(PRAKERIN)
Disusun Oleh :
Bagas Rinaldi
9984175257
XIII Analisis Kimia 1
Dinyatakan
DITERIMA/DITOLAK
Sebagai salah satu syarat guna mengikuti Ujian Kompetensi Keahlian (UKK)
Praktik
Tahun Pelajaran 2016/2017
Menyetujui/Mengesahkan:
Mengetahui/Menyetujui,
Kepala SMK Bani Saleh
Menyetujui/Mengesahkan:
i
10. Ahmad Maula Habibi, Gina Restiara, Nadhila Salsabila, Palagan Paksina,
Salma Melya Rahman, Salsabila Dwi Artiananda, Sumaya, Yuni Putrian. P,
sebagai rekan selama melaksanakan Prakerin,
11. Seluruh teman teman Analis Kimia Bani Saleh angkatan pertama yang selalu
memberikan masukkan dan semangat, serta semua pihak yang telah
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan
laporan.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia, penulis tidak luput dari
kesalahan, sehingga laporan ini sekiranya masih perlu di evaluasi. Oleh karena itu,
penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Hal ini akan bermanfaat bagi kesempurnaan laporan ini karena laporan ini
masih jauh dari sempurna.
Penulis berharap laporan Prakerin ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak
yang membaca, baik yang sebidang ilmu analis kimia maupun diluar bidang ilmu
analis kimia dapat memanfaatkannya pula.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2. Pengukuran .................................................................................... 24
3. Perhitungan ................................................................................... 25
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 26
A. Hasil ...................................................................................................... 26
B. Pembahasan .......................................................................................... 26
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 32
A. Simpulan ............................................................................................... 32
B. Saran ..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
LAMPIRAN .......................................................................................................... 35
iv
DAFTAR TABEL
v
Daftar Gambar
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
D. Pembatasan Masalah
Pada pelaksanaan Prakerin di BBKK, penulis melaksanakan beberapa
jenis praktik di laboratorium Kimia, yaitu uji penetapan kadar Fe dalam tawas
cair, uji kerapatan curah, uji nitrogen metode Kjeldhal, uji asam formiat-
specific gravity, uji unsur hara fosfor sebagai P2O5, uji formaldehid
terextraksi, uji aluminium oksida, uji kebasaan, uji Bagian yang Tidak Larut
dalam Air (BTLA) dan pengujian lainnya.
Dalam laporan ini, penulis hanya membatasi untuk membahas satu
masalah. Penulis menitik beratkan hanya pada uji Bagian yang Tidak Larut
dalam Air (BTLA) pada aluminium sulfat cair dan padat menggunakan
metode gravimetri.
BAB II
PROFIL BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN
A. Sejarah Perusahaan
Kecenderungan cara konsumsi masyarakat terhadap suatu produk
semakin meningkat dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Sementara itu
pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan
menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak, iklan dan
promosi sangat gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara
berlebihan dan sering kali tidak rasional.
Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan
gaya hidup konsumen tersebut yang pada realitasnya meningkatkan resiko
dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen.
Apabila hal ini terjadi pada suatu produk sub standar, rusak atau
terkontaminasi oleh bahan berbahaya, maka resiko yang terjadi akan berskala
besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat.
Untuk itu Indonesia harus memiliki instansi penelitian dan pengujian
yang efektif dan efisien serta mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi
produkproduk tersebut termasuk untuk memberikan jaminan keamanan,
kesehatan dan keselamatan konsumen baik di dalam maupun luar negeri.
Instansi pemerintah yang dimaksud diantaranya Balai Besar Kimia dan
Kemasan (BBKK). Balai Besar Kimia dan Kemasan didirikan pertama kali
pada tahun 1938 dengan nama Central Beurau Voor Techniche
Onderzokingen oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Batavia,
kemudian berganti nama menjadi Central Beurau Institut Techniche
Onderzokingen yang beralamat di Jalan Karang Anyar, Jakarta Pusat. Pada
tahun 1949 berubah menjadi Lembaga Pusat Balai Penyelidikan Industri.
