Anda di halaman 1dari 95

LAPORAN RESMI

ANALISA FLUDIA RESERVIOR

Oleh

Mohamad Rayhan Rahmandika

20010042

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

INDRAMAYU

2022
LAPORAN RESMI

ANALISA FLUDIA RESERVIOR

Oleh

Mohamad Rayhan Rahmandika

20010042

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

INDRAMAYU

2022

i
ABSTRAK

Titik kabut adalah temperatur dimana lilin paraffin atau padatan lain mulai
mengkristal atau memisahkan diri dari larutan bila minyak di dinginkan pada
kondisi tertentu.

Titik beku adalah temperatur terendah dimana minyak sudah tidak dapat bergerak
lagi atau mengalir.

Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak masih dapat dituang atau
mengalir bila minyak tersebut di dinginkan dengan tanpa di ganggu pada kondisi
yang ditentukan.

Specific gravity adalah satuan berat jenis yang digunakan dalam teknik
perminyakan. Specific gravity crude oil di definisikan sebagai perbandingan
antara densitas minyak dengan densitas air yang diukur pada tekanan dan
temperature yang sama.

Air formasi disebut pula dengan oil field water atau connate water atau interstitial
water yaitu air yang terproduksi bersama-sama dengan minyak dan gas, kareana
adanya gaya dorong dari air (water drive) yang mengisi pori-pori yang
ditinggalkan minyak.

Kata Kunci: Titik kabut, Titik beku, Titik tuang, Specific gravity, Air formasi

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

ANALISA FLUDIA RESERVOIR

Oleh

Mohamad Rayhan Rahmandika


NIM 20010042

Disusun untuk memenuhi persyaratan

Mata Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon

Pendidikan Diploma III

Pada Program Studi Teknik Perminyakan

Akamigas Balongan Indramayu

Indramayu, 6 Agustus 2022

Disahkan oleh:

Dosen Pengampu

Agustina Prihatini, M. T.

iii
iv
LEMBAR BEBAS REVISI

LAPORAN RESMI

ANALISA FLUDIA RESERVOIR

Oleh

Mohamad Rayhan Rahmandika


NIM 20010042

Disusun untuk memenuhi persyaratan

Mata Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon

Pendidikan Diploma III

Pada Program Studi Teknik Perminyakan

Akamigas Balongan Indramayu

Indramayu, 6 Agustus 2022

Disahkan oleh:

Dosen Laboran

Taufik Andika, M. T.

v
ASISTEN PRAKTIKUM

1. Anindya Satrio Wicaksono 1.


Nim : 19010026
2. Davis Putra Ananda Setiawan 2.
Nim : 19010087
3. Dliya Ruhana 3.
Nim : 19010101
4. Ginka Rawamba Hestaria Saragih Munthe 4.
Nim : 19010074
5. Karlina Dewi 5.
Nim : 19010079
6. Maria Sinka Elizabeth Sitompul 6.
Nim : 19010044

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Saya persembahkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
laporan ini.

Keluarga khususnya kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik
berupa doa maupun materi yang tak ternilai jumlahnya dan tiada hentinya
tercurahkan untuk saya dan bertekad akan membalas setiap jasa kedua orang tua
saya dengan kesuksessan dan kebahagiaan.

Dosen Mata Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon dan Asisten Praktikum yang sabar
dan dengan kelapangan maereka memberikan arahan dan bimbingannya kepada
kami yang belum tahu bahkan tidak mengenal Kimia Fisika Hidrokarbon.

Teman-teman Teknik Perminyakan B 20, khususnya teman kelompok 15 yang


telah bekerja sama dalam suka maupun duka selama praktikum berlangsung.

Teman-teman satu kosan yang telah membantu dan meramaikan suasana dan
kamu pastinya yang setiap detiknya selalu mengerti dan memberikan semangat
kepada saya.

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Mohamad Rayhan Rahmandika
Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 14 Februari 2003
Alamat : Jl.Cideng Raya Rt.05 Rw.06 Desa Kertawinangun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nomor Handphone : 0895605966104
Email : mohamadrayhandika@gmail.com

Pendidikan
2009 - 2015 : SD Negri 2 Kertawinangun
2015 - 2018 : SMP Negri 5 Cirebon
2018 - 2021 : SMA Negri 7 Cirebon
2021 - Sekarang : Akademi Minyak dan Gas Balongan, Teknik Perminyakan
Diploma III

Indramayu, 6 Agustus 2022


Hormat Saya,

Mohamad Rayhan Rahmandika


viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan segala kemudahan, kelancaran, dan anugerahnya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan “Laporan Resmi Analisa Fluida Reservoir”. Kami
menyadari bahwa dalam penulsian laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi
tercapainya laporan yang lebih baik.

Pembuatan Laporan Resmi ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata


Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon untuk memenuhi syarat kelulusan praktikum,
menambah wawasan ilmu para Mahasiswa khusunya di bidang Analisa Fluida
Reservoir yaitu secara teori maupun praktiknya, melatih mahasiswa untuk
membuat Laporan Resmi, mengetahui alat-alat laboratorium yang digunakan
dalam kegiatan praktikum dan fungsi alat-alat tersebut.

Adanya isi “Laporan Resmi Analisa Fluida Reservoir” ini menguraikan


tentang Penentuan Titik Kabut, Titik Beku, Titik Tuang, Penentuan Specific
Gravity (SG), Analisa Kimia Air Formasi I & II.

Dengan adanya “Laporan Resmi Analisa Fluida Reservoir” ini selain untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Kimia Fisika
Hidrokarbon mudah-mudahan juga memenuhi Sebagian kebutuhan pembaca yang
memerlukan laporan karya ilmiah berbahasa Indonesia, khususnya dalam bidang
Kimia Fisika Hidrokarbon.

Indramayu, 6 Agustus 2022

Mohamad Rayhan Rahmandika

ix
UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan yang baik ini izinkan saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, di
antaranya:

1. Kedua Orang tua yang tiada lebih memberikan seluruh pengorbanan dan
kasih sayangnya.
2. Bapak H. Nahdudin Islami, M.T., selaku Ketua Yayasan Bina Islami dan
Akademi Minyak dan Gas Balongan.
3. Ibu Hj. Hanifah Handayani, M.T., selaku Direktur Akademi Minyak dan Gas
Balongan.
4. Bapak Abdul Kamid, M.T., selaku Dosen Mata Kuliah Kimia Fisika
Hidrokarbon.
5. Ibu Agustina Prihatini, M.T., selaku Dosen Mata Kuliah Kimia Fisika
Hidrokarbon.
6. Maria Sinka Elizabeth Sitompul, selaku Penanggung Jawab Kelompok 16.
7. Anindya Satrio Wicaksono, selaku Asisten Praktikum Analisa Fluida
Reservoir.
8. Davis Putra Ananda Setiawan, selaku Asisten Praktikum Analisa Fluida
Reservoir.
9. Dliya Ruhana, selaku Asisten Praktikum Analisa Fluida Reservoir.
10. Ginka Rawamba Hestaria Saragih Munthe, selaku Asisten Praktikum Analisa
Fluida Reservoir.
11. Karlina Dewi, selaku Asisten Praktikum Analisa Fludia Reservoir.
12. Teman-teman Kelompok 15 Praktikum Analisa Fluida Reservoir.
13. Teman-teman Teknik Perminyakan Angkatan 20 khususnya Kelas B.
14. Semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan dukungan
baik secara moral maupun materil.

x
Saya menyadari bahwa Laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
rekan-rekan agar membuat laporan berikutnya dapat lebih baik. Saya berharap
semoga laporan ini bermanfaat bagi rekan-rekan terutamanya saya pribadi.

xi
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

LEMBAR BEBAS REVISI....................................................................................iv

ASISTEN PRAKTIKUM........................................................................................v

LEMBAR PERSEMBAHAN.................................................................................vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................vii

KATA PENGANTAR..........................................................................................viii

UCAPAN TERIMAKASIH....................................................................................ix

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv

DAFTAR TABEL..............................................................................................xviii

DAFTAR GRAFIK...............................................................................................xix

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Tujuan.................................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum...........................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus...........................................................................2

1.3 Manfaat...............................................................................................3

1.3.1 Manfaat untuk kampus..............................................................3

1.3.2 Manfaat untuk Asisten Praktikum.............................................3

1.3.3 Manfaat untuk Praktikan...........................................................3

xii
BAB II PENENTUAN TITIK KABUT, TITIK BEKU, DAN TITIK TUANG.....4

2.1 Tujuan.................................................................................................4

2.2 Dasar Teori.........................................................................................4

2.1.1 Titik Kabut................................................................................6

2.1.2 Titik Beku..................................................................................7

2.1.3 Titik Tuang................................................................................7

2.3 Alat dan Bahan...................................................................................9

2.3.1 Alat............................................................................................9

2.3.2 Bahan.......................................................................................12

2.4 Prosedur Percobaan..........................................................................13

2.5 Hasil Pengamatan.............................................................................14

2.6 Pengolahan Data...............................................................................15

2.7 Analisa Kesalahan............................................................................15

2.8 Kesimpulan.......................................................................................15

BAB III PENENTUAN SPECIFIC GRAVITY (SG).............................................16

3.1 Tujuan...............................................................................................16

3.2 Dasar teori.........................................................................................16

3.3 Alat dan Bahan.................................................................................21

3.3.1 Alat..........................................................................................21

3.3.2 Bahan.......................................................................................23

3.4 Prosedur percobaan...........................................................................24

3.5 Hasil pengamatan..............................................................................24

3.6 Pengolahan Data...............................................................................25

3.7 Analisa kesalahan.............................................................................25

3.8 Kesimpulan.......................................................................................25

xiii
BAB IV ANALISA KIMIA AIR FORMASI I......................................................26

4.1 Tujuan...............................................................................................26

4.2 Dasar teori.........................................................................................26

4.3 Alat dan Bahan.................................................................................32

4.3.1 Alat..........................................................................................32

4.3.2 Bahan.......................................................................................36

4.4 Prosedur percobaan...........................................................................38

4.5 Hasil pengamatan..............................................................................39

4.5.1 Data percobaan........................................................................39

4.5.2 Hasil percobaan.......................................................................40

4.6 Pengolahan Data...............................................................................40

4.7 Analisa kesalahan.............................................................................41

4.8 Kesimpulan.......................................................................................41

BAB V ANALISA KIMIA AIR FORMASI II......................................................42

5.1 Tujuan...............................................................................................42

5.2 Dasar teori.........................................................................................42

5.3 Alat dan Bahan.................................................................................48

5.3.1 Alat..........................................................................................48

5.3.2 Bahan.......................................................................................52

5.4 Prosedur percobaan...........................................................................54

5.4.1 Penentuan Ion Kalsium (Ca2+).................................................54

5.4.2 Penentuan Ion Klorida (Cl-)....................................................56

5.5 Hasil pengamatan..............................................................................57

5.6 Pengolahan Data...............................................................................58

5.7 Analisa kesalahan.............................................................................64

xiv
5.8 Kesimpulan.......................................................................................64

BAB VI PENUTUP...............................................................................................65

6.1 Kesimpulan.......................................................................................65

6.2 Saran.................................................................................................66

6.2.1 Saran untuk Akamigas Balongan............................................66

6.2.2 Saran untuk Asisten Praktikum...............................................66

6.2.3 Saran untuk Praktikan.............................................................67

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................68

LAMPIRAN

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Corong Gelas........................................................................................9

Gambar 2. Electric Heater.....................................................................................9

Gambar 3. Gelas Kimia........................................................................................10

Gambar 4. Gelas Ukur..........................................................................................10

Gambar 5. Penjepit Kayu.....................................................................................10

Gambar 6. Penutup dari Gabus.............................................................................11

Gambar 7. Spatula................................................................................................11

Gambar 8. Tabung Reaksi....................................................................................11

Gambar 9. Thermometer Batang..........................................................................12

Gambar 10. Tissue................................................................................................12

Gambar 11. Es Batu..............................................................................................12

Gambar 13. Minyak Mentah (Crude oil)..............................................................13

Gambar 14. Electric Heater..................................................................................21

Gambar 15. Gelas Kimia......................................................................................21

Gambar 16. Gelas Ukur........................................................................................21

