TUJUAN PELAJARAN :
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta mampu melakukan
Perencanaan Pemeliharaan Kontrol Instrumen Pembangkit sesuai
dengan standar perusahaan dan pedoman yang diberikan
PENYUSUN :
1. Andre L. Putro (Fungsional – PLN Pusenlis)
1. Pendahuluan ............................................................................................................... 1
1. Pendahuluan
Yang juga perlu digarisbawahi dari definisi di atas adalah pemeliharaan adalah gabungan
aktivitas teknis dan administrasi. Pada era sebelumnya, maintenance diidentikkan dengan wear
pack lusuh penuh oli, kunci, dan beberapa visualisasi “lapangan” yang lain. Namun seiring
perkembangan ilmu pemeliharaan, maintenance tidak bisa hanya dikonotasikan dengan aktivitas
teknik. Lebih dari itu, maintenance yang berkualitas memerlukan dukungan administrasi, atau
lebih tepatnya dukungan yang sifatnya manajerial.
Riwayat perbaikan peralatan dulunya cukup dicatat dengan kartu gantung. Tapi dengan semakin
kompleksnya peralatan, diperlukan dukungan teknologi informasi untuk menyediakan database
histori pemeliharaan. Kontribusi IT pada aktivitas pemeliharaan ini merupakan aspek manajerial.
Pemeliharaan juga tidak bisa berprinsip “fix it after break” namun perlu direncanakan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Perencanaan pemeliharaan juga merupakan sisi management.
Gambar 2.1 menunjukkan karakterisitik performa sebuah peralatan. Sumbu tegak menyatakan
performa sedangkan sumbu mendatar adalah waktu. Saat instalasi pertama, performa peralatan
biasanya relatif rendah. Pada kurva lain, fase ini sering disebut juga sebagai burn in period,
dimana peralatan mengalami adaptasi sejak dilepas manufaktur pabrikan. Pada fase awal ini,
tingkat kerusakan (failure rate) cenderung tinggi tapi berangsur-angsur menurun. Penurunan ini
sebanding dengan kenaikan performa. Hingga pada suatu kondisi, peralatan berada pada
performa optimumnya. Kenaikan performa ini akan berhenti dan cenderung steady pada level
tertentu. Fase ini akan bertahan sampai periode waktu tertentu yang dikenal sebagai usia
ekonomis.
Secara natural, performa peralatan akan mulai menurun setelah usia ekonomisnya terlewati
sampai mencapai batas minimal performa dapat diterima. Proses penurunan ini lazim disebut
aging. Dari sini ada perbedaan, ketika proses aging dilalui tanpa pemeliharaan (likely aging
without normal maintenance) dibandingkan jika dilakukan maintenance tanpa penggantian part
(likely aging-without renewal with normal maintenance). Nampak bahwa ketika peralatan
dilakukan pemeliharaan (tanpa penggantian), akan memberikan pertambahan usia (life time
extention), dimana user dapat memanfaatkan peralatan dengan waktu yang lebih lama. Selisih
lifetime jika dipelihara dan tanpa maintenance mengindikasikan keuntungan dari aktivitas
pemeliharaan.
Secara lengkap, Abed Schock (2010) menjelaskan tujuan pemeliharaan, sebagai berikut :
1. Memaksimalkan produksi
Dengan minimnya gangguan peralatan, kesempatan berproduksi akan semakin banyak.
2. Menurunkan breakdown
Breakdown yang dimaksud adalah suatu sistem peralatan berhenti total dan tidak dapat
beroperasi sama sekali. Langkah recovery memerlukan penanganan yang serius.
3. Meminimalkan penggunaan energi
Dengan pemeliharaan yang optimal, peralatan akan beroperasi efisien sehingga
penggunaan energi dapat ditekan.
4. Mengurangi downtime
Yaitu berhentinya peralatan yang menyebabkan berhentinya proses produksi. Biasanya
durasi down time relative lebih singkat dan dapat mudah dipulihkan.
