Anda di halaman 1dari 61

PENGARUH PERBEDAAN RASIO CANGKANG (SHELL)

DAN SERAT (FIBRE) KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN


BAKAR PADA BOILER
DI PT. MORA NIAGA JAYA

KARYA AKHIR

Oleh :

TENGKU SULTAN HAFIZH


NIM : 20 03 0571

Ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan


Gelar Ahlimadya Politeknik Teknologi Kimia Industri

SAMPUL

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I.


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
2023
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, Karya Akhir dengan judul “PENGARUH PERBEDAAN


RASIO CANGKANG (SHELL) DAN SERAT (FIBRE) KELAPA SAWIT
SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA BOILER DI PT. MORA NIAGA
JAYA”. adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik, baik di Politeknik Teknologi Kimia Industri, maupun di Perguruan
Tinggi Lainnya.
2. Karya Tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Di dalam karya akhir ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah di
tulis atau dipublikaskan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas
dan dicantumkan pada daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dak ketidakbenaran pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan
ketentuan hukum yang berlaku.

Medan, Juli 2023


Saya yang menyatakan

Tengku Sultan Hafizh


NIM. 20 03 051

ii
BIODATA MAHASISWA
A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Tengku Sultan Hafizh
2. Nik : 1207321003030001
3. Tempat, Tanggal Lahir : Paluh Sibaji, 10 Maret 2003
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Program Studi : Agribisnis Kelapa Sawit
7. Jalur Pendaftaran : Jarvis Bersama
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Jenis Pendaftaran : Reguler
10. Alamat : Desa Paluh Sibaji Kec. Pantai Labu
11. No. Telepon : 0831-4882-1053
12. Email : tengkusultanhafizh@gmail.com
13. Jenis Tinggal : Rumah
14. Alat Transportasi : Sepeda Motor

B. DATA ORANG TUA/WALI


1. AYAH
A. Nama : Tengku Tankayang
B. NIK : 1207320310710001
C. Tempat, Tanggal Lahir : Denai Kuala, 03 Oktober 1971
D. Pendidikan : SMP
E. Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
2. IBU
A. Nama : Masitah
B. NIK : 1207325709340001
C. Tempat, Tanggal Lahir : Paluh Sibaji, 31 Desember 1974
D. Pendidikan : S1
E. Pekerjaan : Guru

iii
Abstrak
Penelitian ini membahas pengaruh perbedaan rasio cangkang dan serat kelapa
sawit sebagai bahan bakar pada boiler di PT. Mora Niaga Jaya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai kalor pembakaran dari setiap variasi campuran
bahan bakar cangkang dan serat, menentukan campuran bahan bakar yang baik
untuk digunakan pada boiler, serta mengidentifikasi pengaruh perbedaan rasio
terhadap nilai kalor pembakaran cangkang dan serat kelapa sawit. Penelitian ini
dilakukan dengan menganalisis komposisi kimia bahan bakar cangkang dan serat,
menghitung nilai kalor bahan bakar, dan melakukan perhitungan material balance
bahan bakar berdasarkan kapasitas pabrik kelapa sawit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komposisi bahan bakar dengan nilai kalor tertinggi adalah
100% cangkang kelapa sawit. Namun, disarankan untuk menggunakan komposisi
bahan bakar dengan lebih banyak serat dari pada cangkang untuk meningkatkan
efisiensi boiler. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan
pemanfaatan limbah padat kelapa sawit sebagai bahan bakar nabati yang efisien
dan ramah lingkungan.

Kata kunci : Fiber, Cangkang, Rasio bahan bakar, Boiler, High Heating Value,
Low Heating Value

iv
ABSTRACT

This study discusses the effect of differences in the ratio of oil palm shells and
fiber as fuel in boilers at PT. Mora Niaga Jaya. This study aims to determine the
combustion calorific value of each variation of shell and fiber fuel mixture,
determine a good fuel mixture for use in boilers, and identify the effect of
different ratios on the heating value of oil palm shell and fiber combustion. This
research was conducted by analyzing the chemical composition of shell and fiber
fuel, calculating the calorific value of the fuel, and calculating the fuel material
balance based on the capacity of the palm oil mill. The results showed that the
fuel composition with the highest calorific value was 100% palm shell. However,
it is recommended to use fuel compositions with more fiber than shells to increase
boiler efficiency. This research contributes to the development of the use of palm
oil solid waste as a biofuel that is efficient and environmentally friendly.
Keywords: Fiber, Shell, Fuel Ratio, Boiler, High Heating Value, Low Heating
Value

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Proposal Karya Akhir ini.
Dalam penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Poltak Evencus Hutajulu, ST, MT, selaku Direktur Politeknik
Teknologi Kimia Industri Medan.
2. Bapak Dr. Golfrid Gultom, MT. Selaku Pembantu Direktur I, Ibu New Vita
Mey Desty Marbun, S.T., M.T. selaku Pembantu Direktur II dan Bapak
Irfan Rusmar , M.Ed. selaku Pembantu Direktur III Politeknik Teknologi
Kimia Industri Medan.
3. Ibu Mahyana, SE. Selaku Ka. Sub. Bag. Administrasi Akademik
Kemahasiswaaan dan Kerjasama Politeknik teknologi Kimia Indstri Medan.
4. Ibu Dr. Tengku Rachmi Hidayani, M.Si. selaku Ketua Program Studi
Agribisnis Kelapa Sawit di Politeknik teknologi Kimia Industri.
5. Ibu Meutia Mirnandaulia, S.T., M.T selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis Kelapa Sawit di Politeknik Teeknologi Kimia Industri.
6. Bapak Ir. Haryanto, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah banyak
membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.
7. Ibu Dr. Tengku rachmi Hidayani, M.Si. selaku pembimbing II yang telah
banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Karya
Akhir ini.
8. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staff pengajar di Politeknik teknologi Kimia
Industri Medan.
9. Bapak Fuadi, S.T Selaku Mill Manager dan pembimbing lapangan megang
industri di PT. Mora Niaga Jaya.
10. Pihak Industri PT. Mora Niaga Jaya, Aceh Tamiang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis melakukan Praktik Kerja Industri.

vi
11. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda Penulis Tengku Tankayang dan
Masitah yang telah memberikan bantuan baik moril maupun material, dan
doanya kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal Karya Akhir ini.
12. Kepada saudari kandung Penulis, Tengku Deliyana, Tengku Sumayyah,
Tengku Rosydah yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
material, dan doanya kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal Karya
Akhir ini.
13. Teruntuk sahabat-sahabat penulis selama Prakerind, Ayu Rahmadani,
Adelia Putri Nasution, Adelaila Br Pardede, Yohana Kartika, Oryza Sativa,
Rodiatun Aysiah, Yuni Fahriani, Theresya saragih, Indra Syahputra, Ricki
Christian Marbun, Rafly Abdillah dan Muhammad Farhan.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Akhir ini mungkin masih jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan dan kemampuan penulis, oleh karena itu
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
Karya Akhir ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk
kemajuan ilmu pengetahuan ke depan. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih, semoga Karya akhir ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Mei 2023


Penulis

Tengku Sultan Hafizh


2003051

vii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
PERNYATAAN......................................................................................................ii
BIODATA MAHASISWA.....................................................................................iii
Abstrak...................................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................3
1.3.1 Tujuan Penelitian.........................................................................................3
1.3.2 Manfaat Penelitian.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Kelapa sawit.................................................................................................4
2.2 CPO dan PKO.............................................................................................4
2.3 Boiler............................................................................................................5
2.3.1 Klasifikasi Boiler..........................................................................................6
2.3.2 Komponen-Komponen Pada Boiler............................................................8
2.3.3 Alat Pengaman Boiler.................................................................................11
2.4 Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit.............................................12
2.5 Bahan Bakar Boiler...................................................................................13
2.5.1 Cangkang (shell).........................................................................................14
2.5.2 Serat (Fibre)................................................................................................14
2.6 Komposisi Cangkang dan Fibre Kelapa sawit.......................................15
2.7 Proses Pembentukan Steam......................................................................16

viii
2.8 Siklus Air Pada Ketel Uap........................................................................17
2.9 Perpindahan Panas...................................................................................18
2.9.1 Perpindahan secara konveksi....................................................................18
2.9.2 Perpindahan panas secara konduksi.........................................................18
2.9.3 Perpindahan panas secara radiasi.............................................................19
2.10 Nilai Kalor (Heating Value)......................................................................19
2.11 KAJIAN YANG RELEVAN....................................................................21
2.12 Kerangka Konseptual...............................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................24
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................24
3.1.1 Tempat Penelitian.......................................................................................24
3.1.2 Waktu Penelitian........................................................................................24
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................24
3.2.1 Alat..............................................................................................................24
3.2.2 Bahan...........................................................................................................26
3.3 Variabel yang diambil..............................................................................26
3.4 Metodelogi Penelitian...............................................................................26
3.5 Analisa Data...............................................................................................27
3.6 Diagram Alir...................................................................................................29
BAB IV ANALISA DATA...................................................................................30
4.1 Data Pengmatan........................................................................................30
4.2 Analisa Data...............................................................................................31
4.3 Pembahasan....................................................................................................35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................38
5.1 Kesimpulan................................................................................................38
5.2 Saran..........................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Komposisi Cangkang Dan Fiber Kelapa Sawit


Tabel 4. 1 Komposisi Cangkang Dan Fiber Kelapa Sawit
Tabel 4. 2 Analisa Komposisi Bahan.....................................................................31
Tabel 4. 3 Tabel HHV dan LHV............................................................................34
Tabel 4. 4 Tabel HHV dan LHV

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Cara Kerja Fire Tube Boiler...............................................................7
Gambar 2. 2 Cara Kerja Water Tube Boiler.............................................................8
Gambar 2. 3 Steam Drum.........................................................................................9
Gambar 2. 4 Furnace...............................................................................................9
Gambar 2. 5 Chimney.............................................................................................10
Gambar 2. 6 Shell(Cangkang)................................................................................14
Gambar 2. 7 Fibre (Serat)......................................................................................15
Gambar 2. 8 Kerangka Konseptual........................................................................23
Gambar 4. 1 Kadar air dan kadar abu

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran....................................................................................................Halaman
1. Perhitungan Nilai Kalor....................................................................................39
2. Material Balance Cangkang dan Fibre Kelapa Sawit .......................................43
3. Data Penjualan Cangkang..................................................................................44
4. Bagan Unit Penghasil Steam dan Pembangkit Tenaga......................................45
5. Sertifikat Praktik Kerja Indutri di PT. Mora Niaga Jaya...................................46
6. Nilai Praktik Kerja Industri................................................................................47
7. Kartu Bimbingan Karya Akhir...........................................................................48

