Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN RESMI

ANALISA FLUDIA RESERVIOR

Oleh

Fauzzan Pajar Satria

21010089

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BAALONGAN

INDRAMAYU

2023
LAPORAN RESMI

ANALISA FLUDIA RESERVIOR

Oleh

Fauzzan Pajar Satria

21010089

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BAALONGAN

INDRAMAYU

2023

i
ABSTRAK

Minyak metah (crude oil) akan mengalami perubahan bentuk ketika

diproduksikan dari dalam sumur ke permukaan, karena perbedaaan temperature.

Dalam percobaan kali ini kita membehas mengenai titik kabut, titik beku, titik

tuang, specific gravity,dan analisa kimia air formasi 1 dan 2. Titik kabut adalah

temperatur ketika lilin parafin atau padatan lain mulai mengkristal ataumemisahkan

diri dari larutan bila minyak didinginkan pada kondisi tertentu. Titik beku adalah

temperatur terendah dimana minyak sudah tidak dapat bergerak atau mengalir lagi.

Titik Tuang adalah suhu dimana minyak tidak dapat bergoyang, sedangkan specific

gravity adalah sebagai perbandingan antara densitas minyak dengan densitas air

yang diukur pada tekanan dan temperatur yang sama. Air formasi dapat

didefinisikan sebagai air yang berakumulasi dengan hidrokarbon yang terletak pada

kedalaman tertentu sesuai dengan zona produktif karena air formasi selalu

menempati sebagian dari suatu reservoir. Sehingga di praktikum Analisa Fluida

Reservoir ini kita dapat menentukan nilai dari light crude oil, heavycrude oil, nilai

API crude oil, Ph air formasi, serta penentuan alkalinitas.

Kata Kunci : Titik Kabut, Titik Beku, Titik Tuang, Specific Gravity,Dan

AnalisaKimia Air Formasi 1 Dan 2.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

ANALISA FLUDIA RESERVOIR

Oleh

Fauzzan Pajar Satria


NIM 21010089

Disusun untuk memenuhi persyaratan

Mata Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon

Pendidikan Diploma III

Pada Program Studi Teknik Perminyakan

Institut Teknologi Petroleum Balongan

Indramayu, 03 Juni 2023

Disahkan oleh:

Dosen Pengampu

Agustina Prihatini, M. T.

iii
LEMBAR BEBAS REVISI

LAPORAN RESMI

ANALISA FLUDIA RESERVOIR

Oleh

Fauzzan Pajar Satria


NIM 21010089

Disusun untuk memenuhi persyaratan

Mata Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon

Pendidikan Diploma III

Pada Program Studi Teknik Perminyakan

Institut Teknologi Petroleum Balongan

Indramayu, 03 Juni 2023

Disahkan oleh:

Dosen Laboran

Taufiq Andika, S.T

iv
ASISTEN PRAKTIKUM

1. Muhammad Farel Saputra 1.

2. Nunung Tri Ratman Santoso 2

3. Ririn Herliyana 3.

4. Sintya Ayu Wiratama 4.

5. Siti Aisyah Almunawaroh 5.

6. Yeriko Billy Sebastian 6.

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Saya persembahkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
laporan ini.

Keluarga khususnya kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik
berupa doa maupun materi yang tak ternilai jumlahnya dan tiada hentinya
tercurahkan untuk saya dan bertekad akan membalas setiap jasa kedua orang tua
saya dengan kesuksessan dan kebahagiaan.

Dosen Mata Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon dan Asisten Praktikum yang sabar
dan dengan kelapangan maereka memberikan arahan dan bimbingannya kepada
kami yang belum tahu bahkan tidak mengenal Kimia Fisika Hidrokarbon.

Teman-teman Teknik Perminyakan C 21, khususnya teman kelompok 9 yang


telah bekerja sama dalam suka maupun duka selama praktikum berlangsung.

Teman-teman satu kosan yang telah membantu dan meramaikan suasana dan
kamu pastinya yang setiap detiknya selalu mengerti dan memberikan semangat
kepada saya.

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Fauzzan Pajar Satria
Tempat Tanggal Lahir : Subang, 22 Mei 2003
Alamat : Jl Raya Wates Rt 13 Rw 04 Kec. Binong Kab. Subang
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nomor Handphone : 081224950660
Email : fznfajar@gmail.com

Pendidikan
2010 - 2016 : SD Negri Wates
2016 - 2019 : SMP AL MA'SOEM
2019 - 2022 : SMAN 1 Pagaden
2022 - Sekarang : Institut Teknologi Petroleum Balongan

Indramayu, 31 Mei 2023


Hormat Saya,

Fauzzan Pajar Satria

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala kemudahan, kelancaran, dan anugerahnya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan “Laporan Resmi Analisa Fluida Reservoir”. Kami menyadari bahwa
dalam penulsian laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi tercapainya laporan yang
lebih baik.

Pembuatan Laporan Resmi ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kimia Fisika Hidrokarbon untuk memenuhi syarat kelulusan praktikum, menambah
wawasan ilmu para Mahasiswa khusunya di bidang Analisa Fluida Reservoir yaitu
secara teori maupun praktiknya, melatih mahasiswa untuk membuat Laporan
Resmi, mengetahui alat-alat laboratorium yang digunakan dalam kegiatan
praktikum dan fungsi alat-alat tersebut.

Adanya isi “Laporan Resmi Analisa Fluida Reservoir” ini menguraikan


tentang Penentuan Titik Kabut, Titik Beku, Titik Tuang, Penentuan Specific Gravity
(SG), Analisa Kimia Air Formasi I & II.

Dengan adanya “Laporan Resmi Analisa Fluida Reservoir” ini selain untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon
mudah-mudahan juga memenuhi Sebagian kebutuhan pembaca yang memerlukan
laporan karya ilmiah berbahasa Indonesia, khususnya dalam bidang Kimia Fisika
Hidrokarbon.

Indramayu, 03 Juni 2023

Fauzzan Pajar Satria

viii
UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan yang baik ini izinkan saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, di
antaranya:

1. Kedua Orang tua yang tiada lebih memberikan seluruh pengorbanan dan kasih
sayangnya.
2. Bapak H. Nahdudin Islami, M.T., selaku Ketua Yayasan Bina Islami dan
Akademi Minyak dan Gas Balongan.
3. Ibu Hj. Hanifah Handayani, M.T., selaku Direktur Akademi Minyak dan Gas
Balongan.
4. Bapak Abdul Kamid, M.T., selaku Dosen Mata Kuliah Kimia Fisika
Hidrokarbon.
5. Ibu Agustina Prihatini, M.T., selaku Dosen Mata Kuliah Kimia Fisika
Hidrokarbon.
6. Taufiq Andika, S.T., selaku Dosen Laboran
7. Muhammad Farel Saputra, selaku Penanggung Jawab Kelompok 9.
8. Nunung Tri Ratman Santoso, selaku Asisten Praktikum Analisa Fluida
Reservoir.
9. Ririn Herliyana, selaku Asisten Praktikum Analisa Fluida Reservoir.
10. Sintya Ayu Wiratama, selaku Asisten Praktikum Analisa Fluida Reservoir.
11. Siti Aisyah Almunawaroh, selaku Asisten Praktikum Analisa Fluida Reservoir.
12. Yeriko Billy Sebastian, selaku Asisten Praktikum Analisa Fludia Reservoir.
13. Teman-teman Kelompok 9 Praktikum Analisa Fluida Reservoir.
14. Teman-teman Teknik Perminyakan Angkatan 21 khususnya Kelas C.
15. Semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan dukungan
baik secara moral maupun materil.

Saya menyadari bahwa Laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

LEMBAR BEBAS REVISI ................................................................................ iv

ASISTEN PRAKTIKUM ..................................................................................... v

LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii

DAFTAR GRAFIK......................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan ............................................................................................. 3

1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................ 3

1.2.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 3

1.3 Manfaat ........................................................................................... 4

1.3.1 Manfaat untuk kampus ........................................................... 4

1.3.2 Manfaat untuk Asisten Praktikum ........................................... 4

1.3.3 Manfaat untuk Praktikan ........................................................ 4

x
BAB II PENENTUAN TITIK KABUT, TITIK BEKU, DAN TITIK TUANG .... 5

2.1 Tujuan ............................................................................................. 5

2.2 Dasar Teori...................................................................................... 5

2.1.1 Titik Kabut ............................................................................. 9

2.1.2 Titik Beku ............................................................................ 10

2.1.3 Titik Tuang .......................................................................... 11

2.3 Alat dan Bahan .............................................................................. 12

2.3.1 Alat ...................................................................................... 12

2.3.2 Bahan ................................................................................... 16

2.4 Prosedur Percobaan ....................................................................... 17

2.5 Hasil Pengamatan .......................................................................... 18

2.6 Pengolahan Data............................................................................ 18

2.7 Analisa Kesalahan ......................................................................... 19

2.8 Kesimpulan ................................................................................... 19

BAB III PENENTUAN SPECIFIC GRAVITY (SG) ........................................... 20

3.1 Tujuan ........................................................................................... 20

3.2 Dasar teori ..................................................................................... 20

3.3 Alat dan Bahan .............................................................................. 26

3.3.1 Alat ...................................................................................... 26

3.3.2 Bahan ................................................................................... 29

3.4 Prosedur percobaan ....................................................................... 30

3.5 Hasil pengamatan .......................................................................... 30

3.6 Pengolahan Data............................................................................ 31

3.7 Analisa kesalahan .......................................................................... 31

3.8 Kesimpulan ................................................................................... 31

xi
BAB IV ANALISA KIMIA AIR FORMASI I ................................................... 32

4.1 Tujuan ........................................................................................... 32

4.2 Dasar teori ..................................................................................... 32

4.3 Alat dan Bahan .............................................................................. 38

4.3.1 Alat ...................................................................................... 38

4.3.2 Bahan ................................................................................... 43

4.4 Prosedur percobaan ....................................................................... 46

4.5 Hasil pengamatan .......................................................................... 47

4.5.1 Data percobaan ..................................................................... 47

4.5.2 Hasil percobaan .................................................................... 47

4.6 Pengolahan Data............................................................................ 48

4.7 Analisa kesalahan .......................................................................... 48

4.8 Kesimpulan ................................................................................... 48

BAB V ANALISA KIMIA AIR FORMASI II ................................................... 49

5.1 Tujuan ........................................................................................... 49

5.2 Dasar teori ..................................................................................... 49

5.3 Alat dan Bahan .............................................................................. 53

5.3.1 Alat ...................................................................................... 53

5.3.2 Bahan ................................................................................... 57

5.4 Prosedur percobaan ....................................................................... 60

5.4.1 Penentuan Ion Kalsium (Ca2+) .............................................. 60

5.4.2 Penentuan Ion Klorida (Cl-) .................................................. 61

5.5 Hasil pengamatan .......................................................................... 62

5.6 Pengolahan Data............................................................................ 63

5.7 Analisa kesalahan .......................................................................... 70

xii
5.8 Kesimpulan ................................................................................... 70

BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 71

6.1 Kesimpulan ................................................................................... 71

6.2 Saran ............................................................................................. 72

6.2.1 Saran untuk Institut Teknologi Petroleum Balongan ............. 72

6.2.2 Saran untuk Asisten Praktikum ............................................. 72

6.2.3 Saran untuk Praktikan........................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Corong Gelas .................................................................................. 12

Gambar 2. Electric Heater ................................................................................ 12

Gambar 3. Gelas Kimia .................................................................................... 13

Gambar 4. Gelas Ukur ...................................................................................... 13

Gambar 5. Penjepit Kayu .................................................................................. 13

Gambar 6. Penutup dari Gabus ......................................................................... 14

Gambar 7. Spatula ............................................................................................ 14

Gambar 8. Tabung Reaksi ................................................................................ 14

Gambar 9. Thermometer Batang ....................................................................... 15

Gambar 10. Tissue............................................................................................ 15

Gambar 11. Es Batu.......................................................................................... 16

Gambar 13. Minyak Mentah (Crude oil) ........................................................... 16