Gambar 17. Hydrometer Specific Gravity Heavy Liquid.....................................22

Gambar 18. Hydrometer Specific Gravity Light Oil............................................22

Gambar 19. Spatula..............................................................................................22

Gambar 20. Thermometer....................................................................................23

Gambar 21. Tissue................................................................................................23

Gambar 22. Sampel minyak (crude oil)...............................................................23

Gambar 23. Balp...................................................................................................32

xvi
Gambar 24. Buret.................................................................................................32

Gambar 25. Corong Gelas....................................................................................33

Gambar 26. Gelas Kimia......................................................................................33

Gambar 27. Gelas Ukur........................................................................................33

Gambar 28. Labu Erlenmeyer..............................................................................34

Gambar 29. Labu Ukur.........................................................................................34

Gambar 30. pH Paper...........................................................................................34

Gambar 31. Pipet Tetes........................................................................................35

Gambar 30. Pipet Volumetrik...............................................................................35

Gambar 31. Spatula..............................................................................................35

Gambar 32. Tiang Statif.......................................................................................36

Gambar 33. Tissue................................................................................................36

Gambar 34. Air Formasi.......................................................................................36

Gambar 35. Aquadest...........................................................................................37

Gambar 36. Indikator MO (Methyl Orange)........................................................37

Gambar 47. Indikator PP (Phenolphthalein)........................................................37

Gambar 48. Larutan H2SO4..................................................................................38

Gambar 49. Larutan NaOH..................................................................................38

Gambar 50. Balp...................................................................................................48

Gambar 51. Buret.................................................................................................48

Gambar 52. Corong Gelas....................................................................................49

Gambar 53. Gelas Kimia......................................................................................49

Gambar 54. Gelas Ukur........................................................................................49

Gambar 55. Labu Erlenmeyer..............................................................................50

Gambar 56. Pipet Tetes........................................................................................50

xvii
Gambar 57. Pipet Volumetrik...............................................................................50

Gambar 58. Spatula..............................................................................................51

Gambar 59. Tiang Statif.......................................................................................51

Gambar 60. Tissue................................................................................................51

Gambar 61. Air Formasi.......................................................................................52

Gambar 62. Aquadest...........................................................................................52

Gambar 63. Indikator PP......................................................................................52

Gambar 64. Laurtan AgNO3.................................................................................53

Gambar 65. Larutan EDTA..................................................................................53

Gambar 66. Larutan K2CrO4.................................................................................53

Gambar 67. Larutan NaOH..................................................................................54

Gambar 68. Larutan NH4OH................................................................................54

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat-alat Percobaan 1..............................................................................12

Tabel 2. Bahan-bahan Percobaan 1.......................................................................13

Tabel 3. Pengolahan data Percobaan 1..................................................................15

Tabel 4. Perkiraan jenis minyak bumi berdasarkan °API.....................................19

Tabel 5. Alat-alat Percobaan 2..............................................................................23

Tabel 6. Bahan-bahan Percobaan 2.......................................................................23

Tabel 7. Pengolahan Data Percobaan 3.................................................................25

Tabel 8. Alat-alat Percobaan 3..............................................................................36

Tabel 9. Bahan-bahan Percobaan 3.......................................................................38

Tabel 10. Pengolahan Data Percobaan 3...............................................................40

Tabel 11. Alat-alat Percobaan 4............................................................................51

Tabel 13. Konsentrasi Anion dan Kation..............................................................59

Tabel 14. Tabel Tenaga Ion...................................................................................60

xix
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Diagram Stiff..........................................................................................61

Grafik 2. Konstanta terhadap Temperature...........................................................62

Grafik 3. Stabilitas Indeks terhadap Temperature................................................64

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Draft Percobaan I

Berita Acara Percobaan I

Hasil Pengamatan Percobaan I

Draft Percobaan II

Berita Acara Percobaan II

Hasil Pengamatan Percobaan II

Draft Percobaan III

Berita Acara Percobaan III

Hasil Pengamatan Percobaan III

Draft Percobaan IV

Berita Acara Percobaan IV

Hasil Pengamatan Percobaan IV

Scan Kartu Kuning

xxi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisa fluida reservoir merupakan salah satu praktikum dibawah


mata kuliah kimia fisika hidrokarbon. Praktikum ini diawali dengan
menentukan titik kabut, titik tuang dan titik beku pada sampel minyak
ringan maupun berat. Definisi dari titik kabut sendiri adalah temperatur
terendah dimana paraffin atau padatan lain mulai mengkristal atau
memisahkan diri dari larutan bila minyak mentah didinginkan. Sedangkan
titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak mentah masih dapat
dituangkan / mengalir bila minyak tersebut didinginkan dengan tanpa
diganggu pada kondisi yang ditentukan. Titik beku adalah temperatur
terendah dimana minyak mentah sudah tidak dapat bergerak lagi. Kemudian
setelah itu menentukan specific gravity (SG) dari minyak tadi.
Hal tersebut merupakan salah satu dari berbagai sifat crude oil.
Specific gravity crude oil didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas
minyak dengan densitas air yang diukur pada tekanan dan temperatur yang
sama. Biasanya diukur pada kondisi standard.
Dari hubungan tersebut dapat diketahui bahwa minyak mentah
dengan oAPI yang tinggi akan memberikan harga SG yang rendah dan
sebaliknya harga SG yang tinggi (minyak berat) akan memberikan oAPI
yang rendah. Untuk minyak ringan dengan SG rendah biasanya mempunyai
30 oAPI. Untuk minyak sedang 20 – 30 oAPI. Sedangkan untuk minyak
berat sekitar 10 – 20 oAPI.
Pengambilan sampel air formasi dilakukan di kepala sumur atau di
separator dengan menggunakan penampung bertutup terbuat dari kaca atau
plastik agar tidak terjadi kontaminasi. Percobaan yang dilakukan adalah
dengan menentukan pH, alkalinitas, penentuan kandungan kalsium dan
magnesium. Alkalinitas dari suatu cairan biasa dilaporkan sebagai ion CO3-,

1
HCO3-, dan OH- yaitu dengan menitrasi air sampel dengan larutan asam
yang lemah dan larutan indikator. Larutan penunjuk (indikator) yang
digunakan dalam penentuan kebasaan CO3- dan OH- adalah phenolptalin
(pp), sedangkan metyl orange (MO) digunakan sebagai indikator dalam
penentuan HCO3-. Sedangkan untuk menentukan kandungan Ca dan Mg
perlu terlebih dahulu ditentukan kesadahan totalnya.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Kimia


Fisika Hidrokarbon.
2. Mengikuti syarat untuk mengikuti Yudisium.
3. Melatih mahasiswa dalam melakukan kegiatan praktikum.
4. Menambah wawasan ilmu para mahasiswa khususnya di bidang Kimia
Fisika Hidrokarbon baik itu secara teori maupun praktiknya.
5. Melatih mahasiswa untuk membuat Laporan Resmi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui beberapa macam alat-alat laboratorium.


2. Mengetahui fungsi alat-alat laboratorium.
3. Mengetahui bentuk alat-alat laboratorium.
4. Menentukan titik kabut (cloud point) crude oil.
5. Menentukan titik tuang (pour point) crude oil.
6. Menentukan titik beku crude oil.
7. Menentukan specific gravity minyak mentah pada temperature 60°F.
8. Mengetahui pengertian specific gravity.
9. Mengetahui fungsi specific gravity.
10. Mengetahui hasil nilai specific grafity pada minyak ringan dan berat.
11. Mengetahui pengaruh temperature dan tekanan pada specific gravity.
12. Mementukan pH.
13. Menentukan alkalinitas.

2
14. Mengetahui pengertian alkalanitas
15. Mengetahui pengambilan air formasi di lapangan
16. Mengetahui bahan yang digunakan
17. Menentukan konsentrasi Ca+ (kalsium) pada formasi
18. Menentukan konsentrasi Cl- (klorida) dan Mg+ (magnesium) pada air
formasi

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat untuk kampus

1. Meningkatkan kualitas Mahasiswa.


2. Dapat memvisualisasikan segala teori yang di dapat mahasiswa ketika
di dalam kelas.
3. Dapat memperjelas ilmu-ilmu yang fundamental bagi Mahasiswanya.
4. Dapat merealisasikan teori dengan kenyataan secara langsung dan
nyata.

1.3.2 Manfaat untuk Asisten Praktikum

1. Mengetahui lebih lanjut tentang Praktikum itu sendiri.


2. Menambah pengalaman lebih.
3. Menambahkan rasa tanggung jawab kepada masing-masing kelompok
praktikan.

1.3.3 Manfaat untuk Praktikan

1. Meningkatkan kualitas mahasiswa itu sendiri.


2. Dapat membedakan fenomena secara nyata dari pada teori semata.
3. Mengetahui masalah-masalah yang harus diselesaikan dalam waktu
yang tidak terlalu lama.
4. Dapat memecahkan suatu masalah ketika di lapangan.
5. Menjadikan Mahasiswa lebih disiplin ketika di berikan tugas.

3
BAB II
PENENTUAN TITIK KABUT, TITIK BEKU, DAN TITIK TUANG

2.1 Tujuan

1. Menentukan Titik kabut (cloud point) crude oil


2. Menentukan Titik tuang (pour point) crude oil
3. Menentukan Titik beku crude oil

2.2 Dasar Teori

Minyak bumi, sering dijuluki sebagai "emas hitam" adalah cairan


kental, berwarna coklat pekat atau gelap, atau kehijauan yang mudah
terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon,
sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi,
dan kemurniannya.
Minyak mentah (Crude Oil) adalah cairan coklat kehijauan
sampaihitam yang terutama terdiri dari karbon dan hidrogen. Minyak
mentah akan mengalami perubahan bentuk ketika diproduksikan daridalam
sumur ke permukaan karena perbedaan temperatur. Hal tersebut
akanmenimbulkan masalah pada waktu proses transportasi jika minyak
mentah membeku di dalam flow line.
Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan heater agar
temperaturtetap terjaga. Teori yang paling umum digunakan untuk
menjelaskan asal- usulminyak bumi adalah “organic source materials”. Kita
memang lebih seringmendengar bahwa minyak bumi tercipta dari organic
compounds daripadaanorganic compounds. Teori organik sendiri menyatakan
bahwa minyak bumi merupakan produk perubahan secara alami dari zat-zat
organyang berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengendap
selama ribuan sampai jutaan tahun. Akibat dari pengaruh tekanan,
temperatur, senyawalogam dan mineral serta letak geologis selama proses
perubahan tersebut,maka minyak bumi akan mempunyai komposisi yang
berbeda di tempatyang berbeda.
4
Minyak bumi merupakan campuran yang sangat kompleks
darihidrokarbon-hidrokarbon penyusunnya. Oleh karena itu, analisis
kadarsenyawa-senyawa penyusunnya yang bukan saja amat sulit dilakukan,
jugakurang berguna dalam praktek. Analisis elemental yang menentukan
kadar-kadar unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, oksigen dan
logam- logamjuga tidak memberi gambaran mengenai karakter dan sifat
minyak bumiyang dihadapi. Padahal, dalam merancang proses pengolahan
minyak bumimentah, informasi-informasi tersebut sangat dibutuhkan.
Mengingat hal itu,orang mulai mengembangkan metode-metode semi
empirik untukmengkarakterisasi minyak bumi berdasarkan hasil-hasil
pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia yang mudah ditentukan.
Karakteristik dari minyak bumi sendiri kita ketahui ada
beberapamacam. Salah satu cara menentukan karakteristik dari minyak
bumi adalahdengan cara menentukan titik kabut, titik beku dan titik tuang
dari minyaktersebut. Dari proses itu, maka kita bisa mengetahui jenis dan
karakterminyak tersebut. Kita bisa mengetahui apakah minyak tersebut
tergolongdalam minyak berat atau minyak ringan.Pada proses transportasi
dari formasi menuju ke permukaan, minyakmentah (Crude Oil) mengalami
penurunan temperatur.
Minyak bumi diambil dari sumur minyak di
pertambangan- Pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini
didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter
dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu,
minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-
pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan
berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah
sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat
plastik dan obat-obatan.
Pada perjalanan dari formasi menuju permukaan, minyak bumi
mengalami penurunan temperatur. Apabila hal ini tidak diwaspadai, maka
akan terjadi pembekuan minyak di dalam pipa, sehingga tidak bisa lagi
untuk mengalir. Penurunan temperatur ini akan memyebabkan suatu
masalah yang akan menjadi besar akibatnya apabila tidak segera diatasi.

5
Harus diketahui dimana minyak mengalami perubahan temperatur,
agar dapat mengetahui atau mengantisipasi dan mengambil tindakan yang
terbaik agar minyak dapat ditranspotasikan secara lancar dari formasi ke
permukaan sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengatasi hal tersebut di atas,
kita dapat mengambil sample minyak formasi dan mengadakan uji coba
untuk mengetahui titik kabut, titik beku, dan titik tuang minyak tersebut.
Untuk itu sangat perlu mengetahui harga titik kabut, titik beku dan
titiktuang dari minyak mentah yang akan diproduksikan. Sehingga masalah
ini dapatdiantisipasi dan dapat merencanakan cara yang terbaik agar
minyak mentah dariformasi dapat terus mengalir atau diprodukskan ke
permukaan.
Titik kabut adalah temperatur terendah dimana parafin atau
padatan lainmulai mengkristal atau memisahkan diri dari larutan bila
minyak didinginkan pada kondisi tertentu
Titik beku adalah temperatur terendah dimana minyak mentah
sudah tidakdapat bergerak atau mengalir lagi.
Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak mentah
masih dapatdituangkan (sebelum mengalami pembekuan) atau mengalir
bila minyak tersebutdidinginkan tanpa diganggu pada kondisi yang
telah ditentukan.

Titik kabut dan titik tuang berfungsi untuk mendeterminasi jumlah


relatifkandungan lilin pada crude oil. Namun test ini tidak menyatakan
jumlahkandungan lilin secara absolute, begitu juga kandungan materi solid
lainnya didalam minyak mentah. Dikarenakan pada transportasi minyak
dari formasi ke permukaan mengalami penurunan temperatur dan tekanan
sehingga membuat kita harus memperhatikan kapan minyak mengalami
pembekuan dan cara bagaimana supaya tidak terjadi proses pembekuan
dengan mengetahui besar dati titik kabut, titik beku, dan titik tuangnya.
Titik beku, titik tuang dan titik kabut dipengaruhi oleh komposisi
penyusun minyak. Maksudnya, pada minyak berat lebih banyak
mengandung padatan-padatan jika dibandingkan dengan minyak ringan
yang lebih banyak mengandung gas sehingga minyak berat yang lebih dulu
mengalami pembekuan dari pada minyak ringan. Jadi, untuk menghindari
6
pembekuan maka diusahakan agar temperatur minyak yang diproduksi
tetap stabil.
Salah satu sifat hampir semua minyak adalah membeku menjadi
semi fluid atau massa solid yang sukar bergerak jika padanya terjadi
penurunan temperature. Test titik kabut umumnya dilakukan pada minyak
yang dihasilkan dengan destilasi. Test ini menentukan temperatur dimana
Wax (lilin paraffin) mulai mengkristal dan terpisah dari minyak
membentuk semacam kabut tipis.
Test ini dilakukan untuk menentukan temperature dimana minyak
tidak dapat mengalir lagi. Besarnya pour point berbeda – beda untuk setiap
tipe minyak tergantung pada komposisi zat yang dikandungnya. Untuk
melaksanakan test ini, sample minyak ditempatkan pada botol yang
dilengkapi termometer. Kemudian sample dan yar diletakkan pada mesin
pendingin untuk diamati temperature dan fluidanya. Untuk menentukan
titik kabut, sample diamati pada tiap penurunan temperature 2 ˚F (-16.6667
˚C) hingga terbentuk endapan (kabut). Sedangkan untuk titik tuang, sample
diamati pada tiap penurunan suhu 5 ˚F (-15 ˚C) hingga minyak tidak
mengalir lagi jika dituangkan.

1.2.1. Titik Kabut

Titik kabut (cloud point) adalah temperatur terendah dimana


paraffin atau padatan lain mulai mengkristal atau memisahkan diri dari
larutan bila minyak mentah didinginkan.
Titik kabut adalah temperature saat bahan bakar mulai tampak
berkeruh bagaikan kabut berawan = cloudy pada suhu rendah. Hal ini
terjadi karena munculnya kristal-kristal padatan didalam bahan bakar.
Meski bahan bakar masih dapat mengalir pada suhu ini, keberadaan Kristal
dalam bahan bakar dapat mempengaruhi kelancaran aliran bahan bakar
didalam filter, pompa dan injector.
Titik kabut dipengaruhi oleh bahan baku biodiesel. Semakin
rendah nilai titik kabut , biodiesel semakin bagus digunakan pada daerah
yang suhunya rendah Gerpen, B.,2004. Pada hasil penelitian sebelumnya
nilai Cloud point 1 C dan 1,5 C, hal ini menunjukkan masih terdapat pada
7
biodiesel campuran monogliserida, digliserida dan trigliserida yang besar
yang menunjukkan masih terdapat kandungan airnya. Pada standart
Biodiesel Indonesia nilai Cloud Point maksimal 18 C, dengan
berkurangnya nilai viscositas akan menurunkan nilai Cloud Point. Pour
point adalah titik suhu terendah dimana bahan bakar masih dapat mengalir.
Pour point yang tinggi akan menyebabkan mesin sulit dihidupkan pada
suhu rendah.
Titik kabut dan titik tuang berfungsi untuk mendeterminasi jumlah
relatif kandungan lilin pada crude oil, namun tes ini tidak menyatakan
jumlah kandungan lilin secara absolut, begitu juga kandungan materi solid
lainnya di dalam minyak.

1.2.2. Titik Beku

Titik beku adalah temperatur terendah dimana minyak mentah


sudah tidak dapat bergerak lagi. Titik pembekuan adalah sifat lilin yang
penting bagi banyak pemakai lilin petroleum. Titik pembekuan
digambarkan bahwa

pengukuran suhu pada saat contoh menjadi dingin atau tertahan untuk
mengalir. Pada suhu tersebut lilin dapat mendekati bentuk padat atau
lilin semi-padat dan cukup lunak, bergantung pada komposisi lilin
petroleum yang diuji. Sifat pembekuan lilin petroleum adalah suatu suhu
pada saat lilin petroleum, jika dibiarkan dingin dibawah suhu tertentu akan
berhenti mengalir.

Titik pembekuan ditentukan dengan melelehkan contoh uji,


diambil setetes dan ditempelkan ke bola termometer. Tabung silinder
digunakan untuk menahan dingin dari udara, tetesan pada bola dibiarkan
dingin pada kecepatan tertentu sampai beku. Titik pembekuan diamati
sebagai suhu dimana tetesan contoh berhenti mengalir bila termometer
diputar. Titik pembekuan dapat juga digunakan untuk menunjukkan suhu
terendah dimana lilin dapat membeku dan menjadi padat. Penanganan
minyak yang mempunyai titik beku yang tinggi akan lebih mudah apabila
dibandingkan dengan minyak yang mempunyai titik beku rendah.

8
Pada minyak yang mempunyai titik beku yang rendah apabila
berada dibawah temperatur normal maka akan cepat membeku dalam pipa
apabila hanya menggunakan pipa biasa, dan hal ini tentu saja akan
merugikan karena memungkinkan akan terjadi penyumbatan-penyumbatan
dalam pipa tersebut. Mengatasi hal tersebut maka dipasang pemanas pada
jarak tertentu agar minyak tidak membeku dalam pipa.

1.2.3. Titik Tuang

Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak mentah


masih dapat dituangkan / mengalir bila minyak tersebut didinginkan
dengan tanpa diganggu pada kondisi yang ditentukan.
Titik tuang adalah suhu dimana minyak tidak dapat bergoyang
karena membeku selama 5 detik ketika dimiringkan atau dituangkan setelah
melalui pendinginan selama pada setiap interval 5oF. Titik tuang
adalah temperatur terendah dimana minyak masih dapat dituang atau
mengalir bila minyak tersebut didinginkan dengan tanpa diganggu pada
kondisi yang ditentukan.

2.3 Alat dan Bahan

2.3.1 Alat

No. Gambar Nama Alat

1. Corong Gelas

Gambar 1. Corong Gelas

9
2. Electric Heater

Gambar 2. Electric Heater

3. Gelas Kimia

Gambar 3. Gelas Kimia

4. Gelas Ukur

Gambar 4. Gelas Ukur

10
5. Penjepit Kayu

Gambar 5. Penjepit Kayu

6. Penutup dari Gabus

Gambar 6. Penutup dari


Gabus

7. Spatula

Gambar 7. Spatula

11
Tabung Reaksi

Gambar 8. Tabung Reaksi

9. Thermometer Batang

Gambar 9. Thermometer
Batang

10. Tissue

Gambar 10. Tissue


Tabel 1. Alat-alat Percobaan 1

2.3.2 Bahan

12
No. Gambar Nama Bahan

1. Es batu sebagai pendingin

Gambar 11. Es Batu

2. Garam

Gambar 12. Garam

3. Minyak mentah (crude oil)

Gambar 13. Minyak


Mentah (Crude oil)

Tabel 2. Bahan-bahan Percobaan 1

2.4 Prosedur Percobaan

Percobaan dilakukan dengan melakukan pengamatan untuk titik kabut dan


titik beku terlebih dahulu, baru dikondisikan untuk menentukan titik tuang.
13
 Titik Kabut dan Titik Beku
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil sampel dan masukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 10 ml
3. Tuang sampel ke dalam tabung reaksi
4. Siapkan es batu kemudian tambahkan garam secukupnya untuk menjaga
agar es tidak mencair ke dalam gelas kimia
5. Masukkan thermometer batang ke dalam tabung reaksi
6. Amati temperature dan kondisi sampel yang teliti setiap 3 menit
7. Catat pembacaan temperature dan kondisi sampel yang diteliti setiap 3 menit
8. Catat pembacaan temperature pada saat terjadinya kabut dan lanjutkan
sampai sampel diyakini membeku
 Titik Tuang
1. Setelah didapatkan titik beku maka percobaan dilanjutkan untuk
menentukan titik tuang
2. Keluarkan tabung reaksi yang berisi sampel dari dalam helas kimia pada
kondisis sampel masih membeku
3. Diamkan dalam temperature kamar
4. Miringkan tabung reaksi menggunakan penjepit kayu dengan derajat
kemiringan 45°
5. Amati perubahan temperatu pada saat sampel dapat mengalir pertama kali
6. Catat temperature tersebut sebagai titik tuang

2.5 Hasil Pengamatan

 Suhu ruangan = 24 °C = 32 °F
 Light oil =
 Titik kabut terjadi pada temperature : 12°C = 54 °F
 Titik beku terjadi pada temperature : -2 °C = 28 °F
 Titik tuang terjadi pada temperature : 5 °C = 41 °F

 Heavy oil =
 Titik kabut terjadi pada temperature : 28 °C = 82 °F
 Titik beku terjadi pada temperature : 25 °C = 77 °F
 Titik tuang tejadi pada temperature : 28 °C = 82 °F
14
2.6 Pengolahan Data

Hasil Pengolahan Data Titik Kabut, Titik Beku, dan Titik Tuang
Titik Titik Titik
Crude Oil Kabut Beku Tuang
0
C 0
F 0
C 0
F 0
C 0
F
Light Crude Oil 12 54 -2 28 5 41
Heavy Crude Oil 28 82 25 77 28 82
Tabel 3. Pengolahan data Percobaan 1

2.7 Analisa Kesalahan

Pada praktikum penentuan Titik Kabut, Titik Beku, dan Titik Tuang
terdapat beberapa kesalahan, yaitu:
1. Kurang menguasai materi

2.8 Kesimpulan

Jadi, titik kabut pada light oil (minyak ringan) terjadi pada temperature 12 °C
dan pada heavy oil (minyak berat) terjadi pada temperature 28 °C, Heavy oil lebih
lama mengalami titik kabutnya dibandingkan dengan light oil. Titik beku pada light
oil terjadi pada temperature 28 °C dan pada heavy oil terjadi pada temperature 77
°C. Titik tuang pada light oil terjadi pada temperature 41 °C dan pada heavy oil
terjadi pada temperature 82 °C, heavy oil memiliki suhu titik tuang lebih tinggi
karena viskositasnya lebih besar.