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pabrik kelapa sawit adalah pabrik yang mengolah TBS (Tandan Buah Segar)
sebagai bahan baku menjadi minyak sawit (CPO/Crude Palm Oil) dan inti sawit
dengan berbagai tahapan pengolahan mulai dari stasiun penerimaan bahan baku,
perebusan, pengupasan, pengepresan, pemisahan minyak dan lumpur,
penyulingan minyak, pengeringan inti dan stasiun penimbunan.
Terdapat juga water treatment station dan power plant sebagai support
station, dimana salah satu alat yang ada di power plant tersebut adalah boiler.
Ketel uap (steam `boiler) adalah pembangkit listrik tenaga uap berbentuk bejana
tertutup dimana panas pembakaran dipindahkan ke air sampai terbentuk air panas
atau uap dalam bentuk energi kerja (Pravitasari et al, 2017).
Ketel uap atau Boiler adalah suatu bejana/wadah yang di dalamnya berisi
air atau fluida lain untuk dipanaskan. Energi panas dari fluida tersebut selanjutnya
digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti untuk turbin uap, pemanas
ruangan, mesin uap, dan lain sebagainya. Secara proses konversi energi, ketel
memiliki fungsi untuk mengkonversi energi kimia yang tersimpan di dalam bahan
bakar menjadi energi panas yang tertransfer ke fluida kerja.
Kualitas bahan bakar ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk
menghasilkan energi. Kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi ini
sangat ditentukan oleh nilai bahan bakar yang didefinisikan sebagai jumlah energi
yang dihasilkan pada proses pembakaran per satuaan massa atau persatuan
volume bahan bakar. Pada pabrik PT. Mora Niaga Jaya unit PKS Gedong Biara,
Aceh Tamiang bahan bakar yang digunakan adalah serat (fibre) dan cangkang
(shell).
Cangkang dan serat adalah salah satu contoh bahan bakar padat yang
digunakan pada ketel. Bahan bakar ini merupakan keluaran ataupun output yang
dihasilkan dari pengolahan pabrik kelapa sawit. Fibre adalah bahan bakar padat
yang bebentuk seperti rambut, serabut ini terdapat dibagian kedua dari buah
kelapa sawit setelah kulit buah kelapa sawit, didalam serabut dan daging buah

1
2

sawitlah minyak Crude Palm Oil (CPO) terkandung. Sedangkan cangkang adalah
sejenis bahan bakar padat yang berwarna hitam berbentuk seperti batok kelapa
dan agak bulat, terdapat pada bagian dalam pada buah kelapa sawit yang
diselubungi oleh serabut.
Jenis ketel uap yang digunakan di PT. MORA NIAGA JAYA adalah
boiler pipa air (Water tube boiler), jenis TAKUMA type N-900R dengan
kapasitas 30 ton/jam. Sebelumnya, pada PT. Mora Niaga Jaya ini belum
mengetahui berapa perbandingan bahan bakar yang di gunakan pada boiler untuk
memenuhi kebutuhan pabrik tersebut. Sedangkan, efektivitas pembakarann yang
terjadi di unit boiler tergantung kepada seberapa nilai kalor dari bahan bakar yang
digunakan. Semakin tinggi nilai kalor suatu bahan, maka semakin banyak uap
yang dihasilkan (Rukmiati, 2018).
Dapat diketahui bahwa syarat bahan bakar boiler haruslah memiliki nilai
kalor yang cukup untuk mengubah air menjadi air menjadi steam. Maka perlu
diketahui berapa nilai kalor yang dihasilkan oleh cangkang, fibre, dan campuran
antara cangkang dan fibre. Sedangkan Menurut B. Pakpahan (2021),
Perbandingan bahan bakar yang baik yaitu cangkang dan serat adalah dengan
perbandingan 3 : 1 dimana fibre 75% dan cangkang 25%.
Agar penelitian lebih akurat, maka penulis menambahkan variasi
komposisi bahan bakar boiler antara cangkang dan fibre yaitu 100% fibre, 75%
fibre ; 25% cangkang, 50% fibre ; 50% cangkang, 25% fibre ; 75% cangkang dan
100% cangkang, sehingga dapat diketahui komposisi terbaik yang dapat
digunakan pada boiler. Penentuan ini berdasarkan perhitungan nilai kalor
pembakaran untuk setiap variasi komposisi bahan bakar.
Berdasarkan dari uraian singkat tersebut, saya selaku penulis tertarik untuk
menganalisa nilai kalor bahan bakar boiler cangkang dan serat dengan campuran
yang bervariasi. Dan mengangkat masalah ini menjadi bahan penulisan saya.

“PENGARUH PERBEDAAN RASIO CANGKANG (SHELL) DAN SERAT


(FIBRE) KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PADABOILER DI
PT. MORA NIAGA JAYA”.
3

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapakah nilai kalor pembakaran dari setiap variasi campuran bahan
bakar cangkang dan serat buah kelapa sawit di PT. MORA NIAGA
JAYA?
2. Berapakah campuran bahan bakar cangkang dan serat buah kelapa sawit
yang baik untuk digunakan pada boiler di PT. Mora Niaga Jaya?
3. Bagaimana pengaruh perbedaan rasio terhadap nilai kalor pembakaran
cangkang dan serat buah kelapa sawit di PT. Mora Niaga Jaya?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui nilai kalor pembakaran dari setiap variasi campuran
bahan bakar cangkang danfibre buah kelapa sawit.
2. Untuk mengetahui campuran bahan bakar cangkang dan serat buah
kelapa sawit yang baik untuk digunakan pada boiler di PT. Mora
Niaga Jaya
3. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan rasio terhadap nilai kalor
pembakaran cangkang dan serat buah kelapa sawit.

1.3.2 Manfaat Penelitian


1. Dapat mempelajari serta mengetahui nilai kalor pembakaran dari setiap
variasi campuran bahan bakar cangkang dan fibre buah kelapa sawit.
2. Dapat mempelajari serta mengetahui campuran bahan bakar cangkang
dan serat buah kelapa sawit yang baik untuk digunakan pada boiler di
PT. Mora Niaga Jaya.
3. Dapat mempelajari serta mengetahui pengaruh perbedaan rasio
terhadap nilai kalor pembakaran cangkang dan serat buah kelapa sawit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit merupakan jenis tanaman perkebunan berupa pohon.
Tanaman ini mulai ditanam sebagai tanaman komersial di Indonesia sejak 1911.
Tanaman ini bisa dikenali dengan melihat ciri fisiologinya, umur tanaman, dan
bahan tanaman.
Tanaman kelapa sawit (Eleais Quineensis Jacq) merupakan tanaman tropis
golongan palma yang termasuk tanaman tahunan dan habitat aslinya adalah
daerah semak belukar. Kelapa sawit yang sudah di budidayakan terdiri dari 2
jenis, yaitu E. guineensis dan E. oleifera yang digunakan untuk pertanian
komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon kelapa sawit Elaeis
guineensis, berasal dari Afrika barat diantara Angola dan Gambia, pohon kelapa
sawit Elaeis oleifera, berasak dari Amerika selatan dan Amerik tengah. Kelapa
sawit menjadi pupuler setelah revolusi industri pada akhir abad ke-19 yang
menyebabkan tingginya permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan
industri.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis pada 15 o LU – 15o
LS dan tumbuh sempurna diketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut dengan
kelembaban 80 – 90 %. Tingginya dapat mencapai 0 - 24 m. Bunga dan buahnya
berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil, apabila masak berwarna
merah kehitaman. Daging dan kulit buah kelapa sawit mengandung minyak.
Minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin
(Lubis, A. 2008).
Berdasarkan studi literatur , dalam proses produksi 1 ton kelapa sawit, maka
menghasilkan limbah padatan tankos/tandan kosong kelapa sawit sebesar 23%
atau 230 kg, limbah serat (fibre) sebesar 13% atau 130 kg, dan juga limbah kernel
atau cangkang inti sebesar 6,5% atau 65 kg. (R. Sitompul, 2011)

2.2 CPO dan PKO


Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam, yaitu dari daging buah
(mesocrap) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan) yang

4
5

dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil serta minyak yang
berasal dari inti kelapa sawit yang dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm
kernel oil (PKO).
Minyak kelapa sawit merupakan komoditas ekspor indonesia. Komposisi
minyak inti sawit ini hapir sama dengan minyak yang berasal dari kelapa.
Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sawit diantaranya
adalah minyak goreng, mentega, dan kue/biskuit. Bahan baku penting industri
lain, seperti oleochemical dan bahan pembutana biodiesel. Produk-produk
oleokimia antara lain fatty acid, fatty alkohol, glycerine, metalic soap, stearic
acid, methyl ester, dan stearin. Perkembangan industri oleokimia dasar
merangsang pertumbuhan industri barang konsumen, seperti deterjen, sabun, dan
kosmetika.

2.3 Boiler
Ketel uap atau Boiler adalah suatu bejana atau wadah yang didalamnya berisi air
atau fluida lain untuk dipanaskan. Energi panas dari fluida tersebut selanjutnya
digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti untuk turbin uap, pemanas
ruangan, mesin uap, dan lain sebagainya. Secara proses konversi energi, ketel
memiliki fungsi untuk mengkonversi energi kimia yang tersimpan didalam bahan
bakar menjadi energi panas yang tertransferke fluida kerja. Panas yang diberikan
kepada fluida didalam ketel berasal dari proses pembakaran dengan berbagai
macam jenis bahan bakar yang dapat digunakan, seperti bahan bakar cair, bahan
bakar padat, maupun bahan bakar gas. Dengan adanya kemajuan teknologi, energi
nuklir pun juga digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan sumber panas
pada boiler. Dapat diketahui syarat bahan bakar ketel haruslah memiliki nilai
kalor yang cukup untuk mengubah air menjadi uap, serta nilai kalor suatu bahan
bakar juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi boiler itu sendiri (Nasikin,
2017).
Didalam boiler, ada sebuah ruangan tempat terjadinya pembakaran. Proses ini
sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya dengan berbagai macam jenis bahan
bakar. Proses pembakaran ini menghasilkan panas (kalor) yang akan ditransfer ke
fluida melalui kontak heat exchanger (alat penukar panas). Boiler memiliki nilai
6

standar seperti tekanan, laju aliran fluida dan temperatur. Secara fisik, boiler
adalah sebuah drum dan didalamnya dilengkapi dengan pipa-pipa.

