KAJIAN PUSTAKA
4
pengecekan (inspection) dan pembersihan (cleaning) atau pergantian suku cadang secara
rutin dan berkala. Preventive Maintenance terdiri dua jenis, yakni :
a. Periodic Maintenance (Perawatan berkala)
Periodic Maintenance ini diantaranya adalah perawatan berkala yang terjadwal
dalam melakukan pembersihan mesin, inspeksi mesin, meminyaki mesin dan juga pergantian
suku cadang yang terjadwal untuk mencegah terjadi kerusakan mesin secara mendadak
yang dapat menganggu kelancaran produksi. Periodic Maintenance biasanya dilakukan dalam
harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.
b. Predictive Maintenance (Perawatan Prediktif)
Predictive Maintenance adalah perawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
kegagalan sebelum terjadi kerusakan total. Predictive Maintenance ini akan memprediksi
kapan akan terjadinya kerusakan pada komponen tertentu pada mesin dengan cara
melakukan analisa trend perilaku mesin/peralatan kerja. Berbeda dengan Periodic
Maintenance yang dilakukan berdasarkan waktu ( Time Based), Predictive Maintenance lebih
menitikberatkan pada Kondisi Mesin (Condition Based).
3. Corrective Maintenance (Perawatan Korektif)
Corrective Maintenance adalah Perawatan yang dilakukan dengan cara
mengidentifikasi penyebab kerusakan dan kemudian memperbaikinya sehingga mesin atau
peralatan Produksi dapat beroperasi normal kembali. Corrective Maintenance biasanya
dilakukan pada mesin atau peralatan produksi yang sedang beroperasi secara abnormal
(mesin masih dapat beroperasi tetapi tidak optimal).
5
saling berkaitan sehingga dapat dievaluasi dengan baik serta aplikasi perkembangan baru
tersebut bermanfaat bagi perusahaan.
Tingginya tingkat otomatisasi berdampak pada banyaknya kegagalan yang dapat
mempengaruhi kemampuan peralatan untuk mempertahankan standart kualitas yang baik.
Makin banyak kegagalan yang berdampak serius terhadap keselamatan dan lingkungan,
dimana standart-standart di bidang ini meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian dunia
standart tersebut sudah mulai mendekati suatu keadaan dimana perusahaan harus
memenuhi harapan tingkat keselamatan dan lingkungan masyarakat, atau mereka harus
menghentikan operasi.
Industri yang pertama kali menghadapi tantangan ini secara sistematis adalah
industri penerbangan sipil internasional. Sebagai tanggapan terhadap banyaknya
pengembangan baru , industri ini megembangkan sebuah kerangka kerja yang komprehensif
dalam menyusun strategi Maintenance. Kerangka kerja ini dikenal dalam industri
penerbangan sebagai MSG3, dan di luar industri penerbangan sebagai Reliability Centered
Maintenance (RCM) [2].
6
7. Apa yang sebaiknya dilakukan apabila tidak ditemukan tindakan preventif yang cocok
(tindakan standar)?
Proses analisis umum dari RCM akan melibatkan langkah-langkah berikut :
1. Persiapan untuk analisis
Pekerjaan awal untuk persiapan untuk analysis RCM. Di antara lain seperti definisi
fungsi, definisi kegagalan, mengumpulkan dan mengkaji ulang dokumentasi awal, dan lain
sebagainya.
2. Pilih peralatan yang akan dianalisis
Karena analisis RCM umumnya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak,
hendaknya analisis difokuskan ke beberapa peralatan, atas dasar faktor safety, legalitas,
ekonomi dan pertimbangan lainnya.
3. Identifikasi fungsi dan kegagalan fungsi potensial
Fungsi perlu ditentukan dan ditetapkan agar menjadi jelas fokus proses analisis RCM.
Menjaga fungsi dari peralatan dan fasilitas adalah target dari proses RCM. Selain itu, dengan
menetapkan fungsi, maka dapat ditentukan bagian-bagian peralatan dan fasilitas yang kritis
terhadap kegagalan fungsi. Bentuk-bentuk kegagalan potensial dapat terjadi berdasarkan
pengetahuan akan peralatan (mendapatkan bentuk-bentuk kegagalan umum untuk
peralatan tersebut) serta sejarah kerusakan peralatan tersebut (mendapatkan bentuk-bentuk
kegagalan yang spesifik pada peralatan tersebut)
4. Identifikasi dan evaluasi efek dari kegagalan
Mengidentifikasi jenis kegagalan menjadi umum atau spesifik, lalu menentukan
tingkat dampak masing-masing kegagalan terhadap fungsi/kinerja peralatan. Proses
identifikasi jenis kegagalan membantu dalam menentukan langkah pemeliharaan yang
sesuai. Apakah pemeliharaan dapat didasarkan metode generic untuk peralatan tersebut
untuk kegagalan umum, atau harus diciptakan metode pemeliharaan yang baru dan sesuai
dengan kondisi lapangan kerja peralatan untuk jenis kegagalan spesifik. Selain itu,
mengevaluasi kegagalan dilihat dari dampak turut menentukan apakah kegagalan boleh
dibiarkan terjadi atau harus dibuat suatu metode pemeliharaan guna mencegah agar
kegagalan tidak timbul. Kegagalan yang tidak memiliki dampak berat terhadap fungsi dapat
dibiarkan terjadi, dan kebalikannya. Walau suatu kegagalan tidak memiliki dampak besar,
apabila kejadiannya terlampau sering maka tetap harus dihindari dan dicari penyebabnya.