Gambar 14. Electric Heater .............................................................................. 26

Gambar 15. Gelas Kimia .................................................................................. 26

Gambar 16. Gelas Ukur .................................................................................... 26

Gambar 17. Hydrometer Specific Gravity Heavy Liquid ................................... 27

Gambar 18. Hydrometer Specific Gravity Light Oil .......................................... 27

Gambar 19. Spatula .......................................................................................... 27

Gambar 20. Thermometer ................................................................................. 28

Gambar 21. Tissue............................................................................................ 28

Gambar 22. Sampel minyak (crude oil)............................................................. 29

Gambar 23. Balp .............................................................................................. 38

Gambar 24. Buret ............................................................................................. 38

xiv
Gambar 25. Corong Gelas ................................................................................ 39

Gambar 26. Gelas Kimia .................................................................................. 39

Gambar 27. Gelas Ukur .................................................................................... 39

Gambar 28. Labu Erlenmeyer ........................................................................... 40

Gambar 29. Labu Ukur ..................................................................................... 40

Gambar 30. pH Paper ....................................................................................... 40

Gambar 31. Pipet Tetes .................................................................................... 41

Gambar 30. Pipet Volumetrik ........................................................................... 41

Gambar 31. Spatula .......................................................................................... 41

Gambar 32. Tiang Statif ................................................................................... 42

Gambar 33. Tissue............................................................................................ 42

Gambar 34. Air Formasi ................................................................................... 43

Gambar 35. Aquadest ....................................................................................... 43

Gambar 36. Indikator MO (Methyl Orange) ..................................................... 44

Gambar 47. Indikator PP (Phenolphthalein) ..................................................... 44

Gambar 48. Larutan H2SO4 .............................................................................. 44

Gambar 49. Larutan NaOH ............................................................................... 45

Gambar 50. Balp .............................................................................................. 53

Gambar 51. Buret ............................................................................................. 53

Gambar 52. Corong Gelas ................................................................................ 54

Gambar 53. Gelas Kimia .................................................................................. 54

Gambar 54. Gelas Ukur .................................................................................... 54

Gambar 55. Labu Erlenmeyer ........................................................................... 55

Gambar 56. Pipet Tetes .................................................................................... 55

Gambar 57. Pipet Volumetrik ........................................................................... 55

xv
Gambar 58. Spatula .......................................................................................... 56

Gambar 59. Tiang Statif ................................................................................... 56

Gambar 60. Tissue............................................................................................ 56

Gambar 61. Air Formasi ................................................................................... 57

Gambar 62. Aquadest ....................................................................................... 57

Gambar 63. Indikator PP .................................................................................. 58

Gambar 64. Laurtan AgNO3 ............................................................................. 58

Gambar 65. Larutan EDTA .............................................................................. 58

Gambar 66. Larutan K2CrO4 ............................................................................. 59

Gambar 67. Larutan NaOH ............................................................................... 59

Gambar 68. Larutan NH4OH ............................................................................ 59

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat-alat Percobaan 1 ........................................................................... 15

Tabel 2. Bahan-bahan Percobaan 1 .................................................................... 16

Tabel 3. Pengolahan data Percobaan 1 ............................................................... 18

Tabel 4. Perkiraan jenis minyak bumi berdasarkan °API ................................... 24

Tabel 5. Alat-alat Percobaan 2 ........................................................................... 26

Tabel 6. Bahan-bahan Percobaan 2 .................................................................... 29

Tabel 7. Pengolahan Data Percobaan 3 .............................................................. 31

Tabel 8. Alat-alat Percobaan 3 ........................................................................... 38

Tabel 9. Bahan-bahan Percobaan 3 .................................................................... 45

Tabel 10. Pengolahan Data Percobaan 3 ............................................................ 48

Tabel 11. Alat-alat Percobaan 4 ......................................................................... 56

Tabel 13. Konsentrasi Anion dan Kation ........................................................... 65

Tabel 14. Tabel Tenaga Ion ............................................................................... 66

xvii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Diagram Stiff ...................................................................................... 67

Grafik 2. Konstanta terhadap Temperature ........................................................ 68

Grafik 3. Stabilitas Indeks terhadap Temperature .............................................. 70

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Resume (Tugas TM)

Draft Percobaan I

Berita Acara Percobaan I

Hasil Pengamatan Percobaan I

Draft Percobaan II

Berita Acara Percobaan II

Hasil Pengamatan Percobaan II

Draft Percobaan III

Berita Acara Percobaan III

Hasil Pengamatan Percobaan III

Draft Percobaan IV

Berita Acara Percobaan IV

Hasil Pengamatan Percobaan IV

Scan Kartu Kuning

xix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisa fluida reservoir adalah salah satu praktikum dibawah mata kuliah
kimia fisika hidrokarbon, Dalam bidang ini, hidrokarbon adalah sebuah senyawa
yang tersusun dari atom hidrogen (H) dan atom karbon (C). Seluruh hidrokarbon
memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai
tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa hidrokarbon,
misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik, dan lain-lain.
Minyak Bumi (Crude Oil) merupakan campuran dari beberapa senyawa kimia
dan bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan mempunyai komposisi yang
bervariasi dan tergantung lokasi, umur lapangan serta kedalaman sumur. Minyak
bumi terbentuk dari siklus alami yang dimulai dari sedimentasi sisa-sisa tumbuhan
dan binatang yang terperangkap selama jutaan tahun pada umumnya terjadi jauh di
bawah permukaan laut. Material-material organik tersebut berubah menjadi minyak
akibat efek kombinasi temperatur dan tekanan di dalam kerak bumi. Selama selang
waktuyang sangat lama tersebut, senyawa organik yang terdekomposisi ini terdeposit
dalam pasir, dalam senyawa organik, pada kondisi panas dan tekanan tinggi, dalam
perut bumi dan akhirnya membentuk Minyak Bumi. Kumpulan minyak tersebut
membentuk reservoir-reservoir minyak.
Agar dihasilkan suatu produk reservoir yang sesuai dengan yang kita harapkan, maka
pada fluida tersebut perlu dilakukan beberapa analisa atau pengukuran terhadap air,
endapan, berat jenis, titik kabut, titik beku, titik tuang, flash point, fire point,
viscositas, tekanan uap, dan analisa terhadap air formasi. Pemisahan zat padat, cair,
dan gas dari minyak mutlak dilakukan sebelum minyak mencapai refinery, karena
dengan memisahkan minyak dari zat-zat tersebut di lapangan akan dapat dihindari
biaya-biaya yang seharusnya tidak .

1
Dari sini juga dapat diketahui perbandingan- perbandingan minyak dan air
(WOR), minyak dan gas (GOR), serta persentase padatan yang terkandung dalam
minyak.
Oleh karena itu, dalam memproduksi minyak, analisa fluida reservoir
sangat penting dilakukan guna menghindari hambatan-hambatan dalam
operasinya. Hal itu juga dapat membantu dalam pencapaian produktifitas secara
maksimum dengan baik. Study dari analisa fluida reservoir ini sangat bermanfaat
untuk mengevaluasi atau merancang peralatan produksi yang sesuai dengan
keadaan di suatu reservoir, meningkatkan efisiensi, serta guna menunjang
kelancaran proses produksi.
Dengan teknik analisa dan perhitungan yang baik pada proses pengolahan
minyak akan didapatkan hasil yang baik pula. Hasil analisa crudeoil juga sangat
dipengaruhi oleh cara atau metoda pengambilan sample fluida, karena fluida yang
dihasilkan oleh sumur produksi dapat berupa gas, minyak, dan air.
Praktikum yang dilakukan di laboratorium Analisa Fluida Reservoir
mempunyai tujuan yaitu memahami sifat – sifat fisik dan sifat kimia dari reservoir
terutama minyak mentah dan air formasi.

2
1.2.1 Tujuan Umum

1. Memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Kimia


Fisika Hidrokarbon.
2. Mengikuti syarat untuk mengikuti Yudisium.
3. Melatih mahasiswa dalam melakukan kegiatan praktikum.
4. Menambah wawasan ilmu para mahasiswa khususnya di bidang
Kimia Fisika Hidrokarbon baik itu secara teori maupun
praktiknya.
5. Melatih mahasiswa untuk membuat Laporan Resmi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui beberapa macam alat-alat laboratorium.


2. Mengetahui fungsi alat-alat laboratorium.
3. Mengetahui bentuk alat-alat laboratorium.
4. Menentukan titik kabut (cloud point) crude oil.
5. Menentukan titik tuang (pour point) crude oil.
6. Menentukan titik beku crude oil.
7. Menentukan specific gravity minyak mentah pada temperature
60°F.
8. Mengetahui pengertian specific gravity.
9. Mengetahui fungsi specific gravity.
10. Mengetahui hasil nilai specific grafity pada minyak ringan dan
berat.
11. Mengetahui pengaruh temperature dan tekanan pada specific
gravity.
12. Mementukan pH.
13. Menentukan alkalinitas.
14. Mengetahui pengertian alkalanitas
15. Mengetahui pengambilan air formasi di lapangan
16. Mengetahui bahan yang digunakan
17. Menentukan konsentrasi Ca+ (kalsium) pada formasi

3
18. Menentukan konsentrasi Cl- (klorida) dan Mg+ (magnesium)
pada air formasi

1.2 Manfaat

1.3.1 Manfaat untuk kampus

1. Meningkatkan kualitas Mahasiswa.


2. Dapat memvisualisasikan segala teori yang di dapat mahasiswa
ketika di dalam kelas.
3. Dapat memperjelas ilmu-ilmu yang fundamental bagi
Mahasiswanya.
4. Dapat merealisasikan teori dengan kenyataan secara langsung
dan nyata.

1.3.2 Manfaat untuk Asisten Praktikum

1. Mengetahui lebih lanjut tentang Praktikum itu sendiri.


2. Menambah pengalaman lebih.
3. Menambahkan rasa tanggung jawab kepada masing-masing
kelompok praktikan.

1.3.3 Manfaat untuk Praktikan

1. Meningkatkan kualitas mahasiswa itu sendiri.


2. Dapat membedakan fenomena secara nyata dari pada teori
semata.
3. Mengetahui masalah-masalah yang harus diselesaikan dalam
waktu yang tidak terlalu lama.
4. Dapat memecahkan suatu masalah ketika di lapangan.
5. Menjadikan Mahasiswa lebih disiplin ketika di berikan tugas.