2.3.1 Klasifikasi Boiler


Seiring dengan perkembangan teknologi dan evaluasi dari produk boiler
berdasarkan nilai emisi gas buang yang mencemari lingkungan, maka
berikut klasifikasi boiler berdasarkan fluida yang mengalir, yaitu:
1. Ketel pipa api (Fire Tube Boiler)
Ketel pipa api telah dipakai sejak akhir abad delapan belas, sejak awal
perkembangan ketel uap, dalam berbagai bentuk guna memproduksi uap untuk
tujuan indsutri, ketel pipa apimasih digunakan diindustri pembangkit tenaga untuk
memproduksi uap jenuh pada batas tekanan 250 psig (sekitar 18 bar) dan
kapasitas 50.000 lbm/jam (6,3 kg/det). Walaupun ukurannya telah berkembang
semakin besar, namun rancangannya tidak terlalu berubah dalam 50 tahun
terakhir. Ketel pipa api merupakan bentuk khusus dari perkembangan ketel jenis
selongsong. Gas panas, bukannnya uap dialirkan melalui buluh-buluh (pipa-pipa).
Kenaikan panas ketel pipa api lebih efisien dari pada ketel selongsong dan dapat
mencapai efisiensi 70%.
Boiler pipa api merupakan pengembangan dari ketel lorong api
denganmenambah pemasangan pipa–pipa api, dimana gas panas hasil
pembakaran dariruang bakar mengalir didalamnya, sehingga akan memanasi
dan menguapkan airyang berada di sekeliling pipa –pipa api tersebut. Pipa-
pipa api berada atauterendam didalam air yang akan diuapkan. Volume air kira
–kira ¾ dari tangki ketel.Jumlah pas dari boiler tergantung dari jumlah laluan
vertikal daripembakaran diantara furnace dan pipa –pipa api. Laluan gas
pembakaran padafurnace dihitung sebagai pass pertama boiler jenis ini banyak
dipakai untukindustri pengolahan mulai skala kecil sampai skala menengah.
Keuntungan boiler pipa api, yaitu:
a. Tidak membutuhkan air isian boiler dengan kualitas yang tinggi.
b. Konstruksi sederhana sehingga perawatan lebih mudah.
c. Endapan lumpur lebih mudah dibersihkan.
Kelemahan boiler pipa api, yaitu:
7

a. Pemanasan awal membutuhkan waktu lama.


b. Tekanan uap yang dihasilkan rendah.
c. Kapasitas uap yang dihasilkan kecil.

Gambar 2. 1 Cara Kerja Fire Tube Boiler


2. Ketel pipa air (Water Tube Boiler)
Pada awal perkembangan pembangkit uap modern, ketel pipa air
dikembangkan oleh George Babcock dan Stephen Wicox pada tahun 1869. Sejak
awal abad dua puluh, dengan perkembanganya turbin uap yang memerlukan uap
tekanan dan aliran tinggi, perkembangan ketel pipa air secara komersial menjadi
semakin pesat. Dengan tekanan dan kapasitas uap yang lebih besar, ketel pipa air
memerlukan diameter selongsong yang besar. Dengan diameter yang besar ini,
selongsong haris beroperasi dibawah tekanan dan temperatur yang sangat tinggi
sehingga harus tebal.
Ketel pipa api meletakkan dalam pipa-pipa dan diameter drum yang relatif
kecil tidak mampu menahan tekanan yang snagt tinggi seperti pada pembangkit
uap modern. Secara umum ketel pipa air, dalam awal, tampak seperti ketel pipa
api, kecuali bahwa uap dan air tekanan tinggi terletak didalam pipa-pipa dan gas
pembakaran terletak diluar.
Air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk kedalam drum. Air
yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakaran membentuk steam pada daerah
uap dalam drum. Ketel ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat
tinggi seperti pada kasus ketel untuk pembangkit tenaga listrik.Untuk ketel pipa
8

air yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.
Karakteristik ketel pipa air sebagai berikut:
a. Force, induce dan balance draft membantu untuk meningkatkan
effisiensi.
b. Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari pengolahan air.
c. Memungkinkan untuk tingkat effisiensi panas yang lebih tinggi.

Gambar 2. 2 Cara Kerja Water Tube Boiler


2.3.2 Komponen-Komponen Pada Boiler
Komponen boiler dapat bervariasi, tetapi komponen yang paling umum termasuk
firebox, burnes, drums, economizer, system distribusi uap, dan system air umpan
boiler.
1. Steam drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat
terbentuknya uap. Drum ini menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air
dengan perbandingan 50% air dan 50% uap. Untuk menghindari agar air tidak
terbawa oleh uap, maka di pasangi sekaat-sekat, air yang memiliki suhu rendah
akan turun ke bawah dan ir yang bersuhu tinggi akan naik ke atas dan kemudian
menguap.
9

Gambar 2. 3 Steam Drum


Sumber: PT. Mora Niaga Jaya

2. Tungku pengapian (Furnace)


Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang akan
menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh air dilakukan oleh pipa yang
dialiri oleh air, pipa tersebut menempel pada dinding tungku pembakaran.
Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang pertama dan
ruang kedua. Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi pemanasan langsung
dari sumber panas yang diterima oleh tube (pipa), sedangkan pada ruang kedua
yang terdapat pada bagian atas, panas yang diterima berasal dari udara panas hasil
pembakaran dari ruang pertama. Jadi, fungsi dari ruang pemanas kedua ini yakni
untuk menyerap panas yang terbuang dari ruang pemanasan pertama, agar energi
panas yang terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk mengontrol
panas fluida yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak mengalami
penurunan panas secara berlebihan (Aidil, 2017).

Gambar 2. 4 Furnace
Sumber: PT. Mora Niaga Jaya
10

3. Burner
Burner adalah alat yang berfungsi untuk membakar pipa air didalam proper.
Pada bagian burner ini terdiri atas satu buah nozzle dan dua buah batang elektroda
yang berfungsi untuk pengapian.
4. Economizer
Gas buang yang dikeluarkan oleh boiler merupakan gas yang memiliki
temperature tinggi sehingga dapat digunakan untuk memanaskan water supply,
oleh sebab itu terpasanglah komponen yang dinamakan economizer,
economizeradalah komponen boiler yang yang berfungsi untuk memanaskan
water supply sebelum masuk kedalam boiler dengan memanfaatkan kalor yang
berasal dari gas buang.
5. Superheater
Merupakan tempat pengiriman steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam
drum masih dalam keadaan basahsehingga belum dapat digunakan. Proses
pemanasan lanjutan menggunakan superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu
260oC sampai 350oC. Dengan suhu tersebut, uap akan kembali kering dan dapat
digunakan untuk menggerakkan turbin maupun untuk keperluan peralatan lain.
6. Chimney (Cerobong)
Chimney atau cerobong pada boiler biasa digunakan untuk mengalirkan gas
asap keluar dari ketel uap dengan kecepatan tertentu, dan selain itu digunakan
untuk mengatasi getaran-getaran yang terjadi terhadap aliran gas asap, bahan
bakar atau pembakaran kompor burner, hingga keluar melalui cerobong.

Gambar 2. 5 Chimney

Sumber: PT. Mora Niaga Jaya


11

2.3.3 Alat Pengaman Boiler


Alat pengaman boiler atau apendages adalah peralatan ketel yang digunakan
untuk menjamin keselamatan ketel uap pada waktu beroperasi. Apendages ketel
uap sudah ditetapkan oleh undang-undang keslematan kerja dimana berbagai
Apendages yang bersinggungan dengan uap tidak boleh menggunakan bahan dari
besi tuang karena terlalu rapuh. Adapun alat pengaman ketel meliputi:
1. Katup pengaman (Safety Valve)
Katup pengaman berfungsi mengamankan ketel dari kelebihan tekanan
maksimum yang ditentukan, katup pengaman ini pada suatu ketel dipasang lebih
dari satu. Menurut ketentuan, suatu ketel uap sekurang-kurangnya dilengkapi
dengan 2 katup pengaman. Katup pengaman ini dipasang dibagian atas drum ketel
(upper drum) dan pada superheater.
2. Gelas Penduga
Gelas penduga berfungsi untuk mengetahui batas permukaan air didalam ketel.
Didalam undang-undang atau peraturan-peraturan uap menyebutkan bahwa ketel
uap sekurang-kurangnya dipasang 2 buah gelas penduga. Gelas penduga harus
dipasang sesuai, sehingga pembacaan paling bawahnya harus menunjukkan
ketinggian air 50 mm diatas titik dimana pemanasan lanjut akan terjadi.
3. Manometer (Pressure Gauge)
Manometer berfungsi untuk mengetahui/mengukur tekanan uap dari drum ataupun
pada superheater. Manometer yang digunakan umumnya adalah jenis Bourdon
Tube yang dilengkapi dengan shipon tube tipe ring untuk mengkondensasikan uap
sehingga mekanisme dial pada pressure gauge dapat terlindungi dari temperatur
yang tinggi.
4. Katup Pembuang Blowdown
Alat mengeluarkan air atau kotoran, berupa endapan lumpur yang ada didasar
ketel uap. Serta berguna pula untuk mengeluarkan atau mengosongkan seluruh
air, bila ketel uap dibersihkan.
5. Katup Induk
Katup induk berfungsi untuk mengatur bukaan pada saat uap dari ketel akan
dialirkan ke steam distributor header (proses/plant).
12

6. Katup Pengisi Ketel


Katup pengisi ketel berfungsi untuk mengatur level air didalam ketel. Dalam
beberapa aplikasi, katup ini dirangkai dengan check valve untuk mencegah aliran
balik. Katup ini dipasang diantara boiler dan pompa pengumpan air ketel.

2.4 Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit


Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman budidaya penghasil minyak nabati
berupa Crude Palm Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan di
Indonesia terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Selain
menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), dalam proses pengolahan kelapa sawit
selain menghasilkan CPO juga menghasilkan limbah sangat banyak.
Diketahui untuk 1 ton kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah berupa
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebanyak 23% atau 230 kg, limbah cangkang
(Shell) sebanyak 6,5% atau 65 kg, wet decanter solid (lumpur sawit) 4 %
atau 40 kg, serabut (fibre) 13% atau 130 kg serta limbah cair sebanyak 50%
(Mandiri, 2012).
Limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat
yang dihasilkan dalam jumlah cukup besar yaitu sekitar 126.317,54 ton/tahun
(Mandiri, 2012), namun pemanfaatannya masih terbatas, sementara ini hanya
dibakar dan sebagian dihamparkan pada lahan kosong sebagai mulsa/pupuk, di
kawasan sekitar pabrik. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
memiliki potensi besar untuk dijadikan bahan bakar nabati (BBN), bisa menjadi
bioetanol dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomasa (PLT
Biomassa) (Permata, 2005)
Tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif.
Karbon/arang aktif adalah arang yang diaktifkan dengan cara perendaman
dalam bahan kimia atau dengan cara mengalirkan uap panas ke dalam bahan,
sehingga pori – pori bahan menjadi lebih terbuka dengan luas permukaan
berkisar antara 300 hingga 2000 m2/g (Rahmawati, 2006). Arang aktif banyak
digunakan sebagai adsorben, pemurnian gas, penjernihan air dan sebagainya.
Arang aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung arang, baik arang
organik maupun anorganik dengan syarat bahan tersebut mempunyai struktur
13

berpori (Mulia, 2007). Senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan
pengaktifan antara lain H 2O, KCL, NaCl, ZnCl2, CaCl2, MgCl2, H3PO4,Na2CO3
dan garam mineral lainnya (Lestari, 2012).
Mengingat semakin meningkatnya kebutuhan listrik maka semakin
meningkat pula kebutuhan bahan bakar untuk mengoperasikan pusat listrik
tenaga uap. Batubara yang digunakan untuk bahan bakar pusat listrik tenaga
uap, namun batubara sekarang dinilai masih efektif untuk bahan bakar pusat listrik
tenaga uap (PLTU) karena batubara memiliki nilai kalori yang cukup baik untuk
memanaskan boiler, dan jika melihat kondisi pertanian dan perkebunan saat ini
dimana kelapa sawit merupakan salah satu pilihan terbanyak yang digunakan
petani dan perusahaan perkebuhan di Indonesia, hasil dari pengolahan kelapa
sawit terdapat limbah, limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa
sawit menjadi minyak adalah limbah cair dan padat. Syarifuddin dan
Hanesya (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa limbah padat terdiri
dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS), serabut (fibre) kelapa sawit yaitu
ampas dari buah kelapa sawit. Serabut (fibre) tersebut digunakan sebagai
bahan bakar pada boiler untuk merebus dengan cara menguapkan kelapa
sawit sebelum mencapai proses pengolahan.

2.5 Bahan Bakar Boiler.


Agar kualitas uap yang dihailkan dari ketel uap sesuai dengan yang diinginkan
atau dibutuhkan maka dibutuhkan sejumlah panas untuk menguapkan air tersebut,
dimana panas tersebut diperoleh dari pembakaran bahan bakar diruang bakar
ketel. Untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna didalam ketel maka
diperlukan beberapa syarat, yaitu:
1. Perbandingan pemakaian bahan bakar harus sesuai (cangkang dan serat).
2. Udara yang dipakai harus mencukupi.
3. Waktu yang diperlukan untuk proses pembakaran harus cukup.
4. Panas yang cukup untuk memulai pembakaran.
5. Kerapatan yang cukup untuk merambatkan nyala api.
6. Dalam hal ini bahan bakar yang digunakan adalah cangkang dan serat.
14

2.5.1 Cangkang (shell)


Pada bahan bakar cangkang ini terdapat berbagai unsur kimia antara lain: Carbon
(C), Hidrogen(H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), dan Abu. Dimana unsur kimia
yang terkandung pada cangkang mempunyai persentase (%) yang berbeda
jumlahnya, bahan bakar cangkang ini setelah mengalami proses pembakaran akan
berubah menjadi arang. Kemudian arang tersebut dengan adanya udara pada dapur
akan terbang sebagai ukuran partikel kecil yang dinamakan partikel pijar. Apabila
pemakaian cangkang ini terlalu banyak dari serat akan menghambat proses
pembakaran akibat penumpukan arang dan nyala api yang kurang sempurna, dan
jika cangkang digunakan sedikit, panas yang dihasilkan akan rendah, karena
cangkang apabila dibakar akan mengeluarkan panas yang besar.
Cangkang (shell) merupakan limbah yang dihasilkan dari proses
pemerosesan kernel inti sawit dengan bentuk seperti tempurung kelapa namun
berbentuk kecil. Setiap 1 ton TBS menghasilkan 50 kg atau 5% dari hasil
pengolahan perton dan cangkang mempunyai nilai kalor 3500 kkal/kg-4100
kkal/kg. (Angky puspawan, 2016)

Gambar 2. 6 Shell(Cangkang)
Sumber: PT. Mora Niaga Jaya

2.5.2 Serat (Fibre)


Serat atau fibre adalah bahan bakar padat yang berbentuk seperti rambut, apabila
telah mengalami proses pengolahan berwarna coklat muda, serabut ini terdapat
dibagian kedua dari buah kelapa sawit setelah kulit buah kelapa sawit, didalam
serabut dan daging buah sawitlah minyak CPO terkandung. Setiap pengolahan 1
15

ton TBS menghasilkan 120 kg atau 12% dari hasil pengolahan per ton. Serat
(fibre) dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk boiler dan mempunyai nilai
kalor sekitar 2637 kkal/kg – 3998 kkal/kg. (Angky Puspawan, 2016)
Panas yang dihasilkan fibre jumlahnya lebih kecil dari yang dihasilkan
oleh cangkang. Oleh karena itu perbandingan lebih besar fibre dari pada
cangkang. Disamping fibre lebih cepat habis menjadi abu apabila dibakar,
pemakaian fibre yang berlebihan akan berdampak buruk pada proses
pembakaran karena dapat menghambat proses perambatan pada pipa water wall,
akibat abu hasil pembakaran beterbangan dalam ruang dapur dan menutupi pipa
water wall, disamping mempersulit pembuangan dari pintu ekspansion door
(pintu keluar untuk abu dan arang) akibat terjadinya penumpukan yang
berlebihan.

Gambar 2. 7 Fibre (Serat)


Sumber: PT. Mora Niaga Jaya

2.6 Komposisi Cangkang dan Fibre Kelapa sawit


Komposisi dari unsur-unsur kimia yang terdapat dalam bahan bakar fibre dan
cangkang kelapa saawit terdiri diri dari karbon (C), hidrogen (H), Nitrogen (N),
Oksigen (O), belerang (S), dan air (H2O), dan abu (ash). Komposisi dari unsur-
unsur kimia bahan bakar fibre dan cangkang dapat dilihat pada Tabel 2.5.1
16

Tabel 2. 1 Komposisi cangkang dan fibre kelapa sawit.

Nama unsur Fibre(%) Cangkang (%)


Air (H2O) 32,930 14,675
Carbon (C 42,6 51,24
Hidrogen (H2) 1,72 3,36
Nitrogen (N2) 2,45 1,65
Oksigen (O2) 18,9 28,575
0,2 0
Sulfur (S)
Abu (Ash) 1,2 0,5
Sumber: PT. Mora Niaga Jaya
2.7 Proses Pembentukan Steam
Penguapan adalah proses terjadinya perubahan fasa dari cairan menjadi uap.
Apabila panas diberikan pada air, maka suhu air akan naik. Naiknya suhu air akan
meningkatkan kecepatan gerak molekul air. Jika panas terus bertambah secara
perlahan-lahan, maka kecepataan gerak air akan semakin meningkat pula, hingga
sampai pada suatu titik dimana molekul-molekul air akan mampu melepaskan diri
dari lingkungannya (100o) pada tekanan 1[kg/cm2], maka air secara berangsur-
angsur akan berubah fasa menjadi uap dan hal inilah yang disebut sebagai
penguapan.
Sebagai fluida kerja di ketel uap, umumnya digunakan air (H 2O) karena
bersifat ekonomis, mudah diperoleh, tersedia dalam jumlah banyak, serta
mempunyai kandungan entalphi yang cukup tinggi dibandingkan dengan fluida
kerja yang lain. Air panas atau steam yang bertekanan kemudian
dimanfaatkansebagai bahan bakar atau heater ke proses selanjutnya. Air yang
dipanaskan hingga berubah fase menjadi steam, memiliki volume yang lebih besar
berkisar 1.600 kali dari volume asal. Boiler berperan sebagai pengkonversi energi
kimia yang terkandung didalam bahan bakar yang kemudian mengubahnya
menjadi energi panas, dan selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar atau
pemanas. (Archie, 1996)
Air yang digunakan sebagai bahan baku steam disebut dengan air umpan,
yang biasanya berasal dari dua sumber, yaitu kondensat atau steam itu sendiri
17

yang mengalami kondensasi. Syarat utama yang diperhatikan sebagai steam yaitu,
air yang digunakan harus bersih dan terbebas dari logam. Air yang sudah diolah
dan ditransfer ke deaerator dengan bantuan pompa. Didalam daerator air
kemudian dipanaskan kembali dengan bantuan uap sisa yang diperoleh dari hasil
pemutaran turbin.

2.8 Siklus Air Pada Ketel Uap.


Siklus air merupakan suatu mata rantai rangkaian siklus fluida kerja. Ketel uap
mendapat pasokan air dan menghasilkan uap untuk dialirkan ke turbin. Air
sebagai fluida kerja diisikan ke ketel uap menggunakan pompa air pengisi dengan
melalui economizer dan ditampung didalam steam drum.
Economizer adalah alat yang merupakan pemanas air terakhir sebelum
masuk ke drum. Di dalam economizer air menyerap panas gas buang yang keluar
dari superheated sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong. Peralatan yang
dilalui dalam siklus air adalah drum boiler, down comer, header bawah(bottom
header), dan riser. Siklus air di steam drum adalah, air dari drum turun melalui
pipa-pipa down comer ke header bawah (bottom header). Dari header bawah air
didistribusikan ke pipa-pipa pemanas (riser) yang tersusun membenuk dinding
ruang bakar boler. Didalam riser air mengalami pemanasan dan naik ke drum
kembali akibat perbedaan temperatur.
Perpindahan panas dari api (flue gas) ke air di dalam pipa-pipa boiler
terjadi secara radiasi, konveksi, dan konduksi. Akibat pemanas selain
temperaturnaik sehingga mendidih juga terjadi sirkulasi air secara alami, yakni
dari drum turun melalui down comer ke header bawah dan naik kembali ke drum
melalui pipa-pipa riser. Adanya sirkulasi ini sangat diperlukan agar terjadi
pendinginan terhadap piap-pipa pemanas dan mempercepat proses perpindahan
panas. Kecepatan sirkulasi akan berpengaruh terhadap produksi uap dan
kenaikkan tekanan sert temperaturnya.

2.9 Perpindahan Panas


18

Panas atau alih bahan (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan
energi yang terjadi karena adanya perbedaan temperature anatara dua material
atau fluida yang berbeda. Karena sifat dasar panas adalah energi panas akan
berpindah tempat yang mempunyai temperature tinggi menuju ke temperature
yang rendah. Kualitas atau jumlah perpindahan panasnya berbanding lurus dengan
perbedaan temperature.
Ada tiga macam perpindahan panas yang mendasar yaitu perpindahan
panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi atau pancaran.

2.9.1 Perpindahan secara konveksi


Secara konveksi (mengalir) adalah cara perpindahan panas, dimana panas ikut
berpindah bersama dengan fluida (udara, air) yang membawanya. Panas akan
mengalir secara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida yang
berbatasan, panas yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu
partikel-partikel fluida ini, kemudian partikel fluida tersebut akan bergerak ke
suhu yang lebih rendah dimana fluida akan bercampur dengan partikel-partikel
fluida lainnya. Perpindahan panas secara konveksi dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
a. Konveksi alami, panas mengalir secara alami, misalnya karena perbedaan
kepadatan (densitas). Bejana yang berisi fluida, apabila bagian bawahnya
dipanaskan maka fluida yang berkurang kepadatannya bergerak naik dan fluida
yang lebih tinggi kepadatannya akan bergerak turun.
b. Konveksi paksa, panas mengalir karena paksaan, seperti pompa, blower,
radiator dll.

2.9.2 Perpindahan panas secara konduksi


Secara konduksi (merambat) adalah cara perpindahan panas dari benda yang
memiliki temperature tinggi menuju temperature rendah, tanpa tergantung dari
gerakan benda tersebut. Pada umumnya terjadi pada benda padat.

2.9.3 Perpindahan panas secara radiasi


19

Secara radiasi (memancar) ialah perpindahan panas tanpa perantara, dimana panas
mengalir dari temperature tinggi ke temperature rendah bila benda tersebut
terpisah didalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara benda-benda
tersebut, maka panas yang dimiliki berubah menjadi gelombang elektromagnetik.

2.10 Nilai Kalor (Heating Value)


Nilai Kalor merupakan jumlah energi kalor yang dilepaskan bahan bakar pada
waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan bakar tersebut.
Bahan bakar adalah zat kimia apabila direaksikan dengan Oksigen (O2) akan
menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat berwujud gas, cair, maupun
padat. Selain itu bahan bakar merupakan suatu senyawa yang tersusun atas
beberapa unsur seperti Carbon (C), Hidrogen (H), Belerang (S), dan Nitrogen(N).
Kualitas bahan bakar ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk
menghasilkan energi. Nilai bahan bakar ditentukan oleh komposisi kandungan
unsur didalam bahan bakar. Ada dua jenis penentuan nilai kalor pada bahan bakar,
yaitu:
a. Nilai Kalor Pembakaran Tinggi (High Heating value)
Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah High Heating
Value (HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan air dari proses
pembakaran ikut diperhitungkan sebagai panas dari proses pembakaran. Nilai
pembakaran tertinggi adalah banyaknya energi panasyang dihasilkan pada proses
pembakaran sempurna, dimana setelah proses pembakaran berlangsung maka air
yang terkandung pada hasil pembakaran adalah berbentuk uap setelah dicairkan
terlebih dahulu (Ponten, 2016).
Rumus untuk menghitung nilai pembakaran tinggi atau High Heating
Value (HHV) menggunakan rumus yaitu:

HHV =33950C +144200 H 2 ( O2


8 )
+ 9400 S kJ /kg.

b. Nilai Kalor Pembakaran Rendah (Low Heating Value)


Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenaal dengan istilah Low Heating
Value(LHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan uap air dari
hasil pembakaran tidak ikut dihitung sebagai panas dari proses pembakaran. Nilai
20

pembakaran rendah adalah banyaknya energi panas yang dihasilkan pada proses
pembakaran sempurna, dimana sesudah proses pembakaran berlangsung maka
yang tergantung hasil pembakaaran tidak dicairkan dahulu sehingga panas
pengembunanya tidak diperhitungkan. (Ponten, 2016)
Rumus untuk menghitung nilai pembakaran rendah atau Low Heating
Value (LHV)
LHV =HHV −2400 ( M + 9 H 2 ) kJ /kg .
21

2.11 KAJIAN YANG RELEVAN


KAJIAN RELEVAN I
Judul PEMANFAATAN CANGKANG DAN SERAT KELAPA
SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER
Tahun 2020
Penulis Oksya Hikmawan, Marisa Naufa, dan Lia Hartati
Simarmata.
Hasil Telah dilakukan penelitian pemanfaatan cangkang dan serat
kelapa sawit sebagai bahan bakar boiler. Penelitian ini
langsung dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit. Boiler yang
digunakan adalah jenis water tube boiler dengan kapasitas
uap 20 ton/jam dan tekanan kerja maksimal 19 kg/cm2.
Perbandingan bahan bakar cangkang dan serat kelapa sawit
yang digunakan adalah 1 : 3 yaitu 25% cangkang dan 75%
serat. Berdasarkan diagram Material Balance di Pabrik,
jumlah bahan bakar yang tersedia adalah 1800 kg/jam
cangkang dan 3760 kg/jam serat, sedangkan dari hasil
perhitungan adalah jumlah bahan bakar rata-rata yang
dibutuhkan 301,36 kg/jam cangkang dan 904,09 kg/jam
serat. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan cangkang dan
serat sebagai bahan bakar boiler selalu terpenuhi. Dari
perhitungan didapatkan nilai kalor bawah yaitu Lower
Heating Value (LHV) sebesar 13734,7 kkal/kg, nilai kalor
atas yaitu Higher Heating Value (HHV) sebesar 15278,6
kkal/kg, Efisiensi boiler secara teori dan secara perhitungan
sama nilai rata-ratanya yaitu 75%.
22

KAJIAN RELEVAN II

Judul ANALISI PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKAR


KETEL UAP BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN
SERABUT DENGAN KAPASITAS 20 TON UAP/JAM
Tahun 2021
Penulis B. Pakpahan, C. Silalahi, D. Gultom, E. Sihombing, J.
Simanjuntak, L. Munthe, P. Panjaitan, R. Lubis.
Hasil Ketel uap yang digunakan dalam proses produksi pada pabrik
kelapa sawit Pagar Merbau adalah jenis ketel pipa air merek
TAKUMA N-600 SA kapasitas 20 ton/jam dan tekanan 20 bar.
Dari hasil spesifikasi, ketel uap pada pabrik kelapa sawit Pagar
Merbau mampu memproduksi uap 18000 kg/jam pada tekanan
20 bar. Untuk mendapatkan hasil yang efisien sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan maka dibutuhkan bahan bakar
cangkang dan serabut sebanyak 5351,47 kg/jam, dan jumlah
massa udara untuk 1 kg serabut dan cangkang kelapa sawit
adalah 7989 kg udara/jambahan bahan bakar, serta nilai kalor
dari bahan bakar cangkang dan serabut adalah sebesar 14857,43
kJ/kg, dengan besar efisiensi termal ketel uap yang diperoleh
adalah 64%. Pada perbandingan bahan bakar 1 (cangkang):3
(serabut). Sedangkan pada perbandingan bahan bakar 3
(cangkang):1 (serabut) dibutuhkan bahan bakar cangkang dan
serabut sebanyak 4469,52 kg/jam, dan jumlah massa udara untuk
1 kg serabut dan cangkang kelapa sawit adalah 9534 kg udara/
kg bahan bakar, serta nilai kalor dari bahan bakar cangkang dan
serabut adalah sebesar 17747,70 kJ/kg, dengan besar efisiensi
termal ketel uap yang diperoleh adalah 64%.
23

2.12 Kerangka Konseptual

Permasalahan: Menyebabkan:

Pabrik tidak mengetahui berapa Tidak terkontrolnya


perbandingan bahan bakar antara penggunaan bahan bakar
cangkang dan serat yang cangkang dan serat yang
digunakan pada Boiler. tersedia

Solusi:

Dilakukan perhitungan nilai kalor dengan menggunakan variasi komposisi


cangkang dan serat .

Metode: Hasil:

Perhitungan nilai kalor HHV dan LHV 1. Diperoleh hasil nilai kalor
dari variasi komposisi cangkang dan HHV dan LHV dari setiap
serat. variasi komposisi bahan
bakar.
2. Diperoleh campuran
bahan bakar yang efisien
digunakan pada boiler.
3. Diketahui faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai
kalor pembakaran
cangkang dan serat.

Gambar 2. 8Kerangka Konseptual


BAB III
METODE PENELITIAN
1.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Mora Niaga Jaya yang terletak di Desa
Kebun Gedong Biara, Kecamatan Seruwey, Kab. Aceh Tamiang, Provinsi
Aceh.

3.1.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama praktik kerja industri mulai pada tanggal
12 Mei 2022 sampai 12 Desember 2022.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Feed Water Pump (pompa air umpan).
Pompa ini berfungsi untuk mensuplai atau mengalirkan air umpan boiler
dari deaerator ke dalam upper drum.
2. Ruang bakar
Ruang bakar berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar (cangkang
dan serat) untuk memanaskan dan menguapkan air yang mengalir didalam
pipa-pipa.
3. Boiler Drum
Boiler drum ada dua yaitu drum atas (upper drum) dan drum bawah (lower
drum). Fungsi dari masing-masing drum:
 Upper drum : menampung air umpan sebelum dipanaskan di pipa
pendidih, menampung dan mengalirkan uap basah (satured steam)
yang telah terpisah dengan air ke superhetaer serta mengalirkan dan
mendistribusikan air umpan ke header dan lower drum.
 Lower drum : menampung dan mendistribusikan air ke pipa pendidih
dan header-header anatar drum atas dan drum bawah pada drum ini
dilakukan drain kotoran atau blowdown.