15
BAB III
PENENTUAN SPECIFIC GRAVITY (SG)

3.1 Tujuan

1. Menentukan specific gravity minyak mentah pada temperature 60 °F


2. Mengetahui pengertian specific gravity
3. Mengetahui fungsi specific gravity
4. Mengetahyu hasil nilai specifc gravity pada minyak ringan dan berat
5. Mengetahui pengaruh temperature dan tekanan pada specific gravity

3.2 Dasar teori

Minyak mentah (crude oil) akan mengalami perubahan bentuk ketika


diproduksikan dari dalam sumur ke permukaan karena perbedaan temperature.
Minyak bumi diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Klasifikasi ini sangat penting
artinya, yaitu untuk memprediksi produk yang akan dihasilkan. Minyak bumi kita
kenal adalah salah satu dari senyawa HC (hidrokarbon). Minyak bumi sendiri
memiliki sifat-sifat fisik yang sebagian besar kita telah mengetahuinya. Salah satu
sifat yang sering kita dengar adalah berat jenis atau yang biasa disebut sebagai
specific gravity(SG). Dalam dunia perminyakan biasanya memang lebih sering
memakai istilah specific gravity. Berat jenis atau specific gravity merupakan sifat
minyak bumi yang penting.Specific gravity crude oil didefinisikan sebagai
perbandingan antara densitas minyak dengan densitas air yang dukur pada tekanan
dan temperatur yang sama.

Minyak mentah merupakan campuran yang terdiri dari 200 atau lebih
bahan organik yang hampir semuanya hidrokarbon. Minyak yang berbeda memiliki
kombinasi dan konsentrasi yang berbeda dari berbagai bahan organik API
(American Petroleum Institute).Gravity dari minyak merupakan ukuran dari
specific gravity atau density.

Semakin tinggi angka API yang diekspresikan dengan derajat API, maka
akan semakin kurang kerapatan minyaknya. Sebaliknya, semakin rendah angka API
maka semakin berat dan rapat minyaknya.
16
Berat jenis adalah salah satu sifat fisik hidrokarbon yang umumnya
dinyatakan dalam specific gravity (SG) atau dengan oAPI.Derajat API merupakan
satuan untuk menyatakan berat jenis minyak yang digunakan sebagai dasar
klasifikasi minyak bumi yang paling sederhana.Hubungan berat jenis minyak
dengan derajat API adalah saling berbanding terbalik. Semakin berat jenis minyak
mentah atau semakin tinggi derajat API, maka akan berharga minyak bumi itu,
karena lebih banyak mengandung bensin. Tinggi rendahnya berat jenis minyak
mentah juga berpengaruh pada viskositasnya serta berpengaruh pada titik didih
minyak mentah

Pada umumnya minyak mentah dengan oAPI tinggi menghasilkan kalor


yang lebih kecil dari pada minyak bumi dengan oAPI yang rendah. Berdasarkan
derajat API, minyak mentah terbagi menjadi 5 jenis yaitu minyak mentah ringan,
minyak mentah ringan sedang, minyak mentah berat sedang, minyak mentah berat
dan minyak mentah sangat berat.

Specific gravity (SG) didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas


minyak, densitas yang diukur pada tekanan dan temperatur standar. Kondisi standar
yaitu sekitar 60 oF dan 14,7 psia. Suhu yang digunakan untuk minyak bumi adalah
15 oC atau 60 oF.

Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi dibedakan atas struktur


hidrokarbon dan non hidrokarbon. Perbedaan komposisi ini akan menyebabkan
perbedaan sifat minyak bumi, yaitu perbedaan susunan hidrokarbon, specific
gravity (SG), derajat American Petroleum Institute (API), volatilitas, flash point,
distilasi dan sebagainya.

Seperti telah diketahui bahwa minyak bumi ditemukan pada berbagai


kedalaman dengan berbagai tekanan dan temperatur.Semakin dalam reservoir
tersebut, maka semakin besar tekanan dan temperatur.Perbedaan keadaan tekanan
dan temperatur di permukaan dan di reservoir serta terjadinya penurunan tekanan
reservoir apabila minyak diproduksikan akan mempengaruhi keadaan fasa dari
minyak bumi, apakah minyak cair atau padat.

Dalam dunia perminyakan biasanya berat jenis dinyatakan dalam specific


gravity (SG).Specific gravity (SG) minyak bumi berkisar antara 0.8000 -
1.0000.Specific gravity (SG) minyak mentah didefinisikan sebagai perbandingan
17
antara densitas minyak dengan densitas air yang diukur pada tekanan dan
temperatur yang sama, biasanya diukur pada kondisi standar. Besarnya specific
gravity (SG) untuk tiap minyak bumi sangat erat hubungannya dengan struktur
molekul hidrokarbon dan pula kandungan sulfur dan nitrogen. Makin kecil specific
gravity (SG) minyak bumi itu akan menghasilkan produk ringan yang besar atau
sebaliknya.

Penentuan berat jenis minyak (Crude Oil) dilakukan dengan alat


hydrometer, dimana penunjuk specific gravity dapat dibaca langsung pada alat.
Untuk temperatur yang lebih dari 60°F, perlu dilakukan koreksi dengan
menggunakan chart yang ada. Kualitas dari minyak (minyak berat maupun minyak
ringan) ditentukan salah satunya oleh specific gravity. Temperatur miyak mentah
juga dapat mempengaruhi viskositas atau kekentalan minyak tersebut. Hal ini yang
dijadikan dasar perlunya diadakan koreksi terhadap temperatur standart 60°F.

Sedangkan untuk menentukan specific gravity gas, alat yang digunakan


adalah effusiometer, dengan memasukkan gas ke dalam alat tersebut dan
menghitung waktunya saat menekan air keluar dalam alat tersebut setelah sampai
batas yang ditentukan, gas dihentikan sedangkan perhitungan waktunya juga
dilakukan untuk kembalinya air didalam alat tersebut.

Kemudian melihat temperatur yang tertera du termometer. Untuk waktu


yang tercatat T1 dan T2dimasukkan rumus T1/T2 = T (true) dan temperatur °API
(American Petroleum Institute). Kemudian mengkoreksi hingga menemukan
specific gravity-nya. Penentuan specific gravity (SG) gas sangat diperlukan
mengingat gas yang terkandung dalam minyak berbeda-beda.

Besarnya specific gravity (SG) suatu minyak mentah sangat dipengaruhi


oleh temperatur lingkungannya, semakin besar temperatur maka semakin kecil nilai
specific gravity nya. Karena itu, besarnya specific gravity (SG) yang menjadi
pembicaraan tentang sifat fisik minyak mentah adalah specific gravity (SG) yang
diukur pada temperatur dan tekanan standar (60°F, 14.7 psi). Selain itu, di dalam
industri perminyakan juga digunakan besaran specific gravity (SG) yang lain, yaitu
°API (American Petroleum Institute) yang dirumuskan sebagai berikut:

18
141.5
SG=
131.5+ °API
.........................................................(Persamaan 2.1)
141.5
° API= −131.5
SG
.........................................................(Persamaan 2.2)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa apabila °API (American
Petroleum Institute) besar maka berat jenis minyak atau specific gravity (SG) akan
kecil. Berat jenis (Specific Gravity) kadang-kadang juga digunakan sebagai ukuran
kasar untuk membedakan minyak mentah, karena minyak mentah dengan °API
(American Petroleum Institute) rendah biasanya adalah parafinik. Perkiraan jenis
minyak bumi ditunjukkan sebagai berikut : Persamaan tersebut menunjukkan
bahwa oAPI akan semakin besar jika berat jenis minyak makin kecil. Semakin
rendah oAPI, maka kualitas minyak semakin rendah karena banyak mengandung
lilin.Semakin specific gravity (SG) atau jenis minyak berarti minyak tersebut
mempunyai kandungan panas (heating value) yang rendah.Specific gravity (SG)
kadang digunakan untuk membedakan minyak mentah, karena minyak mentah
dengan berat jenis rendah biasanya adalah parafinik.

Tabel 3.1
Perkiraan Jenis Minyak Bumi Berdasarkan °API
Jenis Minyak Specific
°API
Bumi Gravity

Ringan 0.830 39

Medium Ringan 0.830 – 0.850 39 – 35

Medium Berat 0.860 – 0.865 35 – 32.1

Berat 0.865 – 0.905 32.1 – 24.8

19
Sangat Berat 0.905 24.8

Karena specific gravity adalah perbandingan, maka tidak memiliki


satuan.Pengukuran specific gravity biasanya dilakukan dengan hydrometer.specific
gravity digunakan dalam penghitungan yang melibatkan berat dan volume.
Menyatakan densitas zat, °API (American Petroleum Institute) yang diukur dengan
hydrometer, dinyatakan dengan angka 0 - 100, berat jenis ditentukan dengan
piknometer.Tujuan pemeriksaan °API (American Petroleum Institute) dan berat
jenis adalah untuk indikasi mutu (kualitas) minyak. Semakin tinggi °API (American
Petroleum Institute) atau makin rendah berat jenis, maka minyak tersebut makin
berharga karena banyak mengandung bensin. Semakin rendah °API (American
Petroleum Institute), maka mutu minyak makin rendah karena banyak mengandung
lilin atau residu aspal.Makin tinggi berat jenis minyak berarti minyak tersebut
mempunyai kandungan panas (Heating Value) yang rendah.

API (American Petroleum Institute) gravity merupakan berat jenis yang


umum dipakai. Dari hubungan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa minyak
mentah dengan oAPI(American Petroleum Institute) yang tinggi akan memberikan
harga specific gravity (SG)yang rendah dan sebaliknya harga specific gravity (SG)
yang tinggi (minyak berat) akan memberikan oAPI (American Petroleum Institute)
yang rendah. Tinggi rendahnya berat jenis minyak bumi juga berpengaruh pada
viskositasnya.Pada umumnya semakin tinggi oAPI (American Petroleum Institute)
atau makin ringan minyak bumi tersebut, makin kecil viskositasnya. Tinggi
rendahnya oAPI (American Petroleum Institute) juga berpengaruh pada titik didih
minyak bumi, kalau oAPI (American Petroleum Institute) gravity minyak bumi
rendah, maka titik didihnya tinggi. Demikian sebaliknya kalau oAPI (American
Petroleum Institute) tinggi, maka titik didihnya rendah, dan juga lebih mudah
terbakar  atau mempunyai titik nyala yang lebih rendah daripada yang oAPI
(American Petroleum Institute) rendah.  Ternyata terdapat hubungan antara berat
jenis dengan nilai kalori minyak bumi, pada umumnya minyak bumi dengan oAPI
(American Petroleum Institute) tinggi menghasilkan kalori yang lebih kecil
daripada minyak bumi dengan oAPI (American Petroleum Institute) lebih rendah.

20
Nilai o
API (American Petroleum Institute) minyak berbeda-beda
tergantung jenis minyaknya.Untuk minyak ringan denganspecific gravity(SG)
rendah biasanya mempunyai 30oAPI.Untuk minyak sedang 20-30oAPI.Sedangkan
untuk minyak berat sekitar 10-20oAPI.oAPI (American Petroleum Institute) Gravity
minyak bumi menunjukkan kualitas minyak, makin kecil berat jenisnya atau makin
tinggi oAPI (American Petroleum Institute) maka minyak bumi tersebut semakin
berharga (mengandung banyak bensin). Sebaliknya makin rendah oAPI (American
Petroleum Institute) atau makin besar berat jenisnya maka mutu minyak kurang
baik karena banyak mengandung lilin atau residu aspal. Namun dewasa ini minyak
berat dapat dibuat fraksi bensin lebih banyak dengan menggunakan metode
cracking dalam penyulingan, namun proses ini memerlukan biaya yang besar.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

No. Gambar Nama Alat

1. Electric Heater

Gambar 14. Electric Heater

21
2. Gelas Kimia

Gambar 15. Gelas Kimia

3. Gelas Ukur

Gambar 16. Gelas Ukur

Ga
mb
ar
Hydrometer Specific
4. 17.
Gravity Heavy Liquid
Hydrometer Specific Gravity
Heavy Liquid

22
Hydrometer Specific
5.
Gravity Light Oil

Gambar 18. Hydrometer


Specific Gravity Light Oil

6. Spatula

Gambar 19. Spatula

7. Thermometer

Gambar 20. Thermometer


8. Tissue

23
Gambar 21. Tissue
Tabel 5. Alat-alat Percobaan 2

3.3.2 Bahan

No. Gambar Nama Bahan

1. Sampel minyak (crude oil)

Gambar 22. Sampel


minyak (crude oil)
Tabel 6. Bahan-bahan Percobaan 2

3.4 Prosedur percobaan

1. Siapkan alar dan bahan yang digunakan


2. Ambil sampel minyak 1000 ml
3. Masukkan ke dalam gelas ukur
4. Masukkan hydrometer mulai dari harga yang terendah (missal dari 0,6 sampai
dengan 1,1)

24
5. Masukkan thermometer derajat Fahrenheit ke dalamnya
6. Baca harga SG dan temperaturnya
7. Catat skala yang ada di thermometer
8. Dari hasil pembacaan gunakan table untuk mendapatkan gravity °API
sebenarnya

3.5 Hasil pengamatan

1. Light oil
 Volume sampel = 1000 ml
 Temperature = 24 °C = 75,2 °F
 Besar SG sampel = 0,815
 Besar °API gravity sampel = 42,11
2. Heavy oil
 Volume sampel = 1000 ml
 Temperature = 24 °C = 75,2 °F
 Besar SG sampel = 0,951
 Besar °API gravity sampel = 17,29

3.6 Pengolahan Data

Besar °API
Jenis Crude Volume Besar SG
Temperature gravity
oil sampel sampel
sampel
Light oil 1000 ml 24 °C 75,2 °F 0,815 42,11
Heavy oil 1000 ml 24 °C 75,2 °F 0,951 17,29
Tabel 7. Pengolahan Data Percobaan 3

3.7 Analisa kesalahan


25
1. Mencelupkan thermometer terlalu dalam sehingga indikatornya tertutup crude
oil

3.8 Kesimpulan

Jadi, dari percobaan diatas disimpulkan bahwa Light oil (minyak ringan)
mempunyai SG yang lebih kecil dari Heavy oil (minyak berat), dan mempunyai
°API yang lebih besar dari Heavy oil begitu juga sebaliknya.

26
BAB IV
ANALISA KIMIA AIR FORMASI I

4.1 Tujuan

1. Menentukan pH
2. Menentukan Alkalinitas
3. Mengetahui unsur ion baku
4. Mengetahui kegunaan indicator phenophtalein
5. Mengetahui apa itu kesadahan

4.2 Dasar teori

Air formasi disebut pula dengan oil field water atau connate water atau interstitial water
yaitu air yang terproduksi bersama-sama dengan minyak dan gas, karena adanya gaya
dorong dari air (water drive) yang mengisi pori-pori yang ditinggalkan minyak. Air
formasi hamper selalu ditemukan di dalam reservoir hidrokarbon. Air formasi
diperkirakan berasal dari laut yang ikut terendapkan bersama dengan endapan
sekelilingnya, karena situasi pengendapan batuan reservoir minyak terjadi pada
lingkungan pengendapan laut.
Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses produktifitas sumur,
tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga mempunyai kegunaan cukup penting,
antara lain :
Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu sumur. Untuk
mengetahui adanya scale formation
Untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan yodium dan barium
yang cukup besar dan dapat digunakan untuk mengetahui adanya reservoir minyak yang
cukup besar.
Adapun kesulitan yang ditimbulkan karena adanya air formasi adalah :

- Adanya korosi
- Adanya solid deposit

- Adanya scale formation


- Adanya emulsi

27
- Adanya kerusakan formasi
Air formasi adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama dengan minyak dan gas. Air
ini biasanya mengandung bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl sehingga
merupakan air yang asam bahkan asam sekali. Air formasi biasanya disebut dengan oil
field water atau connate water atau intertial water.
Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon karena memang
dengan adanya air ini ikut menentukan terakumulasinya hidrokarbon didalam suatu
akumulasi minyak, air selalu menempati sebagian dari suatu reservoir, minimal 10 %
dan maksimal 100 % dari keseluruhan pori.
Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal dari air formasi dari
lapisan lain yang masuk kedalam lapisan produktif, biasanya disebabkan oleh :
a. Penyemenan yang kurang baik.
b. Kebocoran casing yang disebabkan oleh :
1) Korosi pada casing.
2) Sambungan kurang rapat.
3) Pengaruh gaya tektonik rapat (patahan).
Sifat-sifat yang terkandung dalam air formasi :
1. Sifat fisika,meliputi :
a. Kompresibilitas
b. Kelarutan gas didalam air
c. Viscositas air.
d. Berat jenise.
e. Konduktifitas.
2. Sulfat kimiawi, meliputi :
a. Ion-ion negatif. (Anion)
b. Ion-ion positif. (Kation)

Alkalinitas, CO3, HCO3, dan OH harus ditentukan ditempat pengambilan contoh,


karena ion-ion ini tidak stabil (dapat mengurai) seiring dengan perubahan waktu dan
suhu. Untuk itu, pH perlu diturunkan sampai 1 dengan asam garam. Penentuan kadar
barium (Ba) harus dilakukan segera setelah contoh diterima, karena unsur BaSO4
terbatas kelarutannya, karena reaksi barium cepat dengan SO4, akan mengurangi
konsentrasi barium dan akan menimbulkan kasalahan dalam penelitian. Selain dengan
barium, SO4 juga cepat bereaksi dengan kalsium menjadi CaSO4 pada saat suhu turun.
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan sistem klasifikasi dari
28
air formasi air, hal ini dapat memudahkan pengerjaan pengindetifikasian sifat-sifat air
formasi. Dimana kita dapat memplot hasil analisa air formasi tersebut kedalam grafik,
hal ini akan memudahkan kita dalam korelasi terhadap lapisan-lapisan batuan dari sumur
secara tepat..
Beberapa kegunaan yang paling penting dari analisa air formasi ini

adalah :

a. Untuk korelasi lapisan batuan


b. Menentukan kebocoran casing
c. Menentukan kualitas sumber air untuk proses water floding.
Dampak Air Formasi, Dampak air formasi merupakan peristiwa dimana air ikut terseret
ketika kita mengisolasi minyak dari dalam reservoir. Air formasi memiliki dua sifat
yaitu asam dan basa sifat asam mengakibatkan korosi yang dapat menyebabkan produksi
minyak terganggu dimana air yang melekatdi pipa yang semakin mengeras dan
mengakibatkan karat. Sedangkan yang basa akn membentuk endapan yang berbentuk
pasir dan sedimen dimana endapan ini dapat merusak prodiksi minyak yang di
hasilkkan. Komposisi: kandungan utama air formasi kalium, natrium, chor
Yang dijumpai dalam jumlah yang sangat banyak, keberadaan air formasi menimbulkan
gangguan pada proses produktifitas
Proses pengkaratan pada pipa terjadi karana air formasi yang mengandung oksigen
mampu mengoksidasi pipa, sehimgga minyak dapat merembes keluar pipa dan poros
atau rekahan yang disebabkan oleh karat

Bukan hanya kerugian saja yang dihasilkan oleh air formasi, air formasi ini jiga
mempunyai dampak positif yang di gunaka untuk water injeksi, Produced water
merupakan salah satu limbah terbesar yg dihasilkan oleh sektor hulu migas. Terlebih
untuk lapangan marjinal, water cut produksinya saja bisa mencapai 90% (bahkan bisa
lebih). Hal tersebut menjadi concern utama untuk pengelolaannya sering bermasalah
karena jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Opsi pengelolaan produced
water ada 2 macam. Kita bisa treatment untuk di buang ke badan air atau di-re-injeksi.
Re-injeksi terbagi menjadi dua, yakni untuk enhance oil recovery /EOR (pressure
maintenance, water flooding dll) atau berupa sumur disposal. Semua opsi mewajibkan
pre-treatment dulu untuk memenuhi baku mutu, kecuali sumur disposal. Semua opsi
perlu perijinan dan pemantauan rutin minimal per bulan dari instansi lingkungan,

29
kecuali untuk re-injeksi sebagai EOR. Ref Permen LH 04 thn 2007 dan Permen LH 13
th 2007.
Saat ini re-injeksi merupakan opsi yg paling banyak dipilih karena praktis, tidak ribet
bermaslah secara sosial lingkungan terutama juga mempertimbangkan aspek teknis,
ekonomi teknologi. Sebagai contoh, beberapa lapangan akan sangat sulit memenuhi
kriteria baku mutu TDS <
4.000 dengan teknologi konvensional.

Selain itu ada keuntungan yang didapatkan dari injeksi air terproduksi kedalam formasi
yaitu untuk mendorong kandungan crude oil dari dalam formasi kesumur-sumur
produksi dan menjaga tekanan fluida didalamnya, namun ada criteria-kriteria tertentu
yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
Air untuk injeksi proses EOR memang perlu memenuhi kriteria tertentu. Jika tidak, alih-
alih mendorong produksi crude oil malah membuat plug formasi. Fasprod pipa, pompa
dan lain-lain juga cepat plugging, korosif & rusak. Parameter yang biasa dijadikan
indikator diantaranya pH, DO, TSS, MPFT, SRB (Sulfur Reduction Bacteria), oil
content, RPI, Fe dan turbidity.
Untuk kualitas air injeksi ke dalam formasi, ada fenomena swelling atau deflocculating
clay mineral dari batuan formasi. Clay merespon terhadap

30
kekurangan kation divalent yang terkandung di dalam air injeksi. Ada beberapa
tipe clay yang mempunyai korelasi langsung dengan kation divalent ini, yaitu
montmorilonite, illite, koalinite, dan mixed layer mont-illite.
Untuk kegiatan water injection, sebagai salah satu strategi EOR, juga digunakan
untuk menjaga tekanan dalam formasi, juga bisa digunakan untuk mensiasati
limbah produced water yang dihasilkan dari produksi oil/gas.
Penanggulangan Scale, Istilah scale dipergunakan secara luas untuk deposit keras
yang terbentuk pada peralatan yang kontak atau berada dalam air. Dalam operasi
produksi minyak bumi sering ditemui mineral scale seperti CaSO4, FeCO3,
CaCO3, dan MgSO4. Senyawa-senyawa ini dapat larut dalam air. Scale CaCO3
paling sering ditemui pada operasi produksi minyak bumi. Akibat dari
pembentukan scale pada operasi produksi minyak bumi adalah berkurangnya
produktivitas sumur akibat tersumbatnya penorasi, pompa, valve, dan fitting
serta aliran.
Penyebab terbentuknya deposit scale adalah terdapatnya senyawasenyawa
tersebut dalam air dengan jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan
kesetimbangan. Faktor utama yang berpengaruh besar pada kelarutan senyawa-
senyawa pembentuk scale ini adalah kondisi fisik (tekanan, temperatur,
konsentrasi ion-ion lain dan gas terlarut).
Pencegahan Scale, Scale inllibitor adalah bahan kimia yang menghentikan atau
mencegah terbentuknya scale bila ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada
air.Penggunaan bahwa kimia ini sangat menarik, karena dengan dosis yang
sangat rendah dapat mencukupi untuk mencegah scale dalam periode waktu yang
lama.
Mekanisme kerja scale inhibitor ada dua, yaitu:

1. Scale inhibitor dapat teradsorpsi pada permukaan kristal scale


pada saat mulai terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang
besar yang dapat menutupi kristal yang kecil dan menghalangi
pertumbuhan selanjutnya.

31
2. Dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah
menempelnya suatu partikel-partikel pada permukaan padatan.

32
Kelompok scale inhibitor antara lain: inorganik poliphospat, Inhibitor organik,
Phosponat, ester phospat, dan polimer. Inorganik poliphospat adalah padatan
inorganik non-kristalin. Senyawa ini jarang digunakan dalam operasi
perminyakan. Kerugiannya adalah merupakan padatan dan bahan kimia ini
ymudah terdegradasi dengan cepat pada pH rendah atau pada temperatur-tinggi.
Inhibitor organik biasanya dikemas sebagai cairan konsentrat dan tidak dapat
dipisahkan sebagai bahan kimia stabil. Ester phospat merupakan scale inhibitor
yang sangat efektif tetapi pada temperatur diatas 175°C dapat menyebabkan
proses hidrolisa dalam waktu singkat.
Phosponat merupakan scale inhibitor yang baik untuk penggunaan pada
temperature diatas 3500F. Sedangkan polimer seperti akrilat dapat digunakan
pada temperatur diatas 350°C.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis inhibitor untuk
mendapatkan efektifitas kerja inhibitor yang baik adalah sebagai berikut: Jenis
scale, dengan diketahuinya komposisi scale, dapat dilakukan pemilihan scale
inhibitor yang tepat. Kekerasan scale. Temperatur, secara umum, inhibitor
berkurang keefektifannya apabila Temperature meningkat. Setiap inhibitor
mempunyai batas maksimum temperatur operas agar dapat berfungsi dengan
baik. pH, kebanyakan scale inhibitor konvensional tidak efektif pada pH rendah.
Kesesuaian bahan kimia, scale inhibitor yang digunakan harus sesuai dengan
bahan kimia lain yang juga digunakan untuk kepentingan operasi seperti
corrosion inhibitor. Beberapa scale inhibitor ada yang bereaksi dengan kalsium,
magnesium atau barium membentuk scale pada konsentrasi yang tinggi. Padatan
terlarut, semakin banyak padatan terlarut maka semakin tinggi

konsentrasi inhibitor yang digunakan. Kesesuaian dengan kondisi air, kandungan


ion ion kalsium, barium, dan magnesium yang ada dalam air akan menyebabkan
terjadinya reaksi dengan beberapa jenis inhibitor sehingga menimbulkan masalah

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 1


baru yaitu terbentuknya endapan.

4.3 Alat dan Bahan

4.3.1 Alat

No. Gambar Nama Alat

1. Balp

Gambar 23. Balp

2. Buret

Gambar 24. Buret

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 2


3. Corong Gelas

Gambar 25. Corong Gelas

4. Gelas Kimia

Gambar 26. Gelas Kimia

5. Gelas Ukur

Gambar 27. Gelas Ukur

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 3


6. Labu Erlenmeyer

Gambar 28. Labu Erlenmeyer

7. Labu Ukur

Gambar 29. Labu Ukur

8. pH Paper

Gambar 30. pH Paper

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 4


9. Pipet Tetes

Gambar 31. Pipet Tetes

10. Pipet Volumetrik

Gambar 30. Pipet Volumetrik

11. Spatula

Gambar 31. Spatula

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 5


12. Tiang Statif

Gambar 32. Tiang Statif

13. Tissue

Gambar 33. Tissue


Tabel 8. Alat-alat Percobaan 3

4.3.2 Bahan

No. Gambar Nama Bahan

1. Air Formasi

Gambar 34. Air Formasi

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 6


2. Aquadest

Gambar 35. Aquadest

Indikator MO (Methyl
3.
Orange)

Gambar 36. Indikator MO


(Methyl Orange)

Indikator PP
4.
(Phenolphthalein)

Gambar 47. Indikator PP


(Phenolphthalein)

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 7


5. Larutan H2SO4 0,02 N

Gambar 48. Larutan


H2SO4

6. Larutan NaOH 20%

Gambar 49. Larutan


NaOH
Tabel 9. Bahan-bahan Percobaan 3

4.4 Prosedur percobaan

1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam praktikum


2. Ambil air formasi dengan menggunakan Pipet Volimetri dan Balp
sebanyak 2 ml
3. Masukkan air formasi yang sudah diambil sebanyak 2 ml ke dalam
Labu Erlenmeyer
4. Masukan pH paper ke dalam Labu Erlenmeyer untuk mengetahui pH
dari air formasi
5. Baca pengukuran pH dengan pH paper

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 8


6. Teteskan larutan NaOH 20% sebanyak dua tetes ke dalam Labu
Erlenmeyer dengan menggunakan pipet tetes
7. Teteskan indikator phenolphthalein sebanayak dua tetes ke dalam Labu
Erlenmeyer, air formasi berubah menjadi ungu
8. Isi buret dengan Larutan H2SO4 0,02 N dengan menggunakan Corong
Gelas sampai skala nol
9. Titrasi air formasi yang telah di tambahkan Larutan NaOH 20% dan
indikator phenolphthalein dengan larutan H2SO4 0,02N
10. Hentikan titrasi ketika warna pada air formasi dalam Labu Erlenmeyer
telah berubah menjadi warna bening
11. Baca skala pada buret sebagai nilai volume P
12. Tambahkan indicator methyl orange sebanyak dua tetes ke dalam Labu
Erlenmeyer berisi air formasi yang sudah di titrasi, kemudian warna air
formasi berubah menjadi orange
13. Titrasi kembali air formasi tersebut dengan larutan H2SO4 0,02N yang
dipakai pada titrasi awal sampai warna sampel larutan menjadi merah
bening
14. Baca skala pada buret sebagai nilai volume M
15. Catat total volume yang habis dipakai untuk nilai volume P dan nilai
volume M
16. Masukkan data yang didapatkan ke dalam tabel hasil pengamatan
17. Tentukan kandungan [HCO3-], [CO3-], dan [OH-] dengan mengolah data
yang diperoleh
18. Bersihkan dan rapihkan alat dan bahan yang telah digunakan

4.5 Hasil pengamatan

4.5.1 Data percobaan

 pH air formasi =7
 Volume sampel = 2 ml
 Volume indikator PP = 2 tetes

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 9


 Volume indikator MO = 2 tetes
 Sifat kebasaan disebabkan oleh ion
 Konsentrasi ion HCO3- = 32 Meq/l = 0 mg/l
 Konsentrasi ion CO3- = 160 Meq/l = 0 mg/l
 Konsentrasi ion OH- =0 Meq/l = mg/l

4.5.2 Hasil percobaan

1. Menentukan pH air formasi =7


2. Penentuan Alkalinitas
 Volume sampel = 2 ml
 Volume P = 4 ml
 Volume M = 9,6 ml
Volume P 4
 Kebasaan P = = =2
Volume sampel 2
Volume M 9,6
 Kebasaan M = = =4,8
Volume sampel 2
 Sifat kebasaan disebebkan oleh :

[HCO3-] = 32 Meq/l

[CO3-] = 160 Meq/l

[OH-] = 0 Meq/l

4.6 Pengolahan Data

Hasil Titrasi [HCO3-] [CO3-] [OH-]


P=0 192 0 0
P=M 0 0 80
2P = M 0 160 0
2P < M 32 160 0
2P > M 0 0 -32
Tabel 10. Pengolahan Data Percobaan 3

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 10


4.7 Analisa kesalahan

1. Menuangkan larutan berlebihan/tidak sesuai prosedur


2. Menumpahkan larutan saat menuangkan larutannya

4.8 Kesimpulan

Jadi, dari data diatas kita dapat menyimpulkan kekuatan air formasi
untuk menetralkan asam (Alkalinitas) pada saat P = 0 sifat kebasaan yang
diberikan oleh [HC03-] 192, [CO3-] 0, [OH-] 0. Ketika P = M [HC03-] 0,
[CO3-] 0, [OH-] 14. Ketika 2P = M [HC03-] 0, [CO3-] 28, [OH-] 80. Ketika 2P
< M [HC03-] 32, [CO3-] 160, [OH-] 0. Dan ketika 2P > M [HC0 3-] 0, [CO3-]
0, [OH-] -32. Unsur [HC03-] , [CO3-] , [OH-] merupakan unsur-unsur yang
terkandung dalam air formasi tersebut yang mana unsur-unsur inilah yang
berupaya dalam menetralkan asam.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 11


BAB V
ANALISA KIMIA AIR FORMASI II

5.1 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Alkalinitas


2. Mengetahui pengambilan air formasi di lapangan
3. Mengetahui bahan yang digunakan
4. Menentukan konsentrasi Ca+ (kalsium) pada formasi
5. Menentukan konsentrasi Cl- (klorida) dan Mg+ (magnesium) pada air
formasi

5.2 Dasar teori

Pengambilan sampel air formasi dilakukan dikepala sumur atau


diseparator dengan menggunakan penampung tertutup terbuat dari kaca atu
plastik agar tidak terjadi kontaminasi.
Air formasi biasa dikatakan sebagai air yang didapatkan dari
formasi saat proses produksi. Walaupun secara kasat mata air formasi
hampir sama dengan air biasa, namun sebenarnya ada yang membedakan
antara air formasi dengan air biasa. Misalkan dari kadar keasamannya, air
biasa cenderung memiliki kadar keasaman atau pH (power of hydrogen)
yang netral yaitu dengan nilai pH sebesar 7, namun jika pada air formasi
kadar keasamannya atau pH dari air formasi biasanya berkisar 8. Terdapat
banyak pendapat yang menyatakan bahwa airformasi terbentuk dari air laut
yang terendapkan di dalam formasi. Pendapat ini cukup beralasan karena
secara geografis lokasinya tempat produksi biasanya tidak jauh letaknya dari
daerah laut. Terutamauntuk migas, terkecuali geothermal. Tidak seperti
pemboran migas yang biasanya formasi atau batuan yang ditembus adalah
batuan sedimen.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 12


Air formasi atau yang biasanya disebut dengan oil field water atau
connate water atau intertial water merupakan air yang ikut terproduksi
bersama-sama dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung
bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl (Natrium chloride)
sehingga merupakan air yang asam bahkan asamsekali. Secara langsung air
formasi berfungsi untuk mendorong hidrokarbon naik ke permukaan pada
mekanisme water drive. Selain fungsi tersebut, air formasi juga digunakan
untuk menetukan saturasi air didalam batuan sehingga dapat diperoleh data
secara kualitatif mengenai jumlah cadangan hidrokarbon didalam reservoir.
Pengambilan sampel air formasi dilakukan di kepala sumur atau di
separator dengan menggunakan penampung bertutup terbuat dari kaca atau
plastik agar tidak terjadi kontaminasi. Air formasi selain berasal dari lapisan
itu sendiri atau juga berasal dari air formasi dari lapisan lain yang masuk
kedalam lapisan produktif, biasanya disebabkan oleh penyemenan yang
kurang baik sehingga air masih bisa menembus lapisan dari semen tersebut.
Kebocoran casing yang disebabkan oleh korosi pada casing , sambungan
yang kurang rapat, pengaruh gaya tektonik rapat, pada air formasi yang akan
dianalisa antara lain, penentuan spesific gravity, penentuan pH dan
alkalinitas, penentuan kandungan ion, penentuan kandungan padatan,
penentuan total padatan, penentuan zat organik, penentuan sifat kebasaan
dari air formasi yang kita dapatkan, penentuan sifat keasaman dari air
formasi yang akan kita teliti, penentuan kualitas sumber air untuk proses
water floading.
Pada dasarnya analisis kimia dibagi menjadi 2 bagian yaitu, analisa
kualitatif, yaitu analisa yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau
campuran yang tidak diketahui sedangkan analisa kuntitatif, yaitu analisa
kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada dalam suatu
sampel.
Alkalinitas dari suatu cairan biasa dilaporkan sebagai ion CO3-
[karbonat], HCO3- [bikarbonat] dan OH- [hidroksida] dengan cara
mentitrasi air sampel dengan larutan asam yang lemah dan larutan indikator.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 13


Larutan penunjuk atau indikator metyl orange (MO) digunakan sebagai
indikator dalam penentuan HCO3- [bikarbonat]. Yang digunakan dalam
penentuan kebasahan CO3- [karbonat] dan OH- [hidroksida] adalah
phenolpthalein (PP). Sedangkan untuk menentukan kandungan Ca2+ dan
Mg2+ perlu terlebih dahulu ditentukan kesadahan totalnya. Unsur ion baku
dalam air formasi adalah Cl-, yang konsentrasinya lemah sampai pekat.
EDTA (etilendiamin tetra asetat) adalah senyawa yang stabil,
mudah larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Kalsium
dan magnesium dapat membentuk garam kompleks EDTA (etilendiamine
tetra asetat) pada pH basa yaitu 10. Sementara itu, hanya kalsium yang
membentuk garam kompleks pada pH sbesar 12 dikarenakan adanya
pengendapan magnesium sebagai Mg (OH)2 (magnesium hidroksida). KOH
(kalium hidroksida) diperlukan untuk menaikkan pH dan menghindari
terjadinya kopresipitasi, sehingga penitaran EDTA (etilendiamine tetra
asetat) pada pH tersebut hanya dikonsumsi oleh kalsium saja.
Oleh sebab itu dengan titrasi dua percontoh menggunakan larutan
standar EDTA (etilendiamine tetra asetat), yang satu pada pH 10 dan
lainnya pada pH 12, kalsium dan magnesium dapat ditentukan secara
bersamaan. Nilai minimum pH ditentukan dari tetapan kondisionalnya Keff.
Pada pH 12 Mg2+ mengendap sebagai Mg (OH)2 lebih dahulu karena
memiliki Keff yang lebih besar dari Ca2+. Selektivitas komplek dapat diatur
dengan pengendalian pH, misalnya Ca, Mg, Cr, Ba dapat dititrasi pada pH
11. Mn2+, Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V dapat dititrasi pada pH
4-7, sedangkan logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V dan Th
dititrasi pada pH 1-4. EDTA sebagai garam natrium merupakan standar
primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih lanjut. Titrasi
kompleksometri dapat digunakan pada penentuan beberapa logam pada
operasi skala semi mikro.
Konsentrasi klorida berkisar dari yang sangat encer sampai pekat
dan kemungkinan dapat menyebabkan masalah pembuangan yang serius.
Konsentrasi klorida digunakan untuk memperkirakan harga Resistivity dari

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 14


air formasi dan membedakan antara formasi-formasi bawah permukaan
(subsurface formations). Pada metoda ini, titrasi Cl dengan AgNO3
dilakukan dengan indikator K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan
baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag yang berlebih
diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah-cokelat.
Larutan pada penetapan Cl- cara Mohr harus bersifat netral atau
sedikit basa sehingga diperlukan pengaturan pH 6,0–8,5 tetapi tidak boleh
terlalu basa sebab Ag akan terendapkan sebagai Ag (OH), sebaliknya jika
larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi
CrO4 berkurang. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus
lebih larut sebanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi.
Larutan kalium kromat (K2CRO¬4) merupakan zat padat berwarna
yang menghasilkan larutan kuning dalam air yang dengan adanya asam
mineral encer berubah menjadi kromat yang berwarna jingga dalam air,
indikator kalium kromat biasa digunakan dalam metode argentometri,
larutan kalium kromat (K2CRO¬4) merupakan larutan yang tidak
berbahaya.

5.3 Alat dan Bahan

5.3.1 Alat

No. Gambar Nama Alat

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 15


1. Balp

Gambar 50. Balp

2. Buret

Gambar 51. Buret

3. Corong Gelas

Gambar 52. Corong Gelas

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 16


4. Gelas Kimia

Gambar 53. Gelas Kimia

5. Gelas Ukur

Gambar 54. Gelas Ukur

6. Labu Erlenmeyer

Gambar 55. Labu Erlenmeyer

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 17


7. Pipet Tetes

Gambar 56. Pipet Tetes

8. Pipet Volumetrik

Gambar 57. Pipet Volumetrik

9. Spatula

Gambar 58. Spatula


10. Tiang Statif

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 18


Gambar 59. Tiang Statif

11.
Tisue

Gambar 60. Tisue

Tabel 11. Alat-alat Percobaan 4

5.3.2 Bahan

No. Gambar Nama Bahan

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 19


1. Air Formasi

Gambar 61. Air Formasi

Gambar 62. Aquadest

2. Aquadest

Indikator PP
3.
(phenolphthalein)

Gambar 63. Indikator PP

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 20


4. Larutan AgNO3 0,1 N

Gambar 64. Laurtan


AgNO3

5. Larutan EDTA 0,1 N

Gambar 65. Larutan


EDTA

6. Larutan K2CrO4 5%

Gambar 66. Larutan


K2CrO4

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 21


7. Larutan NaOH 20%

Gambar 67. Larutan


NaOH
Tabel 12. Bahan-bahan Percobaan 4

8.

Larutan NH4OH

Gambar 68. Larutan


NH4OH

5.4 Prosedur percobaan

5.4.1 Penentuan Ion Kalsium (Ca2+)

1. Menyaipkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam


praktikum
2. Mengambil sampel air formasi sebanyak 10 ml dengan
menggunakan gelas ukur
3. Menuangkan 10 ml sampel air formasi tersebut ke dalam Labu
Erlenmeyer
4. Mengambil larutan NH4OH 25% sebanyak 3 ml menggunakan
pipet volumetric dan balp

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 22


5. Memasukan larutan NH4OH yang sudah diambil ke dalam Labu
Erlenmeyer yang berisi air formasi
6. Menggoyangkan larutan yang berada di dalam Labu
Erlenmeyer sampai terjadi perubahan warna sampel air formasi
menjadi keruh
7. Mengindikasikan adanya kandungan ion kalsium (Ca2+) pada
sampel air formasi tersebut
8. Mencatat hasil perubahan warna atau indikasi sebagai Analisa
kualitatif kandungan ion kalsium (Ca2+)
9. Mencuci alat-alat yang telah digunakan untuk digunakan
kembali
10. Mengambil 10 ml sampel air formasi dengan menggunakan
gelas ukur
11. Menuangkan air formasi yang sudah diambil 10 ml ke dalam
Labu Erlenmeyer
12. Mengambil 1 ml NaOH 20% dengan menggunakan pipet
volumetric dan balp kemudian masukkan ke dalam Labu
Erlenmeyer yang berisi air formasi
13. Menambahkan indikator phenolphthalein sebanyak 2 tetes ke
dalam larutan tersebut, dan terjadi perubahan warna menjadi
ungu
14. Menuangkan larutan EDTA 0,01 N ke dalam buret sampai
skala 0
15. Menitrasi sampel air formasi tersebut dengan larutan EDTA
0,01 N sampai warna sampel air formasi tersebut menjadi
warna ungu bening
16. Mencatat banyaknya volume larutan EDTA 0,01 N yang
digunakan untuk titrasi, sebagai hasil pengamatan analisa ion
kalsium secara kuantitatif
17. Membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 23


5.4.2 Penentuan Ion Klorida (Cl-)

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam


praktikum
2. Mengambil 10 ml air formasi dengan menggunakan gelas ukur
3. Memasukkan air formasi tersebut ke dalam Labu Erlenmeyer
4. Menambahkan larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 1 tetes
menggunakan pipet tetes ke dalam Labu Erlenmeyer
5. Menggoyangkan Labu Erlenmeyer tersebut sampai terjadi
indikasi atau perubahan warna
6. Mengamati air formasi yang berada di dalam Labu Erlenmeyer
akan menjadi keruh dan terdapat endapan
7. Mencatat hasil pengamatan dengan indikasi atau perubahan
warna sebagai analisa kualitatif ion klorida
8. Mencuci alat-alat yang telah digunakan untuk digunakan
kembali
9. Mengamgbil 10 ml air formasi dengan menggunakan gelas
ukur
10. Memasukkan air formasi tersebut kedalam Labu Erlenmeyer
11. Mengambil 1 ml larutan K2CrO4 5% menggunakan pipet
volumetric dan balp kemudian masukkan ke dalam Labu
Erlenmeyer yang berisi air formasi
12. Memasukkan larutan AgNO3 0,1 N kedalam buret dengan
menggunakan corong gelas sampai skala 0
13. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai
air formasi tersebut terdapat tetesan merah bata
14. Mencatat volume AgNO3 0,1 N yang digunakan untuk titrasi,
sebagai hasil pengamatan analisa ion klorida secara kuantitatif
15. Membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 24


5.5 Hasil pengamatan

 Penentuan Ion (Ca2+)


1. Kualitatif

Volume sampel = 10 ml

Volume NH4OH 25% = 3 ml

Indikasi = Putih keruh

2. Kuantitatif

Volume sampel = 10 ml

Volume NaOH 20% = 1 ml

Indikator PP = 2 tetes

Volume EDTA 0,01 N = 2 ml

Indikasi = Putih keruh ada endapan

 Penentuan Ion (Cl-)


1. Kualitatif

Volume sampel = 10 ml

Volume AgNO3 0,1 N = 3 ml

Indikasi = Putih keruh ada endapan

2. Kuantitatif

Volume sampel = 10 ml

Volume Kr2CO4 5% = 1 ml

Volume AgNO3 0,1 N = 1,5 ml

Indikasi = Putih keruh ada peraknya

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 25


5.6 Pengolahan Data

 Nilai Konsentrasi (Ca2+)

Diketahui = Volume titrasi EDTA 0,01 N = 2 ml

Volume sampel = 10 ml

Ar Ca = 40

Ditanya =

a) Konsentrasi [Ca2+] (Mg/l) =….?


b) Konsentrasi [Ca2+] (Me/l) =….?

Jawab:

Volume titrasi EDTA ×1000


a) Konsentrasi [Ca2+] (Mg/l) =
Volume sampel

22,2× 1000
=
10

= 2,220 Mg/l

b) Konsentrasi [Ca2+] (Me/l) = Ca ¿¿

2,220× 2
=
10

= 0,111 Me/l

 Nilai Konsentrasi (Cl-)

Diketahui = Volume titrasi AgNO3 = 32,1 ml

Volume sampel = 10 ml

Ar Cl = 35,5

Ditanya =

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 26


c) Konsentrasi [Cl-] (Mg/l) =….?
d) Konsentrasi [Cl-] (Me/l) =….?

Jawab:

a) Konsentrasi [Cl-] (Mg/l) =


Volume titrasi AgNO 3 × 1000
× Ar Cl × n AgNO 3
Volume sampel

32,1× 1000
= ×35,5 ×0,1
10

= 11395,5 Mg/l

b) Konsentrasi [Cl-] (Me/l) = Cl ¿ ¿

11395,5
= ×1
35,5

= 321 Me/l

 Konsentrasi Anion dan Kation

Anion Meq/l Kation Meq/l


Cl- 0,111 Ca2+ 0,0555
SO42- 0,92 Mg2+ 0
CO3- 2,003 Ba2+ 0
HCO3- 1,75 Fe3+ 0,53
OH- 0
Σ 0,5855
Σ 4,784
Tabel 13. Konsentrasi Anion dan Kation

 Konsentrasi (Na+)

Diketahui = Σ Anion = 4,784 Me/l

Σ Kation = 0,5855 Me/l

Ar Na = 23

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 27


Ditanya =

a) Konsentrasi [Na2+] (Me/l) =….?


b) Konsentrasi [Na2+] (Mg/l) =….?

Jawab:

a. Konsentrasi [Na2+] (Me/l) = Σ Anion – Σ Kation

= 4,784 – 0,5855

= 4,1985 Meq/l

b. Konsentrasi [Na2+] (Mg/l) = Na (Me/l) x Ar Na

= 4,1985 x 23

= 96,567 Mg/l

 Tenaga Ion

Konsentrasi Faktor Konversi Tenaga Ion


Ion
Me/l (A) Mg/l (B) Ppm (C) Me/l (D) (BxC)
212,45 x 10-
Na+ 4,1985 96,567 2,20 x 10-5 5 x 10-4 3

Ca2+ 0,111 2,220 5,00 x 10-3 1 x 10-3 11,1 x 10-4


Mg2+ 0 0 8,20 x 10-3 1 x 10-3 0
Cl- 0,0555 3,210 1,40 x 10-5 5 x 10-4 16,1 x 10-4
HCO3- 1,73 106,785 0,82 x 10-5 5 x 10-4 8,756 x 10-4
CO3- 2,003 60,010 3,30 x 10-5 1x 10-3 1,98 x 10-3
SO4- 0,92 44 2,10 x 10-5 1 x 10-3 9,24 x 10-3
Σ 0,259 (µ)
Tabel 14. Tabel Tenaga Ion

Tenaga Ion = Konsentrasi ion (Mg/l) x Faktor Konversi ion (ppm)

= 0,259

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 28


 Diagram Stiff

Grafik 1. Diagram Stiff

 Nilai Kelarutan (K) berdasarkan Temperature

Diketahui = Σ Tenaga Ion = 0,259

Temperature Pertama = 20 °C

Temperature Kedua = 25 °C

Temperature Ketiga = 30 °C

Ditanya =

a) Kelarautan (K) pada temperature 20 °C =….?

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 29


b) Kelarautan (K) pada temperature 25 °C =….?
c) Kelarautan (K) pada temperature 30 °C =….?

Jawab:

a) Kelarautan (K) pada temperature 20 °C = 3,0


b) Kelarautan (K) pada temperature 25 °C = 2,8
c) Kelarautan (K) pada temperature 30 °C = 2,0

Grafik 2. Konstanta terhadap Temperature

 Nilai Pca dan PAlka

Diketahui = Konsentrasi Ca+ = 2,220 Mg/l

Alkalinitas = [HCO3-] + [CO3] + [OH-]

= 1,74 + 2,003 + 0

= 3,753 Mg/l

Ditanya =

a) PCa =….?
b) PAlka =….?

Jawab:

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 30


Berdasarkan grafik nilai PCa dan PAlka dengan memplot nilai
konsentrasi Ca2+ dan total konsentrasi alkalinitas, maka didapatkan:

a) PCa sebesar 302 Mg/l


b) PAlka sebesar 15 Mg/l

 Nilai Stabilitas Indeks terhadap Suhu

Diketahui:

pH sampel air formasi =7

Kelarutan (K) pada temperature 20 °C = 3,0

Kelarutan (K) pada temperature 25 °C = 2,8

Kelarutan (K) pada temperature 30 °C = 2,0

PCa = 302 Mg/l

PAlka = 15 Mg/l

Ditanya:

a) Stabilitas Indeks (SI) pada temperature 20 °C =….?


b) Stabilitas Indeks (SI) pada temperature 25 °C =….?
c) Stabilitas Indeks (SI) pada temperature 30 °C =….?

Jawab:

a) SI pada 20 °C = pH – K pada 20 °C – Pca – PAlka

= 7 – 3,0 – 302 – 15

= -313

b) SI pada 25 °C = pH – K pada 25 °C – Pca – PAlka

= 7 – 2,8 – 302 – 15

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 31


= -312,8

c) SI pada 30 °C = pH – K pada 30 °C – Pca – PAlka

= 7 – 2,0 – 302 – 15

= -312

Dari hasil pengolahan data didapat hasil, SI < 0 dan hal ini
menunjukan bahwa air formasi tidak mengandung endapan

Keterangan:

SI > 0 = Air formasi mengandung endapan

SI = 0 = Air formasi seimbang (netral)

SI < 0 = Air formasi tidak mengandung endapan

Grafik 3. Stabilitas Indeks terhadap Temperature

5.7 Analisa kesalahan

1. Menuangkan larutan kelebihan/tidak sesuai prosedur


2. Kurang akurat dalam melakukan titrasi

5.8 Kesimpulan

Jadi, dari data diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sampel air
formasi yang digunakan pada percobaan tersebut tidak mengandung

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 32


endapan dikarenakan stabilitas indeks pada 20 °C, 25 °C, dan 30 °C itu
nilainya <0 yang mana jika SI <0 itu menunjukan tidak adanya endapan
pada air formasi.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 33


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Alat yang digunakan pada praktikum Titik Kabut, Titik Beku, Titik

Tuang seperti Corong Gelas, Electric Heater, Gelas Kimia, Gelas Ukur,

Penjepit Kayu, Penutup dari gabus, Spatula, Tabung Reaksi,

Thermometer Batang, Tissue.

2. Alat yang digunakan pada praktikum Specific Gravity seperti Electric

Heater, Gelas Kimia, Gelas Ukur, Hydrometer Specific Gravity Heavy

Liquid, Hydrometer Specific Gravity Light Liquid, Spatula,

Thermometer Batang, Tissue.

3. Alat yang digunakan pada praktikum Analisa Kimia Air Formasi I

seperti Balp, Buret, Corong Gelas, Gelas Kimia, Gelas Ukur, Labu

Erlenmeyer, , pH paper, Pipet Tetes, Pipet Volumetrik, Spatula, Tiang

Statif, Tissue.

4. Alat yang digunakan pada praktikum Analisa Kimia Air Formasi II

seperti Balp, Buret, Corong Gelas, Gelas Kimia, Gelas Ukur, Labu

Erlenmeyer, Pipet Tetes, Pipet Volumetrik, Spatula, Tiang Statif, Tissue.

5. Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu Minyak

mentah (crude oil), Es batu sebagai pendingan, Garam, Sampel Minyak

(crude oil), Heavy Oil, Light Oil, Air formasi, Aquades, Indikator MO

(Metil Orange) Indikator PP (Phenolphtalein), Larutan H2SO4 0,02 N,

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 34


Larutan NaOH 20%, Larutan AgNO3 0,01 N, Larutan EDTA 0,01 N,

Larutan K2CrO4, Larutan NaOH 20%, Larutan NH4OH 25%.

6. Titik kabut merupakan temperatur ketika lilin parafin atau padatan lain

mulai mengkristal atau memisahkan diri dari larutan bila minyak

didinginkan pada kondisi tertentu.

7. Titik beku adalah temperatur terendah dimana minyak sudah tidak

dapat bergerak atau mengalir lagi.

8. Titik tuang adalah suhu dimana minyak tidak dapat bergoyang karena

membeku selama 5 detik ketika dimiringkan atau dituangkan setelah

melalui pendinginan selama pada setiap interval 5°F.

9. SG atau specific gravity adalah perbandingan berat jenis zat tersebut

dengan berat jenis air.

10. Fungsi SG ( specific gravity) salah satunya untuk mengetahui apakah

minyak tersebut minyak ringan atau minyak berat.

11. Faktor yang mempengaruhi specific gravity adalah Desitas, Temperatur,

dan Tekanan.

12. Nilai SG pada temperatur 600F untuk minyak ringan dan berat yaitu

0,8236 dan 0,991.

13. Hasil nilai specific gravity pada minyak ringan adalah SG ukur 0,817

dan SG true 0,8296 sedangkan Hasil nilai specific gravity pada minyak

berat adalah SG ukur 0,981 dan SG true 0,9975

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 35


14. Derajat API merupakan satuan untuk menyatakan berat jenis minyak

yang digunakan sebagai dasar klasifikasi minyak bumi yang paling

sederhana.

15. Hubungan berat jenis minyak dengan derajat API adalah saling

berbanding terbalik. Semakin berat jenis minyak mentah atau semakin

tinggi derajat API, Tinggi rendahnya berat jenis minyak mentah juga

berpengaruh pada viskositasnya serta berpengaruh pada titik didih

minyak mentah.

16. Besarnya specific gravity (SG) suatu minyak mentah sangat

dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya, semakin besar temperatur

maka semakin kecil nilai specific gravity nya.

17. Penentuan berat jenis minyak (Crude Oil) dilakukan dengan alat

hydrometer.

18. Air formasi dapat didefinisikan sebagai air yang berakumulasi dengan

hidrokarbon yang terletak pada kedalaman tertentu sesuai dengan zona

produktif karena air formasi selalu menempati sebagian dari suatu

reservoir.

19. Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate water

atau intertial water.

20. Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan

jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan

alkali tanah pada perairan tawar.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 36


21. Secara langsung air formasi berfungsi untuk mendorong hidrokarbon

naik kepermukaan pada mekanisme water drive atas dasar masalah

tersebut.

22. Sifat-sifat yang terkandung dalam air formasi meliputi Sifat fisika,

Kompresibilitas , Kelarutan gas didalam air , Viskositas air , Berat jenis

, Konduktifitas, Sulfat kimiawi, Ion-ion negatif (Anion) , Ion-ion positif

(Kation).

23. Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri, bisa juga dari lapisan

lain yang masuk ke dalam lapisan produktif biasanya disebabkan oleh

terjadinya Penyemenan yang kurang baik, Kebocoran Casing yang

disebabkan oleh a) Korosi atau pengkaratan yang terjadi pada Casing,

b) Sambungan kurang rapat c) Pengaruh gaya tektonik yang di

sebabkan adanya patahan, Pemasangan joint kurang rapat, Adanya gaya

tektonik.

24. Kegunaan dari Indikator PP (Phenolphthalein) adalah untuk

mengetahui pH pada sample air formasi.

25. pH (Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan

untuk mengatakan tingkatan keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh

suatu larutan.

26. pH air formasi sebesar 7 dan bersifat Netral.

27. EDTA (etilendiamin tetra asetat) adalah senyawa yang stabil, mudah

larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Kalsium dan

magnesium dapat membentuk garam kompleks EDTA (etilendiamine

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 37


tetra asetat) pada pH basa yaitu 10.Filtration loss adalah peristiwa

dimana filtrat atau fluida (fasa cair) dari lumpur masuk ke formasi yang

porous dan permeable.

28. Unsur yang terkandung pada air formasi yaitu K, Na, Cl, Ca, Mg.

29. Scale yang mengandung senyawa mineral adalah CaSO 4, FeSO3,

CaCO3, MgSO4.

30. Indikator yang digunakan untuk menentukan Ion Ca yaitu indikator PP

(Phenolphthalein).

31. Bahan yang digunakan untuk mencegah pembentuka scale adalah scale

inhibitor.

6.2 Saran

6.2.1 Saran untuk Akamigas Balongan

1. Lebih memperhatikan pada perawatan peralatan praktikum


yang ada di laboratorium Akamigas Balongan.

6.2.2 Saran untuk Asisten Praktikum

1. Pengaturan jadwal praktikum harap diatur sebaik mungkin


sehingga tidak terjadi pergantian atau kemunduran jadwal
secara tiba-tiba.
2. Format untuk laporan resmi yang diberikan kepada praktikan
harap dibuat secara lengkap agar praktikan tidak mengalami
kesalahan pada penulisan laporan sehingga ACC pun
berlangsung cepat dan tidak banyak menambah pekerjaan lagi
3. Perbanyaklah bersabar dalam menghadapi para praktikan yang
tidak sabar.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 38


6.2.3 Saran untuk Praktikan

1. Selalu berhati-hati pada saat Praktikum berlangsung.


2. Mengikuti dengan baik semua intruksi dari Asisten Praktikum.
3. Tidak melakukan hal yang tidak perlu selama Praktikum
berlangsung.
6.3

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 39


DAFTAR PUSTAKA

Kadarohman, A. (2009). Eksplorasi minyak atsiri sebagai bioaditif bahan bakar


solar. Jurnal Pengajaran MIPA, 14(2), 121-142.
Setijono, H., & Nirmala, G. S. (2013). Rancang Bangun Sensor Specific Gravity
pada Crude Oil Menggunakan Serat Optik Plastik. Jurnal Teknik
ITS, 2(2), F360-F365.
Jurnal, R. T. (2017). Analisis Penggunaan Listrik Arus Searah untuk
Meningkatkan Laju Produksi Minyak Bumi Jenis Minyak Berat.
Energi & Kelistrikan, 9(2), 141-146.
Agustina Prihantini (2017) Modul Praktikum Analisa Fluida Reservoir. Teknik
Perminyakan Akamigas Balongan. Indramayu.
Ahmad, N. M., & Said, L. (2016, April). Analisa Air Formasi Dalam Menentukan
Kecenderungan Pembentukan Scale pada Sumur X, Y dan Z. In
Prosiding seminar nasional cendekiawan.
Sakinah, I. F. (2019). Karakteristik surfaktan pada proses perolehan minyak dari
air formasi (Bachelor's thesis, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).
Fadillah, G. (2020). Validasi Metode Kesadahan Total Pada Air Formasi Secara
Titrimetri Di PT. Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field.
Wahyuni, M. S., Sitaresmi, R., & Widiyatni, H. Analisa Air Formasi Dari Air
Sumur-Sumur Penduduk Kaitannya Dengan Lingkungan Dl
Wilayah Jakarta Selatan.
Korompis, A. D. (2016). Studi laboratorium analisis air formasi untuk
menentukan kandungan scale CaCo3 dan CaSO4. SKRIPSI-
2016.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir 40


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai