktu kerja relai akan semakin cepat apabila arus gangguan yang dirasakannya
semakin besar) atau definite (waktu kerja tetap untuk setiap besaran gangguan). Selain itu
pada relai arus lebih tersedia fungsi high set yang bekerja seketika (moment/instantaneous)
seperti diperlihatkan pada gambar 61 tentang karakteristik instant .
Prinsip kerja GFR sama dengan OCR yaitu berdasarkan pengukuran arus, dimana relai akan
bekerja apabila merasakan arus diatas nilai settingnya.
GFR dirancang sebagai pengaman cadangan Trafo jika terjadi gangguan hubung singkat fasa
terhadap tanah, baik dalam trafo (internal fault) maupun gangguan ekternal (external fault).
Setting arus GFR lebih kecil daripada OCR, karena nilai arus hubungsingkatnya pun lebih kecil
dari pada arus hubung singkat fasa-fasa.
Relai ini digunakan untuk mendeteksi gangguan fasa – tanah, sehingga karakteristik waktu
yang dipilihpun cenderung lebih lambat daripada waktu OCR. Pada GFR setting highset diblok,
kecuali untuk tahanan 500 ohm di sisi sekunder trafo.
Pentanahan sisi tegangan tinggi adalah terutama sebagai pengaman sistem, sedangkan sisi
tegangan rendah sebagai proteksi keamanan manusia. Pemilihan bagaimana suatu sistem
harus ditanahkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lokasi terhadap
pembangkit, jaringan, dan regulasi yang berlaku.
Metode pentanahan yang ada dapat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu :
Insulated
Solid earthing
Impedance earthing
Pada sistem ini titik netral tidak ditanahkan. Namun pada dasarnya sistem ini tetap terhubung
ke tanah melalui kapasitansi line ke tanah.
Dua keuntungan mendasar pada sistem ini adalah:
Keuntungan operasional, yaitu ground fault yang terjadi pada sistem hanya mengakibatkan
mengalirnya arus ground yang kecil, sehingga sistem tetap dapat beroperasi walaupun
terdapat ground (kontinuitas operasi sistem).
Keuntungan ekonomis, yaitu tidak diperlukan biaya untuk peralatan grounding.
Sistem ini memiliki beberapa kelemahan, seperti dari segi keamanan / safety, adanya
kemungkinan terjadi overvoltage / tegangan lebih, dan lebih susah untuk mendeteksi terjadinya
ground fault.
Sistem pentanahan ini digunakan untuk membatasi arus gangguan yang timbul sehingga
meningkatkan keamanan / safety. Pentanahan dengan impedance earthing dapat dibagi lagi
menjadi beberapa sistem, yaitu pentanahan melalui resistor, reaktansi, dan arc suppression
coil (Petersen coil).
Pada sistem ini, titik netral transformator dihubungkan ke tanah melalui resistor. Dengan
sistem ini arus gangguan yang terjadi dibatasi menjadi;
If = V / R
Dimana;
If = arus gangguan yang terjadi (A)
V = tegangan phase ke tanah (V)
R = nilai resistansi dari resistor (ohm)
Tujuan dari sistem pentanahan ini diantaranya adalah:
Pentanahan melalui resistor ini terdapat dua kelas, yaitu High Resistance dan Low
Resistance, yang dibedakan berdasarkan besarnya arus ground fault yang boleh mengalir.
High-resistance grounding biasanya menggunakan level arus ground fault 10 A atau
kurang. Sedangkan Low-resistance grounding menggunakan level arus ground fault diatas
10 A sampai 3000 A. Material yang digunakan sebagai bahan resistance dapat berupa
resistor cair maupun stainless steel.
Salah satu metoda pentanahan adalah dengan menggunakan NGR. NGR adalah sebuah
tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada transformator sebelum
terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya
arus gangguan yang mengalir dari sisi netral ke tanah.
Ada dua jenis NGR, diantaranya :
Liquid
berarti resistornya menggunakan larutan air murni yang ditampung didalam bejana dan
ditambahkan garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan
Solid
NGR jenis padat terbuat dari Stainless Steel, FeCrAl, Cast Iron, Copper Nickel atau
Nichrome yang diatur sesuai nilai tahanannya.
Pada sistem pentanahan ini, titik netral transformator dihubungkan ke tanah melalui suatu
reaktor. Arus gangguan yang mengalir dalam sistem pentanahan ini merupakan
fungsi/persamaan dari reaktansi netral. Pada sistem pentanahan melalui reactance ini, level
arus ground fault yang mengalir harus mencapai 60% atau lebih dari arus hubung singkat
tiga phase untuk menghindari terjadinya transien overvoltage. Level arus gangguan
tersebut lebih besar daripada level arus gangguan pada sistem pentanahan melalui
resistor, oleh karena itu pentanahan melalui reactance biasanya tidak digunakan sebagai
alternatif pengganti pentanahan melalui resistor.
Pada sistem pentanahan ini, titik netral transformator dihubungkan dengan reaktor yang
nilainya dapat diatur. Nilai dari reactance ditentukan sedemikian rupa sehingga arus
reactance/induktif yang timbul saat terjadi gangguan dapat menetralkan arus capacitance
dari phase ke tanah. Oleh karena itu, secara teoritis, arus pada titik gangguan adalah nol
dan tidak dapat menimbulkan bunga api.
Sangatlah perlu bahwa perencanaan sistem pentanahan pengaman dilakukan dengan teliti,
sehingga bisa diperoleh proteksi yang handal, dan proteksi ini akan menjamin keselamatan
peralatan dan manusia dalam pengoperasian transformator. Bentuk-bentuk pentanahan
pengaman adalah sebagai berikut:
Untuk memperoleh hubungan pentanahan yang sempurna dari suatu peralatan, maka perlu
dilakukan pemeliharaan sebagai berikut :
Konstruksi dan sistem perpindahan tap pada pemindah tap berbeban (OLTC) terdapat
beberapa metode, pada saat ini akan dibahas tentang pengubah tap berbeban dengan tap
selector dan arching/diverter switch secara terpisah, seperti diperlihatkan pada gambar 69.
Konstruksi ini biasanya digunakan untuk transformator dengan daya dan tegangan yang besar.
Prinsip kerja pengubah tap berbeban tipe ini dengan flag cycle, adalah seperti pada gambar 70
dibawah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Mula-mula yang bergerak adalah tap selector (gambar a – c). Misalnya semula
transformator berada di tap 4 dan akan berpindah ke tap 5, maka tap selector bergerak
menuju ke tap 5 yang digerakan oleh sistem mekanis penggerak. Pada kondisi tersebut
belum ada arus yang mengalir di tap 5 sehingga tidak terjadi busur api saat perpindahan tap
selector.
Setelah tap selector berada di posisi tap yang baru (tap 5), kemudian diverter/arching switch
mulai bergerak (gambar d – e). Pergerakan diverter switch tersebut melewati kontak-kontak
transisi yangdilengkapi dengan resistor untuk menghindari terjadinya short circuit dan
mengurangi busur api yang terjadi.
Proses perpindahan tap selector diatas digerakan oleh gear yang terhubung dengan sistem
mekanis penggerak. Pada saat yang lama, gerakan tersebut akan mengisi pegas dan ketika
tap selector telah selesai berpindah maka pegas tersebut akan menggerakan diverter switch
dalam waktu yang sangat singkat. Pada disain yang ada saat ini, waktu perpindahan diverter
switch berkisar antara 40 – 60 ms.
Media pendingin atau pemadam proses switching pada diverter switch yang dikenal sampai
saat ini terdiri dari dua jenis, yaitu media minyak dan media vaccum. Jenis pemadaman dengan
media minyak akan menghasilkan energi arcing yang membuat minyak terurai menjadi gas
C2H2 dan karbon sehingga perlu dilakukan penggantian minyak pada periode tertentu.
Sedangkan dengan metoda pemadam vaccum proses pemadaman arcing pada waktu
switching akan dilokalisir dan tidak merusak minyak.
Referensi
Electric power engineering, edited by Jamer Harlow, CRC press, 2004
ABB transformer handbook
ALSTHOM, The transformer guide, first edition
Panduan pemeliharaan transformator, P3B, 2003
Brosure DETC ABB tipe DTL.
E. FMEA Trafo
Didalam FMEA trafo terdiri dari subsistem trafo, Functional Failure pada trafo, Failure Mode
pada trafo (lampiran – 1).
FMECA (Failure mode and effect critical analysis) merupakan metoda untuk mengetahui
resiko kegagalan sebuah subsistem pada sebuah sistem peralatan. Dengan
mengkombinasikan data gangguan dengan FMEA maka akan diketahui peluang-peluang
kegagalan pada setiap sub sistem dalam FMEA. Hal ini dapat dijadikan acuan dalam
menerapkan metoda pemeliharaan yang optimal dengan tingkat kegagalan yang bervariasi.