24
25

4. Header air umpan.


Header berfungsi sebagai tempat menampung air umpan dan
mendistribusikan air tersebut ke pipa-pipa pendidih untuk dipanaskan
menjadi uap. Header merupakan bejana baja berbentuk silinder yang
dipasang disekeliling dapur pembakaran pada bagian bottom atau dasar
sisi-sisi dinding boiler.
5. Generating pipe
Fungsi dari pipa ini adalah untuk mengalirkan air umpan iboiler dari
upper drum ke lower drum.
6. Fan atau boiler
Ada tiga jenis fan yang digunakan dan masing-masing dilengkapi dengan
damper yang dikontrol secara manual atau otomati. Damper ini untuk
mengatur jumlah udara yang mengalir ke ruang bakar. Jenis-jenis fan
tersebut yaitu:
 Induced draft fan (IDF)
Berfungsi untuk membantu isapan gas hasil pembakaran agar dapat
lancar terbuang lewat cerobong.
 Forced Draft Fan (FDF)
Berfungsi untuk membantu isapan memasukkan udara pembakaran
kedalam ruang bakar dan sekaligus mengatur agar pembakaran
berjalan sempurna.
 Secondary Forced Draft Fan
Berfungsi untuk menambah kebutuhan oksigen pada proses
pembakaran dan untuk mengatur jatuhan bahan bakar yang
dimasukkan dari fuel distributing conveyor.
7. Superheater
Fungsinya untuk menaikkan temperature uap jenuh sampai menjadi uap
kering.
8. Dust Collector
Fungsinya untuk mengatur pengeluaran abu yang terbawa gas agar tidak
terbuang langsung lewat cerobong.
26

9. Cerobong Asap (Chimney)


Fungsinya untuk membuang gas sisa pembakaran ke udara luar agar tidak
menimbulkan polusi udara.
10. Fuel Feeder
Fungsinya untuk mengatur pemasukkan bahan bakar kedalam ruang bakar
boiler.
11. Ash hopper
Ash hopper merupakan unit penampung abu yang terikut dalam udara
panas hasil pembakaran. Didalam ash hopper terdapat multicyclone yang
berfungsi menangkap abu sehingga sehingga jatuh kebawah dan tidak
terikut dalam udara.
12. Shoot Blower
Berfungsi untuk membersihkan jelaga yang menempel pada pipa-pipa
13. Blowdown Valve
Berfungsi untuk mengeluarkan air dari dalam upper drum untuk menjaga
kandungan total disolved solid.
3.2.2 Bahan
1. Cangkang (shell)
2. Serat (fibre)
3. Air
3.3 Variabel yang diambil
Pada pengujian cangkang dan fibre ini diambil variabel variasi komposisi bahan
bakar yaitu komposisi 1 dengan 100% fibre, komposisi 2 dengan 75% fibre dan
25% cangkang, komposisi 3 dengan 50% fibre dan 50% cangkang, komposisi 4
25% fibre dan 75% cangkang dan komposisi 5 dengan 100% cangkang. Variabel
pengujian ini akan digunakan untuk mencari nilai kalor bahan bakar yaitu High
Heating Value (HHV) dan Low Heating Value (LHV).
3.4 Metodelogi Penelitian
a. Metode Pengumpulan Data
1. Studi literatur, studi literatur dilakukan untuk memilih materi-materi
pendukung yang sesuai dengan permasalahan dan analisa nilai kalor pada
27

bahan bakar boiler yaitu cangkang dan fibre sesuai dengan boiler yang
dipakai pada perusahaan yang diteliti.
2. Survey lapangan, survey lapangan pada perusahaan dilakukan untuk
mengambil sampel cangkang dan fibre untuk proses uji laboratorium serta
mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mencari nilai kalor tersebut
dengan acuan yang ada dibuku dan literatur
b. Metode kerja lapangan
1. Melakukan pengamatan langsung ke lapangan dan orientasi pabrik, guna
memperoleh hubungan yang baik melalui informasi yang dibutuhkan dan
data-data yang diperlukan seehubungan dengan permasalahan.
2. Mempelajari mengenai gambaran umum tentang boiler dengan
memahami beberapa hal yaitu: tekanan, temperature, dan kapasitas..
3.5 Analisa Data
1. Menghitung material balance bahan bakar Boiler
2. Analisa kandungan cangkang dan fibre ( kandungan air, minyak, NOS)
dengan menggunakan metode ekstraksi.
3. Mengetahui kandungan dari unsur-unsur kimia yang terdapat dalam bahan
bakar cangkang dan fibre kelapa sawit yang terdiri dari H2O, C, H2, O2, N2, S
dan Abu.
4. Menghitung komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
C= (Komposisi1 x C1) + (Komposisi2 x C2)
Keterangan:
C = unsur kimia bahan bakar
Komposisi 1 = fibre 100%
2 = fibre 75% dan cangkang 25%
3 = fibre 50% dan cangkang 50%
4 = fibre 25% dan cangkang 75%
5 = cangkang 100%
5. Menghitung Nilai Panas Bahan Bakar
a. Higher Heating Value
28

HHV =33950C +144200 H 2− ( O2


8 )
+ 9400 S kJ /kg .

Dimana: HHV = Nilai pembakaran tinggi (Kkal/kg)


C = Carbon (% berat)
H2 = Hidrogen (% berat)
O2 = Oksigen (% berat)
S = Sulfur (% berat)
b. Lower Heating Value
LHV =HHV −2400 ( M + 9 H 2 ) kJ /kg .
Dimana: LHV = Nilai Pembakaran Rendah
H2 = Hidrogen
M = Air (Moisture)
6. Setelah didapatkan nilai kalor dari setiap variasi campuran cangkang dan
serat maka ditentukan campuran bahan bakar yang paling baik digunakan
pada boiler.
29

3.6 Diagram Alir

Mulai

Pengenalan Pabrik

Observai Lapangan

Mengumpulkan data di unit Boiler

Mengamati jumlah pemakaian fibre dan


cangkang pada unit boiler sebagai bahan
bakar boiler

Menghitung nilai kalor fibre dan


cangkang

Analisa data

Kesimpulan

Selesai
30

BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Data Pengmatan


Boiler yang digunakan pada PT. Mora Niaga Jaya adalah ketel uap jenis
pipa air dengan spesifikasi sebagai berikut:
Nama Peralatan : Ketel uap
Merek : Takuma Water Tube Boiler
Tipe : N-900R
Serial : 1256
Year built : 2007
Tekanan uap normal : 24 kg/cm2
Tekanan kerja : 20 kg/cm2
Kapasitas uap maksimal : 30.000 kg/jam
Temperatur steam : 2600C
Temperatur feed water : 800C
Tabel 4.1 Komposisi bahan bakar

Unsur Cangkang (%) Fibre(%)


Carbon 51,24 42,6
Hidrogen 3.36 1,72
Sulfur 0 0,2
Oksigen 28,575 18,9
Nitrogen 1,65 2,45
Abu 0,5 1,2
Air 14,675 32,930
Jumlah 100,00 100,00
Sumber. PT. Mora Niaga Jaya
31

Tabel 4. 1 Analisa Komposisi Bahan

Bahan Kandungan Air (%) Minyak (%) NOS (%)


Serat 32,390 3,7396 63,329
Cangkang 14,675 0,9795 84,3447
Sumber. PT. Mora Niaga Jaya

4.2 Analisa Data


1. Menghitung material balance bahan bakar Boiler.
Diketahui:
Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit = 30 ton/jam
Sesuai dengan material balance bahan bakar boiler.
 Serat 13% x 30 ton/jam = 3,9 ton/jam ≈ 3900 kg/jam
 Cangkang 6% x 30 ton/jam = 1,8 ton/jam ≈ 1800 kg/jam
2. Analisa kandungan cangkang dan fibre ( kandungan air, minyak, NOS)
dengan menggunakan metode ekstraksi.
UNTUK ANALISA KANDUNGAN FIBRE
a. Berat Cawan = 91,0759 gram
b. Fibre+cawan = 100,8816 gram
c. Berat sampel = 100,8816 gram – 91,0759 gram
= 9,8057 gram
d. Di oven selama 4 jam
e. Berat fibre+cawan (setelah dioven) = 97,6525 gram
f. Berat fibre setelah dioven = 97,6525 gram – 91,0759 gram
= 6,5766 gram
g. Penguapan = 9,8057 gram – 6,5766 gram
= 3,2291 gram
3,2291 gram
h. Kandungan air dalam fibre = x100% = 32,930%
9,8075 gram
i. Berat botol labu = 130,4846 gram
j. Setelah diekstraksi dengan n-Hexane = 130,1019 gram
k. Berat hasil = 130,4846 gram – 130,1019 gram
= 0,3667 gram
32

0,3667 gram
l. Kandungan minyak dalam fibre = x100% = 3,7396%
9,8075 gram
m. Berat fibre tanpa kandungan = 6,5766 gram – 0,3667 gram
= 6,2099 gram
6,2099 gram
n. Kandungan NOS (Non Oil Solid) = x100% = 63,329%
9,8075 gram
o. Total = 32,930% + 3,7396% + 63,329% = 99,998%

Sehingga komposisi fibre berdasarkan analisa /kg olah:

 Kandungan air = 32,930% x 3900 kg/jam = 1.284,27


 Minyak = 3,7396% x 3900 kg/jam = 145,844
 NOS = 63,329% x 3900 kg/jam = 2.469,83

UNTUK ANALISA KANDUNGAN CANGKANG

a. Berat Cawan = 61,6337 gram


b. Cangkang+cawan = 82,0416 gram
c. Berat sampel = 82,0416 gram – 61,6337 gram
= 20,4079 gram
d. Di oven selama 4 jam
e. Berat cangkang+cawan (setelah dioven) = 79,0466 gram
f. Berat cangkang setelah dioven = 79,0466 gram – 61,6337 gram
= 17,4129 gram
g. Penguapan = 20,4079 gram – 17,4129 gram
= 2,995 gram
2,995 gram
h. Kandungan air dalam cangkang = x100%
20,4079 gram
i. Berat botol labu = 94,6268 gram
j. Setelah diekstraksi dengan n-Hexane = 94,4269 gram
k. Berat hasil = 94,6268 gram – 94,4269 gram
= 0,1999 gram
0,1999 gram
l. Kandungan minyak cangkang = x100% = 0,9795%
20,4079 gram
m. Berat cangkang tanpa kandungan = 17,4129 gram – 0,1999 gram
33

= 17,213
17,213 gram
n. Kandungan Non Oil Solid = 20,4079 gram x100% = 84,3447%

o. Total = 14,679% + 0,9795% + 84,3447% = 99,999%

Sehingga komposisi cangkang berdasarkan analisa /kg olah:

 Kandungan air = 14,679% x 1800 kg/jam = 264,222


 Minyak = 0,9795% x 1800 kg/jam = 17,91
 NOS = 84,3447% x 1800 kg/jam = 1.518,204
3. Mengetahui kandungan dari unsur-unsur kimia yang terdapat dalam bahan
bakar cangkang dan fibre kelapa sawit yang terdiri dari H 2O, C, H2, O2,
N2, S dan Abu.
Unsur Cangkang (%) Fibre(%)
Carbon 51,24 42,6
Hidrogen 3,36 1,72
Sulfur 0 0,2
Oksigen 28,575 18,9
Nitrogen 1,65 2,45
Abu 0,5 1,2
Air 14,675 32,930
Jumlah 100,00 100,00

4. Menghitung komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar dengan variasi


komposisi 2 yaitu 75% fibre dan 25% cangkang dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
C= (Komposisi1 x C1) + (Komposisi2 x C2)
Sehingga:
1. H2O (Moisture) = (75 % x 32,930%) + (25% x 14,675%) = 27,96%
2. C (karbon) = (75% x 42,6%) + (25% x 51,24) = 44,76%
3. H2 (Hidrogen) = (75% x 1,72%) + (25% x 3,36) = 1,29%
4. N2 (Nitrogen) = (75% x 2,45%) + (25% x 1,65) = 2,13%
5. O2 (Oksigen) = (75% x 18,9%) + (25% x 28,575) = 21,09%
34

6. S (Sulfur) = (75% x 0,2%) + (25% x 0) = 0,15%


7. Ash (Abu) = (75% x 1,2%) + (25% x 0,5) = 1,02%
5. Menghitung Nilai Panas Bahan Bakar
Dilakukan perhitungan nilai kalor atas dengan variasi komposisi
bahan bakar 75% fibre dan 25% cangkang menggunakan rumus sebagai
berikut.
a. HHV (High Hrating Value).

HHV =33950C +144200 H 2− ( O2


8 )
+ 9400 S kJ /k g

(
HHV =33950 ( 44 , 76 % ) +144.200 1 , 29 %−
21 , 09 %
8 )+9400(0 ,15 % )kJ /kg .

HHV =15.196 , 02+ 144.200 (−0,0134 ) +14 ,1 kJ /kg .


HHV =15.196 , 02+ (−1.932, 28 ) +14 ,1 kJ /kg .
HHV =13.277 , 84 kJ /kg
b. LHV (Low Heating Value)

LHV =HHV −2400 ( M + 9 H 2 ) kJ /kg

LHV =13.277 , 80−2400 ( 27 , 96 %+ 9(1 ,29 %) ) kJ /kg

LHV =13.277 , 80−949 ,68 kJ / kg

LHV =12.328 , 12kJ /kg

Dengan perhitungan yang sama telah didapatkan nilai kalor dari setaip
variasi komposisi lainnya.

Tabel 4. 2 Tabel HHV dan LHV

Komposisi Bahan Bakar (HHV) (LHV)


100% fibre 13.558,62 kj/kg 12.407,74 kj/kg
75% fibre 25% cangkang 13.277,84 kj/Kg 12.328,12 kj/kg
50% fibre 50% cangkang 15.318,68 kj/kg 14.199,08 kj/kg
25% fibre 75% cangkang 16.205,92 kj/kg 15.107,20 kj/kg
100% cangkang 17.093,16 kj/kg 16.015,32 kj/kg

4.3 Pembahasan
35

Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk
mengubah air menjadi uap/steam. Pada PT. Mora Niaga Jaya boiler yang
digunakan adalah boiler takuma N-900R dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Kapasitas uap (Q) kg/jam : 30.000 kg/jam
b. Temperatur steam : 260oC
c. Tekanan uap : 24 kg/cm2
d. Efisiensi ketel : 80%
Pada penelitian ini menggunakan bahan bakar padat berupa cangkang dan
fibre kelapa sawit. Bahan bakaar padat pada umumnya merupakan produk
samping dari perkebunan atau limbah dari pabrik yang mengolah hasil
perkebunan seperti sawit sebagai contoh. Produk samping ini, jika tidak diolah
akan menjadi limbah biomassa yang mencemari. Syarat utama limbah biomassa
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar, harus mengandung unsur karbon (C).
Selain itu juga terdapat unsur nitrogen, hydrogen, belerang, abu, serta air.
Nilai kalor menunjukkan kalor yang berpindah bila hasil pembakaran
terjadi secara sempurna. Nilai kalor ditentukan dengan menghitung nilai kalor atas
(HHV) dan nilai kalor bawah (LHV).

Tabel 4. 4 Tabel HHV dan LHV

Komposisi Bahan Bakar (HHV) (LHV)


100% fibre 13.558,62 kj/kg 12.407,74 kj/kg
75% fibre 25% cangkang 13.277,84 kj/Kg 12.328,12 kj/kg
50% fibre 50% cangkang 15.318,68 kj/kg 14.199,08 kj/kg
25% fibre 75% cangkang 16.205,92 kj/kg 15.107,20 kj/kg
100% cangkang 17.093,16 kj/kg 16.015,32 kj/kg
Dari tabel ini dapat dilihat nilai kalor dari variasi komposisi bahan bakar
fibre dan cangkang kelapa sawit. Bahan 1 komposisi fibre 100% dengan nilai
12.407,74 kj/kg, bahan 2 komposisi fibre 75% dan cangkang 25% dengan nilai
12.328,12 kj/kg, bahan 3 komposisi fibre 50% dan cangkang 50% dengan nilai
14.199,08 kj/kg, bahan 4 komposisi fibre 25% dan cangkang 75% dengan nilai
15.107,20 kj/kg, dan bahan 5 komposisi 100% cangkang dengan nilai 16.015,32
kj/kg.
36

Dari penelitian ini didapat bahwa nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air
dan kadar abu bahan bakar fibre dan cangkang kelpaa sawit. Grafik perbandingan
kadar air dan kadar abu terhadap nilai kalor dapat dilihat pada Gambar dibawah
ini.

35
30
25
20
15 Kadar air (%)
10 Kadar abu(%)
5
0 12.407,74 kj/kg
12.328,12 kj/kg
re ng ng ng ng 14.199,08 kj/kg
fib gka gka gka gka 15.107,20 kj/kg
0% ca
n
ca
n
ca
n
ca
n
16.015,32 kj/kg
10
2 5% 5 0% 7 5% 0%
re re re 10
fib fib fib
% % %
75 50 25

Gambar 4. 1 Kadar air dan kadar abu


Dari grafik diatas diketahui bahwa nilai kalor bahan bakar tertinggi
dipengaruhi oleh nilai kadar air dan kadar abu dimana semakin rendah nilai kadar
air dan kadar abu bahan bakar akan meningkatkan nilai kalor pembakaran. Nilai
kalor pembakaran pada variasi komposisi fibre dan cangkang, nilai kalor yang
paling tinggi pada bahan 5 yaitu komposisi cangkang 100% dengan nilai kalor
16.015,32 kj/kg..
Komposisi terbaik dengan nilai kalor tertinggi adalah bahan 5 dengan
komposisi bahan bakar cangkang 100%. Hal itu dikarenakan beberapa alasan
yaitu:

1. Kadar air
Nilai kadar air dari komposisi cangkang 100% adalah nilai terendah dari
beberapa variasi komposisi lainnya, yaitu dengan nilai 14,67%. Semakin
tinggi nilai kadar air pada bahan bakar akan menyebabkan penurunan mutu
bahan bakar karena dapat menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah
kalor untuk penguapan menurunkan titik nyala, memperlambat proses
pembakaran dan menambah volume gas baung.
2. Nilai kalor
37

Nilai Kalor dari komposisi cangkang 100% adalah nilai tertinggi dari
beberapa variasi komposisi lainnya, yaitu dengan nilai 16.015,32 kj/kg. Nilai
kalor dipengaruhi oleh nilai kadar air, semakin tinggi kadar air maka semakin
rendah pula nilai kalornya.
Tetapi apabila pemakaian cangkang berlebih maka akan menghambat
proses pembakaran akibat penumpukan arang dan nyala api yang kurang
sempurna, dan jika cangkang digunakan sedikit, maka panas yang dihasilkan akan
rendah, karena cangkang apabila dibakar akan mengeluarkan panas yang tinggi.
Panas yang dihasilkan fibre jumlahnya lebih kecil dari yang dihasilkan oleh
cangkang.
Oleh krena itu perbandingan bahan bakar yang baik digunakan pada boiler
di PT. Mora Niaga Jaya adalah perbandingan lebih besar fibre dari pada cangkang
yaitu komposisi bahan 2 dengan 75% fibre dan 25% cangkang. Disamping fibre
lebih cepat habis menjadi abu apabila dibakar, pemakaian fibre yang berlebihan
akan berdampak buruk pada proses pembakarn karena dapat menghambat proses
perambatan panas pada pipa water wall, akibat abu hasil pembakaran beterbangan
dalam ruang bakar dan menutupi pipa water wall. (Oksya, 2020).
Cangkang tidak lagi dianggap sebagai limbah dari kelapa sawit, melainkan
cangkang sudah memiliki nilai jual dan dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan dengan menjual cangkang sebagai produk sampingan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Nilai kalor pembakaran dari setiap variasi campuran bahan bakar cangkang
dan fibre buah kelapa sawit adalah bahan 1 komposisi fibre 100% dengan
nilai 12.407,74 kj/kg, bahan 2 komposisi fibre 75% dan cangkang 25%
dengan nilai 12.328,12 kj/kg, bahan 3 komposisi fibre 50% dan cangkang
50% dengan nilai 14.199,08 kj/kg, bahan 4 komposisi fibre 25% dan
cangkang 75% dengan nilai 15.107,20 kj/kg, dan bahan 5 komposisi 100%
cangkang dengan nilai 16.015,32 kj/kg.
2. Perbandingan bahan bakar yang baik digunakan pada boiler di PT. Mora
Niaga Jaya adalah perbandingan lebih besar fibre dari pada cangkang yaitu
komposisi bahan 2 yaitu 75% fibre dan 25% cangkang dengan nilai kalor
12.328,12 kj/kg
3. Nilai kalor bahan bakar tertinggi dipengaruhi oleh nilai kadar air dan kadar
abu dimana semakin rendah nilai kadar air dan kadar abu bahan bakar akan
meningkatkan nilai kalor pembakaran. Nilai kalor yang paling tinggi pada
bahan 5 yaitu komposisi cangkang 100% dengan nilai kalor 16.015,32 kj/kg.

5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan studi lebih lanjut terhadap jumlah bahan bakar yang
digunakan pada boiler berdasarkan setiap variasi komposisi bahan bakar.

38
DAFTAR PUSTAKA

Adlin U.Lubis. 2008. “Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) DI Indonesia”,


Edisi 2. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Arifandy, M. I., Cynthia, E. P., Muttakin, F., & Nazaruddin, N. 2021. “Potensi
Limbah Padat Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Terbarukan Dalam
Implementasi Indonesian Sustainability Palm Oil”. SITEKIN: Jurnal
Sains, Teknologi Dan Industri, 19(1), 116-122.

Angky, P. dan N. I. Supardi, dan A. Suandi. 2016. “Analysis Of Fuel Heating


Value Of Fibers And Shell Palm oil”.

Djokosetyardjo, M. J. 1987. “Ketel Uap”. Jakarta: Pradnya Paramita.

Hikmawan, O., Naufa, M., & Simarmata, L. H. (2020). “Pemanfaatan cangkang


dan serat kelapa sawit sebagai bahan bakar boiler utilization of palm
kernel shell and fiber as boiler fuel”. J. Tek. dan Teknol, 18-26

Kunarto, S.T , M.T. 2019. “Analisa Efesiensi Boiler Pabrik Kelapa Sawit dengan
Menggunakan Bahan Bakar Fiber dan Cangkang”. Program Studi
Teknik Mesin. Teknik Mesin: Universitas Bandar Lampung.

Lestari, D., 2012. Skripsi: “Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif Dari
Ban Bekas Dengan Bahan Pengaktif NaCl Pada Temperatur
Pengaktifan 700°C dan 750°C”. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim. Malang

Mandiri.2012. “Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan”, Jakarta, hal


61

Nasikin, M., B. H. Susanto, M. A. Hirsaman, dan A. Wijanarko, 2009.


“Biogasoline from Palm Oil by Simultaneous Cracking and
Hydrogenation Reaction Over NiMo/Zeolite Catalyst”. World Applied
Sciences Journal,

Rahmawati, E. 2006.“Adsorpsi Senyawa Residu Klorin Pada Karbon Aktif


Termodifikasi Zink Klorida”. Skripsi FMIPA IPB. Bogor.

Sitompul dan Guritno. 1995. “Analisis Pertumbuhan Tanaman”. UGM Press,


Yogyakarta.

Mulia, A. 2007. “Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Dan Cangkang


Kelapa Sawit Sebagai Briket Arang”. Tesis Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatra Utara.
Naibaho, Ponten M. 2016. “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit”. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit: Medan.

Nasikin, R. F. 2016. “Analisa Pengaruh Nilai Kalor Bahan Bakar Fibre Dan
Cangkang Terhadap Efisiensi Boiler Pipa Air”. Jurnal Teknik Mesin.

Permata Indra Kusumah, 2005. “Studi Pemanfaatan Biomassa Limbah Kelapa


Sawit Sebagai Bahan Bakar PLTU”. ITS Surabaya.
39

Lampiran 1. Perhitungan Nilai Kalor

1. Menghitung komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar dengan variasi


komposisi 2 yaitu 100% fibre dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
C= (Komposisi1 x C1) + (Komposisi2 x C2)
Sehingga:
1. H2O (Moisture) = (100% x 32,930%) + (0% x 0) = 32,39%
2. C (karbon) = (100% x 42,6%) + (0% x 0) = 42,6%
3. H2 (Hidrogen) = (100% x 1,72%) + (0% x 0) = 1,72%
4. N2 (Nitrogen) = (100% x 2,45%) + (0% x 0) = 2,45%
5. O2 (Oksigen) = (100% x 18,9%) + (0% x 0) = 18,9%
6. S (Sulfur) = (100% x 0,2%) + (0% x 0) = 0,2%
7. Ash (Abu) = (100% x 1,2%) + (0% x 0) = 1,25%
Menghitung Nilai Panas Bahan Bakar
Dilakukan perhitungan nilai kalor atas dengan variasi komposisi
bahan bakar 100% fibre menggunakan rumus sebagai berikut.
a. HHV (High Hrating Value).

HHV =33950C +144200 H 2− ( O2


8 )
+ 9400 S kJ /kg .

(
HHV =33950 ( 42 ,6 % ) +144200 1 ,72 %−
18 ,9 %
8 )
+9400 (0 , 2 %)kJ /kg.

HHV =14.462, 70+144.200 (−0,0064 ) +18 , 8 kJ /kg.


HHV =14.462, 70+ (−922, 88 )+18 , 8 kJ /kg .
HHV =13.558 ,62 kJ /kg .
b. LHV (Low Heating Value)

LHV =HHV −2400 ( M + 9 H 2 ) kJ /kg

LHV =13.558 , 62−2400 ( 32 , 93 %+ 9(1 ,72 %) ) kJ /kg

LHV =13.558 , 62−1.148 , 88 kJ /kg

LHV =12.409 , 74 kJ /kg


40

2. Menghitung komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar dengan variasi


komposisi 3 yaitu 50% fibre dan 50% cangkang dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
C= (Komposisi1 x C1) + (Komposisi2 x C2)
Sehingga:
1. H2O (Moisture) = (50 % x 32,930%) + (50% x 14,675%) = 23,79%
2. C (karbon) = (50% x 42,6%) + (50% x 51,24) = 46,92%
3. H2 (Hidrogen) = (50% x 1,72%) + (50% x 3,36) = 2,54%
4. N2 (Nitrogen) = (50% x 2,45%) + (50% x 1,65) = 2,05%
5. O2 (Oksigen) = (50% x 18,9%) + (50% x 28,575) = 23,74%
6. S (Sulfur) = (50% x 0,2%) + (50% x 0) = 0,1%
7. Ash (Abu) = (50% x 1,2%) + (50% x 0,5) = 0,85%
Menghitung Nilai Panas Bahan Bakar
Dilakukan perhitungan nilai kalor atas dengan variasi komposisi
bahan bakar 50% fibre dan 50% cangkang menggunakan rumus sebagai
berikut.
a. HHV (High Hrating Value).

HHV =33950C +144200 H 2− ( O2


8 )
+ 9400 S kJ /kg .

(
HHV =33950 ( 46 , 92 % )+144200 2 ,54 %−
23 , 74 %
8 )+ 9400(0 , 1 %)kJ /kg.

HHV =15.929 ,34 +144.200 (−0,0043 ) +9 , 4 kJ / kg.


HHV =15.929 ,34 + (−620 , 06 ) +9 , 4 kJ /kg .
HHV =15.318 ,68 kJ /kg .
b. LHV (Low Heating Value)

LHV =HHV −2400 ( M + 9 H 2 ) kJ /kg

LHV =15.318 , 68−2400 ( 23 , 79 %+ 9(2 , 54 %) ) kJ /kg

LHV =15.318 , 68−1.119 ,6 J /kg

LHV =14.199 , 08 kJ /kg


41

3. Menghitung komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar dengan variasi


komposisi 4 yaitu 25% fibre dan 75% cangkang dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
C= (Komposisi1 x C1) + (Komposisi2 x C2)
Sehingga:
1. H2O (Moisture) = (25 % x 32,930%) + (75% x 14,675%) = 19,23%
2. C (karbon) = (25% x 42,6%) + (75% x 51,24) = 49,08%
3. H2 (Hidrogen) = (25% x 1,72%) + (75% x 3,36) = 2,95%
4. N2 (Nitrogen) = (25% x 2,45%) + (75% x 1,65) = 1,85%
5. O2 (Oksigen) = (25% x 18,9%) + (75% x 28,575) = 26,15%
6. S (Sulfur) = (25% x 0,2%) + (75% x 0) = 0,05%
7. Ash (Abu) = (25% x 1,2%) + (75% x 0,5) = 0,67%
Menghitung Nilai Panas Bahan Bakar
Dilakukan perhitungan nilai kalor atas dengan variasi komposisi
bahan bakar 25% fibre dan 75% cangkang menggunakan rumus sebagai
berikut.
a. HHV (High Hrating Value).

HHV =33950C +144200 H 2− ( O2


8 )
+ 9400 S kJ /kg .

(
HHV =33950 ( 49 , 08 % )+144200 2 , 95 %−
26 , 15 %
8 )+9400(0 , 05 %) kJ /kg.

HHV =16.662, 66+144. 200 (−0,0032 ) + 4 , 7 kJ /kg.


HHV =16.662, 66+ (−461 , 44 )+ 4 , 7 kJ /kg .
HHV =16.205 ,92 kJ /kg .
b. LHV (Low Heating Value)

LHV =HHV −2400 ( M + 9 H 2 ) kJ /kg

LHV =16.205 , 92−2400 ( 19 , 23 %+ 9(2 , 95 %) ) kJ /kg

LHV =16.205 , 92−1.098 , 72 J /kg

LHV =15.107 , 20 kJ /kg


42

4. Menghitung komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar dengan variasi


komposisi 4 yaitu 25% fibre dan 75% cangkang dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
C= (Komposisi1 x C1) + (Komposisi2 x C2)
Sehingga:
1. H2O (Moisture) = (0 % x 32,930%) + (100% x 14,675%) = 14,67%
2. C (karbon) = (0% x 42,6%) + (100% x 51,24) = 51,24%
3. H2 (Hidrogen) = (0% x 1,72%) + (100% x 3,36) = 3,36%
4. N2 (Nitrogen) = (0% x 2,45%) + (100% x 1,65) = 1,65%
5. O2 (Oksigen) = (0% x 18,9%) + (100% x 28,575) = 28,57%
6. S (Sulfur) = (0% x 0,2%) + 100% x 0) = 0%
7. Ash (Abu) = (0% x 1,2%) + (100% x 0,5) = 0,5%
Menghitung Nilai Panas Bahan Bakar
Dilakukan perhitungan nilai kalor atas dengan variasi komposisi
bahan bakar 25% fibre dan 75% cangkang menggunakan rumus sebagai
berikut.
a. HHV (High Hrating Value).

HHV =33950C +144200 H 2− ( O2


8 )
+ 9400 S kJ /kg .

(
HHV =33950 (51 , 24 % ) +144200 3 , 36 %−
28 , 57 %
8 )
+ 9400(0 % ) kJ /kg .

HHV =17.395 ,98+ 144.200 (−0,0021 )+ 0 kJ /kg.


HHV =17.395 ,98+ (−302 ,82 )+ 0 kJ /kg.
HHV =17.093 ,16 kJ /kg .

b. LHV (Low Heating Value)

LHV =HHV −2400 ( M + 9 H 2 ) kJ /kg

LHV =17.093 , 16−2400 ( 14 ,67 %+9 (3 ,36 %) ) kJ /kg

LHV =17.093 , 16−1.077 , 84 J /kg

LHV =16.015 , 32 kJ /kg


43

Lampiran 2. Material Balance Cangkang dan Fibre Kelapa Sawit


44

Lampiran 3. Data Penjualan Cangkang


45

Lampiran 4. Bagan Unit Penghasil Steam dan Pembangkit Tenaga

Incline Fiber & Shell


Coveyor

Fibre & Shell Distributing Coveyor

air abu Furnace BOILER Return Conveyor

steam
Back Pressure Vessel Turbin Uap Fuel Tank

listrik

ke proses Generator Diesel Engine

Listrik
Main Swichboard Generator

ke proses
46

Lampiran 5. Sertifikat Praktik Kerja Indutri di PT. Mora Niaga Jaya


47

Lampiran 6. Nilai Praktik Kerja Industri


48

Lampiran 7. Kartu Bimbingan Karya Akhir

Anda mungkin juga menyukai