Pada tahun 1968, balai ini berubah menjadi Balai Penelitian Industri
yang dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen
Perindustrian. Pada tahun 1980 Balai Penelitian Industri berubah nama
menjadi Balai Besar Industri Kimia (BBIK) di bawah naungan Departemen
4
5
Perindustrian. Fungsi dan tugas dari balai ini yaitu untuk mengarahkan pada
penelitian dan pengembangan sektor industri kimia. Tahun 1985 lokasi BBIK
dipindahkan di Jalan Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Kemudian pada tahun 2002 BBIK berubah nama menjadi Balai Besar
Kimia dan Kemasan (BBKK) dengan tugas utama adalah melakukan kegiatan
dalam rangka penelitian dan pengembangan serta menyediakan pelayanan
jasa teknis (standardisasi, pengujian, kalibrasi, sertifikasi, rancangan bangun,
konsultasi dan pelatihan). Mulai tahun 2009 BBKK berada di bawah naungan
Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian.
BBKK berpotensi besar dalam mendukung pertumbuhan industri kimia dan
kemasan nasional guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan internasional.
Visi Balai Besar Kimia dan Kemasan
Balai Besar Kimia dan Kemasan menjadi institusi pelayanan jasa teknis
bidang kimia dan kemasan yang terpercaya dan berdaya saing.
Misi Balai Besar Kimia dan Kemasan
Balai Besar Kimia dan Kemasan memiliki misi sebagai berikut:
1. Memberikan layanan jasa teknis yang bermutu dalam rangka
meningkatkan daya saing industri kimia dan kemasan.
2. Mengembangkan sumber daya manusia dan teknologi dalam rangka
meningkatkan mutu layanan jasa teknis.
3. Menyediakan informasi teknologi di bidang industri kimia dan
kemasan.
B. Struktur Organisasi
Balai Besar Kimia dan Kemasan berada dalam koordinasi Kementerian
Perindustrian dipimpin oleh Kepala Balai Besar. Kepala Balai Besar berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan
Pengembanga Industr. Kepala Balai Besar membawahi secara langsung
bagian Tata Usaha, Bidang Pengembangan Jasa Teknis, Badan Sarana Riset
dan Standardisasi, Bidang Pengujian, Sertifikati dan Kalibrasi, Bidang
Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi, dan Kelompok Jabatan
Fungsional. Struktur
6
BAGIAN TATA
USAHA
SUBBAGIAN
PROGRAM DAN
SUBBAGIAN
PELAPORAN KEUANGAN
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
KEPEGAWAIAN UMUM
D. Fasilitas
Balai Besar Kimia dan Kemasan berdiri di atas tanah seluas 42.830 m 2
dengan luas bangunan sekitar 8.000 m2. BBKK dilengkapi dengan berbagai
sarana yang meliputi perkantoran, laboratorium, bengkel, peralatan dan
instrumentasi, perpustakaan dan pusat informasi, serta sarana pelatihan dan
wisma penginapan.
