TUJUAN PELAJARAN :
Setelah mengikuti pembelajaran Pemeliharan Sistem Kontrol Proteksi
dan Instrumen peserta memiliki pengetahuan tentang Pemeliharaan
yang dilakukan pada Sistem Kontrol, Proteksi dan Instrumen pada
Pembangkitan sesuai ketentuan standar pabrikan, SOP/IK dan
standar yang berlaku di Perusahaan.
PENYUSUN :
1. Muhammad Mawardi (Fungsional Ahli – Udiklat Suralaya)
MANAJEMEN PEMELIHARAAN...........................................................................................i
TUJUAN PELAJARAN...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iv
1. PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1. Penetapan Visi dan Tujuan Pemeliharaan..................................................................1
1.2. Tujuan Manajemen Pemeliharaan..............................................................................1
2. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PEMELIHARAAN..............................................3
2.1. Perencanaan Pemeliharaan........................................................................................6
3. MANAJEMEN OUTAGE................................................................................................8
3.1. Prosedur Implementasi Manajemen Outage..............................................................9
4. MANAJEMEN MATERIAL (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT).........................................9
5. PENERAPAN STRATEGI PEMELIHARAAN...................................................................10
5.1. Jenis dan Metode Pemeliharaan...............................................................................11
5.2. Optimasi Kegiatan Pemeliharaan..............................................................................20
6. MONITORING KEANDALAN PERALATAN...................................................................25
6.1. Monitoring Peralatan Berputar................................................................................25
6.2. Monitoring Peralatan di Lapangan...........................................................................26
6.3. Monitoring Untuk Menurunkan Biaya......................................................................26
6.4. Perubahan Pola Pemeliharaan Online Monitoring...................................................27
7. DISKUSI KELOMPOK..................................................................................................27
Metode paling awal dari pekerjaan pemeliharaan yang berkembang di dunia adalah “Fix it
When it Broke” atau membiarkan suatu peralatan rusak, untuk kemudian dilakukan perbaikan.
Pada perkembangan berikutnya, berkembang manajemen Pemeliharaan Preventif yang
berbasis waktu, Pemeliharaan Prediktif yang berbasis kondisi, dan perkembangan paling
mutakhir adalah Reliability Centered Maintenance (RCM). Gambar berikut memperlihatkan
perkembangan manajemen pemeliharaan yang meliputi teknik pemeliharaan, jenis-jenis
kegagalan serta harapan-harapan yang muncul sejalan dengan perkembangan metoda
pemeliharaan itu sendiri.
Menciptakan lingkungan kerja yang melibatkan pegawai dari segi kekuatannya, loyalitasnya,
produktifitasnya, dan pengembangan yang berkelanjutan.
Pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan karena beberapa alasan. Misalnya, hampir pada
setiap pembangkit, pemeriksaan dan pengujian kalibrasi adalah wajib untuk peralatan
instrument yang penting. Pada pembangkit lain, disamping pemeriksaan dan pengujian
kalibrasi, kecepatan tanggap/reaksi sensor-sensor instrumentasi proses harus diukur untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan spesifikasi teknis dan pengaturan pembangkit.
Istilah pemeliharaan berarti menguji dan meyakinkan unjuk kerja peralatan, bukan memperbaiki
sesuatu. Pemeliharaan bisa merupakan kegiatan aktif maupun pasif. Contoh kegiatan aktif
adalah: mengukur, memonitor, mengkalibrasi atau menganalisa. Contoh kegiatan pasif adalah:
melihat, memperhatikan mendengar, merasa/meraba atau mencium. Misalnya, unjuk kerja
dinamis suatu sensor diperiksa dengan mengukur kecepatan tanggap/reaksinya (kerja
Sistem kontrol modern memiliki keuntungan karena memanfaatkan komunikasi digital mulai
dari protokol HART yang banyak digunakan hingga bermacam-macam fieldbus seperti
Fieldbus, Profibus, DeviceNet, LONworks, and AS-I, dan lainnya. Jika sistem telah menerapkan
peralatan lapangan digital, maka sistem tidak lagi dipaksakan dengan Process Variable (PV)
tunggal sinyal analog dan keharusan mengandalkan algoritma pada host Distributed Control
System (DCS) untuk memonitor tingkat keperubahan (variability) untuk menegaskan bahwa
sinyal masih valid daripada terpaku pada satu titik karena kegagalan mekanik atau elektronik.
