Anda di halaman 1dari 30

PENENTUAN AKTIVITTAS MAINTENANCE

RIPPLE MILL DENGAN MENGGUNAKAN METODE


RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DI
PT. SOCFIN INDONESIA SEI LIPUT

SEMINAR PROPOSAL KARYA AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti ujian akhir guna


mendapatkan gelar Ahli Madya Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan

OLEH :
CALVIN CHRISTANTO MARULI TUA SIANTURI
NIM. 20 03 086

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan perawatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung
beroperasinya suatu sistem secara lancar dalam dunia industri sesuai yang
dikehendaki. Selain itu, kegiatan perawatan juga dapat meminimalkan suatu biaya
atau kerugian yang ditimbulkan akibat adanya kerusakan mesin.
Mesin yang digunakan secara terus-menerus dan berkepanjangan dapat
menyebabkan penurunan terhadap kinerja mesin dalam waktu tenggang waktu
tertentu dan kerusakan mesin bisa terjadi alat-alat seperti besi yang terbawak oleh
conveyor yang menyebabkan mesin mengalami kerusakan. Hal tersebut akan
menganggu proses produksi, timbulnya kecelakaan kerja, dan hal-hal yang dapat
membuat kerugian besar dalam perusahaan. Maka penting untuk memastikan
bahwa mesin produksi masih beroperasi secara optimal. Untuk menjamin mesin
yang di operasikan dapat optimal, maka di perlukan suatu sistem perawatan mesin
(Tarigan, Ginting & Siregar, 2013, Hal 1).
Persaingan yang semakin ketat dalam dunia industri yang mengharuskan
perusahaan untuk selalu meningkatkan produktivitas serta melakukan efisiensi
pada berbagai aspek (Dwi, Baihaqi & Widodo, 2016, Hal 1).
Aktivitas perawatan berperan penting dalam upaya mendukung tetap
berjalannya suatu sistem berjalan lancar sesuai yang di kehendaki (Asisco, Amar
& Rahadian, 2012, Hal 1). Seperti yang telah di kemukakan oleh Corder (1992,
Hal 1). Perawatan merupakan integrasi berbagai aktivitas guna mempertahankan
atau memperbaiki hingga mencapai keadaan barang yang dapat diterima. Dalam
perusahaan, perawatan berarti memelihara suatu fasilitas dan mengadakan
perbaikan sesuai dengan apa yang direncanakan (Assauri 1993, Hal 1).
Maintenance atau perawatan menurut wati (2009, Hal 1) adalah segala
kegiatan yang dilakukan baik secara teknik atau pun administrative yang memiliki
tujuan untuk selalu menjaga keadaan mesin/peralatan selalu dalam keadaan baik,
memiliki tingkat keamanan yang tinggi, lebih efisien dan ekonomis.
Hal serupa yang terjadi pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput salah
satu perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan merupakan
salah satu produsen kelapa sawit dan cpo terbesar di Indonesia serta menjual
kernel hasil pengolahan TBS kepada perusahaan yang ingin membelinya PT.
Socfin sering mengalami downtime salah satu yaitu mesin ripple mill yang
merupakan pemecah biji dengan cara menggiling tujuannya adalah agar mudah
memisahkan antara kernel dan cangkangnya. Apalabila ripple mill mengalami
downtime maka hal tersebut dapat menghambat jalannya proses produksi.
Kegiatan maintenance untuk mencegah hal yang tidak diinginkan seperti terjadi
kerusakan yang terlalu cepat, bisa saja terjadi dari pengoperasian salah dan
kurangnya perawatan terhadap mesin yang menyebabkan keausan pada mesin
ripple.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis berinisiatif untuk
menerapkan kegiatan perawatan yang akan memberikan sebagai manfaat yaitu
keselamatan terhadap pekerja menjadi yang lebih diutamakan. Persentase
operasianal yang meningkat, efektivitas gaya operasi dan perawatan yang lebih
rendah meningkatkan ketersediaan dan relibiality (reliabitas persediaan), umur
komponen yang lebih lama, basis data yang lebih komprensif motivasi individu
yang lebih besar dan kerja sama yang baik diantara bagian-bagian dalam suatu
instalansi, maka di pilihlah metode Reliability Centered Maintenance (RCM).
Reliability Centered Maintenance (RCM) merupakan suatu proses yang
digunakan untuk menentukan apa yang harus dilakukan untuk menjamin agar
suatu asset fisik dapat berlangsung terus memenuhi fungsi. RCM menentukan
tujuan aktivitas perawatan untuk memastikan sebuah mesin dapat berfungsi secara
terus menerus dalam penggunaan secara normal (Dhillon, 2002). RCM seminar
dan konferensi nasional IDEC 2021, ISSN: 2579-642926-27 Juli 2021 B01. 2
berfokus pada pemeliharaan preventive untuk kegagalan yang kerap terjadi
(Widyaningsih, 2011).
Mendapatkan sumber sebagai informasi dalam meningkatkan desain yang
kurang maksimal dalam segi keandalan dan tugas demi kembalinya keandalan dan
keamanan level ketika terjadi penurunan kondisi sistem dan merealisasikan semua
tujuan dalam pengeluaran biaya yang minimum (Sayuti, Muhammad & Rifa’i
2013).
Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini penulis mencoba
menganalisa perawatan mesin dengan metode RCM sehingga memberikan judul
karya akhir.
“Penentuan Aktivitas Maintenance Mesin Ripple dengan menggunakan
Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)”
1.2 Perumusan Masalah
Dari hasil latar belakang yang diuraikan sebelumnya, permasalahan yang
akan diselesaikan ini sebagai berikut:
1. Bagaimana frekuensi kerusakan komponen pada Mesin Ripple Mill?
2. Bagaimana tindakan perawatan komponen-komponen yang ada pada
Mesin Ripple Mill?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas penilitian ini memiliki Tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui frekuensi pada Mesin Ripple Mill.
2. Untuk mengetahui tindakan-tindakan perawatan pada Mesin Ripple
Mill dengan menggunakan metode Reliability Centered Maintenance
(RCM).
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dengan melakukan
observasi langsung PT. Socfin Indonesia Sei Liput.
2. Mahasiswa dapat kesempatan untuk melatih kemampuan dalam
melakukan pekerjaan lapangan.
3. Dapat memberikan rekomendasi kebijakan perawatan terhadap
komponen sistem kritis, dikaitkan dengan pertimbangan aspek
konsekuensi kegagalan dan kelayakan kegiatan perawatan dalam upaya
untuk mengantisipasi terjadi kegagalan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Perawatan (Maintenance)