Jenis kegagalan ini dapat menunjukkan kegagalan potensial yang lebih besar dampaknya.
5. Indentifikasi akibat kegagalan
Mengidentifikasi kejadian-kejadian yang menyebabkan terjadinya kegagalan,
khususnya kegagalan-kegagalan yang telah didefinisikan sebelumnya di atas. Proses
7
pengkajian lebih lanjut akan menunjukkan penyebab-penyebab utama kegagalan. Sebagian
dari hasil pengkajian tersebut akan menunjukkan efektifitas dari program pemeliharaan yang
berjalan. Hasil tersebut akan menjadi patokan untuk kemudian memilih tugas pemeliharaan.
Lebih mudah mengkoreksi kejadian yang diketahui penyebabnya.
6. Pilih Maintenance task
Memilih Maintenance task yang sesuai merupakan langkah solusi yang dilakukan
setelah melakukan pengkajian pada akibat kegagalan serta penyebab kegagalan pada
sistem. Antara lain, yang dilakukan adalah menentukan proactive task yang sesuai, dan
apabila tidak tersedia, apa tindakan default yang harus dilakukan.
Tugas pemeliharaan proaktif antara lain time-directed Maintenance,
condition based Maintenance, failure finding task, preventive Maintenance, serta
run-to-failure. Pertimbangan pemilihan jenis tugas proaktif yang sesuai berdasarkan kondisi
kerja peralatan, criticality analysis, dan akibat kegagalan (aspek HSE dan ekonomi).
8
Pilihan tindak pemeliharaan yang baru ada dua yaitu melakukan preventive tasks dan default
actions [2]. Preventive tasks (tindakan pencegahan) hanya patut dilakukan apabila
kegagalan bersifat tersembunyi (hidden failure), preventive task harus dapat mengamankan
ketersediaan (availability) yang dibutuhkan agar risiko dari multiple failure tidak melampai
ambang batas. Apabila tidak dapat ditentukan, default action-nya adalah scheduled failure
finding task. Apabila kegagalan memiliki akibat terhadap keamanan, keselamatan dan
lingkungan, preventive tasknya harus dapat mengurangi, bahkan menghilangkan akibat
tersebut. Apabila tidak dapat ditentukan, default action-nya adalah desain ulang proses atau
aset. Apabila kegagalan memiliki akibat terhadap operasional dan nonoperasional, biaya
melakukan preventive task dalam periode waktu tertentu harus lebih rendah daripada biaya
tidak melakukan tindakan apapun (dalam artian peralatan dibiarkan rusak). Apabila tidak
dapat terpenuhi, maka default action-nya adalah tidak menjadwalkan scheduled
Maintenance.
9
2.3.2 Maintenance Plan
Maintenance Plan merupakan pengelompokan rencana kerja yang mencakup
Maintenance Item (Task List, Trade, dan equipment) dan scheduling data (interval waktu
pelaksanaan. Beberapa contoh Maintenance Plan yaitu :
1. Analysis Performance
2. PM Pompa
3. Kalibrasi
4. Vibration Analysis
5. Condition Monitoring, dan lain-lain
10
5. Regulatory requirement
Regulatory requirement merupakan pengelompokan Maintenance task untuk
equipment yang memiliki sertifikasi/standart Maintenance khusus (vessel,piping)
6. SCE (Safety Critical Elements)
SCE merupakan pengelompokan Maintenance task yang berhubungan dengan alat –
alat safety, contohnya pengecekan berkala alat safety
11
1. SD-Sales & Distribution: membantu meningkatkan efisiensi kegiatan operasional
berkaitan dengan proses pengelolaan customer order (proses sales, shipping dan
billing)
2. MM-Materials Management: membantu menjalankan proses pembelian
(procurement) dan pengelolaan inventory
3. PP-Production Planning: membantu proses perencanaan dan kontrol daripada
kegiatan produksi (manufacturing) suatu perusahaan.
4. QM-Quality Management: membantu melakukan pengecekan kualitas proses-proses
di keseluruhan rantai logistic
5. PM-Plant Maintenance: suatu solusi untuk proses administrasi dan perbaikan sistem
secara teknis
6. HR-Human Resources Management: mengintegrasikan proses-proses HR mulai dari
aplikasi pendaftaran, administrasi pegawai, management waktu, pembiayaan untuk
perjalanan, sampai ke proses pembayaran gaji pegawai
7. FI-Financial Accounting: Mencakup standard accounting cash management
(treasury), general ledger dan konsolidasi untuk tujuan financial reporting.
8. CO-Controlling: Mencakup cost accounting, mulai dari cost center accounting, cost
element accounting, dan analisa profitabilitas
9. AM-Asset Management: Membantu pengelolaan atas keseluruhan fixed assets,
meliputi proses asset accounting tradisional dan technical assets management,
sampai ke investment controlling
10. PS-Project System: Mengintegrasikan keseluruhan proses perencanaan project,
pengerjaan dan control.
12