4
BAB II
PENENTUAN TITIK KABUT, TITIK BEKU, DAN TITIK
TUANG

2.1 Tujuan

1. Menentukan Titik kabut (cloud point) crude oil


2. Menentukan Titik tuang (pour point) crude oil
3. Menentukan Titik beku (cold point) crude oil
4. Mengetahui kapan minyak mengalami pembekuan
5. Mengetahui bagaimana cara supaya tidak mengalami pembekuan

2.2 Dasar Teori

Minyak bumi, sering dijuluki sebagai "emas hitam" adalah cairan


kental, berwarna coklat pekat atau gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar,
yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi
terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri
alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dankemurniannya.
Minyak mentah (Crude Oil) adalah cairan coklat kehijauan
sampaihitam yang terutama terdiri dari karbon dan hidrogen. Minyak mentah
akan mengalami perubahan bentuk ketika diproduksikan daridalam sumur ke
permukaan karena perbedaan temperatur. Hal tersebut akanmenimbulkan
masalah pada waktu proses transportasi jika minyak mentah membeku di
dalam flow line.
Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan heater agar
temperaturtetap terjaga. Teori yang paling umum digunakan untuk
menjelaskan asal- usulminyak bumi adalah “organic source materials”. Kita
memang lebih seringmendengar bahwa minyak bumi tercipta dari organic
compounds daripadaanorganic compounds. Teori organik sendiri
menyatakan bahwa minyak bumi merupakan produk perubahan secara alami
dari zat-zat organyang berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang

5
mengendap selama ribuan sampai jutaan tahun. Akibat dari pengaruh
tekanan, temperatur, senyawalogam dan mineral serta letak geologis selama
proses perubahan tersebut,maka minyak bumi akan mempunyai komposisi
yang berbeda di tempatyang berbeda.
Minyak bumi merupakan campuran yang sangat kompleks
darihidrokarbon-hidrokarbon penyusunnya. Oleh karena itu, analisis
kadarsenyawa-senyawa penyusunnya yang bukan saja amat sulit dilakukan,
jugakurang berguna dalam praktek. Analisis elemental yang menentukan
kadar-kadar unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, oksigen dan logam-
logamjuga tidak memberi gambaran mengenai karakter dan sifat minyak
bumiyang dihadapi. Padahal, dalam merancang proses pengolahan minyak
bumimentah, informasi-informasi tersebut sangat dibutuhkan. Mengingat hal
itu,orang mulai mengembangkan metode-metode semi empirik
untukmengkarakterisasi minyak bumi berdasarkan hasil-hasil pengukuran
sifat-sifat fisik dan kimia yang mudah ditentukan.
Karakteristik dari minyak bumi sendiri kita ketahui ada
beberapamacam. Salah satu cara menentukan karakteristik dari minyak bumi
adalahdengan cara menentukan titik kabut, titik beku dan titik tuang dari
minyaktersebut. Dari proses itu, maka kita bisa mengetahui jenis dan
karakterminyak tersebut. Kita bisa mengetahui apakah minyak tersebut
tergolongdalam minyak berat atau minyak ringan.Pada proses transportasi
dari formasi menuju ke permukaan, minyakmentah (Crude Oil) mengalami
penurunan temperatur.
Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-
Pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah
melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber,
dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di
tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik
didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari
bensin dan minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang
dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan.

6
Pada perjalanan dari formasi menuju permukaan, minyak bumi
mengalami penurunan temperatur. Apabila hal ini tidak diwaspadai, maka
akan terjadi pembekuan minyak di dalam pipa, sehingga tidak bisa lagi untuk
mengalir. Penurunan temperatur ini akan memyebabkan suatu masalah yang
akan menjadi besar akibatnya apabila tidak segera diatasi.
Harus diketahui dimana minyak mengalami perubahan temperatur,
agar dapat mengetahui atau mengantisipasi dan mengambil tindakan yang
terbaik agar minyak dapat ditranspotasikan secara lancar dari formasi ke
permukaan sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengatasi hal tersebut di atas,
kita dapat mengambil sample minyak formasi dan mengadakan uji coba untuk
mengetahui titik kabut, titik beku, dan titik tuang minyak tersebut.
Untuk itu sangat perlu mengetahui harga titik kabut, titik beku dan
titiktuang dari minyak mentah yang akan diproduksikan. Sehingga masalah
ini dapatdiantisipasi dan dapat merencanakan cara yang terbaik agar minyak
mentah dariformasi dapat terus mengalir atau diprodukskan ke permukaan.
Titik kabut adalah temperatur terendah dimana parafin atau padatan
lainmulai mengkristal atau memisahkan diri dari larutan bila minyak
didinginkan pada kondisi tertentu
Titik beku adalah temperatur terendah dimana minyak mentah sudah
tidakdapat bergerak atau mengalir lagi.
Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak mentah
masih dapatdituangkan (sebelum mengalami pembekuan) atau mengalir bila
minyak tersebutdidinginkan tanpa diganggu pada kondisi yang telah
ditentukan.

Titik kabut dan titik tuang berfungsi untuk mendeterminasi jumlah


relatifkandungan lilin pada crude oil. Namun test ini tidak menyatakan
jumlahkandungan lilin secara absolute, begitu juga kandungan materi solid
lainnya didalam minyak mentah. Dikarenakan pada transportasi minyak dari
formasi ke permukaan mengalami penurunan temperatur dan tekanan
sehingga membuat kita harus memperhatikan kapan minyak mengalami
pembekuan dan cara bagaimana supaya tidak terjadi proses pembekuan

7
dengan mengetahui besar dati titik kabut, titik beku, dan titik tuangnya.
Titik beku, titik tuang dan titik kabut dipengaruhi oleh komposisi
penyusun minyak. Maksudnya, pada minyak berat lebih banyak mengandung
padatan-padatan jika dibandingkan dengan minyak ringan yang lebih banyak
mengandung gas sehingga minyak berat yang lebih dulu mengalami
pembekuan dari pada minyak ringan. Jadi, untuk menghindari pembekuan
maka diusahakan agar temperatur minyak yang diproduksi tetap stabil.
Salah satu sifat hampir semua minyak adalah membeku menjadi
semi fluid atau massa solid yang sukar bergerak jika padanya terjadi
penurunan temperature. Test titik kabut umumnya dilakukan pada minyak
yang dihasilkan dengan destilasi. Test ini menentukan temperatur dimana
Wax (lilin paraffin) mulai mengkristal dan terpisah dari minyak membentuk
semacam kabut tipis.
Test ini dilakukan untuk menentukan temperature dimana minyak
tidak dapat mengalir lagi. Besarnya pour point berbeda – beda untuk setiap
tipe minyak tergantung pada komposisi zat yang dikandungnya. Untuk
melaksanakan test ini, sample minyak ditempatkan pada botol yang
dilengkapi termometer. Kemudian sample dan yar diletakkan pada mesin
pendingin untuk diamati temperature dan fluidanya. Untuk menentukan titik
kabut, sample diamati pada tiap penurunan temperature 2 ˚F (-16.6667 ˚C)
hingga terbentuk endapan (kabut). Sedangkan untuk titik tuang, sample
diamati pada tiap penurunan suhu 5 ˚F (-15 ˚C) hingga minyak tidak mengalir
lagi jika dituangkan.

8
1.2.1. Titik Kabut

Titik kabut (cloud point) adalah temperatur terendah dimana


paraffinatau padatan lain mulai mengkristal atau memisahkan diri dari
larutan bila minyak mentah didinginkan.
Titik kabut adalah temperature saat bahan bakar mulai tampak
berkeruh bagaikan kabut berawan = cloudy pada suhu rendah. Hal ini
terjadi karena munculnya kristal-kristal padatan didalam bahan bakar.
Meski bahan bakar masih dapat mengalir pada suhu ini, keberadaan
Kristal dalam bahan bakar dapat mempengaruhi kelancaran aliran
bahan bakar didalam filter, pompa dan injector.
Titik kabut dipengaruhi oleh bahan baku biodiesel. Semakin
rendah nilai titik kabut , biodiesel semakin bagus digunakan pada
daerah yang suhunya rendah Gerpen, B.,2004. Pada hasil penelitian
sebelumnya nilai Cloud point 1 C dan 1,5 C, hal ini menunjukkan masih
terdapat pada biodiesel campuran monogliserida, digliserida dan
trigliserida yang besar yang menunjukkan masih terdapat kandungan
airnya. Pada standart BiodieselIndonesia nilai Cloud Point maksimal
18 C, dengan berkurangnya nilai viscositas akan menurunkan nilai
Cloud Point. Pour point adalah titik suhu terendah dimana bahan bakar
masih dapat mengalir. Pour point yang tinggi akan menyebabkan mesin
sulit dihidupkan pada suhu rendah.
Titik kabut dan titik tuang berfungsi untuk mendeterminasi
jumlah relatif kandungan lilin pada crude oil, namun tes ini tidak
menyatakan jumlah kandungan lilin secara absolut, begitu juga
kandungan materi solid lainnya didalam minyak.

9
1.2.2. Titik Beku

Titik beku adalah temperatur terendah dimana minyak mentah


sudahtidak dapat bergerak lagi. Titik pembekuan adalah sifat lilin yang
penting bagi banyak pemakai lilin petroleum. Titik pembekuan
digambarkan bahwa

pengukuran suhu pada saat contoh menjadi dingin atau tertahan untuk
mengalir. Pada suhu tersebut lilin dapat mendekati bentuk padat atau
lilin semi-padat dan cukup lunak, bergantung pada komposisi lilin
petroleum yang diuji. Sifat pembekuan lilin petroleum adalah suatu
suhu pada saat lilin petroleum, jika dibiarkan dingin dibawah suhu
tertentu akan berhenti mengalir.

Titik pembekuan ditentukan dengan melelehkan contoh uji,


diambilsetetes dan ditempelkan ke bola termometer. Tabung silinder
digunakan untuk menahan dingin dari udara, tetesan pada bola
dibiarkan dingin pada kecepatan tertentu sampai beku. Titik
pembekuan diamati sebagai suhu dimana tetesan contoh berhenti
mengalir bila termometer diputar. Titik pembekuan dapat juga
digunakan untuk menunjukkan suhu terendah dimana lilin dapat
membeku dan menjadi padat. Penanganan minyak yang mempunyai
titik beku yang tinggi akan lebih mudah apabila dibandingkan dengan
minyak yang mempunyai titik beku rendah.

Pada minyak yang mempunyai titik beku yang rendah apabila


beradadibawah temperatur normal maka akan cepat membeku dalam
pipa apabila hanya menggunakan pipa biasa, dan hal ini tentu saja akan
merugikan karena memungkinkan akan terjadi penyumbatan-
penyumbatan dalam pipa tersebut. Mengatasi hal tersebut maka
dipasang pemanas pada jarak tertentu agar minyak tidak membeku
dalam pipa.

10
Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak
mentah masih dapat dituangkan / mengalir bila minyak tersebut
didinginkan dengan tanpa diganggu pada kondisi yang ditentukan.
Titik tuang adalah suhu dimana minyak tidak dapat
bergoyangkarena membeku selama 5 detik ketika dimiringkan atau
dituangkan setelah melalui pendinginan selama pada setiap interval
5oF. Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak masih
dapat dituang atau mengalir bila minyak tersebut didinginkan dengan
tanpa diganggu pada kondisi yang ditentukan.
Titik kabut dan titik tuang berfungsi untuk mendeterminasi
jumlah relatif kandungan lilin pada crude oil, namun tes ini tidak
menyatakan jumlah kandungan lilin secara absolut, begitu juga
kandungan materi solid lainnya yang terdapat dalam minyak.
Pada proses transportasi dari formasi menuju ke permukaan,
minyak mentah (crude oil) mengalami penurunan temperature,
apabila hal ini tidak diperhatikan akan menyebabkan pembekuan
minyak mentah di dasar pipa sehingga tidak bisa mengalir dengan
sempurna. Dalam hal ini kita harus bisa mengetahui kapan minyak
mentah bisa mengalami pembekuan, agar dapat mengantisipasi dan
berfikir bagaimanacara yang terbaik agar minyak mentah mengalir
dari formasi dengan lancar

11
2.3 Alat dan Bahan

2.3.1 Alat

No. Gambar Nama Alat

1. Corong Gelas

Gambar 1. Corong Gelas

2. Electric Heater

Gambar 2. Electric Heater

12
3. Gelas Kimia

Gambar 3. Gelas Kimia

4. Gelas Ukur

Gambar 4. Gelas Ukur

5. Penjepit Kayu

Gambar 5. Penjepit Kayu

13
6. Penutup dari Gabus

Gambar 6. Penutup dari


Gabus

7. Spatula

Gambar 7. Spatula

Tabung Reaksi

Gambar 8. Tabung Reaksi

14
9. Thermometer Batang

Gambar 9. Thermometer
Batang

10. Tissue

Gambar 10. Tissue


Tabel 1. Alat-alat Percobaan 1

15
2.3.2 Bahan

No. Gambar Nama Bahan

1. Es batu

Gambar 11. Es Batu

2. Garam

Gambar 12. Garam

3. Minyak mentah (crude oil)

Gambar 13. Minyak


Mentah (Crude oil)

Tabel 2. Bahan-bahan Percobaan 1

16
2.4 Prosedur Percobaan

Percobaan dilakukan dengan melakukan pengamatan untuk titik kabut


dan titik beku terlebih dahulu, baru dikondisikan untuk menentukan titik
tuang.

 Titik Kabut dan Titik Beku


1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil sampel dan masukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 10 ml
3. Tuang sampel ke dalam tabung reaksi
4. Siapkan es batu kemudian tambahkan garam secukupnya untuk
menjaga agar es tidak mencair ke dalam gelas kimia
5. Masukkan thermometer batang ke dalam tabung reaksi
6. Amati temperature dan kondisi sampel yang teliti setiap 3 menit
7. Catat pembacaan temperature dan kondisi sampel yang diteliti setiap
3 menit
8. Catat pembacaan temperature pada saat terjadinya kabut dan lanjutkan
sampai sampel diyakini membeku
 Titik Tuang
1. Setelah didapatkan titik beku maka percobaan dilanjutkan untuk
menentukan titik tuang
2. Keluarkan tabung reaksi yang berisi sampel dari dalam helas kimia
pada kondisis sampel masih membeku
3. Diamkan dalam temperature kamar
4. Miringkan tabung reaksi menggunakan penjepit kayu dengan derajat
kemiringan 45°
5. Amati perubahan temperatu pada saat sampel dapat mengalir pertama
kali
6. Catat temperature tersebut sebagai titik tuang

17
2.5 Hasil Pengamatan

 Suhu ruangan = 28 °C = 82,4 °F


 Light oil =
 Titik kabut terjadi pada temperature : 26 °C = 78,8 °F
 Titik beku terjadi pada temperature : 24 °C = 75,2 °F
 Titik tuang terjadi pada temperature : 34 °C = 93,2 °F

 Heavy oil =
 Titik kabut terjadi pada temperature : 28 °C = 82,4 °F
 Titik beku terjadi pada temperature : 26 °C = 78,8 °F
 Titik tuang tejadi pada temperature : 35 °C = 95 °F

2.6 Pengolahan Data

Hasil Pengolahan Data Titik Kabut, Titik Beku, dan Titik Tuang
Titik Titik Titik
Crude Oil Kabut Beku Tuang
0 0 0 0 0 0
C F C F C F
Light Crude Oil 26 78,8 24 75,2 34 93,2
Heavy Crude Oil 28 82,4 26 78,8 35 95
Tabel 3. Pengolahan data Percobaan 1

18
2.7 Analisa Kesalahan

Pada praktikum penentuan Titik Kabut, Titik Beku, dan Titik Tuang
terdapat beberapa kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan Menganalisa

2.8 Kesimpulan

Jadi, titik kabut pada light oil (minyak ringan) terjadi pada temperature
26 °C dan pada heavy oil (minyak berat) terjadi pada temperature 28 °C,
Heavy oil lebih lama mengalami titik kabutnya dibandingkan dengan light
oil. Titik beku pada light oil terjadi pada temperature 24 °C dan pada heavy
oil terjadi pada temperature 26 °C. Titik tuang pada light oil terjadi pada
temperature 34 °C dan pada heavy oil terjadi pada temperature 35 °C, heavy
oil memiliki suhu titik tuang lebih tinggi karena viskositasnya lebih besar.

19
BAB III
PENENTUAN SPECIFIC GRAVITY (SG)

3.1 Tujuan

1. Menentukan specific gravity minyak mentah pada temperature 60 °F


2. Mengetahui pengertian specific gravity
3. Mengetahui fungsi specific gravity
4. Mengetahyu hasil nilai specifc gravity pada minyak ringan dan berat
5. Mengetahui pengaruh temperature dan tekanan pada specific gravity

3.2 Dasar teori

Minyak mentah (crude oil) akan mengalami perubahan bentuk


ketika diproduksikan dari dalam sumur ke permukaan karena perbedaan
temperature. Minyak bumi diklasifikasikan menjadi beberapa jenis.
Klasifikasi ini sangat penting artinya, yaitu untuk memprediksi produk yang
akan dihasilkan. Minyak bumi kita kenal adalah salah satu dari senyawa HC
(hidrokarbon). Minyak bumi sendiri memiliki sifat-sifat fisik yang sebagian
besar kita telah mengetahuinya. Salah satu sifat yang sering kita dengar
adalah berat jenis atau yang biasa disebut sebagai specific gravity(SG). Dalam
dunia perminyakan biasanya memang lebih sering memakai istilah specific
gravity. Berat jenis atau specific gravity merupakan sifat minyak bumi yang
penting.Specific gravity crude oil didefinisikan sebagai perbandingan antara
densitas minyak dengan densitas air yang dukur pada tekanan dan temperatur
yang sama.

Minyak mentah merupakan campuran yang terdiri dari 200 atau


lebih bahan organik yang hampir semuanya hidrokarbon. Minyak yang
berbeda memiliki kombinasi dan konsentrasi yang berbeda dari berbagai
bahan organik API (American Petroleum Institute).Gravity dari minyak
merupakan ukuran dari specific gravity atau density.

20
Semakin tinggi angka API yang diekspresikan dengan derajat API,
maka akan semakin kurang kerapatan minyaknya. Sebaliknya, semakin
rendah angka API maka semakin berat dan rapat minyaknya.

Berat jenis adalah salah satu sifat fisik hidrokarbon yang umumnya
dinyatakan dalam specific gravity (SG) atau dengan oAPI.Derajat API
merupakan satuan untuk menyatakan berat jenis minyak yang digunakan
sebagai dasar klasifikasi minyak bumi yang paling sederhana.Hubungan berat
jenis minyak dengan derajat API adalah saling berbanding terbalik. Semakin
berat jenis minyak mentah atau semakin tinggi derajat API, maka akan
berharga minyak bumi itu, karena lebih banyak mengandung bensin. Tinggi
rendahnya berat jenis minyak mentah juga berpengaruh pada viskositasnya
serta berpengaruh pada titik didih minyak mentah

Pada umumnya minyak mentah dengan oAPI tinggi menghasilkan


kalor yang lebih kecil dari pada minyak bumi dengan oAPI yang rendah.
Berdasarkan derajat API, minyak mentah terbagi menjadi 5 jenis yaitu
minyak mentah ringan, minyak mentah ringan sedang, minyak mentah berat
sedang, minyak mentah berat dan minyak mentah sangat berat.

Specific gravity (SG) didefinisikan sebagai perbandingan antara


densitas minyak, densitas yang diukur pada tekanan dan temperatur standar.
Kondisi standar yaitu sekitar 60 oF dan 14,7 psia. Suhu yang digunakan untuk
minyak bumi adalah 15 oC atau 60 oF.

Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi dibedakan atas struktur


hidrokarbon dan non hidrokarbon. Perbedaan komposisi ini akan
menyebabkan perbedaan sifat minyak bumi, yaitu perbedaan susunan
hidrokarbon, specific gravity (SG), derajat American Petroleum Institute
(API), volatilitas, flash point, distilasi dan sebagainya.

Seperti telah diketahui bahwa minyak bumi ditemukan pada


berbagai kedalaman dengan berbagai tekanan dan temperatur.Semakin dalam
reservoir tersebut, maka semakin besar tekanan dan temperatur.Perbedaan

21
keadaan tekanan dan temperatur di permukaan dan di reservoir serta
terjadinya penurunan tekanan reservoir apabila minyak diproduksikan akan
mempengaruhi keadaan fasa dari minyak bumi, apakah minyak cair atau
padat.

Dalam dunia perminyakan biasanya berat jenis dinyatakan dalam


specific gravity (SG).Specific gravity (SG) minyak bumi berkisar antara
0.8000 - 1.0000.Specific gravity (SG) minyak mentah didefinisikan sebagai
perbandingan antara densitas minyak dengan densitas air yang diukur pada
tekanan dan temperatur yang sama, biasanya diukur pada kondisi standar.
Besarnya specific gravity (SG) untuk tiap minyak bumi sangat erat
hubungannya dengan struktur molekul hidrokarbon dan pula kandungan
sulfur dan nitrogen. Makin kecil specific gravity (SG) minyak bumi itu akan
menghasilkan produk ringan yang besar atau sebaliknya.

Penentuan berat jenis minyak (Crude Oil) dilakukan dengan alat


hydrometer, dimana penunjuk specific gravity dapat dibaca langsung pada
alat. Untuk temperatur yang lebih dari 60°F, perlu dilakukan koreksi dengan
menggunakan chart yang ada. Kualitas dari minyak (minyak berat maupun
minyak ringan) ditentukan salah satunya oleh specific gravity. Temperatur
miyak mentah juga dapat mempengaruhi viskositas atau kekentalan minyak
tersebut. Hal ini yang dijadikan dasar perlunya diadakan koreksi terhadap
temperatur standart 60°F.

Sedangkan untuk menentukan specific gravity gas, alat yang


digunakan adalah effusiometer, dengan memasukkan gas ke dalam alat
tersebut dan menghitung waktunya saat menekan air keluar dalam alat
tersebut setelah sampai batas yang ditentukan, gas dihentikan sedangkan
perhitungan waktunya juga dilakukan untuk kembalinya air didalam alat
tersebut.

Kemudian melihat temperatur yang tertera du termometer. Untuk


waktu yang tercatat T1 dan T2dimasukkan rumus T1/T2 = T (true) dan
temperatur °API (American Petroleum Institute). Kemudian mengkoreksi

22
hingga menemukan specific gravity-nya. Penentuan specific gravity (SG) gas
sangat diperlukan mengingat gas yang terkandung dalam minyak berbeda-
beda.

Besarnya specific gravity (SG) suatu minyak mentah sangat


dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya, semakin besar temperatur maka
semakin kecil nilai specific gravity nya. Karena itu, besarnya specific gravity
(SG) yang menjadi pembicaraan tentang sifat fisik minyak mentah adalah
specific gravity (SG) yang diukur pada temperatur dan tekanan standar (60°F,
14.7 psi). Selain itu, di dalam industri perminyakan juga digunakan besaran
specific gravity (SG) yang lain, yaitu °API (American Petroleum Institute)
yang dirumuskan sebagai berikut:

141.5
SG=
131.5+°API
..................................................... (Persamaan 2.1)

141.5
°API= − 131.5
SG
...................................................... (Persamaan 2.2)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa apabila °API (American
Petroleum Institute) besar maka berat jenis minyak atau specific gravity (SG)
akan kecil. Berat jenis (Specific Gravity) kadang-kadang juga digunakan
sebagai ukuran kasar untuk membedakan minyak mentah, karena minyak
mentah dengan °API (American Petroleum Institute) rendah biasanya adalah
parafinik. Perkiraan jenis minyak bumi ditunjukkan sebagai berikut :
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa oAPI akan semakin besar jika berat
jenis minyak makin kecil. Semakin rendah oAPI, maka kualitas minyak
semakin rendah karena banyak mengandung lilin.Semakin specific gravity
(SG) atau jenis minyak berarti minyak tersebut mempunyai kandungan panas
(heating value) yang rendah.Specific gravity (SG) kadang digunakan untuk
membedakan minyak mentah, karena minyak mentah dengan berat jenis
rendah biasanya adalah parafinik.

23
Tabel 4
Perkiraan Jenis Minyak Bumi Berdasarkan °API
Specific
Jenis Minyak Bumi °API
Gravity

Ringan 0.830 39

Medium Ringan 0.830 – 0.850 39 – 35

Medium Berat 0.860 – 0.865 35 – 32.1

Berat 0.865 – 0.905 32.1 – 24.8

Sangat Berat 0.905 24.8

(https://www.dictio.id/t/bagaimana-klasifikasi-minyak-bumi/124794)

Karena specific gravity adalah perbandingan, maka tidak memiliki


satuan.Pengukuran specific gravity biasanya dilakukan dengan
hydrometer.specific gravity digunakan dalam penghitungan yang melibatkan
berat dan volume. Menyatakan densitas zat, °API (American Petroleum
Institute) yang diukur dengan hydrometer, dinyatakan dengan angka 0 - 100,
berat jenis ditentukan dengan piknometer.Tujuan pemeriksaan °API
(American Petroleum Institute) dan berat jenis adalah untuk indikasi mutu
(kualitas) minyak. Semakin tinggi °API (American Petroleum Institute) atau
makin rendah berat jenis, maka minyak tersebut makin berharga karena
banyak mengandung bensin. Semakin rendah °API (American Petroleum
Institute), maka mutu minyak makin rendah karena banyak mengandung lilin
atau residu aspal.Makin tinggi berat jenis minyak berarti minyak tersebut
mempunyai kandungan panas (Heating Value) yang rendah.

API (American Petroleum Institute) gravity merupakan berat jenis


yang umum dipakai. Dari hubungan persamaan tersebut dapat diketahui

24
bahwa minyak mentah dengan oAPI(American Petroleum Institute) yang
tinggi akan memberikan harga specific gravity (SG)yang rendah dan
sebaliknya harga specific gravity (SG) yang tinggi (minyak berat) akan
memberikan oAPI (American Petroleum Institute) yang rendah. Tinggi
rendahnya berat jenis minyak bumi juga berpengaruh pada
viskositasnya.Pada umumnya semakin tinggi oAPI (American Petroleum
Institute) atau makin ringan minyak bumi tersebut, makin kecil viskositasnya.
Tinggi rendahnya oAPI (American Petroleum Institute) juga berpengaruh
pada titik didih minyak bumi, kalau oAPI (American Petroleum Institute)
gravity minyak bumi rendah, maka titik didihnya tinggi. Demikian sebaliknya
kalau oAPI (American Petroleum Institute) tinggi, maka titik didihnya
rendah, dan juga lebih mudah terbakar atau mempunyai titik nyala yang lebih
rendah daripada yang oAPI (American Petroleum Institute) rendah. Ternyata
terdapat hubungan antara berat jenis dengan nilai kalori minyak bumi, pada
umumnya minyak bumi dengan oAPI (American Petroleum Institute) tinggi
menghasilkan kalori yang lebih kecil daripada minyak bumi dengan oAPI
(American Petroleum Institute) lebih rendah.

Nilai oAPI (American Petroleum Institute) minyak berbeda-beda


tergantung jenis minyaknya.Untuk minyak ringan denganspecific
gravity(SG) rendah biasanya mempunyai 30 oAPI.Untuk minyak sedang 20-
30oAPI.Sedangkan untuk minyak berat sekitar 10-20oAPI.oAPI (American
Petroleum Institute) Gravity minyak bumi menunjukkan kualitas minyak,
makin kecil berat jenisnya atau makin tinggi oAPI (American Petroleum
Institute) maka minyak bumi tersebut semakin berharga (mengandung
o
banyak bensin). Sebaliknya makin rendah API (American Petroleum
Institute) atau makin besar berat jenisnya maka mutu minyak kurang baik
karena banyak mengandung lilin atau residu aspal. Namun dewasa ini minyak
berat dapat dibuat fraksi bensin lebih banyak dengan menggunakan metode
cracking dalam penyulingan, namun proses ini memerlukan biaya yang besar.

25
3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

No. Gambar Nama Alat

1. Electric Heater

Gambar 14. Electric


Heater

2. Gelas Kimia

Gambar 15. Gelas Kimia

3. Gelas Ukur

Gambar 16. Gelas Ukur

26
Hydrometer Specific
4.
Gravity Heavy Liquid

Gambar 17. Hydrometer


Specific Gravity Heavy
Liquid

Hydrometer Specific
5.
Gravity Light Oil

Gambar 18. Hydrometer


Specific Gravity Light Oil

6. Spatula

Gambar 19. Spatula

27
7. Thermometer batang

Gambar 20. Thermometer


batang

8. Tissue

Gambar 21. Tissue


Tabel 5. Alat-alat Percobaan 2

28
3.3.2 Bahan

No. Gambar Nama Bahan

1. Sampel minyak (crude oil)

Gambar 22. Sampel


minyak (crude oil)
Tabel 6. Bahan-bahan Percobaan 2

29
3.4 Prosedur percobaan

1. Siapkan alar dan bahan yang digunakan


2. Ambil sampel minyak 1000 ml
3. Masukkan ke dalam gelas ukur
4. Masukkan hydrometer mulai dari harga yang terendah (missal dari 0,6
sampai dengan 1,1)
5. Masukkan thermometer derajat Fahrenheit ke dalamnya
6. Baca harga SG dan temperaturnya
7. Catat skala yang ada di thermometer
8. Dari hasil pembacaan gunakan table untuk mendapatkan gravity °API
sebenarnya

3.5 Hasil pengamatan

1. Light oil
 Volume sampel = 700 ml
 Temperature = 28 °C = 82 °F
 Besar SG sampel = 0,875
 Besar °API gravity sampel = 30,21 °API

2. Heavy oil
 Volume sampel = 800 ml
 Temperature = 26 °C = 79 °F
 Besar SG sampel = 0,879
 Besar °API gravity sampel = 29,48 °API

30
3.6 Pengolahan Data

Besar °API
Jenis Crude Volume Besar SG
Temperature gravity
oil sampel sampel
sampel
Light oil 700 ml 28 °C 82 °F 0,875 30,21
Heavy oil 800 ml 26 °C 79 °F 0,879 29,48
Tabel 7. Pengolahan Data Percobaan 3

3.7 Analisa kesalahan

1. Pembacaan Hydrometer

3.8 Kesimpulan

Dalam percobaan enentuan Specific Gravitydapat diambil


kesimpulan,diantaranya :

1. SG atau specific gravity adalah perbandingan berat jenis zat


tersebut dengan berat jenis air.
2. Fungsi SG ( specific gravity) salah satunya untuk mengetahui
apakah minyak tersebut minyak ringan atau minyak berat.
3. Hasil nilai specific gravity pada minyak ringan adalah SG
ukur 0,875 sedangkan Hasil nilai specific gravity pada
minyak berat adalah SG ukur0,879.
4. Faktor yang mempengaruhi specific gravity adalah Desitas,
Temperatur,dan Tekanan.
5. Temperatur minyak mentah juga dapat juga dapat
mempengaruhi viskositas atau kekentalan minyak.

31
BAB IV
ANALISA KIMIA AIR FORMASI I

4.1 Tujuan

1. Menentukan pH
2. Menentukan Alkalinitas
3. Mengetahui unsur ion baku
4. Mengetahui kegunaan indicator phenophtalein
5. Mengetahui apa itu kesadahan

4.2 Dasar teori

Air formasi disebut pula dengan oil field water atau connate water
atau interstitial water yaitu air yang terproduksi bersama-sama dengan
minyak dan gas, karena adanya gaya dorong dari air (water drive) yang
mengisi pori-pori yang ditinggalkan minyak. Air formasi hamper selalu
ditemukan di dalam reservoir hidrokarbon. Air formasi diperkirakan berasal
dari laut yang ikut terendapkan bersama dengan endapan sekelilingnya,
karena situasi pengendapan batuan reservoir minyak terjadi pada lingkungan
pengendapan laut.
Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses
produktifitas sumur, tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga
mempunyai kegunaan cukup penting, antara lain :
Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu
sumur. Untuk mengetahui adanya scale formation
Untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan
yodium dan barium yang cukup besar dan dapat digunakan untuk mengetahui
adanya reservoir minyak yang cukup besar.
Adapun kesulitan yang ditimbulkan karena adanya air formasi adalah:

- Adanya korosi
- Adanya solid deposit

32
- Adanya scale formation
- Adanya emulsi
- Adanya kerusakan formasi
Air formasi adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama dengan minyak dan
gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam garam danasam, terutama
NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan asam sekali. Air formasi biasanya
disebut dengan oil field water atau connate water atau intertial water.
Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon karena
memang dengan adanya air ini ikut menentukan terakumulasinya hidrokarbon
didalam suatu akumulasi minyak, air selalu menempati sebagian dari suatu
reservoir, minimal 10 % dan maksimal 100 % dari keseluruhan pori.
Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal dari air formasi
dari lapisan lain yang masuk kedalam lapisan produktif, biasanya disebabkan oleh
:
a. Penyemenan yang kurang baik.
b. Kebocoran casing yang disebabkan oleh :
1) Korosi pada casing.
2) Sambungan kurang rapat.
3) Pengaruh gaya tektonik rapat
(patahan). Sifat-sifat yang
terkandung dalam air formasi :
1. Sifat fisika,meliputi :
a. Kompresibilitas
b. Kelarutan gas didalam air
c. Viscositas air.
d. Berat jenise.
e. Konduktifitas.
2. Sulfat kimiawi, meliputi :
a. Ion-ion negatif. (Anion)
b. Ion-ion positif. (Kation)

Alkalinitas, CO3, HCO3, dan OH harus ditentukan ditempat


pengambilan contoh, karena ion-ion ini tidak stabil (dapat mengurai) seiring

33
dengan perubahan waktu dan suhu. Untuk itu, pH perlu diturunkan sampai 1
dengan asam garam. Penentuan kadar barium (Ba) harus dilakukan segera setelah
contoh diterima, karena unsur BaSO4 terbatas kelarutannya, karena reaksi barium
cepat dengan SO4, akan mengurangi konsentrasi barium dan akan menimbulkan
kasalahan dalam penelitian. Selain dengan barium, SO 4 juga cepat bereaksi
dengan kalsium menjadi CaSO4 pada saat suhu turun.
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan sistem
klasifikasi dari air formasi air, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengindetifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot hasil analisa
air formasi tersebut kedalam grafik, hal ini akan memudahkan kita dalam korelasi
terhadap lapisan-lapisan batuan dari sumur secara tepat..
Beberapa kegunaan yang paling penting dari analisa air formasi ini

adalah :

a. Untuk korelasi lapisan batuan


b. Menentukan kebocoran casing
c. Menentukan kualitas sumber air untuk proses water floding.
Dampak Air Formasi, Dampak air formasi merupakan peristiwa dimana
air ikut terseret ketika kita mengisolasi minyak dari dalam reservoir. Air formasi
memiliki dua sifat yaitu asam dan basa sifat asam mengakibatkankorosi yang dapat
menyebabkan produksi minyak terganggu dimana air yang melekatdi pipa yang
semakin mengeras dan mengakibatkan karat. Sedangkanyang basa akn membentuk
endapan yang berbentuk pasir dan sedimen dimana endapan ini dapat merusak
prodiksi minyak yang di hasilkkan. Komposisi: kandungan utama air formasi
kalium, natrium, chor
Yang dijumpai dalam jumlah yang sangat banyak, keberadaan air formasi
menimbulkan gangguan pada proses produktifitas
Proses pengkaratan pada pipa terjadi karana air formasi yang mengandung oksigen
mampu mengoksidasi pipa, sehimgga minyak dapat merembes keluar pipa dan
poros atau rekahan yang disebabkan oleh karat

Bukan hanya kerugian saja yang dihasilkan oleh air formasi, air formasi

34
ini jiga mempunyai dampak positif yang di gunaka untuk water injeksi, Produced
water merupakan salah satu limbah terbesar yg dihasilkan oleh sektor hulu migas.
Terlebih untuk lapangan marjinal, water cut produksinya saja bisa mencapai 90%
(bahkan bisa lebih). Hal tersebut menjadi concern utama untuk pengelolaannya
sering bermasalah karena jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Opsi pengelolaan produced water ada 2 macam. Kita bisa treatment untuk di buang
ke badan air atau di-re-injeksi. Re-injeksi terbagi menjadi dua, yakni untuk
enhance oilrecovery /EOR (pressure maintenance, water flooding dll) atau berupa
sumurdisposal. Semua opsi mewajibkan pre-treatment dulu untuk memenuhi baku
mutu, kecuali sumur disposal. Semua opsi perlu perijinan dan pemantauan rutin
minimal per bulan dari instansi lingkungan, kecuali untuk re-injeksi sebagai EOR.
Ref Permen LH 04 thn 2007 dan Permen LH 13 th 2007.
Saat ini re-injeksi merupakan opsi yg paling banyak dipilih karena
praktis, tidak ribet bermaslah secara sosial lingkungan terutama juga
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi teknologi. Sebagai contoh, beberapa
lapangan akan sangat sulit memenuhi kriteria baku mutu TDS <
4.000 dengan teknologi konvensional.

Selain itu ada keuntungan yang didapatkan dari injeksi air terproduksi
kedalam formasi yaitu untuk mendorong kandungan crude oil dari dalam formasi
kesumur-sumur produksi dan menjaga tekanan fluida didalamnya, namun ada
criteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi terlebihdahulu.
Air untuk injeksi proses EOR memang perlu memenuhi kriteria tertentu. Jika
tidak, alih-alih mendorong produksi crude oil malah membuat plug formasi.
Fasprod pipa, pompa dan lain-lain juga cepat plugging, korosif& rusak. Parameter
yang biasa dijadikan indikator diantaranya pH, DO, TSS, MPFT, SRB (Sulfur
Reduction Bacteria), oil content, RPI, Fe dan turbidity.
Untuk kualitas air injeksi ke dalam formasi, ada fenomena swelling atau
deflocculating clay mineral dari batuan formasi. Clay merespon terhkekurangan
kation divalent yang terkandung di dalam air injeksi. Ada beberapa tipe clay yang
mempunyai korelasi langsung dengan kation divalent ini, yaitu montmorilonite,
illite, koalinite, dan mixed layer mont-illite.

35
Untuk kegiatan water injection, sebagai salah satu strategi EOR, juga
digunakan untuk menjaga tekanan dalam formasi, juga bisa digunakan untuk
mensiasati limbah produced water yang dihasilkan dari produksi oil/gas.
Penanggulangan Scale, Istilah scale dipergunakan secara luas untuk deposit keras
yang terbentuk pada peralatan yang kontak atau berada dalam air. Dalam operasi
produksi minyak bumi sering ditemui mineral scale seperti Senyawa-senyawa ini
dapat larut dalam air. Scale CaCO3 paling sering ditemui pada operasi produksi
minyak bumi. Akibat dari pembentukan scale pada operasi produksi minyak bumi
adalah berkurangnya produktivitas sumur akibat tersumbatnya penorasi, pompa,
valve, dan fitting serta aliran.
Penyebab terbentuknya deposit scale adalah terdapatnya
senyawasenyawa tersebut dalam air dengan jumlah yang melebihi kelarutannya
pada keadaan kesetimbangan. Faktor utama yang berpengaruh besar pada
kelarutan senyawa-senyawa pembentuk scale ini adalah kondisi fisik (tekanan,
temperatur, konsentrasi ion-ion lain dan gas terlarut).
Pencegahan Scale, Scale inllibitor adalah bahan kimia yang menghentikan atau
mencegah terbentuknya scale bila ditambahkan padakonsentrasi yang kecil pada
air.Penggunaan bahwa kimia ini sangat menarik, karena dengan dosis yang sangat
rendah dapat mencukupi untuk mencegah scale dalam periode waktu yang lama.
Mekanisme kerja scale inhibitor ada dua, yaitu:

1. Scale inhibitor dapat teradsorpsi pada permukaan kristal scale


pada saat mulai terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang besar
yang dapat menutupi kristal yang kecil dan menghalangi
pertumbuhan selanjutnya.

2. Dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah


menempelnya suatu partikel-partikel pada permukaan padatan.

Kelompok scale inhibitor antara lain: inorganik poliphospat,


Inhibitor organik, Phosponat, ester phospat, dan polimer.
Inorganik poliphospat adalah padatan inorganik non-kristalin.

36
Senyawa ini jarang digunakan dalam operasi perminyakan.
Kerugiannya adalah merupakan padatan dan bahan kimia ini
ymudah terdegradasi dengan cepat pada pH rendah atau pada
temperatur-tinggi. Inhibitor organik biasanya dikemas sebagai
cairan konsentrat dan tidak dapat dipisahkan sebagai bahan kimia
stabil. Ester phospat merupakan scale inhibitor yang sangat efektif
tetapi pada temperatur diatas 175°C dapat menyebabkan proses
hidrolisa dalam waktu singkat.
Phosponat merupakan scale inhibitor yang baik untuk penggunaan pada
temperature diatas 3500F. Sedangkan polimer seperti akrilat dapatdigunakan pada
temperatur diatas 350°C.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis inhibitor untuk
mendapatkan efektifitas kerja inhibitor yang baik adalah sebagai berikut: Jenis
scale, dengan diketahuinya komposisi scale, dapat dilakukan pemilihan scale
inhibitor yang tepat. Kekerasan scale. Temperatur, secara umum, inhibitor
berkurang keefektifannya apabila Temperature meningkat. Setiap inhibitor
mempunyai batas maksimum temperatur operas agar dapat berfungsi dengan baik.
pH, kebanyakan scale inhibitor konvensional tidak efektif pada pH rendah.
Kesesuaian bahan kimia, scale inhibitor yang digunakan harus sesuai dengan
bahan kimia lain yang juga digunakan untuk kepentingan operasi seperti corrosion
inhibitor. Beberapa scale inhibitor ada yang bereaksi dengan kalsium, magnesium
atau barium membentuk scale pada konsentrasi yang tinggi. Padatan terlarut,
semakin banyak padatan terlarut maka semakin tinggi
konsentrasi inhibitor yang digunakan. Kesesuaian dengan kondisi air,
kandungan ion ion kalsium, barium, dan magnesium yang ada dalam air akan
menyebabkan terjadinya reaksi dengan beberapa jenis inhibitor sehingga
menimbulkan masalah baru yaitu terbentuknya endapan.

37
4.3 Alat dan Bahan

4.3.1 Alat

No. Gambar Nama Alat

1. Balp

Gambar 23. Balp

2. Buret

Gambar 24. Buret

38
3. Corong Gelas

Gambar 25. Corong Gelas

4. Gelas Kimia

Gambar 26. Gelas Kimia

5. Gelas Ukur

Gambar 27. Gelas Ukur

39
6. Labu Erlenmeyer

Gambar 28. Labu


Erlenmeyer

7. Labu Ukur

Gambar 29. Labu Ukur

8. pH Paper

Gambar 30. pH Paper

40
9. Pipet Tetes

Gambar 31. Pipet Tetes

10. Pipet Volumetrik

Gambar 30. Pipet


Volumetrik

11. Spatula

Gambar 31. Spatula

41
12. Tiang Statif

Gambar 32. Tiang Statif

13. Tissue

Gambar 33. Tissue


Tabel 8. Alat-alat Percobaan 3

42
4.3.2 Bahan

No. Gambar Nama Bahan

1. Air Formasi

Gambar 34. Air Formasi

2. Aquadest

Gambar 35. Aquadest

43
Indikator MO (Methyl
3.
Orange)

Gambar 36. Indikator MO


(Methyl Orange)

Indikator PP
4.
(Phenolphthalein)

Gambar 47. Indikator PP


(Phenolphthalein)

5. Larutan H2SO4 0,02 N

Gambar 48. Larutan


H2SO4

44
6. Larutan NaOH 20%

Gambar 49. Larutan


NaOH

Tabel 9. Bahan-bahan Percobaan 3

45
4.4 Prosedur percobaan

1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam praktikum


2. Ambil air formasi dengan menggunakan Pipet Volimetri dan Balp
sebanyak 2 ml
3. Masukkan air formasi yang sudah diambil sebanyak 2 ml ke dalam Labu
Erlenmeyer
4. Masukan pH paper ke dalam Labu Erlenmeyer untuk mengetahui pH dari
air formasi
5. Baca pengukuran pH dengan pH paper
6. Teteskan larutan NaOH 20% sebanyak dua tetes ke dalam Labu
Erlenmeyer dengan menggunakan pipet tetes
7. Teteskan indikator phenolphthalein sebanayak dua tetes ke dalam Labu
Erlenmeyer, air formasi berubah menjadi ungu
8. Isi buret dengan Larutan H2SO4 0,02 N dengan menggunakan Corong
Gelas sampai skala nol
9. Titrasi air formasi yang telah di tambahkan Larutan NaOH 20% dan
indikator phenolphthalein dengan larutan H2SO4 0,02N
10. Hentikan titrasi ketika warna pada air formasi dalam Labu Erlenmeyer
telah berubah menjadi warna bening
11. Baca skala pada buret sebagai nilai volume P
12. Tambahkan indicator methyl orange sebanyak dua tetes ke dalam Labu
Erlenmeyer berisi air formasi yang sudah di titrasi, kemudian warna air
formasi berubah menjadi orange
13. Titrasi kembali air formasi tersebut dengan larutan H 2SO4 0,02N yang
dipakai pada titrasi awal sampai warna sampel larutan menjadi merah
bening
14. Baca skala pada buret sebagai nilai volume M
15. Catat total volume yang habis dipakai untuk nilai volume P dan nilai
volume M
16. Masukkan data yang didapatkan ke dalam tabel hasil pengamatan

46
17. Tentukan kandungan [HCO3-], [CO3-], dan [OH-] dengan mengolah data
yang diperoleh
18. Bersihkan dan rapihkan alat dan bahan yang telah digunakan

4.5 Hasil pengamatan

4.5.1 Data percobaan

 pH air formasi =7
 Volume sampel = 2 ml
 Volume indikator PP = 2 tetes
 Volume indikator MO = 1 tetes
 Sifat kebasaan disebabkan oleh ion
 Konsentrasi ion HCO3 - = 108 Meq/l = 0 mg/l
 Konsentrasi ion CO3- = 52 Meq/l = 0 mg/l
 Konsentrasi ion OH- =0 Meq/l = mg/l

4.5.2 Hasil percobaan

1. Menentukan pH air formasi =7


2. Penentuan Alkalinitas
 Volume sampel = 2 ml
 Volume P = 1,3 ml
 Volume M = 8 ml
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃 1,3
 Kebasaan P = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = = 0,65
2
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑀 8
 Kebasaan M = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 2 = 4

 Sifat kebasaan disebebkan oleh :

[HCO3-] = 108 Meq/l

[CO3-] = 54 Meq/l

[OH-] = 0 Meq/l

47
4.6 Pengolahan Data

Hasil Titrasi [HCO3-] [CO3-] [OH-]


P=0 162 0 0
P=M 0 0 80
2P = M 0 52 0
2P < M 108 52 0
2P > M 0 0 -52
Tabel 10. Pengolahan Data Percobaan 3

4.7 Analisa kesalahan

1. Menuangkan larutan berlebihan/tidak sesuai prosedur


2. Menumpahkan larutan saat menuangkan larutannya

4.8 Kesimpulan

Jadi, dari data diatas kita dapat menyimpulkan kekuatan air formasi
untuk menetralkan asam (Alkalinitas) pada saat P = 0 sifat kebasaan yang
diberikan oleh [HC03-] 162, [CO3-] 0, [OH-] 0. Ketika P = M [HC03-] 0, [CO3-
] 0, [OH-] 14. Ketika 2P = M [HC03 -] 0, [CO3-] 28, [OH-] 80. Ketika 2P < M
[HC03-] 52, [CO3-] 108, [OH-] 0. Dan ketika 2P > M [HC03-] 0, [CO3-] 0, [OH-
] -52 Unsur [HC03-] , [CO3-] , [OH-] merupakan unsur-unsur yang terkandung
dalam air formasi tersebut yang mana unsur-unsur inilah yang berupaya
dalam menetralkan asam.