7
- kalibrasi Suhu
- kalibrasi Tekanan
- kalibrasi Dimensi
- kalibrasi Gaya
- kalibrasi Massa
- kalibrasi Kelembaban
- kalibrasi pH
Fasilitas Penunjang
Unit Rancang Bangun dan Perekayasaan
- Test House (unit uji coba)
- Workshop (bengkel)
- Sarana Perancang/desain
Perpustakaan dan Informasi dan Teknologi
- Perpustakaan
- Website
Sarana Pelatihan
- Wisma Cempaka
Jasa Pelayanan Teknis
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Balai Besar Kimia dan Kemasan
(BBKK) membuka kesempatan kepada masyarakat industri, akademisi,
wirausahawan dan usahawan untuk memperoleh pemecahan masalah
peningkatan usaha industri melalui kegiatan pelatihan. Adapaun pelatihan
teknis yang diberikan oleh Balai Besar Kimia dan Kemasan antara lain di
bidang:
1. Litbang Terapan Kimia dan Kemasan, antara lain:
litbang teknologi proses kimia khususnya dalam rangka
pengembangan produk-produk kimia berbasis Agro (oleokimia dari
kelapa, kelapa sawit dan derivitasi minyak atsiri)
litbang teknologi bahan kemasan, kemasan retail dan kemasan
transport
9
teknologi pengemasan
teknologi proses produksi
penanggulangan dan Pengolahan limbah industri secara kimia, fisika
dan biologi
pengenalan ISO 9001, ISO 17025 dan ISO 14001
6. Konsultasi, antara lain:
penerapan teknologi bersih
teknologi desain dan jasa pengemasan
Set Up dokumen dan penerapan ISO
penyusunan dokumen AMDAL, UKL (Upaya Kelola Lingkungan)
dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan)
7. Penanggulangan Pencemaran, antara lain:
sampling dan analisa limbah cair, padat, gas dan limbah B3
penentuan optimalisasi pengolahan limbah melalui proses kimia,
fisika dan biologi
E. Pengalaman Kerjasama
Kerjasama penelitian yang dilakukan BBKK diantaranya adalah :
1. Pengembangan teknologi proses
2. Pengembangan produk
3. Rancangan bangun peralatan TBS-CPO
4. Desain kemasan
5. Pemilhan bahan baku
6. Pengolahan limbah industri
7. Rancangan Bangun Instalasi Pengolahan air Limbah (IPAL)
4. Kementrian Lingkungan RI
5. Serta beberapa kawasan industri lainnya
B. Tinjauan Pustaka
Menurut Noor Eka Indah Sari dalam blognya yang berjudul
Alumunium dan Senyawanya menjelaskan bahwa aluminium dalam sistem
periodik merupakan unsur periode ketiga dan berada pada golongan IIIA.
12
13
melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau
asam nitrat encer
Logam aluminium dapat bereaksi dengan asam klorida dan asam sulfat,
baik yang encer maupun yang pekat menghasilkan garamnnya. Dengan asam
nitrat, logam aluminium tidak bereaksi karena permukaan menjadi pasif,
tetapi dalam keadaan tidak murni akan bereaksi dengan asam nitrat dalam
berbagai kepekatan. Larutan alkali kaustik panas bereaksi dengan aluminium
membentuk aluminat dan gas hidrogen. Aluminium dengan kanfigurasi
elektron [10Ne] 3s2 3p1 dikenal mempunyai bilangan oksidasi +3 dalam
senyawanya. Logam aluminium tahan terhadap korosi udara karena reaksi
antara logam aluminium dengan oksigen membentuk lapisan nonpori dan
membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi lanjut.
Aluminium membentuk beberapa senyawa, salah satunya adalah
aluminium sulfat. Aluminium sulfat digunakan dalam industri kertas dan
karton. Kegunaan lain adalah sebagai pengolahan cair dan penjernihan air
minum. Larutan berair yang mengandung jumlah molar yang sama dari
Al2(SO4)3 dan K2SO4 mengkristal sebagai kalium aluminium sulfat dengan
rumus KAl(SO4)2.12H2O. Garam ini dikenal dengan alum atau tawas.
Adapun kegunaan aluminium sulfat yang diuraikan oleh Siringo-ringo
Ismanto dalam blognya adalah:
1. sebagai pelekat kertas yang digunakan pada proses pembuatan pulp dan
kertas yaitu untuk mengendapkan damar yang larut dalam kanji pada
serat kertas, mengontrol pH pada bubur kertas, setting ukuran kertas dan
membantu mengolah air pulp dengan cara menambahkan aluminium
sulfat kedalam pulp kertas sebelum masuk kedalam mesin pembuat
kertas.