5. Mengoptimalkan umur peralatan
Dengan terjaminnya kualitas pemeliharaan, umur peralatan akan lebih panjang seperti telah
dijelaskan sebelumnya.
Proses Manajemen WPC (Work Planning & Control) menekankan pada optimalisasi peran fungsi
perencanaan & pengendalian pemeliharaan dalam daily planning, weekly planning, monthly
planning dan annual planning untuk memastikan bahwa seluruh program kerja telah
direncanakan, dijalankan, dievaluasi, dikendalikan dan ditingkatkan berdasarkan kaidah
manajemen yang baik.
Untuk dapat menetapkan budaya manajemen WPC secara efektif pada unit, harus dipahami
terlebih dahulu nilai-nilai esensial atau prinsip-prinsip dari manajemen WPC, kemudian
melaksanakan proses manajemen WPC dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip tersebut
dengan ekspektasi dan tanggung jawab yang jelas untuk kesuksesan unit.
Prinsip-prinsip untuk memandu proses manajemen WPC yang efektif adalah sebagai berikut:
1. Proses bisnis yang menjelaskan setiap aspek dari fungsi perencanaan & pengendalian
pekerjaan pemeliharaan, yang terdiri dari identifikasi pekerjaan, perencanaan &
penjadwalan, pelaksanaan, closing out dan penyampaian data pendukung untuk proses
Reliability Improvement.
2. Menetapkan kebiasaan / budaya kerja yang sesuai dengan proses bisnis Work Planning and
Control dalam rangka mendukung kebutuhan pemeliharaan secara keseluruhan.
Jika longterm sampai quarterly planning bersifat strategis, maka weekly dan daily planning
adalah perencanaan yang bersifat operasional.
4.1
Develop 5 year
Plan
Quarterly
4.2
Planned Develop Plan of the
Outage Year
Monthly
Scheduling
4.3
Yearly PM & Develop Plan of the
PdM Schedule Quarter
Weekly
& Load
Balancing 4.4
Yearly Develop Plan of the
Detail Planning
Maintenance Week
& Scheduling Daily
Budget of individual
Outages 4.5
Work outside Develop Plan of the
Monthly Outages Day
Schedule & – not urgent
Load ( required after 7
Balancing days )
Work outside
Outages
Preventative
– urgent ( required
Maintenance in less than 7 days )
Contractor
Preventative
Corrective
Maintenance
Corrective
1. Material umum
2. Suku cadang
3. Identifikasi peralatan kritis dan strategis
4. Layanan dari subkontraktor dan penyedia layanan
5. Personil pemeliharaan
6. Jadwal
7. Pengujian
8. Modifikasi Pembangkit
Dalam rencana pemeliharaan jangka panjang dikenal juga dengan istilah Long Term Planning
(Rencana Jangka Panjang) yang merupakan Rencana 5 tahunan. Maksud dari Rencana 5
tahunan adalah untuk menyediakan kerangka kerja kegiatan pemeliharaan utama yang akan
dilakukan dalam perioda 5 tahun kedepan. Berlaku sebagai acuan yang memberikan petunjuk
Long Term Planning (Rencana Jangka Panjang) harus dipaparkan kepada Senior Manajer
Enjiniring Kantor Induk Pembangkitan pada akhir bulan April setiap tahun. Meeting review
pertama dijadwalkan 4 minggu sebelum presentasi final kepada Manajer Bidang Enjiniring Kantor
Induk Pembangkitan.
Draft Rencana Jangka Panjang harus didistribusikan 1 minggu sebelum Meeting Review
pertama.