Perawatan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/perawatan
pabrik dan mengadakan perbaikan, penyesuaian, serta pergantian yang di
perlukan. Agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan, maka fasilitas dapat digunakan untuk proses
produksi atau sebelum jangka waktu yang direncakan tercapai.Berbagai kegiatan
seperti: tes,pengukuran, pergantian, penyesuaian, dan perbaikan yang bertujuan
untuk mempertahankan atau mengembalikan fungsi komponen atau unit tertentu,
dimana unit dapat dilakukan fungsi yang dibutuhkan perusahaan.
Maintenance berasal dari Kata “to maintain” yang memiliki arti “merawat”.
Dan memiliki padatan kata yaitu “to repair” yang berarti memperbaiki sehingga
maintenance (perawatan) adalah sebuah perlakuan merawat atau memperbaiki
suatu komponen agar dapat kembali digunakan dan berumur panjang. Aktivitas
perawatan berperan penting dalam upaya mendukung tetap berjalannya suatu
sistem dengan lancar sesuai yang di kehendaki. Seperti yang telah dikemukan oleh
Corder (1992), perawatan merupakan integrasi berbagai aktivitas guna
mempertahankan atau memperbaiki hingga mencapai keadaan barang yang dapat
diterima. Dalam perusahaan, perawatan berarti memelihara suatu fasilitas dan
mengadakan perbaikan sesuai dengan apa yang direncakan
Maintenance (Perawatan) adalah segala kegiatan yang dilakukan baik secara
teknik ataupun administratif yang memiliki tujuan untuk selalu menjaga keadaan
mesin/peralatan selalu dalam keadaan baik sehingga fungsinya dapat berjalan
dengan baik, memiliki tingkat keamanan yang tinggi, lebih effisien dan ekonomis,
sehingga akan mengurangi biaya dan meminimalkan terjadinya kerugian yang
disebabkan adanya kerusakan mesin.
2.2. Pemeliharaan
Dalam menejemen pemeliharaan dilaksanakan kegiatan mengikuti ketentuan
pabrik pembuat, data sejarah identifikasi dan diagnosa kerusakan mesin yang
sejenis dan data tes pada awal operasi. Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi
perawatan/pemeriksaan, perbaikan, pergantian, dan pengujian yang bertujuan
diantaranya untuk mempertahankan kemampuan kerja peralatan dan
menghilangkan/mengurangi resiko kerusakan mendadak yang akan mengurangi
kerugian secara ekonomis.
Pemeliharaan merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara bagian
pemeliharaan dan bagian produksi. Pada umumnya sebuah produk yang
dihasilkan manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usahakan
penggunanya dapat di perpanjang dengan melakukan perbaikan yang dii kenal
dengan pemeliharaan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan
yang meliputi kegiatan pemeliharaan serta perawatan mesin yang digunakan
dalam proses produksi (Corder, Antony, K. Hadi, 1992, Hal 6)
Manajemen pemeliharaan adalah jenis strategi pemeliharaan, pemeliharaan
terencana, dan tidak terencana, pencegahan kerusakaan, perbandingan keuntungan
dan kerugian. Keterbatasan jadwal pemeliharaan menejem penghematan bahan,
mengontrol daftar barang-barang dan organisasi departemen pemeliharaan
Keuntungan yang akan diperoleh dengan keadaan pemeliharaan yang baik
terhadap mesin sebagai berikut (Subagyo, 2002, Hal 26-28):
1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang
bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang.
2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan
berjapan dengan lancar.
3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin
terdapatnya kemungkinan kerusakan-keruskan berat dari mesin dan
peralatan produksi selama proses produksi berjalan.
4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik,
maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan
dengan baik.
5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan
peralatan produksi yang digunakan.
6. Apabila mesin dan peralatan, produksi berjalan dengan baik, maka
penyerapan bahan baku dapat berjalan normal.
7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi
dalam perusahaaan, maka pembenaan mesin dan peralatan produksi
yang ada semakin baik.
2.3. Tujuan Menjemen perawatan
Dengan adanya kegiatan ini pemeliharaan ini maka fasilitas atau peralatan
perusahaan dapat digunakan untuk kegiatan produksi sesuai dengan rencana, dan
tidak mengalami kerusakan selama fasilitas/peralatan perusahaan tersebut
dipergunakan selama proses produksi. Oleh karena itu, suatu kalimat yang perlu
diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian lainnya bagi suatu pabrik adalah
pemeliharaan (maintenance) murah sedangkan perbaikan (repair) mahal.
(Tampubolon, 2004, Hal 34).
Tujuan pemeliharaan yang utama didefenisikan (Soermarno, 2008):
1. Untuk memperpanjang kegunaan asset
2. Untuk menjamin ketersediaan optimun peralatan yang di pasang untuk
produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin.
3. Untuk menajamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
dipergunakan dalam keadaan darurat setiap waktu.
4. Untuk menjamin keselamatan yang menggunakan sarana tersebut.

