TUJUAN PELAJARAN :
Setelah mengikuti pembelajaran Pemeliharaan Proteksi Transformator
Peserta diharapkan mampu melaksanakan Pemeliharaan Proteksi
Transformator sesuai dengan SOP/IK (Instruksi Kerja), standard
Perusahaan, Instruction Manual dan Standar Pabrik.
DURASI : 8 JP
PENYUSUN :
1. Kiswondo (Fungsional Ahli – UPB Suralaya)
2. Erwin (SPV PBP – Udiklat Suralaya)
Gangguan pada belitan transformator dapat dikendalikan oleh besarnya faktor-faktor berikut :
Impedansi Sumber (Source Impedance)
Impedansi Pentanahan Netral (Neutral Earthing Impedance)
Raktansi Bocor Transformator (Transformer Leakage Reactance)
Tegangan Gangguan (Fault Voltage)
Koneksi belitan (Winding Connection)
Berdasarkan tabel 1 merangkum permasalah yang mungkin terjadi dan kemungkinan proteksi
yang digunakan. Berikut ini memberikan lebih detail tentang metode individu proteksi yang
digunakan. Hal biasa untuk relai modern menyediakan semua fungsi dari relai proteksi dalam
satu paket, ini berbeda dengan jenis proteksi elektromekanis yang akan memerlukan bebrapa
relai lengkap yang akan dihubungkan dengan beban CT yang tinggi.
.
Tabel 1 Tipe Gangguan dan Proteksi transformator
Pola proteksi Trafo Daya menurut SPLN 52-1 tahun 1983, seperti pada tabel 3. Proteksi
transformer dikelompokan berdasarkan kapasitasnya terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu :
Sampai dengan 10 MVA
Antara 10 MVA & 30 MVA
30 MVA ke atas
Tabel 3 Klasifikasi proteksi trafo berdasarkan kapasitas trafo
Dalam menentukan sistem proteksi yang akan dipasang pada transformator harus
memperhatikan aspek teknis dan non teknis, yaitu :
A. Potensi Gangguan pada transformator
Mencegah dampak yang lebih parah akibat gangguan dalam/luar transformator
(minimalisasi kerusakan) Potensi gangguan ini antara lain (SPLN T5.003-1 :2010):
Beban lebih
Penurunan unjuk kerja transformator yang disebabkan oleh umur
Hubung singkat di dalam bay transformator akibat peralatan penangkap petir (LA), CT,
PMT, PMS, kabel dan terminasinya.
Arus hubung singkat yang besar akibat gangguan di sisi sekunder atau di luar
transformator.
Kerusakan dalam belitan transformator.
Kegagalan isolasi pada bushing transformator.
Gangguan pada kontak – kontak geser pengubah sadapan (OLTC)
B. Peranan dalam sistem
Transformator tenaga tegangan 500 kV mempunyai peran yang sangat penting, sehingga
perlu sistem proteksi yang berlapis (redundancy)
C. Aspek Ekonomi
Transformator dengan kapasitas besar / tegangan tinggi harus mempunyai relai proteksi
yang lengkap.
Permasalahan yang berkaitan dengan transformator memerlukan beberapa jenis proteksi.
Relai Buchholz seperti gambar 4 berfungsi untuk mengamankan trafo dari gangguan internal
trafo (SPLN T5.003-1 : 2010) yang menimbulkan gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya
:
hubung singkat antar belitan dalam satu fasa.
Hubung singkat antar fasa
Hubung singkat antar fasa ke tanah
Busur api antara laminasi
Busur api listrik karena kontak yang kurang baik
Kejutan aliran minyak dan/gas yang disebabkan gangguan dalam transformator
Adapun bagian-bagian dari relai buchholz diperlihatkan pada gambar dibawah ini
Pada saat trafo mengalami gangguan internal yang berdampak kepada suhu yang sangat tinggi
dan pergerakan mekanis didalam trafo, maka akan timbul tekanan aliran minyak yang besar
dan pembentukan gelembung gas yang mudah terbakar. Tekanan atau gelembung gas tersebut
akan naik ke konservator melalui pipa penghubung dan relai buchholz.