J F M A M J J A S O N D
Untuk membuat dan mereview rencana produksi dan pemeliharaan jangka panjang, dibutuhkan
masukan sebagai berikut:
1. Rencana produksi 5 tahunan per unit pembangkit dari P3BS (data dari Bidang Produksi)
2. Riwayat jam operasi (EOH- Equivalent Operating Hours) per unit pembangkit
3. Rencana terakhir pemeliharaan 5 tahunan dari unit pembangkit
4. Perkiraan planned outage untuk unit pembangkit lain
5. Riwayat forced outage selama 5 tahun kebelakang
6. Riwayat derating selama 5 tahun kebelakang
7. Kapasitas produksi untuk masing-masing unit pembangkit
8. Improvement project yang akan dilakukan (Re-desain, upgrade, retrofit dan lainnya)
9. Jadwal Shutdown/Overhaul (Pemeliharaan Periodik) dalam bentuk tanggal kalender
10. Kebutuhan bahan bakar dalam 5 tahun kedepan
11. Kebutuhan peralatan keselamatan kerja
12. Persyaratan asuransi
13. Kebutuhan / persyaratan lingkungan hidup
1. Kompilasi jadwal 5 tahunan, untuk mengetahui durasi kebutuhan planned outages dan
Improvement Project (Re-desain, upgrade, retrofit dan lainnya) yang akan dilakukan.
2. Penetapan Daya Mampu Netto untuk setiap Unit Pembangkit.
3. Membandingkan Daya Mampu Netto dengan realisasi produksi 5 tahunan terakhir.
Menyesuaikan jadwal untuk memenuhi rencana produksi
4. Jika rencana produksi tidak dapat dipenuhi, maka dilakukan koordinasi penurunan rencana
produksi oleh Bidang Produksi.
5. Lakukan perkiraan biaya untuk pelaksanaan outages.
6. Identifikasi suku cadang dan kebutuhan material outage, yang membutuhkan waktu
pengadaan (lead time) 12 bulan atau lebih (membutuhkan waktu 12 bulan atau lebih untuk
sampai di lokasi sejak tanggal order dimulai).
7. Strategi peningkatan Tactical Maintenance
8. Membuat kompilasi rencana pemeliharaan 5 tahunan (jadwal outage, kebutuhan sumber
daya)
9. Membuat kompilasi rencana operasi 5 tahunan (jadwal outage)
Jika Rencana 5 Tahunan bersifat jangka panjang karena keterkaitan antara tahun yang satu
dengan tahun-tahun lain ke depannya selama 5 tahun. Maka perencanaan pemeliharaan jangka
pendek merupakan turunan dari Rencana 5 tahunan yang berfokus pada lingkup satu tahunan
1. Menyusun RKAP yang akan dipakai sebagai kerangka kerja baseline dalam periode satu
tahun dengan mengacu RJP (Rencana Jangka Panjang) yang telah ditetapkan, data operasi
dan pemeliharaan tahun berjalan.
2. Melakukan Identifikasi dan pengaturan beban kerja :
Mendahulukan pekerjaan yang mempunyai prioritas tinggi
Melakukan Work Load Smoothing pemeliharaan preventif antara lain dengan cara
mengatur pekerjaan yang memiliki frekuensi lebih rendah, misalnya tahunan atau 6
bulanan, menunda pekerjaan yang tidak kritikal serta memiliki frekuensi tinggi seperti
tugas harian atau mingguan dan melakukan eliminasi kegiatan yang tidak perlu.
Melakukan Resource Planning agar kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan oleh tenaga
kerja dengan kualifikasi yang tepat dan sesuai persyaratan tenaga kerja
Planner Planner Planner Planner
5.2.4
5.2.2
5.2.1 5.2.3 Allocate Estimated
Indicate Planned
Plot 52-week List ALL Scheduled Duration /
Outages / Projects
Calender Tasks Workgroup / skill
(from 5-year plan)
level / week Scheduled
Maintenance
(PM &
Planner Planner Planner Planned
5.2.5 Outages)
Determine 5.2.7
5.2.6
Available Labour Address
Identify Imbalances
hours / Workgroup / Imbalances
skill level / week
Planner
Corrective
5.2.8
Maintenance Allocate Estimated
(CM, UHAR, Duration /
Workgroup / skill
Contractor) level / week
5.2.9 5.2.10
5.2.12
Determine Compile 5.2.11 MIMS
Update Plan of the
Required Spares & Maintenance & Review Meeting
Year
Tools Capital Budget
Maksud utama dari Rencana 3 bulanan adalah untuk merencanakan dan menjadwalkan Outage
untuk overhaul dan project besar lain yang akan dilakukan dalam perioda 3 bulanan. Rencana 3
bulanan harus di-review setiap bulan, pada akhir bulan.
Project 3
J F M A M J J A S O N D
C
B
A
Project 2
Meeting 3 : Approve Plans & Schedules
Meeting 2 : Review & refine scope , / priorities & Specific
Materials
Meeting 1 : Confirm Projects & Start prepare scope ,
priorities & Specific Materials
Project 1
Meeting 3 : Approve Plans & Schedules
Meeting 2 : Review & refine scope , / priorities & Specific
Materials
Meeting 1 : Confirm Projects & Start prepare scope ,
priorities & Specific Materials
Gambar 2.8 : Contoh Projek dengan Jadwal Review Perencaraan Pemeliharaan 3 Bulanan
Planner
Planner Planner Planner
Yes
Maint.Manager &
Planner Outage Team Planner Planner
UPHT
5.3.12 5.3.13
5.3.11 5.3.14 5.3.15
Meeting 2 Update scope of
Prioritise tasks to Approve minutes & Distribute Scope of
Review / refine work & Specific
be carried out final scope of work Work to Planner UP
scope / priority & Material from
during outage. & Specific Material & UPHT
Specific Material meeting
3 Months prior to
Project
5.3.24
5.3.20 5.3.21 5.3.22 5.3.23 Print Job Cards
Upload to MIMS & Approve Work Issue requisitions Approve
Create WO’s Orders Specific Spares Requisitions
Parent, Sub,
Standing
To be completed within One Week after Meeting 3
Tujuan dari rencana mingguan adalah menyiapkan jadwal pekerjaan pemeliharaan dengan
prioritas Normal, diluar planned outage, pada setiap jenis kegiatan pemeliharaan untuk minggu
berikutnya. Pada Hari yang disepakati untuk rapat mingguan, dari Sistem, ditarik data daftar
seluruh WO yang siap dieksekusi dan WO-WO identifikasi berstatus NORMAL (baru dikerjakan
setelah 7 hari di depan dan tidak tergolong planned outage), termasuk WO Preventive
Maintenance dan WO Proactive Maintenance yang telah disepakati jadwalnya. Rencana
mingguan ini dilakukan pada hari tertentu dalam 1 minggu.
Ellipse 5.4.19
Outage Planning
Mondays
5.4.1
Extract list of work Follow-up on Specific Material
orders to be started orders
from next week
onwards
5.4.2
Preventative
Maintenance
Planning
Planner SpvS
5.4.14
Thursday
Tujuan dari rencana harian adalah menyiapkan dan merencanakan seluruh kegiatan
pemeliharaan yang bersifat urgent, diluar planned outage dan tidak termasuk dalam Plan of the
Week.
Fungsi dan Agenda rapat harian, sebagai berikut :
1. Supervisor Operasi Unit menyampaikan kondisi terakhir unit ke Rendal Operasi Sektor
2. Rendal Operasi menyampaikan kondisi unit terakhir.
3. Membahas Backlog Emergency / Urgent Maintenance.
4. Mereview Service Request (SR) dan menerbitkan Work Order dari Service Request (SR)
yang terbit. Dalam rapat harian ini tidak mendiskusikan Service Request (SR) secara
mendalam, tapi untuk mengalokasikan grup (workgroup) pelaksana pekerjaan
pemeliharaan.
Prioritas tindakan pemeliharaan dengan kriteria, sebagai berikut:
Emergency adalah pekerjaan yang harus dieksekusi maksimal selama 2 x 24 jam (2
hari).
Urgent adalah pekerjaan yang dapat direncanakan, dijadwalkan dan diselesaikan
maksimal dalam waktu 7 hari kedepan.
Normal adalah pekerjaan yang dapat direncanakan, dijadwalkan dan diselesaikan lebih
dari 7 hari kedepan.