2. untuk menjernihkan air, mengontrol pH air dan membantu mengolah air
buangan yaitu sebagai koagulan yang dapat mengendapkan bermacam-
macam kotoran dan bakteri sehingga air itu menjadi bersih terbebas dari
pemcemaran dan memenuhi standar air minum yang diijinkan.
15
3. Jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut
polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula
sebaliknya.
4. Bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel
suatu zat. Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga
berpengaruh terhadap kelarutan zat. Partikel yang bentuknya tidak simetris
lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel yang bentuknya
simetris.
Uji Bagian Tidak Larut pada aluminium sulfat menurut SNI 0032:2011
memiliki persyaratan kadar kandungan sebagai berikut
Tabel 3.1 Persyaratan Kandungan BTLA Aluminium Sulfat
Persyaratan Aluminium
Metode
No Parameter Satuan Sulfat SNI : 0032 : 2011
Uji
Padat dan Cair
1. Bagian yang % b/b Max 0,5 Metode
Tidak Larut Gravimetri
dalam Air (Padat)
2. Bagian yang % b/b Max 0,25 Metode
Tidak Larut Gravimetri
dalam Air (Cair)
C. Uraian Alat
Adapun alat-alat yang digunakan selama proses pengujian adalah
sebagai berikut :
18
D. Uraian Bahan
1. Aluminium Sulfat
Bentuk = padat (kristal padat)
Bau = tidak berbau
Warna = putih
Rasa = manis
Massa Molekul = 342.14 g/mol + (14 18) H2O
Kelarutan:
- mudah larut dalam air panas
- larut dalam air dingin ini akan menghidrolisis dalam air untuk
membentuk asam sulfat
- larut dalam alkohol
- kelarutan dalam air : 86,9 g / 100 ml pada 0oC ; 1104 g / 100 ml @
100oC
Bahaya lain bagi manusia:
- berbahaya jika kontak dengan kulit (iritan)
- iritan bagi paru-paru
- sedikit berbahaya jika tertelan
22
A. Prinsip Kerja
Prinsip dasar BTLA adalah pemisahan bagian tak larut dalam air dapat
ditentukan dengan melarutkan contoh dengan air kemudian disaring, setelah
itu residu dipanaskan selama 1 jam pada suhu 105C.
B. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan selama proses pengujian adalah
sebagai berikut:
o Batang Pengaduk
o Cawan Petri
o Corong
o Erlenmeyer
o Gelas Kimia
o Gelas Ukur
o Hot Plate
o Kertas Saring ashlees
o Krustang (Tongs)
o Neraca Analitik
o Oven
o Pinset
o Spatula
o Tabung Reaksi
C. Bahan
Adapun bahan yang diperlukan selama proses pengujian adalah sebagai
berikut:
o Air suling (Aquadest)
o Barium Clorida 10 %
23
24
D. Langkah Kerja
1. Persiapan
Sebelum melakukan proses pengujian ada beberapa hal yang perlu
dilakukan antara lain:
o memastikan kebersihan alat yang akan digunakan
o memanaskan oven pada suhu (105 110) C
o menentukan bobot kosong kertas saring dengan cara memanaskan
dalam oven pada suhu (105 110) C selama 1 jam, kemudian
dinginkan lalu timbang
o memanaskan air suling hingga mendidih untuk melarutkan dan
pencucian selama pengujian
o untuk sample padatan, harus dihaluskan terlebih dahulu sebelum
ditimbang
2. Pengukuran
Adapun tahap-tahap pengujian sebagai berikut:
o Menimbang 20 gram contoh padatan atau 40 gram contoh cairan
o Menambahkan 150 mL air panas dan diaduk sampai homogen
selama 30 menit
o Kemudian larutan disaring dengan kertas saring whatman 41, 40, 42
yang telah diketahui bobotnya
o Melakukan pencucian endapan dengan aquadest panas sampai
bebas sulfat dengan cara menambahkan 1 tetes larutan BaCl 2 10%.
Berikut cara pengujiannya:
Memasukkan filtrate ke dalam tabung reaksi setinggi 2 cm
kemudian ditambahkan 1 tetes barium klorida 10 %. Jika filtrat
masih keruh tandanya endapan masih mengandung sulfat, maka
pencucian dilanjutkan hingga bebas sulfat.
o Setelah bebas sulfat, kertas saring dikeringkan pada suhu (105
110) C selama 2 jam, dinginkan dalam desikator, kemudian
ditimbang sampai bobot tetap
25
3. Perhitungan
Berikut ini adalah cara menghitung kadar BTLA
BTLA
W 1 W 2 100%
W
Keterangan :
W1 = bobot kertas saring + endapan (g)
W2 = bobot kertas saring kosong (g)
W = bobot contoh (g)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pengujian Bagian yang Tidak Larut dalam Air pada
sample aluminium sulfat cair dan padat dengan nomor analisa 1058 dan 1059,
yang dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan. Pengujian yang dilakukan
menggunakan 3 jenis kertas saring dengan ukuran keporian berbeda-beda,
yaitu nomor 40, 41, dan 42. Pengujian dilakukan pada kamis 15 September
2016 dan 16 September 2016, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1 Hasil Pengujian
Jenis No. Analisa K W WO W1 X BTLA %
40 A 20,0064 g 55,1677 g 55,1967 g 0,0290 g 0,14 %
40 B 20,0044 g 50,2362 g 50,2605 g 0,0243 g 0,12 %
41 A 20,0097 g 48,3219 g 48,3436 g 0,0217 g 0,11 %
Padat 1058
41 B 20,0085 g 49,6265 g 49,6488 g 0,0223 g 0,11 %
42 A 20,0066 g 49,7019 g 49,7264 g 0,0245 g 0,12 %
42 B 20,0071 g 47,7449 g 47,7638 g 0,0189 g 0,09 %
40 A 40,0034 g 49,5479 g 49,5474 g -0,0005 g -0,001 %
40 B 40,0031 g 49,1431 g 49,1437 g 0,0006 g 0,001 %
41 A 40,0036 g 49,3228 g 49,3182 g -0,0046 g -0,01 %
Cair 1059
41 B 40,0049 g 49,1134 g 49,1113 g -0,0021 g -0,005 %
42 A 40,0018 g 48,6702 g 48,6712 g 0,0010 g 0,002 %
42 B 40,0048 g 49,7054 g 49,7073 g 0,0019 g 0,004 %
Keterangan :
K : No. kertas saring
W : Berat contoh (gram)
WO : Berat Wadah (gram)
W1 : Berat tetap (gram)
X : W1 WO (Residu (gram))
B. Pembahasan
Uji Bagian Tidak Larut dalam Air (BTLA) pada aluminium sulfat
adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui berapa besar kadar pengotor
dalam sample aluminium sulfat seperti pasir atau silica yang tidak larut dalam
26
27
sulfat memiliki sifat higroskopis, yaitu mampu menyerap uap air. Aluminium
sulfat yang banyak menyerap uap air akan sangat berpengaruh dalam
ketepatan penimbangan. Semakin banyak uap air yang diserap, maka semakin
besar bobot uap air yang ikut ditimbang, sehingga hasil penimbangan adalah
jumlah aluminium sulfat ditambah bobot uap air yang diserap.
Pengotor yang mengendap dalam larutan aluminium sulfat disaring
menggunakan kertas saring dengan jenis pori-pori yang berbeda beda.
Penggunaan kertas saring dengan tiga jenis whatman bertujuan untuk
membandingkan ketepatan penyaringan satu jenis endapan dengan keporian
kertas saring yang berbeda beda. Kertas saring whatman kuantitatif umumnya
dibuat dengan tiga tekstur, satu dengan endapan sangat halus, yang kedua
untuk endapan biasa dengan partikel ukuran sedang, dan ketiga untuk
endapan mirip gelatin dan endapan kasar. Untuk tingkat kecepatan
penyaringan rendah untuk tipe pertama, sedang untuk tipe kedua, dan tinggi
untuk tipe ketiga.
Dengan demikian, ukuran pori-pori kertas saring sangat berpengaruh
dalam proses penyaringan. Umumnya, semakin kecil ukuran pori-pori kertas
saring, maka semakin teliti penyaringan untuk menyaring pengotor dengan
bentuk seperti pasir halus atau silica. Sedangkan, kertas saring dengan ukuran
pori-pori yang besar memiliki kemungkinan yang lebih besar dalam
meloloskan pengotor.
Dalam penyaringan, endapan pengotor harus benar-benar bersih dan
tidak tersisa didalam wadah larutan. Ketelitian dalam penyaringan sangat
penting pengaruhnya terhadap kadar pengotor yang dihitung.
Selama proses penyaringan berlangsung, perlu dilakukan pencucian
endapan. Dalam praktik pegujian ini, endapan dicuci dengan air panas.
Pencucian endapan berfungsi untuk menghilangkan kandungan sulfat dalam
sample. Dalam Vogel, Cairan pencuci endapan yang ideal hendaknya sesuai
dengan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Tak boleh mempunyai kerja pelarut terhadap endapan, tetapi melarutkan
dengan mudah zat-zat asing,
29
2. Tak boleh membentuk hasil yang atsiri ataupun tak dapat larut dengan
endapan itu,
3. Tak boleh mengandung zat yang kiranya mengganggu penetapan
berikutnya terhadap filtrat.
Pemanasan dalam oven setelah proses selesai berguna untuk
mengeringkan endapan. Oven yang digunakan adalah oven listrik dengan
suhu 105 110C selama 1 jam. Suhu dan waktu yang digunakan adalah
suhu yang dapat menghilangkan kadar air dalam endapan dengan waktu yang
optimal.
Penurunan suhu dalam desikator setelah pemanasan dalam oven
berfungsi untuk menjadikan suhu endapan dan suhu timbangan menjadi
sama. Perbedaan suhu yang terlalu besar dapat mengakibatkan kerusakan
neraca, tetapi lebih menyebabkan penimbangan tidak teliti karena terjadi arus
konveksi udara.
Pendinginan juga harus dilakukan di dalam desikator yang berisi bahan
pengering yang masih baik. Pendinginan di udara terbuka menyebabkan
endapan dan cawan yang sangat kering cepat menyerap uap air dari udara
dalam jumlah yang tidak tertentu, tergantung luas permukaan dan lamanya
waktu terkena udara. Di dalam desikator juga terdapat uap air, jadi tetap ada
kemungkinan penyerapan oleh endapan dan cawan, tetapi lebih sedikit dan
lebih konstan. Karena sebab-sebab tersebut, maka penimbangan harus
dilakukan secepat mungkin ketika bahan sudah cukup dingin.
Penimbangan dilakukan dengan neraca analitik halus dengan kepekaan
tinggi. Neraca analitik sangat peka dengan menunjukkan angka penimbangan
hingga ketelitian 4 desimal. Penimbangan dilakukan dengan cepat, namun
tidak terburu-buru. Timbangan yang tidak stabil akan menunjukkan angka
yang berubah-ubah dengan cepat. Pada saat penimbangan sample dalam
praktikum ini, angka yang diambil adalah angka yang ditunjukkan tepat
setelah 10 detik tidak berubah.
Dalam literatur SNI 0032:2011, jumlah sample padat yang ditimbang
adalah 20 gram sedangkan jumlah sample cair yang ditimbang adalah 40
30
gram dengan pengujian yang dilakukan sebanyak 2 kali pada nomor sample
yang sama. Penimbangan 2 kali pada nomor sample yang sama dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui ketelitian pada setiap pengerjaan sample.
Berdasarkan hasil pengujian yang didapat, rata-rata pada pengujian
kedua memiliki kadar pengotor yang lebih besar dibanding pengujian
pertama, hal ini dapat disebabkan sela waktu urutan penimbangan sample
pertama dan kedua yang berbeda, sehingga kemungkinan bertambahnya
pengotor yang masuk pada sample selama sela waktu penimbangan.
Pada hasil pengujian yang terlampir juga diuraikan terdapat hasil
pengujian dengan kadar yang lebih besar pada kertas saring nomor 42. Hal ini
disebabkan oleh ukuran keporian kertas saring yang lebih kecil sehingga
mampu menahan endapan yang lebih halus dibanding kertas saring nomor 40
dan 41.
Sedangkan hasil yang didapat berdasarkan bentuk sample, kadar BTLA
sample padat lebih besar dari sample cair karena sample padat pengotor yang
ada dalam sample lebih sulit dibedakan karena memiliki bentuk fisik yang
hampir sama, sehingga tidak dapat dipisahkan secara langsung. Sedangkan
pada sample cair, kemungkinan pengotor dalam bentuk pasir dapat
dipisahkan karena memiliki bentuk fisik yang jelas berbeda.
Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh bentuk sample yang
berbeda, Bedasarkan hasil yang didapat sesuai dengan tabel analisa BTLA
yang telah dilakukan, tedapat hasil dengan nilai minus (-), hasil tersebut
menunjukkan kemungkinan adanya kesalahan ataupun ketidaktelitian dalam
melakukan pengujian. Kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut terletak
pada titik-titik penting dan berpengaruh seperti:
1. Ketidaktepatan pada tahap penimbangan, baik bobot kosongan,
penimbangan sample, maupun penimbangan hasil setelah pengujian.
Ketidaktepatan penimbangan dapat disebabkan juga oleh kondisi alat
timbang (neraca analitik) yang sudah tidak baik digunakan untuk
penimbangan dengan teteliti,
31
B. Saran
Penulis berharap agar setiap pengujian dapat meningkatkan kedisiplinan
dan ketelitian dalam pengujian
Penulis berharap agar setiap pengujian dapat lebih meningkatkan
kerapihan dan kedisiplinan dalam penggunaan APD selama pengujian
Penulis berharap SMK Bani Saleh dan Balai Besar Kimia dan Kemasan
dapat terus bekerja sama dan memiliki silahturahmi yang baik
Untuk peserta Prakerin selanjutnya, penulis berharap, Prakerin ini dapat
dijadikan sebagai pelajaran yang baik untuk langkah selanjutnya
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Science Lab. 2013. Material Safety Data Sheet.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 diakses pada
01/09/2016 pukul 12.09
Siringo-ringo, Ismanto. 2012. Alumunia Sulfat.
http://kimiaringgostar.blogspot.co.id/2012/05/alumunia-sulfat.html diakses
pada 30/08/2016 pukul 19.46
34
LAMPIRAN
35
Lampiran 3. Kertas Saring sebelum digunakan untuk pengujian
36
Lampiran 5. Masih mengandung sulfat
37
Lampiran 7. Kertas saring setelah digunakan (Sebelum dioven)
38
Lampiran 9. Perhitungan Kadar BTLA
Pengulangan 1
BTLA
W 1 W 2 100%
W
BTLA
55,1967 g 55,1677 g 100%
20,0064 g
0,0290 g
BTLA 100%
20,0064 g
BTLA 0,14 %
Pengulangan 2
BTLA
W 1 W 2 100%
W
BTLA
50,2605 g 50,2362 g 100%
20,0044 g
0,0243 g
BTLA 100%
20,0064 g
BTLA 0,12 %
0,14 % 0,12 %
Rata rata
2
0,26 %
Rata rata 0,13%
2
39
AGENDA KEGIATAN
40