Tekanan minyak maupun gelembung gas ini akan dideteksi oleh relai buchholz sebagai indikasi
telah terjadinya gangguan internal, berikut dijelaskan mengenai Mekanisme Kerja Relai
Buchholz
Cara kerja Relai buchholz adalah gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir melalui pipa dan
tekanan gas ini akan mengerjakan Relai dalam 2 tahap (gambar 7) , yaitu :
Mengerjakan alarm (bucholz 1st) pada kontak bagian atas (1).
Mengerjakan perintah trip ke PMT pada kontak bagian bawah (2).
Sebuah Relai buchholz biasanya memiliki 2 set kontak, satu kontak diatur untuk beroperasi
(bekerja) untuk akumulasi gas yang lambat biasanya dihubungkan dengan Alarm (gambar 8)
kontak yang lainnya diset untuk perpindahan massal minyak dalam kondisi gangguan internal
yang berat yang biasanya dihubungkan dengan trip CB (gambar 9).
Peralatan akan memberikan sinyal alarm untuk kondisi gangguan, yang urutannya dari urgensi
yang rendah :
Titik pemanasan pada inti karena adanya isolasi laminasi yang hubung singkat ( hot
spots on the core due to short circuit of lamination insulation)
Gangguan isolasi pada baut inti (core bolt insulation failure)
Faulty joints
Gangguan antar lilitan atau gangguan lain pada belitan hanya infeed daya rendah
(interturn failts or other winding faults involving only lower power infeeds
Kehilangan minyak akibat kebocoran
Ketika gangguan besar pada belitan terjadi, hal ini akan menyebabkan lonjakan minyak,
sehingga menyebabkan pelampung mengambang rendah dan menyebabkan isolasi trafo.
Kejadian ini akan terjadi jika pada transformator mengalami:
Gangguan berat pada belitan, baik gangguan ketanah atau gangguan fasa
Hilangnya minyak secara terus menerus yang menyebabkan tingkat bahaya menjadi
tinggi.
Analisa gas yang timbul pada Relai bucholz adalah sebagai berikut :
H2 dan C2H2 menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-bagian
konstruksi
H2, C2H2 dan CH4 menunjukkan adanya busur api sehingga isolasi phenol terurai,
misalnya terjadi gangguan pada sadapan.
H2, C2H4 dan C2H2 menunjukkan adanya pemanasan pada sambungan inti.
H2, C2H, CO2 dan C3H4 menunjukkan adanya pemanasan setempat pada lilitan inti.
Relai jansen biasanya dikenal dengan OLTC Protective Relay dengan jenis tipe relai yang
sering dipakai adalah RS-3000. Berikut kami perlihatkan jenis tipe relai tersebut dalam kondisi
normal, trip dan reset
Pressure Relay ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo muncul akibat
gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan tersalurkan melalui
Pressure Relay dan tidak akan merusak bagian lainnya pada maintank serta pada saat terjadi
tekanan pada tangka minyak akan mengerjakan kontak trip yang akan mengoffkan unit.
Relay temperatur berfungsi untuk melindungi trafo dari temperatur yang berlebih. Apabila
temperatur trafo melebihi batas yang ditentukan maka relay temperatur akan bekerja. Besar
kenaikan temperatur adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan temperatur udara luar
trafo.
Relai temperatur (thermal) ini terdiri dari sensor temperatur, pipa kapiler, thermocouple, dan
meter penunjukan.
Relai temperatur winding (belitan) dan relai suhu Oil (Minyak trafo). Kedua jenis relay
tersebut bekerja dalam 2 tahap, yaitu
Tahap 1 : mengerjakan alarm
Tahap 2 : memerintahkan trip ke PMT
Adapun untuk relai temperature winding biasanya juga digunakan untuk menghidupkan Fan
dan Pompa minyak.
3. Proteksi Elektrikal
Proteksi trafo tenaga juga di lengkapi dengan sistem proteksi elektrik yang terdiri dari proteksi
utama dan proteksi cadangan. Secara umum digambarkan sistem proteksi elektrik pada trafo
tenaga pada gambar 18.
Berikut ini penjelasan tentang fungsi dari jenis-jenis relai elektrik pada transformator sebagai
berikut:
Apabila gangguan berada di luar daerah proteksinya maka penjumlahan arus adalah nol
pada titik percabangan (restraint point). Terjadi arus sirkulasi selama kondisi normal atau
gangguan di luar sehingga tidak ada arus yang mengalir pada Relai ( PR). Karena i1 dan i2
saling mengurangi kareana berlawanan arah,sehingga Relai ( PR ) tidak kerja.
B. Gangguan internal pada relai differensial
Dua Sumber
i d i1 i 2
Pada kondisi transformator dan sistem proteksi normal relai differensial harus stabil bila terjadi :
Inrush current
External Through Fault Current
Overfluxing pada transformator
Perubahan tap saat berbeban.
Karena arus IR ditentukan oleh tegangan V = I1 (RLB + RSB) maka sekarang Relai berfungsi
sebagai pengukur tegangan, dan V digunakan sebagai setting Relai. Setting V yang diijinkan
dibatasi oleh nilai tertinggi emf (atau eb) yang dibangkitkan oleh CT. Ini menyebabkan
pemakaian Relai terbatas sampai panjang lead < 1000 meter, jadi tidak dapat dipakai untuk
melindungi saluran yang panjangnya di atas 1000 meter. Proteksi ini dinamakan proteksi
differensial impedans tinggi untuk proteksi gangguan tanah dan system busbar.
Agar Relai differensial lebih imun (selektif) terhadap hubung singkat luar (external fault) dan
arus inrush magnetisasi trafo, Relai dilengkapi dengan koil atau kumparan penahan (restraining
coil or winding), selain koil operasi (operating coil). Koil penahan dialiri oleh arus terus (through
current) I1 dan I2, sedangkan koil operasi dialiri arus limpahan (spill current) I1 - I2.
Kumparan penahan inilah yang menahan Relai tidak bekerja apa bila terjadi arus gangguan
yang besar, karena makin besar arus gangguan yang melewati Relai makin besar pula kopel
penahan yang dihasilkan oleh kumparan penahan sehingga Relai tidak bekerja.
Relai akan bekerja kalau gaya output dari koil operasi lebih besar dibandingkan gaya output koil
penahan.
CT1 CT2
i1 i2
i2
i1 kontak
i1 i2
P i2
WO
WR
i2 i1 i2
i2
i1
i1
Gambar 25 Relai percentage differensial (bias)
Penjelasan gambar :
WR = Kumparan restraint ( penahan )
Wo = Kumparan operating ( kerja )
P = Pegas
WR = Menimbulkan kopel penahan TR
Wo = Menimbulkan kopel kerja To
P = Menimbulkan kopel pegas TM
TM = K1 . Wo².Io. min - - - - > Io min = arus kerja minimum pada saat arus restraint
( IR = 0 )
Relai tidak bekerja : To < TR + TM
Relai bekerja : To > TR + TM
K1 . Wo² . Io² = K2 . WR² . IR² + K1 . Wo² . Io² min
Kecuraman karakteristik ( slope ) dapat diatur dengan memilih KR ( V% ) dan Io min dinyatakan
dalam g%, besarnya Io min dinyatakan dalam persen dari nominal Relai ( In ). g% yang
menunjukkan arus kerja minimum hal ini dimaksud untuk mengatasi keadaan sebagai berikut :
Ketidak seimbangan antara arus i1 dan i2.
Ketidak seimbangan antara CT bantu.
Arus magnetisasi
Perubahan rasio trafo daya akibat perubahan tap changer.
Sedangkan V % adalah untuk mengantisipasi besaran arus kerja relai ( delta I ), yang
disebabkan oleh kejenuhan CT1 dan CT2. Jika terjadi gangguan diluar daerah kerja proteksi
differensial. ( eksternal transformator )
Karakteristiknya:
Arus differensial pickup adalah minimum arus yang dibutuhkan supaya Relai kerja.
Ditentukan dengan memperhatikan error CT dan juga differensial arus antara pada saat
LTC / VR di tap maksimum Arus differensial didapat dari menjumlahkan komponen arus
Dengan bias maka setting arus berubah sebanding dengan slope bias tersebut, makin besar
nilai ID nilai IS juga semakin besar. Slope bias yang lebih besar menyebabkan Relai lebih stabil,
tetapi berakibat sensitivitasnya berkurang. Sebaliknya slope bias yang rendah menyebabkan
Relai lebih peka, tetapi stabilitasnya berkurang.
Pada komponen sistem tenaga: generator, trafo daya, kabel tegangan tinggi, kegagalan isolasi
yang menimbulkan busur api (arcing) yang sangat berbahaya walaupun arusnya relatif kecil.
Busur api secepatnya harus dihentikan. Agar Relai differensial dapat mendeteksi dan seketika
mengisolasi gangguan, maka sensitivitasnya pada bagian arus yang kecil harus tinggi.
Sedangkan karena generator, trafo daya, atau kabel tegangan tinggi yang berkapasitas besar
sangat vital fungsinya bagi sistem, maka Relai differensial yang mengamankan tidak boleh
bekerja salah. Fungsi tersebut dapat diberikan oleh Relai differensial dengan karakteristik bias
ganda, seperti gambar 27.
Karena arus serbu (inrush) terjadi hanya pada salah satu sisi trafo, arus ini akan mengalir
dalam sirkuit differensial dan dapat mengerjakan relai. Maka digunakan metode harmonic
restraint / blocking untuk menstabilkan persentase relai differensial.
Harmonic restraint
Metode ini membuat relai differensial tidak sensitif terhadap arus inrush, yaitu dengan
memfilter arus beda, disearahkan dan menambah persentase restraint relai. Relai disetel
sedemikian sehingga tidak akan bekerja, bila nilai arus harmonis kedua melebihi 15% dari arus
frekuensi fundamental.
Harmonic blocking
Metode ini memberikan relai blocking secara terpisah yang mana kontaknya disambung seri
dengan kontak persentase relai differensial, dan akan bekerja bila nilai arus harmonis kedua
kurang dari 15% arus frekuensi fundamental.
b. CT Line (Bushing)
Pada penerapannya CT line yang dipakai adalah CT bushing. Kelemahannya pengambilan CT
dari titik ini adalah untuk pengujian stabilitas primer differensial akan rumit. Butuh alat uji injeksi
dengan kapasitas yang besar untuk pengujian stabilitas diferensial transformator. Selain itu,
untuk mengamankan diameternya perlu ditambahkan proteksi CCP.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan CT untuk Relai differential proteksi trafo daya
:
Pemilihan kelas CT untuk proteksi yang terpasang di transformator tergantung dari jenis
proteksinya. Untuk relai differensial direkomendasikan menggunakan CT dengan kelas X atau
kelas P. Kelas X digunakan untuk jenis relai high impedance dan pada sistem 500 kV karena
jenis CT ini mempunyai tingkat arus magnetisasi yang kecil sehingga mempunyai tingkat
akurasi yang tinggi dan presisi pada transformasi AC dan DC komponen. Pada sistem high
impedance kepresisian arus sangat penting untuk meminimalisasi error perbandingan arus (I
diff).
Sementara untuk CT kelas P dapat dipergunakan untuk jenis low impedance. Karena nilai error
dikompensasi oleh besaran kemiringan kurva karakteristik diferensial (slope). Pada pemakaian
kelas CT untuk proteksi cadangan menggunakan kelas P. Untuk pemakaian kelas CT
perhatikan beban (burden) CT, yaitu 30 VA. Dan untuk instalasi baru nominal arus sisi sekunder
adalah 1 Ampere
B. Slope
Semakin besar arus gangguan di luar trafo, maka arus yang menyebabkan ketidakseimbangan
arus yang mengalir pada Relai differensial akan semakin besar. Untuk mengantisipasi ketidak
seimbangan yang terjadi dengan penambahan restrain coil
Jam trafo adalah gambaran perbedaan atau pergeseran sudut antara primer dan sekunder
suatu trafo. Jam trafo berfungsi untuk keperluan kerja paralel trafo. Adapun pengaturan bentuk
hubungan rangkaian pada CT atau ACT untuk mengkompensasi jam trafo pada trafo daya. Hal
ini dikarenakan pengaruh adanya jam trafo pada trafo daya akan mengakibatkan perbedaan
Tabel 6 Hubungan bentuk rangkaian pada trafo daya dan CT atau ACT
Berikut adalah macam-macam bentuk hubung rangkaian akibat jam trafo pada trafo daya. Pada
umumnya jam trafo yang sering digunakan pada distribusi adalah YD5 atau YD7, sedangkan jam
trafo yang umum digunakan pada pembangkitan adalah YD1 atau YD11.
Misalkan pada trafo daya Yd1. Maka pada sisi primer akan dipasang CT bentuk delta,dan sisi
sekunder akan dipasang CT bentuk wye. Adapun bentuk rangkaian CT pada sisi primer akan
memiliki jam D11. Sedangkan CT sisi sekunder yang memiliki hubung Wye akan diseting Y0.
Sehingga apabila jam trafo dijumlah akan menjadi 12.
Gambar 34 Sambungan ACT pada rangkaian Relai differensial trafo daya YY0
Dalam keadaan tertentu Relai differensial hanya dapat mengamankan sebagian kumparan ( +
40% ) saja pada saat terjadi gangguan tanah internal dan sebagian lainnya ( + 60% ) tidak
terproteksi. Terbatasnya sensitivitas Relai differensial perlu ditunjang oleh proteksi gangguan
tanah terbatas ( Restricted Earth Fault Relai )
Relai ini hanya mendeteksi gangguan tanah yang terjadi didalam :
- Trafo tenaga yang disambung bintang
- Generator
- Bus bar
Syarat Relai differensial impedansi tinggi untuk proteksi REF :
- Rasio CT line harus sama dengan rasio CT Earth
- Tegangan lutut CT harus lebih besar dari tegangan setting Relai REF.
Prinsip kerja Relai ini tidak bekerja bila gangguan diluar daerah pengamanan, dan memberikan
perintah trip tanpa tunda waktu. Bila terjadi gangguan di F ( sepeti pada gambar 37), dalam hal
ini akan muncul arus IF dan I0F pada sisi primar CT1 dan CT2 maka disisi sekunder CT1 dan
CT2 akan mengalir loop arus iF dan i0F. Loop ini tidak menimbulkan tegangan drop ( dv ) pada
resistor non linier ( Rnl ), sehingga Relai REF tidak bekerja.
Bila terjadi gangguan di F1 ( seperti pada gambar 38 ), dalam hal ini akan muncul loop arus
IoF pada sisi primer dan loop arus ioF pada sisi sekunder CT2, sedangkan pada CT1 tidak ada
loop arus, karena tidak ada arus yang mengalir pada CT1.
Loop arus i0F ini yang menimbulkan tegangan drop ( dv ) pada rangkaian. Sehingga Relai REF
bekerja. Resistor non linier ( Rnl ) berfungsi mengamankan Relai apa bila terjadi tegengan yang
melampaui kapasitas kemampuan Relai ( burden Relai ) akibat adanya gangguan.
Untuk CT Netral terpasang antara NGR dan titik pentanahan, maka konfigurasi ini skema
pengamanan REF juga meliputi NGR. Jika terdapat gangguan internal NGR maka REF akan
bekerja. Ini tidak sesuai dengan filosofi REF dimana hanya akan mengamankan wilayah yang
tidak terlindungi oleh relai diferensial.
Proteksi sistem Arus lebih pada transformator biasanya dilengkapi dengan fuses untuk
melindungi transformator kecil, tetapi untuk transformator yang lebih besar menggunakan OCR
dan CB, karena fuses tidak mempunyai Fault Breaking Capacity yang diperlukan.
Fuse umumnya digunakan untuk proteksi transformator distribusi kecil yang berkapasitas
sampai dengan 1 MVA pada tegangan distribusi. Dalam banyak kasus tidak tersedia circuit
breaker (CB). Dimana fuses merupakan satu-satunya cara yang tersedia untuk memisahkan
secara otomatis. Fuses harus memeliki kapasitas (rating) jauh diatas dari arus beban
maksimum transformator untuk mamapu menahan arus beban lebih (overloads) dalam durasi
singkat yang mungkin terjadi. Fuses harus juga mampu menahan arus inrush magnetisasi yang
ditarik ketika transformator energize. Fuses mempunyai kapasitas untuk pecah dalam waktu
yang cepat yang biasa disebut High Rupturing Capacity (HCR). Dimana HCR pada fuses ini
bekerja sangat cepat untuk arus gangguan yang besar, akan tetapi sangat lambat dengan arus
yang kurang dari tiga kali dari nilai settingnya. Oleh karena itu sekering fuses terbatas dalam
melindungi transformator, dimana hanya mampu melindungi sistem dengan melepas gangguan
transformator setelah gangguan sangat besar atau mencapai stadium lanjut yang dapat
mengakibatkan transformator rusak. Pada table berikut akan diperlihatkan tabel kemampuan
(rating) fuses untk digunakan pada transformator 11 kV.
Tabel 7 kemampuan fuse
Tabel Rating Fuse diatas diambil sebagai contoh, perbedaan yang cukup pada karakteristik
waktu dari berbagai jenis HCR Fuses. Selanjutnya kadar proteksi pada sisi sekunder belum
dipertimbangkan
Prinsip kerja relai arus lebih adalah berdasarkan pengukuran arus, yaitu relai akan bekerja
apabila merasakan arus diatas nilai settingnya. OCR dirancang sebagai pengaman cadangan
Trafo jika terjadi gangguan hubung singkat baik dalam trafo (internal fault) maupun gangguan
ekternal (external fault). Oleh karena itu, setting arus OCR harus lebih besar dari kemampuan
Relai arus lebih digunakan untuk mendeteksi gangguan fasa – fasa, mempunyai karakteristik
inverse (waktu kerja relai akan semakin cepat apabila arus gangguan yang dirasakannya
semakin besar) atau definite (waktu kerja tetap untuk setiap besaran gangguan). Selain itu pada
Untuk karakteristik inverse mengacu kepada standar IEC atau ANSI/IEEE. Relai ini digunakan
sebagai proteksi cadangan karena tidak dapat menentukan titik gangguan secara tepat, dan
juga ditujukan untuk keamanan peralatan apabila proteksi utama gagal kerja.
Prinsip kerja GFR sama dengan OCR yaitu berdasarkan pengukuran arus, dimana relai akan
bekerja apabila merasakan arus diatas nilai settingnya.
GFR dirancang sebagai pengaman cadangan Trafo jika terjadi gangguan hubung singkat fasa
terhadap tanah, baik dalam trafo (internal fault) maupun gangguan ekternal (external fault).
Setting arus GFR lebih kecil daripada OCR, karena nilai arus hubungsingkatnya pun lebih kecil
dari pada arus hubung singkat fasa-fasa.
Karateristik waktu kerja terdiri dari :
- Normal/Standar inverse
- Very inverse
- Long time inverse
Relai ini digunakan untuk mendeteksi gangguan fasa – tanah, sehingga karakteristik waktu
yang dipilihpun cenderung lebih lambat daripada waktu OCR. Pada GFR setting highset diblok,
kecuali untuk tahanan 500 ohm di sisi sekunder trafo.
3.5 Overflux
Tegangan imbas volt dalam suatu kumparan adalah sebanding dengankerapatan fluks dan
frekuensi.Over fluks bisa terjadi pada tegangan nominal tetapi frekuensi rendah. Kerapatan
fluks yang tinggi ini akan menimbulkan pemanasan berlebihan dalam inti Trafo. Begitu pula
dengan rugi histerisis yang menjadi semakin tinggi apabila kerapatan fluks magnet tinggi, hal
ini ikut menambah pemanasan inti trafo.
Overfluks muncul terutama disebakan dari kondisi system berikut ini:
a. Tegangan system tinggi
b. Frekuensi system rendah
c. Gangguan geomagnetic
Hasil akhir arus tanah frekuensi rendah bersirkulasi melalui system transmisi.
Karena gangguan system sesaat dapat menyebabkan overfluks transien yang tidak berbahaya,
waktu tunda trip diperlukan. Proteksi normal adalah IDMT atau karakteristik wkatu definite
dimulai jika didefinisikan V/f melampaui ambang batas. Seringkali alarm dan trip tersedia
terpisah. Fungsi alarm menggunakan waktu tunda definite dan fungsi trip menggunakan
karakteristik IDMT. Ciri khas karakteristik dapat diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
Gangguan geomagnetic dapat mengakibatkan overfluks tanpa V/f melebihi ambang batas.
Beberapa relai menyediakan fitur deteksi harminik ke 5 yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kondisi seperti ini. Dimana terjadi peningkatan level harmonic pada saat terjadi
kondisi overfluks.
Relai ini berfungsi untuk mengamankan trafo dari panas yang diakibatkan pembebanan yang
melampaui kapasitas trafo itu sendiri.
Penggunakan Proteksi ini sebagai pengaman utama atau bisa juga sebagai pengaman
cadangan, biasanya dikoordinasikan dengan Relai jarak ( distance Relai )
Overloadmenyebabkan kenaikan rugi tembaga dan konsekuensi kenaikan temperatur. Overload
dapat terjadi untuk periode wkagtu tertentu dan rekomendasi untuk trafo terendam minyak
seperti yang diberikan IEC 60354. Konstanta waktu thermal untuk transformator dengan
pendingin natural antara 2,5 sd 5 jam. Konstanta waktu yang lebih pendek untuk transformator
pendingin paksa.
A. Individual Test
Seting proteksi adalah batasan batasan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan batasan
kinerja peralatan yang di proteksinya. Oleh sebab itu tidak diperbolehkan merubah suatu
setting proteksi tanpa alasan / kajian terlebih dahulu.
Pada saat dilakukan pemeliharaan atau pengujian, tap setting pada proteksi harus selalu di
catat untuk memastikan ada perubahan atau tidak, dan sebagai referensi untuk menilai
kondisi proteksi pasca dilakukan pengujian.
Power
Lokasi samping
supply
kanan Relay
Contact : 100 Volt
Coil : bawah MU C C C V V AC
T T
contact no 1 2 1 2 1 0 2 1
Coil : atas BU contact
no 10 A- A
V METER
METER STANDAR
STANDAR
TPR
22B
Cara Pengujian :
A. Minimum Operation & Reset Value : Maint Unit & Blocking Unit
Main Unit ( MU ) :
Lower : Inject current pada terminal 9 – 3
Middle : Inject Current pada terminal 7 – 6
Uper : Inject Current pada terminal 5 – 3
Contact : pada terminal T dan MU ( Bawah/Coil )
Posisi tap setting : 2,9 ; 8,7 ; 4,2 ( sesuai tap )
Blocking Unit ( BU ) :
Sama persis dengan pengujian untuk MU, tapi pindahkan kontak pada
Terminal 10 dan BU ( Atas/coil ) terminal coil sebelah kanan
Arus Reset :
40% dari pick up
contoh : tap setting
4,2 : I Reset = 0,42 - 0,588 A
8,7 : I Reset = 0,87 – 1,218 A
B. Ratio Differential :
Adalah pengujian untuk Main unit
Catatan :
Posisi tap di setting pada 2,9 ( yang paling kecil ) semua , baik untuk
Lower,Middle & Upper.
87 ( HUB – 2 – D )
Bloking unit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 relay
0
C1 : Restrain ( (bagian
setting tap ) belakang)
Power
T1 untuk MU supply
T2 untuk terminal no 100 Volt
1 C2 : Arus injeksi C C C V V AC
T T
2 1 2 1 0 2 1
A- A
V METER
METER STANDAR
STANDAR
TPR
22B
C0 - C1 : Adjust Arus Restrand 100% ; 200% ; 300% untuk L,M,U secara bergantian.
C0 – C2 : Cari arus operating pada setiap point Multiple arus Restrand.
Catat besaran nilai arus operating pada blanko uji.