Outage adalah pekerjaan yang pelaksanaannya hanya dapat dilakukan pada saat Unit
Shutdown.
5. Menentukan personil Perencanaan untuk melakukan Planning and Schedulling (Assign to).
Menentukan tanggal selesainya pekerjaan pemeliharaan (Target date) sesuai informasi
kondisi unit.
6. Review Work Order yang backlog.
7. Review Work Order yang direncanakan selesai dalam 24 jam kedepan.
5.5.6
Repair by UPHT
Planning
Do resource 5.5.11
smoothing Upload schedule
Job Description
Check with into SIT Ellips
Weekly Plan
Planner SpvS
Planner
Ellipse Printer
5.5.13
5.5.12 Print Job Cards
Approve Work
Orders
Planner SpvS
5.5.14
Distribute Job
Cards
Dalam eksekusi pemeliharaan yang termasuk ke dalam Work Planning and Control adalah
sebagai berikut :
1. Non Tactical Maintenance yaitu pemeliharaan yang tidak terencana yang mencakup
Emergency Maintenance dan Corrective Maintenance.
2. Tactical Maintenance yaitu pemeliharaan yang terencana yang mencakup Run to Failure,
Preventive Maintenance, Improvement / Proactive Maintenance, dan Predictive
Maintenance.
Pekerjaan emergency juga tidak melalui fase planning maupun scheduling. Pada kondisi
emergency, operator akan langsung menghubungi Supervisor Pemeliharaan atau teknisi secara
langsung agar segera melakukan penormalan melalui prosedur on call. Operator juga akan
langsung menerbitkan WO Emergency.
Suatu pemeliharaan yang harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan atau
akibat lain yang lebih serius. Emergency Maintenance harus segera dilakukan untuk
menormalkan gangguan dengan kriteria :
Gangguan peralatan yang membahayakan keselamatan kerja atau instalasi (safety)
Gangguan peralatan sehingga unit trip (forced outage)
Gangguan peralatan sehingga unit mengalami derating lebih dari 20% DMN
Gangguan peralatan sehingga unit mengalami derating kurang dari 20 % DMN tetapi
mengakibatkan defisit pada sistem kelistrikan
Corrective Maintenance didefinisikan sebagai “The remedial action carried out due to failure or
deficiencies discovered during preventive maintenance, to repair an equipment/item to its
operational state” (Dhillon, B. S, 2002 : Engineering Maintenance, a Modern Approach), dapat
diterjemahkan menjadi tindakan perbaikan karena terjadinya kerusakan atau defisiensi yang
ditemukan selama Preventive Maintenance, dimaksudkan untuk memperbaiki peralatan pada
kondisi operasi normalnya.
Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan atau perbaikan peralatan yang tidak
terjadwal atau suatu pemeliharaan yang dilakukan untuk mengembalikan peralatan supaya
bekerja dan berfungsi sebagaimana mestinya. Corrective Maintenance dapat dilakukan saat
peralatan sedang beroperasi maupun stand by ataupun peralatan sedang tidak beroperasi. Yang
termasuk dalam Corrective Maintenance adalah perbaikan, penggantian, atau restorasi (proses
mengembalikan seperti kondisi sebelumnya).
Karakteristik Corrective Maintenance biasanya bersifat unscheduled dan unplanned karena
memang diawali oleh adanya ketidaksesuaian operasi. Kalaupun bisa direncanakan, waktunya
akan sangat terbatas. Oleh karenanya perlu tindakan yang cepat untuk menghindarkan
terjadinya business interrupt yang lebih fatal. Namun ini sedikit berbeda dengan emergeny
maintenance yang menyebabkan breakdown peralatan. Beberapa tahapan yang perlu dilakukan
dalam Corrective Maintenance antara lain :
a. Mengenali kerusakan
Pada kegiatan ini, peralatan dibiarkan mengalami kondisi abnormal hingga rusak. Tindak lanjut
perbaikannya adalah melakukan penggantian dengan peralatan baru. Jenis pemeliharaan Run
To Failure dapat diterapkan pada Peralatan yang memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut :
1. Kerusakan tidak berdampak terhadap Availability, Reliability, Efisiensi dan Produksi Unit
2. Effort untuk melakukan maintenance lebih berat dibandingkan Run to Failure
Daftar peralatan yang dikategorikan Run to Failure ditetapkan oleh bidang Enjiniring.
Pemeliharaan ini berlangsung dari tahun 1950-an sampai tahun 1970-an. Saat itu orang mulai
memahami urgensi pemeliharaan sebagai supporting produksi. Filosofi pemeliharaan menganut
paham Preventive Maintenance yaitu usaha pemeliharaan dilakukan secara terencana dalam
interval waktu tertentu (time based maintenance) agar kerusakan dapat dicegah sebelumnya,
tanpa mempedulikan adanya tanda-tanda kerusakan. Termasuk dalam pemeliharaan ini adalah
overhaul (OH), yaitu inspeksi yang dilaksanakan secara periodic sesuai jam operasi peralatan.
PM cocok diterapkan pada peralatan yang kerusakannya menyebabkan dampak yang serius
pada produksi.
Atau bisa diterjemahkan sebagai perawatan dan servis oleh individu yang terlibat dalam
pemeliharaan untuk menjaga peralatan / fasilitas dalam kondisi operasional yang memuaskan
Jadi meski terkesan sepele –dan kadangkala dipadang sebelah mata oleh sebagian kalangan-
semangat PM adalah untuk menghindarkan kegagalan yang lebih besar. PM memang identik
dengan aktivitas BKL (bersihkan, kencangi, lumasi). Dalam penelitiannya, Terry Wireman (1996)
menjelaskan, tidak dilaksanakannya aktivitas bersihkan, kencangi, dan lumasi akan berkontribusi
pada 50% terjadinya breakdown. Contoh lain mengenai baut pengikat. Dalam sebuah survey
kepada para teknisi senior, responden tersebut mengakui dengan penambahan pelumas pada
baut pengikat akan menurunkan torsi yang diperlukan untuk melepas baut dari 100 ft lb menjadi
75 ft lb tergantung pelumas yang digunakan. Ini tentu akan berdampak bagi kecepatan eksekusi
pekerjaan. Secara lebih lengkap, Preventive Maintenance bertujuan untuk :
Seperti dijelaskan di muka, kebijakan pemeliharaan yang baik bukan hanya berhenti pada
mewujudkan pemeliharaan yang efektif namun bagaimana menghilangkan aktivitas
pemeliharaan secara keseluruhan. Dan tujuan ini dapat diakomodasi oleh improvement
maintenance. Jenis pemeliharaan ini bersifat meningkatkan kondisi yang sudah ada untuk
menjadi lebih baik (improvement). Dapat didefinisakn juga sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan untuk suatu proyek atau modifikasi peralatan atau unit, baik untuk mengembalikan
atau menambah kemampuan dan keandalan peralatan atau unit.
Dengan demikian pelaksanaan pekerjaan ini bisa bersifat menambah asset atau bisa juga hanya
menyempurnakan kinerja peralatan atau unit. Improvement maintenance dibagi menjadi tiga,
yaitu :
Jenis pemeliharaan ini berlangsung dari tahun 1970 sampai sekarang. Filosofi pemeliharaan
menganut paham Condition Maintenance , yaitu usaha pemeliharaan melalui monitoring kondisi
peralatan secara periodik dengan selalu melakukan analisis agar tindakan pemeliharaan
dilakukan pada saat yang tepat secara teknis maupun ekonomis. Predictive Maintenance (PdM)
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas produksi, availability, dan reliability yang tinggi, dan
memaksimalkan umur peralatan (life time) serta pemanfaatan biaya pemeliharaan yang efektif.
EPRI menunjukkan saving cost dari PdM sebesar 8-12 persen dibanding dengan implementasi
PM.