48
BAB V
ANALISA KIMIA AIR FORMASI II

5.1 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Alkalinitas


2. Mengetahui pengambilan air formasi di lapangan
3. Mengetahui bahan yang digunakan
4. Menentukan konsentrasi Ca+ (kalsium) pada formasi
5. Menentukan konsentrasi Cl- (klorida) dan Mg+ (magnesium) pada air
formasi

5.2 Dasar teori

Pengambilan sampel air formasi dilakukan dikepala sumur atau


diseparator dengan menggunakan penampung tertutup terbuat dari kaca atu
plastik agar tidak terjadi kontaminasi.
Air formasi biasa dikatakan sebagai air yang didapatkan dari formasi
saat proses produksi. Walaupun secara kasat mata air formasi hampir sama
dengan air biasa, namun sebenarnya ada yang membedakan antara air formasi
dengan air biasa. Misalkan dari kadar keasamannya, air biasa cenderung
memiliki kadar keasaman atau pH (power of hydrogen) yang netral yaitu
dengan nilai pH sebesar 7, namun jika pada air formasi kadar keasamannya
atau pH dari air formasi biasanya berkisar 8. Terdapat banyak pendapat yang
menyatakan bahwa airformasi terbentuk dari air laut yang terendapkan di
dalam formasi. Pendapat ini cukup beralasan karena secara geografis
lokasinya tempat produksi biasanya tidak jauh letaknya dari daerah laut.
Terutamauntuk migas, terkecuali geothermal. Tidak seperti pemboran migas
yang biasanya formasi atau batuan yang ditembus adalah batuan sedimen.
Air formasi atau yang biasanya disebut dengan oil field water atau
connate water atau intertial water merupakan air yang ikut terproduksi
bersama-sama dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung

49
bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl (Natrium chloride)
sehingga merupakan air yang asam bahkan asamsekali. Secara langsung air
formasi berfungsi untuk mendorong hidrokarbon naik ke permukaan pada
mekanisme water drive. Selain fungsi tersebut, air formasi juga digunakan
untuk menetukan saturasi air didalam batuan sehingga dapat diperoleh data
secara kualitatif mengenai jumlah cadangan hidrokarbon didalam reservoir.
Pengambilan sampel air formasi dilakukan di kepala sumur atau di
separator dengan menggunakan penampung bertutup terbuat dari kaca atau
plastik agar tidak terjadi kontaminasi. Air formasi selain berasal dari lapisan
itu sendiri atau juga berasal dari air formasi dari lapisan lain yang masuk
kedalam lapisan produktif, biasanya disebabkan oleh penyemenan yang
kurang baik sehingga air masih bisa menembus lapisan dari semen tersebut.
Kebocoran casing yang disebabkan oleh korosi pada casing , sambungan yang
kurang rapat, pengaruh gaya tektonik rapat, pada air formasi yang akan
dianalisa antara lain, penentuan spesific gravity, penentuan pH dan
alkalinitas, penentuan kandungan ion, penentuan kandungan padatan,
penentuan total padatan, penentuan zat organik, penentuan sifat kebasaan dari
air formasi yang kita dapatkan, penentuan sifat keasaman dari air formasi
yang akan kita teliti, penentuan kualitas sumber air untuk proses water
floading.
Pada dasarnya analisis kimia dibagi menjadi 2 bagian yaitu, analisa
kualitatif, yaitu analisa yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau
campuran yang tidak diketahui sedangkan analisa kuntitatif, yaitu analisa
kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada dalam suatu
sampel.
Alkalinitas dari suatu cairan biasa dilaporkan sebagai ion CO3-
[karbonat], HCO3- [bikarbonat] dan OH- [hidroksida] dengan cara mentitrasi
air sampel dengan larutan asam yang lemah dan larutan indikator. Larutan
penunjuk atau indikator metyl orange (MO) digunakan sebagai indikator
dalam penentuan HCO3- [bikarbonat]. Yang digunakan dalam penentuan
kebasahan CO3- [karbonat] dan OH- [hidroksida] adalah phenolpthalein

50
(PP). Sedangkan untuk menentukan kandungan Ca 2+ dan Mg2+ perlu terlebih
dahulu ditentukan kesadahan totalnya. Unsur ion baku dalam air formasi
adalah Cl-, yang konsentrasinya lemah sampai pekat.
EDTA (etilendiamin tetra asetat) adalah senyawa yang stabil,
mudah larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Kalsium dan
magnesium dapat membentuk garam kompleks EDTA (etilendiamine tetra
asetat) pada pH basa yaitu 10. Sementara itu, hanya kalsium yang membentuk
garam kompleks pada pH sbesar 12 dikarenakan adanya pengendapan
magnesium sebagai Mg (OH)2 (magnesium hidroksida). KOH (kalium
hidroksida) diperlukan untuk menaikkan pH dan menghindari terjadinya
kopresipitasi, sehingga penitaran EDTA (etilendiamine tetra asetat) pada pH
tersebut hanya dikonsumsi oleh kalsium saja.
Oleh sebab itu dengan titrasi dua percontoh menggunakan larutan
standar EDTA (etilendiamine tetra asetat), yang satu pada pH 10 dan lainnya
pada pH 12, kalsium dan magnesium dapat ditentukan secara bersamaan.
Nilai minimum pH ditentukan dari tetapan kondisionalnya Keff. Pada pH 12
Mg2+ mengendap sebagai Mg (OH)2 lebih dahulu karena memiliki Keff yang
lebih besar dari Ca2+ Selektivitas komplek dapat diatur dengan pengendalian
pH, misalnya Ca, Mg, Cr, Ba dapat dititrasi pada pH 11. Mn2+, Fe, Co, Ni,
Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V dapat dititrasi pada pH 4-7, sedangkan logam
seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V dan Th dititrasi pada pH 1-4.
EDTA sebagai garam natrium merupakan standar primer sehingga tidak perlu
distandarisasi lebih lanjut. Titrasi kompleksometri dapat digunakan pada
penentuan beberapa logam pada operasi skala semi mikro.
Konsentrasi klorida berkisar dari yang sangat encer sampai pekat
dan kemungkinan dapat menyebabkan masalah pembuangan yang serius.
Konsentrasi klorida digunakan untuk memperkirakan harga Resistivity dari
air formasi dan membedakan antara formasi-formasi bawah permukaan
(subsurface formations). Pada metoda ini, titrasi Cl dengan AgNO3 dilakukan
dengan indikator K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang

51
berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag yang berlebih diendapkan sebagai
Ag2CrO4 yang berwarna merah-cokelat.
Larutan pada penetapan Cl- cara Mohr harus bersifat netral atau
sedikit basa sehingga diperlukan pengaturan pH 6,0–8,5 tetapi tidak boleh
terlalu basa sebab Ag akan terendapkan sebagai Ag (OH), sebaliknya jika
larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi
CrO4 berkurang. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih
larut sebanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi.
Larutan kalium kromat (K2CRO4) merupakan zat padat berwarna
yang menghasilkan larutan kuning dalam air yang dengan adanya asam
mineral encer berubah menjadi kromat yang berwarna jingga dalam air,
indikator kalium kromat biasa digunakan dalam metode argentometri, larutan
kalium kromat (K2CRO4) merupakan larutan yang tidak berbahaya.

52
5.3 Alat dan Bahan

5.3.1 Alat

No. Gambar Nama Alat

1. Balp

Gambar 50. Balp

2. Buret

Gambar 51. Buret

53
3. Corong Gelas

Gambar 52. Corong Gelas

4. Gelas Kimia

Gambar 53. Gelas Kimia

5. Gelas Ukur

Gambar 54. Gelas Ukur

54
6. Labu Erlenmeyer

Gambar 55. Labu Erlenmeyer

7. Pipet Tetes

Gambar 56. Pipet Tetes

8. Pipet Volumrik

Gambar 57. Pipet Volumetrik

55
9.

Spatula

Gambar 58. Spatula

10. Tiang Statif

Gambar 59. Tiang Statif

11 Tissue

Gambar 60. Tissue

Tabel 11. Alat-alat Percobaan 4

56
5.3.2 Bahan

No. Gambar Nama Bahan

1. Air Formasi

Gambar 61. Air Formasi

2. Aquadest

Gambar 62. Aquadest

57
Indikator PP
3.
(phenolphthalein)

Gambar 63. Indikator PP

4. Larutan AgNO3 0,1 N

Gambar 64. Laurtan


AgNO3

5. Larutan EDTA 0,1 N

Gambar 65. Larutan


EDTA

58
6. Larutan K2CrO4 5%

Gambar 66. Larutan


K2CrO4

7. Larutan NaOH 20%

Gambar 67. Larutan


NaOH

8. Larutan NH4OH

Gambar 68. Larutan


NH4OH

Tabel 12. Bahan-bahan Percobaan 4

59
5.4 Prosedur percobaan

5.4.1 Penentuan Ion Kalsium (Ca2+)

1. Menyaipkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam


praktikum
2. Mengambil sampel air formasi sebanyak 10 ml dengan
menggunakan gelas ukur
3. Menuangkan 10 ml sampel air formasi tersebut ke dalam Labu
Erlenmeyer
4. Mengambil larutan NH4OH 25% sebanyak 3 ml menggunakan
pipet volumetric dan balp
5. Memasukan larutan NH4OH yang sudah diambil ke dalam Labu
Erlenmeyer yang berisi air formasi
6. Menggoyangkan larutan yang berada di dalam Labu Erlenmeyer
sampai terjadi perubahan warna sampel air formasi menjadi
keruh
7. Mengindikasikan adanya kandungan ion kalsium (Ca2+) pada
sampel air formasi tersebut
8. Mencatat hasil perubahan warna atau indikasi sebagai Analisa
kualitatif kandungan ion kalsium (Ca2+)
9. Mencuci alat-alat yang telah digunakan untuk digunakan
kembali
10. Mengambil 10 ml sampel air formasi dengan menggunakan gelas
ukur
11. Menuangkan air formasi yang sudah diambil 10 ml ke dalam
Labu Erlenmeyer
12. Mengambil 1 ml NaOH 20% dengan menggunakan pipet
volumetric dan balp kemudian masukkan ke dalam Labu
Erlenmeyer yang berisi air formasi

60
13. Menambahkan indikator phenolphthalein sebanyak 2 tetes ke
dalam larutan tersebut, dan terjadi perubahan warna menjadi
ungu
14. Menuangkan larutan EDTA 0,01 N ke dalam buret sampai skala
0
15. Menitrasi sampel air formasi tersebut dengan larutan EDTA 0,01
N sampai warna sampel air formasi tersebut menjadi warna ungu
bening
16. Mencatat banyaknya volume larutan EDTA 0,01 N yang
digunakan untuk titrasi, sebagai hasil pengamatan analisa ion
kalsium secara kuantitatif
17. Membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan

5.4.2 Penentuan Ion Klorida (Cl-)

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam


praktikum
2. Mengambil 10 ml air formasi dengan menggunakan gelas ukur
3. Memasukkan air formasi tersebut ke dalam Labu Erlenmeyer
4. Menambahkan larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 1 tetes
menggunakan pipet tetes ke dalam Labu Erlenmeyer
5. Menggoyangkan Labu Erlenmeyer tersebut sampai terjadi
indikasi atau perubahan warna
6. Mengamati air formasi yang berada di dalam Labu Erlenmeyer
akan menjadi keruh dan terdapat endapan
7. Mencatat hasil pengamatan dengan indikasi atau perubahan
warna sebagai analisa kualitatif ion klorida
8. Mencuci alat-alat yang telah digunakan untuk digunakan
kembali
9. Mengamgbil 10 ml air formasi dengan menggunakan gelas ukur
10. Memasukkan air formasi tersebut kedalam Labu Erlenmeyer

61
11. Mengambil 1 ml larutan K2CrO4 5% menggunakan pipet
volumetric dan balp kemudian masukkan ke dalam Labu
Erlenmeyer yang berisi air formasi
12. Memasukkan larutan AgNO3 0,1 N kedalam buret dengan
menggunakan corong gelas sampai skala 0
13. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai
air formasi tersebut terdapat tetesan merah bata
14. Mencatat volume AgNO3 0,1 N yang digunakan untuk titrasi,
sebagai hasil pengamatan analisa ion klorida secara kuantitatif
15. Membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan

5.5 Hasil pengamatan

 Penentuan Ion (Ca2+)


1. Kualitatif

Volume sampel = 10 ml

Volume NH4OH 25% = 3 ml

Indikasi = Air formasi berwarna keruh karena

mengandung kalsium

2. Kuantitatif

Volume sampel = 10 ml

Volume NaOH 20% = 1 ml

Indikator PP = 1 tetes

Volume EDTA 0,01 N = 9,5 ml

62
Indikasi = Air formasi menjadi berwarna ungu

bening

 Penentuan Ion (Cl-)


1. Kualitatif

Volume sampel = 10 ml

Volume AgNO3 0,1 N = 1 tetes

Indikasi = Air formasi berubah menjadi warna

Keruh endapan

2. Kuantitatif

Volume sampel = 10 ml

Volume Kr2CO4 5% = 1 ml

Volume AgNO3 0,1 N = 31 ml

Indikasi = Air formasi akan berubah menjadi

percikan warna merah bata

5.6 Pengolahan Data

 Nilai Konsentrasi (Ca2+)

Diketahui = Volume titrasi EDTA 0,01 N = 9,5 ml

Volume sampel = 10 ml

Ar Ca = 40

Ditanya =

a) Konsentrasi [Ca2+] (Mg/l) =….?


b) Konsentrasi [Ca2+] (Me/l) =….?

63
Jawab:

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 1000


a) Konsentrasi [Ca2+] (Mg/l) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

9,5 ×1000
= 10

= 950 Mg/l

𝐶𝑎(𝑀𝑔⁄𝑙) × 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
b) Konsentrasi [Ca2+] (Me/l) = 𝐴𝑟 𝐶𝑎

950 ×2
= 40

= 47,5 Me/l

 Nilai Konsentrasi (Cl-)

Diketahui = Volume titrasi AgNO3 = 31 ml

Volume sampel = 10 ml

Ar Cl = 35,5

Ditanya =

c) Konsentrasi [Cl-] (Mg/l) =….?


d) Konsentrasi [Cl-] (Me/l) =….?

Jawab:

a) Konsentrasi [Cl-] (Mg/l) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒


𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑔𝑁𝑂 × 1000
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3
× 𝐴𝑟 𝐶𝑙 × 𝑛 𝐴𝑔𝑁𝑂3

31 ×1000
= × 35,5 × 0,1
10

= 11005 Mg/l

𝐶𝑙(𝑀𝑔⁄𝑙)
b) Konsentrasi [Cl-] (Me/l) = × 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝐴𝑟 𝐶𝑙

11005
= ×1
35,5

= 310 Me/

64
 Konsentrasi Anion dan Kation

Anion Meq/l Kation Meq/l


Cl- 310 Ca2+ 47,5
SO42- 0,92 Mg2+ 0
CO3- 2,003 Ba2+ 0
HCO3- 1,75 Fe3+ 0,53
OH- 0
Σ 48,03
Σ 314,673
Tabel 13. Konsentrasi Anion dan Kation

 Konsentrasi (Na+)

Diketahui = Σ Anion = 314,673 Me/l

Σ Kation = 48,03 Me/l

Ar Na = 23

Ditanya =

a) Konsentrasi [Na2+] (Me/l) =….?


b) Konsentrasi [Na2+] (Mg/l) =….?

Jawab:

a. Konsentrasi [Na2+] (Me/l) = Σ Anion – Σ Kation

= 314,673 – 48,03

= 266,643 Meq/l

b. Konsentrasi [Na2+] (Mg/l) = Na (Me/l) x Ar Na

= 266,643 x 23

= 6132,789 Mg/l

65
 Tenaga Ion

Konsentrasi Faktor Konversi Tenaga Ion


Ion
Me/l (A) Mg/l (B) Ppm (C) Me/l (D) (BxC)
Na+ 43,973 1103,379 2,20 x 10-5 5 x 10-4 0,,024
Ca2+ 47,5 950 5,00 x 10-5 1 x 10-3 0,0475
Mg2+ 0 0 8,20 x 10-3 1 x 10-3 0
Cl- 87,33 3100 1,40 x 10-5 5 x 10-4 0,0434
HCO3- 1,73 106,785 0,82 x 10-5 5 x 10-4 8,756 x 10-4
CO3- 2,003 60,010 3,30 x 10-5 1x 10-3 1,98 x 10-3
SO4- 0,92 44 2,10 x 10-5 1 x 10-3 9,24 x 10-3
Σ 0,55 (µ)
Tabel 14. Tabel Tenaga Ion

Tenaga Ion = Konsentrasi ion (Mg/l) x Faktor Konversi ion (ppm)

= 0,55

66
 Diagram Stiff

Grafik 1. Diagram Stiff

 Nilai Kelarutan (K) berdasarkan Temperature

Diketahui = Σ Tenaga Ion = 0,555

Temperature Pertama = 20 °C

Temperature Kedua = 25 °C

Temperature Ketiga = 30 °C

Ditanya =

a) Kelarautan (K) pada temperature 20 °C =….?


b) Kelarautan (K) pada temperature 25 °C =….?
c) Kelarautan (K) pada temperature 30 °C =….?

Jawab:

a) Kelarautan (K) pada temperature 20 °C = 3,3°F


b) Kelarautan (K) pada temperature 25 °C = 3,1 °F
c) Kelarautan (K) pada temperature 30 °C = 2,75°F

67
-4 -3 -2 -1 0 1

Grafik 2. Konstanta terhadap Temperature

 Nilai Pca dan PAlka

Diketahui = Konsentrasi Ca+ = 2,220 Mg/l

Alkalinitas = [HCO3-] + [CO3] + [OH-]

= 1,74 + 2,003 + 0

= 3,753 Mg/l

Ditanya =

a) PCa =….?
b) PAlka =….?

Jawab:

Berdasarkan grafik nilai PCa dan PAlka dengan memplot nilai


konsentrasi Ca2+ dan total konsentrasi alkalinitas, maka didapatkan:

a) PCa sebesar 302 Mg/l


b) PAlka sebesar 15 Mg/l

68
 Nilai Stabilitas Indeks terhadap Suhu

Diketahui:

pH sampel air formasi =7

Kelarutan (K) pada temperature 20 °C = 3,0

Kelarutan (K) pada temperature 25 °C = 2,8

Kelarutan (K) pada temperature 30 °C = 2,0

PCa = 302 Mg/l

PAlka = 15 Mg/l

Ditanya:

a) Stabilitas Indeks (SI) pada temperature 20 °C =….?


b) Stabilitas Indeks (SI) pada temperature 25 °C =….?
c) Stabilitas Indeks (SI) pada temperature 30 °C =….?

Jawab:

a) SI pada 20 °C = pH – K pada 20 °C – Pca – PAlka

= 7 – 3,3-2,38-2,52

= -1,2

b) SI pada 25 °C = pH – K pada 25 °C – Pca – PAlka

= 7 – 3,1-2,38-2,52

= -1

c) SI pada 30 °C = pH – K pada 30 °C – Pca – PAlka

= 7-2,75-2,38-2,75

= -0,65

69
Dari hasil pengolahan data didapat hasil, SI < 0 dan hal ini
menunjukan bahwa air formasi tidak mengandung endapan

Keterangan:

SI > 0 = Air formasi mengandung endapan

SI = 0 = Air formasi seimbang (netral)

SI < 0 = Air formasi tidak mengandung endapan

-4 -3 -2 -1 0 1
Stabilitas Indeks

Grafik 3. Stabilitas Indeks terhadap Temperature

5.7 Analisa kesalahan

1. Menuangkan larutan kelebihan/tidak sesuai prosedur


2. Kurang akurat dalam melakukan titrasi

5.8 Kesimpulan

Jadi, dari data diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sampel air
formasi yang digunakan pada percobaan tersebut tidak mengandung endapan
dikarenakan stabilitas indeks pada 20 °C, 25 °C, dan 30 °C itu nilainya <0
yang mana jika SI <0 itu menunjukan tidak adanya endapan pada air formasi.

70
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Jadi, titik kabut pada light oil (minyak ringan) terjadi pada
temperature 26 °C dan pada heavy oil (minyak berat) terjadi pada temperature
28 °C, Heavy oil . Titik beku pada light oil terjadi pada temperature 24 °C
dan pada heavy oil terjadi pada temperature 26 °C. Titik tuang pada light oil
terjadi pada temperature 34 °C dan pada heavy oil terjadi pada temperature
35 °C, heavy oil memiliki suhu titik tuang lebih tinggi karena viskositasnya
lebih besar.

SG atau specific gravity adalah perbandingan berat jenis zat tersebut


dengan berat jenis air. Fungsi SG ( specific gravity) salah satunya untuk
mengetahui apakah minyak tersebut minyak ringan atau minyak berat. Hasil
nilai specific gravity pada minyak ringan adalah SG ukur 0,875 sedangkan
Hasil nilai specific gravity pada minyak berat adalah SG ukur 0,879. Faktor
yang mempengaruhi specific gravity adalah Desitas, Temperatur, dan
Tekanan.
Kekuatan air formasi untuk menetralkan asam (Alkalinitas) pada saat P
= 0 sifat kebasaan yang diberikan oleh [HC03 -] 162, [CO3-] 0, [OH-] 0. Ketika
P = M [HC03-] 0, [CO3-] 0, [OH-] 14. Ketika 2P = M [HC03-] 0, [CO3-] 28,
[OH-] 80. Ketika 2P < M [HC03-] 52, [CO3-] 108, [OH-] 0. Dan ketika 2P >
M [HC03-] 0, [CO3-] 0, [OH-] -52 Unsur [HC03-] , [CO3-] , [OH-] merupakan
unsur-unsur yang terkandung dalam air formasi tersebut yang mana unsur-
unsur inilah yang berupaya dalam menetralkan asam.
Sampel air formasi yang digunakan pada percobaan tersebut tidak
mengandung endapan dikarenakan stabilitas indeks pada 20 °C, 25 °C, dan
30 °C itu nilainya <0 yang mana jika SI <0 itu menunjukan tidak adanya
endapan pada air formasi.

71
6.2 Saran

6.2.1 Saran untuk Institut Teknologi Petroleum Balongan

1. Lebih memperhatikan pada perawatan peralatan praktikum yang


ada di laboratorium Institut Teknologi Petroleum Balongan.

6.2.2 Saran untuk Asisten Praktikum

1. Pengaturan jadwal praktikum harap diatur sebaik mungkin


sehingga tidak terjadi pergantian atau kemunduran jadwal
secara tiba-tiba.
2. Format untuk laporan resmi yang diberikan kepada praktikan
harap dibuat secara lengkap agar praktikan tidak mengalami
kesalahan pada penulisan laporan sehingga ACC pun
berlangsung cepat dan tidak banyak menambah pekerjaan lagi
3. Perbanyaklah bersabar dalam menghadapi para praktikan yang
tidak sabar.

6.2.3 Saran untuk Praktikan

1. Selalu berhati-hati pada saat Praktikum berlangsung.


2. Mengikuti dengan baik semua intruksi dari Asisten Praktikum.
3. Tidak melakukan hal yang tidak perlu selama Praktikum
berlangsung

72
DAFTAR PUSTAKA

Kadarohman, A. (2009). Eksplorasi minyak atsiri sebagai bioaditif bahan bakar


solar. Jurnal Pengajaran MIPA, 14(2), 121-142.
Setijono, H., & Nirmala, G. S. (2013). Rancang Bangun Sensor Specific Gravity
pada Crude Oil Menggunakan Serat Optik Plastik. Jurnal Teknik
ITS, 2(2), F360-F365.
Agustina Prihantini (2017) Modul Praktikum Analisa Fluida Reservoir. Teknik
Perminyakan Akamigas Balongan. Indramayu.
Ahmad, N. M., & Said, L. (2016, April). Analisa Air Formasi Dalam Menentukan
Kecenderungan Pembentukan Scale pada Sumur X, Y dan Z. In
Prosiding seminar nasional cendekiawan.
Sakinah, I. F. (2019). Karakteristik surfaktan pada proses perolehan minyak dari air
formasi (Bachelor's thesis, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).
Fadillah, G. (2020). Validasi Metode Kesadahan Total Pada Air Formasi Secara
Titrimetri Di PT. Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field.
Wahyuni, M. S., Sitaresmi, R., & Widiyatni, H. Analisa Air Formasi Dari Air
Sumur-Sumur Penduduk Kaitannya Dengan Lingkungan Dl
Wilayah Jakarta Selatan.
Korompis, A. D. (2016). Studi laboratorium analisis air formasi untuk menentukan
kandungan scale CaCo3 dan CaSO4. SKRIPSI-2016.

73
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai