Mata Pelajaran 5
APP 3 Phasa
Pengukuran Tak
Langsung
[Type text]
5. APP 3 PHASA
PENGUKURAN TAK
LANGSUNG
DURASI : 4 JP
PENYUSUN : 1.
2.
3.
4.
[Type text]
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
keterbatasan secara teknis. Keterbatasan terhdap besaran arus yang dapat melaluinya ataupun
besaran tegangan yang bekerja secara langsung pada peralatan tersebut.
Pada sisi lain, Besaran Arus pada pelanggan khususnya pelanggan besar sangat besar, dan tegangan
yang melayaninya juga cukup tinggi sehingga untuk melayani dan mengukur pelanggan dengan daya
yang cukup besar atau pelanggan yang dilayani tegangan tinggi (TM / TT) diperlukan APP khusus
yang dikenal istilah APP Pengukuran Tidak langsung.
Dengan keterbatasan tersebut maka dipergunakan alat bantu dalam pengukuran berupa CT (Current
Transformator / Trafo Arus) dan atau PT (Potensial Transformer / Trafo Tegangan).
Sehingga APP 3 Phasa pengukuran tidak langsung terdapat bervariasi peralatan sebagai berikut:
Sehingga Tabel segmentasi daya pelanggan terkait dengan alat Bantu sebagai berikut :
Meter sambungan tidak langsung adalah meter yang disambungkan dengan sistem tenaga listrik
trafo arus dan atau trafo tegangan .
a) Hardware :
• Fasilitas untuk penempatan segel pengaman pada tutup meter dan tutup
terminal.
• Back up utama sumber daya untuk jam internal berupa super kapasitor dengan
kemampuan minimal selama minimum 7 hari dan back up kedua berupa battery
lithium yang mempunyai umur pakai minimum selama 3 tahun sejak terpasang.
• Port Komunikasi berupa serial port ( bukan berupa terminal) dan optical probe
• Layar tampilan minimal LCD yang life time-nya minimal sesuai umur meter.
• Sensor Arus Netral. Arus netral dapat digunakan sebagai besaran untuk
menghitung ketidakseimbangan beban dan untuk mendeteksi adanya kelainan
atau pemakaian tidak illegal.
• Pengamanan terhadap surja hubung dan petir dari kedua sisi, yaitu sisi sumber
dan injeksi tegangan dari sisi beban.
b) Kemampuan Pengukuran
- energi aktif kirim dan terima ( fundamental & - energi aktif kirim dan terima ( fundamental &
total ) dengan multi tarif ( minimal 4 tarif ) total ) dengan multi tarif ( minimal 4 tarif )
- energi reaktif kirim dan terima - energi reaktif kirim dan terima
- arus per fase ( true rms ) - arus per fase ( true rms )
- tegangan per fase ( true rms ) - tegangan per fase ( true rms )
- frekuensi - frekuensi
- daya aktif (fundamental dan total ) - daya aktif (fundamental dan total )
- daya semu - daya semu
- daya reaktif - daya reaktif
- faktor daya per fase dan tiga fase - faktor daya per fase dan tiga fase
- harmonisa arus sampai orde 15 - harmonisa arus sampai orde 15
- daya (kVA) maksimum sistem sliding ,interval 1,
5, 15, 30, dan 60 menit (adjustable )
- mengukur energi ( aktif dan reaktif ) dan daya
maksimum dengan cara summation (penjumlahan)
dari beberapa unit meter.
c) Tampilan keluaran
Meter harus mempunyai tampilan keluaran dalam bentuk minimal LCD yang :
• Mempunyai jumlah dan dimensi angka hasil pengukuran minimum pada display
/ tampilan : 8 angka terdiri dari jumlah angka satuan dan decimal yang bisa
diatur.
• Indikasi hasil pengukuran energy akumulatif total tidak dapat dirubah selama
meter digunakan;
• Protokol terbuka ( open protocol ) yang dapat dibaca oleh sistem AMR
Terpasang .
• Fasilitas mengirim SMS ( Short Massage Service) dengan masukan dari alarm
atau terminal I/O;
• Fasilitas untuk pemutus beban jarak jauh ( remote tripping ) dari ruang control
atau pusat pengendali.
Meter harus mempunyai memori tak terhapus atau non volatile memory yang mampu
merekam dan menyimpan event log yang ditimbulkan oleh kondisi sistem dan aktifitas
setting yang terjadi pada meter yang terdiri dari minimal sebagai berikut :
[Type text]
f) Alarm
Meter harus mampu menampilkan dan merekam indicator dan waktu kejadian alarm :
8. Battere Low
Standard peruntukan meter energy , mengacu SPLN D5.001: 2008 tentang Pedoman
Pemilihan dan Penggunaan Meter Energi Listrik :
Tabel Pemilihan, Penggunaan Dan Pemasangan Meter Energi Berdasarkan Daya Tersambung
6.6 kVA ≤ Daya ≤ 41.5 400 V Pelanggan Elektronik atau 1.0 Setempat Fitur dan fasilitas AMR sesuai dengan SE
kVA Elektromekanik fase 3 1.0 /dengan Direksi No. 027.E/021/DIR/2004 tanggal
remote 24 Desember 2004
450 VA ≤ Daya < 11 kVA 231 V Pelanggan Elektronik atau 1.0 Setempat Pemasangan meter dengan fasilitas
Elektromekanik atau 2.0 /dengan AMR terpusat hanya diterapkan setelah
Meter prabayar fase 1 1.0 remote memperhatikan kelayakan ekonomi
ITRON ACE6000 ITRON SL7000 Landis Gyr ZMD Landis Gyr ZMG
5.2. CT & PT
5.2.1 Trafo Arus / Current Transfomer (CT)
Transformator arus adalah suatu alat listrik yang berfungsi untuk mengubah besar arus
tertentu (di lilitan primer) ke besaran arus tertentu lainnya (di lilitan sekunder) melalui suatu
kopling elektromagnetis.
Transformtor arus ini banyak digunakan didalam bidang pengukuran – pengukuran listrik
untuk memperoleh besaran ukur bagi ampere meter, kWh meter, watt meter dan sebagainya
Karena meter – meter umumnya hanya dapat dilewati besaran ukur (arus) yang kecil
sedangkan arus yang mengalir ke jaringan distribusi adalah besar, maka besar arus pada
belitan primer transformator arus lebih besar dari pada besar arus di lilitan sekundernya.
Jadi transformator arus yang dipergunakan pada meter – meter akan mengubah arus primer
yang besar menjadi arus sekunder yang lebih kecil sehingga pengukuran dapat dilakukan.
Arus pada sisi primer yang cukup besar ditransformasi oleh CT menjadi sebesar kemampuan
meter, umumnya maksimum 5 Ampere, sehingga CT yang biasa digunakan dengan ratio
……./5A.
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah jenis CT yang digunakan jangan sampai tertukar
dengan CT untuk proteksi, CT untuk pengukuran dengan kode kelas sebagai berikut:
CT yang banyak dipakai untuk TR adalah : 100/5. 150/5, 200/5, 250/5 dst.
Gambar
CT Tegangan Menengah
[Type text]
3.2.1. Fungsi
• Mentransformasikan dari arus yang besar menjadi arus yang kecil sesuai dengan
kemampuan alat ukur ataupun proteksi
IP N2
Perbandingan transformasi ----- = ----- = KCT
IS N1
BS 7626 CTs
BS 7628 CT AND PT
h. INDONESIA SNI
[Type text]
- cepat jenuh
Gambar 6 Tipikal Trafo Arus Dengan Batang Pada Sisi Primer 1000 / 1 A
Gambar 8 Contoh CT TR
Pengenal Sekunder : 1 - 2 - 5 A
A - B 100 / 5 A
A - C 200 / 5 A
A - D 300 / 5 A
A - E 400 / 5 A
A - F 500 / 5 A
A - G 1000 / 5 A
Pengenal Sekunder
A. 5 A Umumnya digunakan bila antara trafo arus dengan alat ukur atau relainya dekat
B. 1 A Umumnya digunakan bila antara trafo arus dengan alat ukur atau relainya
jauh. Umumnya digunakan pada sistem tegangan tinggi atau ekstra tinggi.
kW Kvarh
A KW kVA P2
S1 S2
L
P1 P2
S1 S2
A K K
• jika hubung singkat antara sisi primer dan sisi sekunder, tegangan sirkit sekunder tidak
naik
• Dalam beberapa hal letak pembumian sisi sekunder mengikuti buku petunjuk
pemasangan meter atau relainya
• Pemilihan kapasitas burden CT yang optimal sebesar 1,5 dari total burden yang
sesungguhnya
Beban pengenal CT
REDUKSI BEBAN
Untuk menunjukkan ketelitian CT dinyatakan dengan kesalahannya suatu alat semakin kecil
kesalahannya semakin teliti alat tersebut.
a. Kesalahan perbandingan
KT IS - IP
= ---------------- * 100 %
IP
CT 500 / 5 A KT = 100
[Type text]
b. Kesalahan sudut
2 = -
1 = +
Supaya CT cepat jenuh dibuat dengan luas penampang jg relatif kecil atau bahan-bahan yang
mempunyai lengkung B vs H cepat jenuh misalnya MU-Metal.
Kelas ketelitian trafo arus untuk meter dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 dan kurva
kesalahan CT.
Pengertian Kelas CT
• Untuk CT Proteksi
Contoh : 5P10 artinya : Kemampuan mengukur arus sampai dengan 10 kali In
dengankesalahan +/- : 5 %
• Untuk CT Pengukuran
Contoh: klas 2 artinya: kesalahan +/- : 2 % dengan kemampuan pengukuran dari 5% sd
120%
[Type text]
Pada kondisi normal, primary winding& secondary winding menghasilkan mmf (ampere-
turns) yang saling berlawanan. Secondary mmf sedikit lebih kecil dari pada primary mmf.
Dengan demikian resultante kedua mmf ini sangat kecil. Resultante mmf menghasilkan flux
dalam core. Karena resultantenya kecil, maka flux yang dihasilkan juga kecil. Jadi dalam
kondisi normal flux density dalam core sangat kecil, akibatnya tegangan induksi di
secondary winding juga kecil.
Jika sekunder open circuit (dalam keadaan primary winding energized), primary mmf tetap
tidak berubah, sedangkan secondary mmf turun menjadi nol. Nilai mmf yang besar ini
menghasilkan flux dalam core yang besar pula sehingga core menjadi jenuh (saturasi)
akibatnya core over heating karena adanya eddy current losses dan hysteresis losses yang
besar. Selain itu flux ini menginduksikan teganganyang sangat besar di secondary winding
yang dapat mengakibatkan breakdown pada insulation CT.
mA
MA
S1 S2
P1 P2
Keterangan :
2. Bila mili Amper menunjuk ke kiri polaritas CT salah / kiri fungsi kWh akan terbalik
Formula pengujian
IS – Ip
Kn = ----------------- X 100 %
Ip
Ket :
Kn : Perbandingan transfomasi
Is : Arus skunder
[Type text]
Ip : Arus primer
Pada pengukuran tidak langsung pelanggan TR, angka stand yang tertera pada kWh meter
belum nilai yang sebenarnya.
Nilai yang sebenarnya adalah selisih angka stand kWh dikalikan dengan Faktor kali (dengan
catatan pada meter saat ini, Faktor kali meter = 1).
Pemakaian kWh = (Stand Bl lalu – Stand bl ini) x Faktor Kali
Besaran Faktor Kali ditentukan sebagai berikut:
P = 3 x V x I
I=
1. Pelanggan TR dengan daya 105 KVA. Berapa CT yang harus dipilih dan berapa
factor kalinya?
Tahab 1, Menghitung Besaran Arus Nominal.
I=
I = 159, 53 A
Tahab 2, Memilih CT yang ada dipasaran dengan syarat lebih besar dari arus nominal
dan besarannya yang paling mendekati.
Maka dipilih CT pasaran yang mendekati, yaitu CT TR : 200 / 5 A
Faktor kali untuk pelanggan tersebut adalah 200 /5 = 40 X
[Type text]
2. Pelanggan TM dengan daya 345 KVA. Berapa CT dan PT yang harus dipilih dan
berapa factor kalinya ?
I=
I = 9,95 A
Tahap 2, Memilih CT yang ada dipasaran dengan syarat lebih besar dari arus nominal
dan besarannya yang paling mendekati.
Maka dipilih CT pasaran yang mendekati, yaitu CT TM : 10 A / 5 A
Tahap 3, Memilih PT. Karena tegangan kWh Meter harus dibawah 400 Volt maka
memilih yang ada dipasaran, yaitu PT TM : 20.000 V / 100 V
= 400 X
B. Tingkat Insulasi
Tingkat insulasi adalah kombinasi nilai-nilai tegangan yang mengkarakterisasi
insulasi suatu CT dengan mempertimbangkan kemampuan dalam menahan stress
dielektrik.
a) CT Tegangan Rendah
• •
Tegangan tertinggi (rms) : 0.72 kV
• •
Ketahanan tegangan frekuensi daya (rms) : 3 kV
b) CT Tegangan Menengah
o Belitan primer : 50 kV
o Belitan sekunder : 3 kV
[Type text]
Arus waktu singkat thermal pengenal (Ith) adalah nilai rms dari arus primer dimana CT
dapat menahannya selama 1(satu) detik tanpa timbul kerusakan, belitan sekunder
terhubung singkat.
Kesalahan arus dan pergeseran fasa harus tidak melebihi nilai pada table berikut, pada
frekuensi pengenal dan nilai burden :
Burden untuk pengujian akurasi harus mempunyai factor daya 0,8 lagging, kecuali
untuk
burden lebih kecil dari 5 A dapat menggunakan factor daya 1,0.
[Type text]
TABEL 1
BATAS KESALAHAN TRANSFORMATOR ARUS PENGUKURAN
Tabel 11 Batas kesalahan transformator arus pengukuran
% arus pengenal
PARAMETER UJI KELAS AKURASI
1 5 20 100 120
0,2 - 0,75 0,35 0,20 0,20
0,2S 0,75 0,35 0,20 0,20 0,20
Kesalahan arus (±) [ %] 0,5 - 1,50 0,75 0,50 0,50
0,5S 1,50 0,75 0,50 0,50 0,50
1,0 - 3,00 1,50 1,01 1,00
0,2 - 30 15 10 10
0,2S 30 15 10 10 10
[menit] 0,5 - 90 45 30 30
0,5S 90 45 30 30 30
J. Kesalahan Komposit
Pada kondisi ajeg (steady state), nilai rms dari perbedaan antara :
Pada frekuensi pengenal dan burden pengenal dengan factor daya 0,8 lagging, kesalahan
arus
dan pergeseran fasa pada arus primer pengenal, dan kesalahan komposit pada batas
akurasi
TABEL 2
arus primer pengenal harus tidak melebihi nilai pada table berikut :
BATAS KESALAHAN TRANSFORMATOR ARUS PENGUKURAN
Tabel 12 Batas kesalahan transformator arus pengukuran
Trafo tegangan merupakan alat bantu pengukuran untuk tegangan TM dan TT, karena tidak
mungkin kWh meter membaca atau disambung langsung ke tegangan Menengah atau
Tegangan Tinggi. Trafo tegangan yang biasa dipakai pada system TM adalah dengan rasio: 20
kV/100 V Kelas 0,5
Tegangan pengenal sekunder ádalah 57.7 Volt phase netral dan 100 V atau 110 V phase-phase.
Gambar
PT Tegangan Menengah
A. Tegangan pengenal
B. Keluaran pengenal
E. Tingkat Insulasi
F. Kelas akurasi PT
[Type text]
Khusus untuk PT Proteksi yang sekundernta akan dihubung delta terbuka (open delta ) untuk
menghasilkan tegangan residual, tegangan pengenal sekunder adalah 100/3 Volt
Relai pembatas adalah suatu alat yang digunakan untuk membatasi arus yang masuk ke
pelanggan TK.
Relai magnetis :
Relai ini bekerka berdasarkan prinsip Medan magnit dari statu kumparan listrik.
Relai Thermis :
Relai ini bekerja berdasarkan prinsip elektrostatik dari suatu elemen pemanas/bimetal.
Relai Eelktronik
Relai ini bekerka berdasarkan prinsip elektrostatik dari beberapa komponen elektronik.
Relai Primer
Peralatan relai dipasang langsung pada saluran utama tegangan menengah (rel TM
Instalasi saklar pemutus tenaga PMT)
Relai primer yang terpasang pada pelanggan TM secara bertahap akan diganti dengan
Relai sekunder, sehingga tidak ada lagi pelanngan TM yang menggunakan relai primer.
[Type text]
Relai Sekunder
Peralatan relai dipasang atau disambungkan dari sisi sekunder peralatan bantu trafo arus
(CT) yang dipasang pada saluran Utama.
Relai Definit
Sifat karakteristik dari relai definit adalah baru akan bekerja bila arus yang mengalir pada
relai tersebut melebihi besarnya arus seting (Is) yang telah ditentukan. Lamanya selang
waktu relai bekerja uantuk memberikan komandi tripping adalah sesuai dengan waktu
[Type text]
setting (Ts) yang diinginkan. Pada Relai ini waktu bekerjanya ( Tt =Ts) tetap konstan, tidak
dipengaruhi oleh besarnya arus yang mengerjakan relai tersebut.
T (s)
In
1 2 3 4
Relai Invers
Sifat karakteristik dari relai invers adalah rela baru akan bekerja bila arus yang mengalir
pada relai tersebut melebihi besarnya arus setting (Is) yang telah ditentukan. Lamanya
selang waktu relai bekerja uantuk memberikan komandi tripping adalah sesuai dengan
waktu setting (Ts) yang diinginkan. Pada Relai ini waktu bekerjanya tidak sama dengan
waktu setting, karena sangat tergantung dengan besarnya arus yang mengerjakan relai
tersebut. Makin besar arus yang melabihi arus setting makin cepat relai bekerja.
Dilihat dari karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa relai yang dipasang pada pembatas
hádala kombinasi antara :
Untuk mendapatkan relai dengan karakteristik diatas, maka dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Besarnya arus nominal perfasa menjadi dasar penyetelan relai pembatas dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Penentuan penyetelan relai primer atau sekunder berdasarkan SPLN No55 : 1990 tentang Alat
Ukur Pembatas dan Perlengkapannya.
Pengukuran
No. kWh Meter
Jenis Tegangan
Yang dimaksud sistem pengawatan pengukuran tidak langsung adalah pengawatan alat ukur
dimana didalam pengukuran besaran listrik alat ukur tersebut dilangkapi dengan alat bantu yang
berupa trafo ukur (CT, PT) karena kemampuan ukur pada alat ukur tersebut terbatas dehingga
besaran besaran listrik baik arus, tegangan, prerlu diturunkan terlebih dulu sesuai dengan
batas kemampuan kumparan arus maupun kumparan tegangannya.
Adapun pengawatan Meter elektronik untuk pengukuran tidak langsung ini biasa diperuntukkan
bagi pelanggan besar baik pelanggan TR, TM, TT dan pelanggan ET. Dimana pengawatan
yang menggunakan CT, dan PT antara lain pengawatan ;
• Dengan CT saja
• Dengan 3 CT dan 3 PT
• Dengan 2 CT dan 3 PT
• Dengan 2 CT dan 2 PT
[Type text]
Gambar diatas menunjukkan pengawatan meter elektronik 3 fase tegangan rendah pengukuran
tidak langsung dimana kumparan tegangan disambung langsung dengan tegangan saluran
utamanya, hal ini dilakukan apa bila pada meter tersedia terminal catu tegangan secara
tersendiri dan untuk menentukan polaritas arus pada meter tipe seperti ini maka salah satu
terminal sisi sekundair CT harus diground.
Bila diperhatikan sekilas gambar pengawatan diatas mirip sekali dengan gambar pengawatan
sebelumnya, akan tetapi bila kita cermati maka tampak jelas perbedaannya yaitu pada
pengawatan kumpaeran tegangannya dimana catu tegangannya diinjeksikan melalui sisi
sekundair CT nya, untuk pengawatan seperti ini sisi sekundair CT tidak bias digrounding.
Pengawatan meter elektronik dengan menggunakan 3 buah CT dan 3 buah PT (Landis & Gyr)
Pada gambar pengawatan ini adalah pengawatan meter elektronik 3 fase 4 kawat pengukuran
tidak langsung dengan menggunakan 3 buah CT dan 3 buah PT, dimana salah satu sisi
sekunadair baik PT maupun CT nya dihubungkan dengan ground, halini dilakukan untuk
menentukan polaritas arusnya disamping untuk factor keamanan peralatan perlengkapan meter
elektronik itu sendiri.
[Type text]
Pengawatan meter elektronik 3 fase 4 kawat dengan 3 buah CT dan 3 buah PT (EDMI)
Gambar 3.4. Pengawatan meter elektronik 3 fase 4 kawat dengan 3 buah CT dan 3 buah PT
Pengawatan ini sistemnya sama dengan pengawatan sebelumnya yaitu sistem 3 fase 4 kawat
dengan menggunakan 3 buah CT dan 3 buah PT skunder CT maupun PT diground.
[Type text]
Pengawatan meter elektronik 3 fase 4 kawat dengan 3 buah CT dan 3 buah PT (ITRON SLTX)
Gambar 3.5. Pengawatan meter elektronik dengan 3 buah CT dan 3 buah PT.
Pada pengawatan meter elektronik ini juga identik dengan pengawatan meter elektronik
sebelumnya dimana dipasang 3 buah CT, 3 buah PT dimana sisi sekunder dari PT maupun CT
juga digrounding.
[Type text]
Gambar 3.6. Pengawatan meter lektronik 3 fase deng 2 buah CT dan 3 buah PT.
Sistem pengawatan seperti gambar 3.6. ini menggunakan 2 buah CT dan 3 buah PT dimana
pengawata CT nya tampak hanya 2 sumber arus yang mengisi kumparan arus pada meter
tersebut, sedangkan kumparan tegangannya diisi dari skunder PT ke 3 fasenya.
[Type text]
Pengawatan pada gambar 3.7. mirip dengan pengawatan sebelumnya (gambar 3.6)yaitu
menggunakan 2 buah CT dan 3 buah PT, bedanya pada gambar 3.7. ini kumpara arus fase S
tidak diaktifkan sehingga proses pengukuran besaran listriknya dilakukan oleh kumparan arus
fase R dan T dengan kumparan tegangan R,S dan T
[Type text]
Gambar 3.8. Pengawatan meter elektronik 3 fase dengan 2 buah CT dan 3 buah PT
Pengawatan pada gambar 3.8. sama persis dengan pengawatan pada gambar 3.7. dimana
kumparan arus fase S tidak diaktifkan sehingga cara pengukuran besaran listriknya sama
dengan cara pengukuran pada gambar 3.7.
Pada sistem pengukuran ini terdapat 2 metode pengawatan yang bisa digunakan yaitu :
Pada metode ini kabel untuk pengawatan tegangan dan arus terpisah sehingga
penggunaan kabel pada metode ini cukup banyak. Dapat dilihat pada contoh dibawah
ini:
Kelemahan pada metode ini rawan terjadi kesalahan pengawatan apabila dalam
penggunaan kabel hanya dengan 1 warna. Sehingga dapat terjadi kesalahan wiring
antara tegangan dengan arus tidak sefasa yang mengakibatkan kesalahan pengukuran
pada meter (minus). Solusinya adalah dengan menggunakan kabel yang berbeda warna
tiap-tiap fasanya dan membedakan penampang kabel yang digunakan antara untuk
tegangan dan arus. Misal kabel untuk tegangan menggunakan kabel 1,5mm sedangkan
untuk arus menggunakan kabel 2,5mm. Dan selalu lakukan validasi pengukuran meter
dengan pemakaian sisi primer pada saat setelah melakukan kegiatan pengawatan.
Berbeda dengan metode diatas, metode ini lebih sedikit / hemat dalam penggunaan
kabel untuk pengawatan. Dapat dilihat pada contoh dibawah ini :
[Type text]
Pada metode ini sudah meminimalisir kesalahan pengawatan tegangan dan arus yang
tidak sefasa. Hal ini dikarenakan tegangan diinjeksikan ke kabel arus dari CT yang
kemudian pada sisi terminal meter juga berlaku sama yaitu dari terminal arus dijumper
kabel ke terminal tegangan sesuai fasa arusnya. Yang perlu diperhatikan adalah
dikarenakan tegangan diinjeksikan pada kabel arus, maka untuk kabel arus sekunder
tidak boleh dicommon dan diground.
Pada pengukuran tidak langsung TM ada beberapa metode yang digunakan. Hal ini
berdasarkan jumlah trafo instrumen (PT dan CT) yang digunakan.
1. 2 PT dan 2 CT
[Type text]
Apabila trafo instrumen yang digunakan adalah 2 PT dan 2 CT maka pengawatan yang
dapat dilakukan adalah 3 Fasa 3 Kawat atau dapat juga dengan 3 Fasa 4 Kawat secara
modifikasi. Kesalahan yang mungkin atau sering terjadi adalah sebagai berikut :
c. Pengawatan pada sekunder CT salah polaritas antara terminal S1 dan S2. Solusinya
lakukan commisioning menggunakan aplikasi atau lakukan validasi pengukuran
setelah kegiatan pengawatan.
2. 3 PT dan 3 CT
Apabila trafo instrumen yang digunakan adalah 3 PT dan 3 CT maka pengawatan yang
dapat dilakukan adalah 3 Fasa 4 Kawat. Kesalahan yang mungkin atau sering terjadi
adalah sebagai berikut :
a. Pengawatan sekunder CT rawan terjadi kesalahan pada sisi S2 salah satu fasa atau
yang dicommon / dijumper terkadang masih open circuit / kondisi rangkaian terbuka.
[Type text]
Sehingga arus balik yang menuju CT tidak utuh. Solusinya dengan melakukan
jumper tambahan pada sisi sekunder CT.
b. Kesalahan polaritas pada sekunder CT juga bisa terjadi pada jenis pengawatan ini.
[Type text]
a. Alat Pengukur
b. Alat Pembatas
a. Mentransformasikan dari arus yang besar ke arus yang kecil guna pengukuran
c. Mentransformasikan dari arus yang besar ke arus yang kecil guna proteksi
d. Semuanya benar.
3. Burden CT adalah
b. sebagai isolasi antara sisi tegangan yang diukur / diproteksikan dengan alat ukurnya/
proteksinya
c. a dan b benar
d. Salah semua
5. Perlengkapan APP untuk pengkuran energi listrik yang digunakan pelanggan, kecuali :
a. Trafo Arus
b. Trafo Tegangan
c. Time Swicth
d. Meter kWh
[Type text]
1. Dalam setiap pemilihan CT, karakteristik apa yang harus diperhatikan agar CT yang kita
gunakan bisa optimal sesuai yang kita inginkan ? Jelaskan !
2. Dalam setiap pemilihan PT, karakteristik apa yang harus diperhatikan agar PT yang kita
gunakan bias optimal sesuai yang kita inginkan ? Jelaskan !