Salah satu cara untuk meningkatkan keandalan sistem adalah dengan memasang sistem
kontrol berlapis (redundant). Modul-modul CPU dan Input/Output (I/O) merupakan bagian
sistem kontrol yang paling handal, sedangkan peralatan lapangan (field devices) merupakan
bagian yang mudah mendapat gangguan; lihat gambar. Hal ini terjadi karena peralatan
lapangan berhubungan dengan proses yang dikontrol dan udara luar, dan secara fisik berubah
dan bergerak untuk melakukan proses kontrol. Juga, tingkat gangguan penggerak (actuators)
cukup besar dibandingkan peralatan sistem kontrol lainnya.
Adalah kegiatan pemeliharaan terhadap komponen atau peralatan yang reguler (rutin) dan
terencana. PM terdiri dari :
Kelebihan :
Kekurangan :
Tipe Pemeliharaan yang membutuhkan teknologi dan kecakapan (skill) SDM, yang
memadukan dan menggunakan semua data diagnosa dan kinerja, sejarah kerusakan, data
operasi, dan data desain yang tersedia, untuk membuat keputusan tentang kegiatan
pemeliharaan terhadap sebuah peralatan kritikal. Pemeliharaan Prediktif mengacu pada
konsep kurva kerusakan “bath-tube curve”, dimana sebuah peralatan akan memiliki resiko
kegagalan yang tinggi pada masa awal dan akhir operasi. Objek yang dipantau pada suatu
mesin/peralatan untuk keperluan pemeliharaan prediktif meliputi :
Termografi
Tribologi
Vibrasi
Life Assement (NDT & DT)
Kualitas air
Unjuk kerja
Kelebihan:
1. Bisa jadi merupakan program pemeliharaan yang paling efisien
2. Mengurangi biaya karena adanya pengurangan kegiatan pemeliharaan atau
overhaul yang tidak diperlukan.
3. Meminimalisir frekuensi overhaul
4. Mengurangi kemungkinan kegagalan peralatan yang tiba-tiba.
5. Memungkinkan untuk fokus kegiatan pemeliharaan pada komponen-
komponen kritis.
6. Meningkatkan reliability komponen
7. Root Cause Analysis dilakukan secara korporat
Kekurangan:
1. Dapat memberikan biaya startup, training, maupun peralatan yang signifikan
2. Saving tidak bisa segera dilihat oleh manajemen.
1. Kalau peralatan kondisinya bisa dimonitor dan ada tools yang tersedia untuk monitor,
maka lakukan pemeliharaan prediktif.
2. Kalau peralatan tidak bisa dimonitor kondisinya atau tidak tersedia tool untuk monitoring
kondisi, maka lakukan pemeliharaan preventif
4. Kalau terjadi kegagalan berulang atau terjadi kegagalan yang tidak semestinya, maka
lakukan root cause failure analysis (RCFA).
Problem pada control valve dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu mekanikal dan desain.
1. Problem mekanikal
Abrasi, terjadi jika fluida yang mengalir mengandung padatan (solid) seperti pasir.
Erosi, terjadi karena pressure drop yang terlalu besar. Untuk pressure drop melebihi
100 Psi, Direkomendasikan pemakaian trim yang diperkuat (hardened).
Kavitasi, terjadi karena adanya gelembung udara yang berasal dari perubahan
kecepatan aliran fluida dan pressure drop ketika fluida melewati valve. Gelembung-
gelembung udara yang berbenturan ini memiliki energi yang sangat tinggi yang dapat
merusak metal pada valve body. Kavitasi selalu diikuti oleh noise yang umumnya
berbunyi seperti bunyi kerikil melewati pipa. Kavitasi yang parah bahkan dapat
menimbulkan bunyi sampai 110 dB.
Vibration, biasanya disebabkan gerakan pembukaan valve tiba-tiba atau lazim dikenal
dengan “water hammer”, dan akibat gaya inersia fluida yang lewat karena penutupan
mendadak.
Korosi, yang berasal dari air supply yang mengandung air atau tercemar oli sehingga
merusak komponen internal actuator.
Range kerja, jika desainer tidak mempertimbangkan segala kondisi normal dan
abnormal ketika control valve beroperasi
2. Problem desain
Stabilitas, yaitu jika actuator tidak mampu menahan valve plug pada posisi yang dikehendaki.
Valve stem akan bergerak naik turun karena tekanan fluida. Kondisi seperti ini terjadi jika
tekanan aktual proses lebih besar dari perhitungan desain.
1. Simpan valve di tempat yang kering dan bersih, rongga-rongga inlet dan outlet harus
dalam keadaan tertutup
2. Perhatikan apakah kondisi flange masih baik ketika memasang, gunakan jenis gasket
yang sesuai dan lakukan penguncian baut secara menyilang
3. Pastikan tanda panah pada body searah dengan arah aliran fluida pada pipa, jangan
terbalik