Masalah perawatan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan tindakan


pencegahan kerusakan (preventive) dan perbaikan kerusakan
(corrective).Tindakan tersebut dapat berupa

1. Inspection (Pemeriksaan)
Inspection yaitu tindakan yang ditunjukkan terhadap sistem atau mesin
untuk mengetahui apakah sistem berada pada kondisi yang diinginkan.
2. Service (Servis)
Service yaitu tindakan yang bertujuan menjaga kondisi suatu sistem
yang biasanya telah diatur dalam buku petunjuk pemakaian sistem.
3. Replacement (Pengganti Komponen)
Replacement yaitu tindakan penhhanti komponen yang dianggap rusak
atau tidak memenuhi kondisi yang diinginkan. Tindakan pengganti ini
mungkin dilakukan secara mendadak atau dengan perencanaan
pencegahan terlebih dahulu.
4. Repair (Perbaikan)
Repair yaitu tindalan perbaikan minor yang dilakukan pada saat terjadi
kerusakaan kecil.
5. Overhoul (Perubahan)
Overhoul yaitu tindakan perubahan besar-besaran yang dilakukan
diakhir periode tertentu.
2.3.1. Breakdown Maintenance
Breakdown Maintenance dapat diartikan sebagai kebijakan perawatan dengan
cara mesin/peralatan dioperasikan hingga rusak, kemudian baru diperbaiki atau
diganti. Kebijakan ini merupakan strategi yang sangat kasar dan kurang baik
karena dapat menimbulkan biaya tinggi, kehilangan kesempatan untuk mengambil
keuntungan bagi perusahaan karena diakibatkan terhentinya mesin, keselamatan
kerja tidak terjamin, kondisi mesin ini tidak diketahui, dan tidak diperencanaan
waktu, tenaga kerja maupun biaya yang baik (Sudrajat, 2011, Hal 6).
2.3.2. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance merupakan kegiatan perawat yang dilakukan pada mesin
atau peralatan produksi yang sedang beroperasi secara abnormal (mesin masih
dapat beroperasi tapi tidak optimal)
2.3.3. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah salah satu komponen penting dalam aktivitas
perawatan (maintenance). Preventive maintenance adalah aktivitas perawatan
yang dilakukan sebelum terjadinya kegagalan atau kerusakan pada sebuah sistem
atau komponen, dimana sebelumnya sudah dilakukan perencanaan dengan
pengawasan yang sistematik, deteksi, dan koreksi, agar sistem atau komponen
tersebut dapat mempertahankan kapabilitas fungsional (Kusnadi, 2016, Hal 6).
2.3.4. Predictive Maintenance
Predictive maintenance adalah perawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
kegagalan sebelum terjadinya kerusakana pada komponen tertentu pada mesin
dengan cara melakukan Analisa trend perilaku mesin/peralatan kerja. Predictive
maintenance lebih menitik beratkan pada Kondisi Mesin (Condition Based)
2.4. Reliability Centered Maintenance (RCM)
Reliability Centered Maintenance (RCM) sebagai suatu proses yang digunakan
untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menjamin suatu sistem
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi yang diinginkan oleh pengguna
(Moubray, 1997, Hal 9).
RCM yaitu sistem perawatan yang berbasiskan kehandalan. Kehandalan
yang dimaksud disini adalah kemampuan mempertahankan fungsi dari
mesin/peralatan pabrik pada prestasi yang diharapkan dan pada kondisi yang
ditentukan.
RCM merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa
yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa suatu asset fisik terus dapat
bekerja melakukan apa yang penggunanya ingin lakukan sesuai konteks
pengoperasiannya saat ini. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa keandalan dari
peralatan dan struktur dari kinerja yang akan dicapai adalah fungsi dari
perencanaan dan kualitas pembentukan Preventive Maintenance yang efektif.
Perencanaan tersebut meliputi komponen pengganti yang telah diprediksikan dan
direkomendasikan.
Reliability Centered Maintenance (RCM) didefenisikan sebagai sebuah
proses yang digunakan untuk menentukan keburuhan perawatan terhadap asset
yang bersifat fisik dalam konteks operasinya. Secara mendasar, metodelogi RCM
menyadari bahwa semua peralatan pada sebuah fasilitas tidak memiliki tingkat
prioritas yang sama. RCM menyadari bahwa desain dan operasi dari peralatan
berbeda-beda sehingga memiliki peluang kegagalan yang berbeda-beda juga.
RCM merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penentuan
kebijakan tersebut. Tujuan utama RCM adalah mengoptimalkan Preventive
Maintenance :
1. Mempertahankan fungsi sistem.
2. Mengidentifikasi mode kerusakan (failure mode).
3. Memprioritaskan kepentingan dari mode kerusakan.
4. Memilih tindakan perawatan pencegahan yang efektif dan dapat
diterapkan.
5. Untuk membangun suatu prioritas desain untuk memfasilitasi
kegiatan perawatan yang efektif.
6. Untuk merencanakan preventive maintenance yang aman dan
handal pada level-level tertentuu dari sistem.
7. Untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
perbaikan item dengan berdasarkan bukti kehandalan yang tidak
memuaskan.
8. Untuk mencapai ketiga tujuan di atas dengan biaya yang
minimum.

Begitu banyak bentuk definisi RCM dari berbagai sumber, tetapi tujuan
utamanya adalah untuk mempertahankan fungsi sistem dengan cara
mengidentifikasi mode kegagalan (failure mode) dan memprioritaskan
kepentingan dari mode kegagalan kemudian memilih tindakan perawatan
pencegahan yang efektif dan dapat diterapkan.

Terdapat 7 prinsip RCM adalah sebagai berikut

1. Memelihara fungsional sistem, bukan sekedar memelihara suatu alat


agar beroperasi tetapi agar fungsi sesuai harapan.
2. Fokus keapada fungsi sistem dari pada suatu komponen tunggal, yaitu
apakah sistem masih dapat menjalankan fungsi utama jika suatu
komponen mengalami kegagalan.
3. Berbasiskan pada kehandalan, yaitu kemampuan suatu
sistem/equipment untuk terus dengan fungsi yang diinginkan.
4. Menjaga agar kehandalan fungsi sistem tetap sesuai dengan
kemampuan yang didesain untuk sistem tersebut.
5. Mengutamakan keselamatan (safety) baru kemudian untuk masalah
ekonomi.
6. Mendefinisikan kegagalan (failure) sebagai kondisi yang tidak
memuaskan (unsatis factory) sebagai ukurannya adalah berjalannya
fungsi sesuai performance standart yang ditetapkan
7. Harus memberikan hasil-hasil yang nyata/jelas, tugas yang dikerjakan
harus dapat menurunkan jumlah kegagalan (failure) atau paling tidak
menurunkan tingkat kerusakan tingkat kerusakan akibat kegagalan.
2.5. Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)
Dengan demikian kita bisa mengenal cara menjelaskan RCM. Berikut merupakan
tahapan-tahapan yang diambil dalam menjalankan RCM adalah sebagai berikut.
1. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi.
Dalam pemilihan sistem, sistem yang akan dipilih sistem yang
mempunyai frekuensi corrective maintenance (keruskan yang tinggi).
Dengan biaya yang mahal dan berpengaruh besar terhadap kelancaran
proses pada lingkungannya.
2. Definisi dan Batasan sistem.
Dalam RCM definisi sistem yang tepat sangat penting untuk proses
analisis karena dengan defenisi yang tepat maka berbagai komponen
yang diperlukan untuk mendukung fungsi sistem dapat dilacak dengan
demikian usaha-usaha yang dilakukan akan sesuai dengan fungsi
untuk dari sistem tersebut. Defenisi Batasan sistem dilakukan untuk
mengetahui apa yang termasuk dan tidak termasuk dalam sistem yang
diamati.
3. Deskripsi sistem dan Functiomal Diagram Blok (FDB)
Setelah sistem dipilib dan Batasan sistem telah dibuat, maka dilakukan
pendeskripsian sistem, Bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendokumentasikan detail penting dari sistem. Penggambaran sistem
sangat penting untuk mengidentifikasi desain sistem yang kristis,
hubungan antar komponen dan kontribusinya terhadap kinerja sistem
kemudian hasilnya akan digunakan untuk melakukan perbaikan
Preventive Maintenance dimasa yang akan datang.
4. Fungsi sistem dan kegagalan fungsi.
Fungsi dapat diartikan sebagai apa yang dilakukan oleh suatu
peralatan yang merupakan harapan penggunaan. Fungsi berhubungan
dengan masalah kecepatan, output, kapasitas dan kualitas produk.
Kegagalan (failure) dapat diartikan tidak sebagai ketidakmampuan
suatu peralatan untuk memenuhi fungsinya pada performasi standar
yang diterima oleh pengguna. Satu fungsi dapat memilliki suatu atau
lebih kegagalan fungsional.
5. Logic Tree Analysis (LTA)
Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) merupakan proses yang
kualitatif yang digunakan untuk mengetahui komsekuensi yang di
timbulkan oleh masing-masing failure mode¸Tujuan LTA adalah
untuk mengklasifikasikan failure mode kedalam beberapa kategori
sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat prioritas dalan penanganan
masing-masing failure mode berdasarkan kategorinya.
Berdasarkan LTA, mode kegagalan digolongkan dalam empat
kategori adalah sebagai berikut:
A. Safety Problem (kategori A)
Mode kegagalan mempunyai konsekuensi safety yang dapat melukai
atau mengancam jiwa seseorang.
B. Outage Problem (kategori B)
Mode kegagalan mempunyai konsekuensi terhadap operasional pabrik
yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi secara signifikan.
C. Minor to Investigation Economic Problem (kategori C)
Mode kegagalan tidak berdampak pada keamanan maupun mematikan
sistem. Dampaknya kerugian ekonomi tergolong kecil dan dapat
diabaikan.
D. Hidden Failure (kategori D)
Kegagalan yang tidak dapat diketahui oleh operator yang digolongkan
dalam kategori D/A, kategori D/B dan kategori D/C.
2.6. Keuntungan Metode Reliability Centred Maintenance (RCM)
Penerapan metode RCM akan member keuntungan yaitu keselamatan dan
intergasi lingkungan menjadi lebih diutamakan, prestasi oprasional yang
meningkatkan, efektivitas biaya oprasi dan perawatan yang lebih rendah,
meningkatkan ketersediaan dan reliabilitas peralatan, umur komponen yang lebih
lama, bisnis data yang lebih komprehensif, motivasi individu yang lebih besar,
dan kerja sama yang baik di antara bagian-bagian dalam suatu instalasi.

RCM sangat menitikberatkan pada penggunaan Predictive Maintenance karena


memiliki keuntungan. Adapun keuntungan RCM adalah sebagai berikut:

1. Dapat menjadi program perawatan yang efesien.


2. Biaya yang lebih rendah dengan mengeliminasi kegiatan perawatan yang
tidak diperlukan.
3. Minimisasi frekuensi Overhaul.
4. Minimisasi peluang kegagalan peralatan secara mendadak.
5. Dapat memfokuskan kegiatan perawatan pada komponen komponen kritis.
6. Meningkatkan Reliability komponen.
7. Menggabungkan Root Cause Analysis.
2.7. Konsep Keandalan (Reliability)

Keandalan adalah probabilitas bahwa suatu komponen/sistem akan


menginformasikan suatu fungsi yang di butuhkan dalam periode waktu tertentu
ketika digunakan dalam kondisi seperti tertentu. Keandalan juga berarti suatu
kemampuan peralatan untuk bertahan dan tetap beroprasi sampai batas waktu
tertentu

Bagus atau tidaknya kerja suatu mesin/komponen sangat bergantung pada


keandalan (Reliability). Konsep keandalan sistem digunakan untuk
mengoperasikan mesin secara optimal dan mengantisipasi munculnya kecelakaan
atau Breakdown. Keandalan mesin juga bergantung kepada keandalan komponen-
komponen penyususn mesin tersebut. Oleh karena itu di butuhkan berbagai
macam perawatan. Perawatan pencegahan terdiri dari kegiatan Service, uji operasi
dan inspeksi secara rutin yang terjadwal. Sedangkan perawatan perbaikan
disebabkan karena gangguan/kerusakan pada sistem atau komponen yang tidak
terjadwal. Untuk menyusun strategi perawatan itu digunakan metode RCM.

Seperti yang telah diungkapkan diawal bahwa Reliability atau keandalan adalah
peluang sebuah kompnen, sub-sistem atau sistem melakukan fungsinya dengan
baik, seperti yang dipersyaratkan, dalam kurun waktu tertentu dan dalam kondisi
oprasi tertentu pula.

Reliability mengandung komponen-komponen yang tidak bisa dipisahkan


diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Peluang dan ketidakpastian.


2. Melakukan fungsi dengan baik.
3. Pada waktu tertentu.
4. Keandalan setiap komponen.

Keandalan (Reliability) suatu peralatan adalah suatu nilai yang


didefenisikan sebagai probabilitasnya peralatan tersebut dapat menjalankan
misisnya dengan baik, Yang berarti makin kecil keandalannya. Fungsi keandalan
adalah suatu fungsi yang menyatakan keandalan dari suatu peralatan sebagai
fungsi dari waktu yang menyatakan beberapa lama peralatan tersebut telah
beroprasi menjalankan misinya.

Pola distribusi yang sering digunakan dalam bidang perawatan menurut Ebeling
(1997) dalam keandalan (reliability) antara lain:

1. Pola distribusi, Weibull Distribusi ini mempunyai peranan penting


dalam keandalan karena bersifat fleksibel. Distribusi Weibull secara
digunakan untuk sistem, subsistem dan komponen yang sudah using
dan mengalami degradasi konsep dasar keandalan dalam distribusi
probalitasnya.

a.Fungsi Kepadatan Probabilitas

f(t) =
β t
α α() β−1 e− ( αt ) β
b.Fungsi Distribusi Kumulatif

f(t) = 1- e− ( αt ) β
c.Fungsi Kehandalan

R(t) = 1- F (t) = e− ( αt ) β
d.Fungsi Laju Kerusakan

λ( t )= f (t)
¿¿
e. Waktu rata-rata kerusakan (MTTF)

MTTF = θ . r 1+ ( 1β )
f. Waktu rata-rata kerusakan (MTTR)

MTTR = θ . r 1+ ( α1 )
g. Variansi
2
σ = θ ⌊ r 1+
2
( 2β )−r (1+ 1β ) ⌋
2

h. Parameter

( )(∑ )
n n n
β=b n ∑ ¿1 XiYi− ∑ ¿ 1 Xi ¿1 Yi
1 i i

___________________________________

(∑ )
n n
n ∑ ¿1 Xi −
2
¿ 1 Xi2
i i

α¿ y−b x
a
θ=e−¿b ¿

b disebut gradient dan a adalah intersep. Parameter β disebut dengan


parameter bentuk atau kemiringan weibull (weibull slope),
sedangkan parameter θ disebut dengan parameter skala atau
karakteristik hidup. Bentuk fungsi distribusi weibull bergantung
pada parameter bentuknya (β), yaitu: β < 1 : Distribusi weibull akan
menyerupai distribusi hyper-exponential dengan laju kerusakan
cenderung menurun. β = 1 : Distribusi weibull akan menyerupai
distribusi eksponensial dengan laju kerusakan cenderung konstan. β
> 1 : Distribusi weibull akan menyerupai distribusi normal dengan
laju kerusakan cenderung meningkat.
2. Pola Distribusi log normal, Distribusi lognormal merupakan
distribusi yang berguna untuk menggambarkan distribusi kerusakan
untuk situasi yang bervariasi. Distribusi lognormal banyak
digunakan di bidang teknik, khususnya sebagai model untuk
berbagai jenis sifat material dan kelelahan material.
Fungsi-fungsi dari distribusi log normal:
a) Fungsi Densitas

( )
'
1 1 t −π '
f(t) = e2
tσ √ 2 π σ'
b)Fungsi Distribusi Kumulatif

( ) ( )
t −1 ' '
1 t −π ' t −π '
F(t)= ∫ e 2
dt=Ф
0 σ √2 π σ' σ'
c) Fungsi Keandalan

( )
'
t −π '
R(t) = 1- F (t) = Ф
σ'
d) Fungsi Laju Kerusakan

( )
'
−1 t −π '
f (t ) 2 σ'

√[
λ(t) = R (t)
( )]
'
t −π '
tσ ' 2 π 1−Ф
σ'

e) Waktu Rata-rata Kerusakan/perbaikan (MTTF/MTTR)


S2
MTTF/MTTR = t 2
med ×e

f) Variansi
' '2

σ 2=e 2 ∞ +σ
g) Parameter
1
S=
b
−sa
t med =e
ɑ= ȳ−b x՟

( )(∑ )
n n n
n ∑ ¿ 1 xiyi− ∑ ¿ 1 xi ¿ 1 yi
i i i
β=

(∑ )
n n
n ∑ ¿ 1 xi −
2
¿ 1 xi ²
i i

3. Pola Distribusi Eksponensial, Distribusi eksponensial sering


digunakan dalam berbagai bidang, terutama dalam teori keandalan.
Hal ini disebabkan karena pada umumnya data kerusakan
mempunyai perilaku yang dapat dicerminkan oleh distribusi
eksponensial. Distribusi eksponensial akan tergantung pada nilai λ,
yaitu laju kegagalan (konstan).
Fungsi – fungsi dari distribusi Eksponensial:
a. Fungsi Densitas
f(t) = λe− λt
t>0
b. Fungsi Distribusi Kumulatif
f(t) = 1- e− λt
c. Fungsi Keandalan
R(t) = 1 −F ( t )=e−λt
d. Fungsi Laju Kerusakan
f (t)
λ (t) =
R (t )
e. Waktu Rata-rata Kerusakan/perbaikan (MTTF/MTTR)
1
MTTF =
λ
f. Variansi
1
σ² =
λ²
g. Parameter
n
n
=failure rate
λ=
∑ ¿ 1ti
i
2.8. Ripple Mill

Mesin Ripple Mill adalah adalah sebuah unit permesinan pada pabrik kelapa sawit
yang digunakan untuk memecah biji kelapa sawit hingga terjadi perubahan fisik
sedemikian rupa . pemecahan biji kelapa sawit dengan cara menggilas biji
didalam plat besi yang berputar secara sentripugal. yang ditimbulkan oleh putaran
rotorbar yang sangat tinggi, maka biji-biji yang masuk kelubang rotor akan
terbawa oleh lempengan siku-siku Square Bar tersebut kemudian terlempar
kesamping membentur dinding, akibatnya biji-biji tersebut akan pecah dan intinya
akan terpisah dari cangkang.

Gambar 2.1 Mesin Ripple mill Gambar 2.2 Mesin Ripple Mill

2.8.1. Spesifikasi Mesin Ripple Mill


Spesifikasi mesin Ripple Mill dari hasil survey adalah sebagai berikut:
1. Model : MSB Ripple Mill
2. Kapasitas : 3 ton
3. Serial No : RM 150 dan RM 967
4. Speed : RPM 070 dan RPM 967
5. Tahun : 2017 dan 2019
6. Jumlah mesin : 2 buah
2.8.2. Bagian-Bagian pada Ripple Mill
Adapun bagian-bagian pada Ripple Mill adalah sebagai berikut
1. Rotorbar
Rotorbar adalah bagian komponen pada mesin Ripple Mill yang berputar
yang terdiri dari beberapa komponen, salah satunya adalah AS Ripple Mill.
komponen lain pada rotobar.

Gambar 2.3 Rotorbar


2. Displate
Displate merupakan salah satu komponen pada rotorbar yang digunakan
sebagai dudukan atau tempat rotobar. Displate berbentuk piringan yang
digunakan sebagai pengapit rotobar agar tetap pada posisinya.

Gambar 2.4 Displat


3. Square bar
Square bar merupakan komponen yang ada pada mesin Ripple Mil.
Square bar merupakan poros pejal yang diletakkan berdekatan dengan
rotorbar, Square bar berfungsi sebagai tempat biji sawit yang masuk ke
Ripple mill, selanjutnya Square bar akan membawa biji berputas bersama
putaran yang dihasilkan oleh rotor bar untuk dipecah.
Gambar 2.5 Square Bar
4. Inverter
Inverter merupakan Converter daya listrik yang mengubah arus searah
menjadi Alternating Current (AC).

Gambar 2.6 Inverter


3.2 Kajian Relevan

Tahu Nama Penelitian Judul Penelitian Metode Hasil (Kesimpulan)


n
2018 Meri Susanti ANALISIS PERAWATAN Metode CPM (Cricital Patch a. Penjadwalan perawatan mesin ripple mill
(MAINTENANCE) MESIN Method) dengan menggunakan analisis jaringan kerja
RIPPLE MILL PADA PT. metode PERT dan CPM dapat dilakukan upaya
GERSINDO MINANG percepatan durasi proyek dengan mempercepat
PLANTATION PALM OIL pekerjaan-pekerjaan yang berada pada jalur
MILL (GMP) – POM kritis. Durasi waktu optimal perawatan mesin
TANJUNG PANGKAL ripple mill yaitu 23 jam dari waktu normal 30
PASAMAN BARAT jam. Durasi waktu tersebut merupakan waktu
optimal setelah dipercepat dengan menggunakan
metode CPM dan PERT. Peluang proyek
perawatan mesin ripple mill dapat terlaksana
dengan durasi 23 jam yaitu sebesar 95,49%.
Artinya perawatan memiliki cukup banyak
peluang untuk diselesaikan dengan durasi
pelaksanaan 23 jam.
b. Dari hasil penjadwalan perawatan maka dapat
dihitung biaya perawatan Preventive selama 3
bulan adalah Rp.8.490.000, 6 bulan adalah
Rp.16.980.000 dan selama 1 tahun adalah
Rp.35.360.000 dan biaya perawatan corrective
selama 1 tahun adalah Rp.1.400.000.
2019 Indra Hassan PENERAPAN RELIABILITY RELIABILITY CENTERED Reliability Centered Maintenance (RCM)
CENTERED MAINTENANCE MAINTENANCE (RCM) merupakan suatu proses untuk bisa menentukan
(RCM) PADA MESIN RIPPLE jenis pemeliharaan yang sesuai dalam konteks
MILL operasi dan konsekuensi kegagalan untuk
masingmasing asset pada mesin produksi. mesin
Ripple Mill adalah salah satu mesin produksi
yang berfungsi sebagai pemecah biji sawit untuk
memisahkan cangkang dengan inti sawit.
Kegagalan pada mesin Ripple Mill menghambat
jalannya proses produksi yang berdampak pada
penurunan kapasitas produksi.
2022 Zulfahmi ANALISIS RISIKO KERUSAKAN Metode FMEA (FAILURE Risiko kegagalan pada mesin ripple mill
MESIN (DOWNTIME) RIPPLE MODE EFECTS didapatkan 8 risiko yang terjadi berdasarkan
MILL STASIUN KERNEL (STUDI ANALYSIS) hasil risk event. Risiko prioritas berdasarkan
KASUS PT. UJONG NEUBOK analisis metode FMEA adalah Jatuh besi
DALAM) kedalam ripple mill dikarenakan nilai RPN yang
dihasilkan sebesar 504. Analisis sebab akibat
menggunakan metode fishbone pada factor
mesin ripple mill adalah dics magnet plete tidak
bekerja maksimal, waktu pengoprasian mesin
ripple mill terlalu lama,mesin ripple mill kurang
perawatan,penggantian rotor set melewati batas
waktunya. PT Ujong Neubok Dalam sebaiknya
melakukan perawatan melalui penjadwalan yang
baik dan benar dengan memperhatikan
kerusakan pada mesin atau downtime yang
memiliki nilai resiko tertinggi bedasrkan hasil
temuan pada penulisan ini. Faktor faktor yang
menyebabkan mesin tersebut terjadi downtime
sebaiknya diperhatikan seperti pengantian rotor
bar yang tepat pada waktu,metode pelaksana yng
baik dan sesuai SOP serta menciptakan
lingkungan kerja yang representatif
2.10 Kerangka Konseptual

Mulai

Observasi Lapangan

Rumusan Masalah

Objek Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

 Observasi lapangan  Data Perawatan Mesin


 Wawancara Digester Periode
Januari-Februari 2021
 Data Dokumenter

Pengolahan Data

Menggunakan Tahapan-tahapan RCM

 Pemilihan Sistem dan Pengumpulan


Informasi
 Mendefinisikan Batasan Sistem
 Membuat Fungsional Diagram Block (FDB)
 Membuat Tabel Fungsi Sistem dan
Kegagalan Fungsi
 Penyususunan Logic Tree Analysis LTA
 Pemilihan tindakan

Evaluasi

Kesimpulan dan saran

Selesai
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penilitan ini dilakukan di PT SOCFIN INDONESIA Kebun Sei
Liput yang terletak di Desa Kebun Sei Liput , Kecamatan Kejuruan Muda,
Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Waktu
penilitian dilakukan 25 oktober 2022 sampai 3 november 2022.

3.2. Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Data Primer
a. Observasi
Pengumpulan data dengan mengamati langsung yaitu cara
mengambilan data dengan peninjauan secara langsung kelapangan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan penelitian kerja praktik.
b. Wawancara kegiatan perawatan mesin
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung tentang bagaimana
mesin ini beroperasi dan bagaimana perawatan yang dilakukan jika ada
kendala pada mesin ripple mill kepada mahasiswa KP kepada mandor
perawatan mesin dan para pekerja atau kariawan yang bekerja pada
PT. Socfin Indonesia Kebun Se i Liput.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu merupakan sumber data penelitian yang di peroleh
secara tidak langsung melalui media perantara (diproleh dan di catat oleh
pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data kokumenter) yang telah ada.
3.2.1 Teknik Metode Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk melakukan penyelesaian dan


pembahasan dari masalah yang sedang dianalisis. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam pengolahan data dengan tahapan RCM adalah sebagai
berikut:

1. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi


Menentukan mesin dan komponen kritis berdasarkan data
kerusakan dengan frekuensi tertinggi dengan menggunakan
dengan menggunakan grafik histogram. Maka mesin Ripple Mill
dipilih sebagai objek penelitian.

2. Defenisi dan batasan sistem


Dalam RCM definisi sistem yang tepat sangat penting untuk
proses analisis karena dengan definisi yang tepat maka berbagai
komponen dapat terdefinisi dengan jelas sehingga berbagai kinerja
komponen yang diperlukan untuk mendukung fungsi sistem dapat
dilacak dengan demikian usaha-usaha yang dilakukan akan sesuai
dengan fungsi dari sistem tersebut. Definisi batasan sistem
dilakukan untuk mengetahui apa yang termasuk dan tidak
termasuk ke dalam sistem yang diamati.
3. Dekripsi sistem dan Fuctional Diagram Block (FDB)
Fuctional Diagram Block (FDB) berguna untuk menjelaskan
sistem kerja mesin pada mesin Ripple Mill.
4. Fungsi sistem dan kegagalan fungsi
Menjelaskan fungsi sistem dan kegagalan komponen dari pada
mesin Ripple Mill.
 Keausan rotor bar
 Keausan square plat
 Kerusakan bering
5. Logic Tree Analysis (LTA)
Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) merupakan proses yang
kualitatif yang digunakan untuk mengetahui konsekuensi yang
ditimbulkan oleh masing-masing Failure Mode. Tujuan LTA
adalah untuk menglarifikasikan Failur Mode kedalam beberapa
kategori sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat prioritas
dalam penanganan masing-masing Failure Mode berdasarkan
kategorinya.
6. Pemilihan tindakan
Rekomendasi tindakan yang dihasilkan dengan pendekatan
Reability Centered Maintenance (RCM) sebagai rencana tindakan
terhadap masing-masing komponen kritis dari mesin Ripple Mill
Pengumpulan data merupakan proses mengumpulkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian baik data sekunder yang di miliki
PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput maupun data primer
berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara dengan
pembimbing materi juga karyawan departemen rendal
pemeliharaan.
Dalam menunjang terlaksanakan laporan ini, maka
dibutuhkan beberapa data untuk menganalisis masalah yang
dihadapi. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian kerja
praktek ini adalah data kerusakan mesin Ripple Mill PT. Socfin
Indonesia Kebun Sei Liput.

3.2.2 Prosedur Penelitian


Penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Dimulai dengan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi
perusahaan, sistem kerja, informasi dukungan yang dibutuhkan dan
literatur untuk pemecahan masalah
2. Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder
3. Mengolah data yang telah dikumpulkan
4. Melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan, yaitu:
a. Menentukan tingkat kritis
b. Menentukan tindakan perawatan
c. Menentukan interval perawatan
5. Menarik kesimpulan dan saran terhadap pemecahan masalah
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai